Marah dan menjadi gila, lalu menumpahkan darah Tak pernah sesiap ini , tak pernah seapik ini Bersiap terlena dalam tarian kematianku kutahu, ada yang akan datang setelah aku Hadirku tak lagi memberi arti….. Kematian akan kusambut dengan nyanyian luka Maut yang gelap namun terasa manis; kusadar sudah tak miliki arti Semuanya akan tetap terasa sama… AKU akan tetap menangis Dan suaraku hanya akan bergaung di antara pepohonan rimba sunyi… Air mataku akan tetap mengucur tanpa henti Walaupun aku tahu, tak ada yang peduli… Jiwaku dingin, melayang perlahan.. Bermain di pucuk-pucuk dahan kering terpencil Meringkuk, gemetar di dinginnya liang-liang suram tak terjamah Sendiri, dan menjerit bebas bersama kawanan hewan liar! “Aku pernah menjadi sebuah cerita, dan sekarang telah terlupa..!!!” Tawa lepasku memecah malam Kucipta raungan bagai makhluk malam tak dikenal… Seiring datangnya sang “malaikat maut” Yang menjemput dengan senyum hangat seorang sahabat. Mungkin di dalam cakar-cakar tajamnya Aku akan beristirahat pulas dan damai…… Di balik jubah kelamnya Jiwaku akan tenang di sana…..