You are on page 1of 2

PENGANTAR KAJIAN ILMU FALAK

Oleh: Fajar Fathurahman, SHI, SKOM

Rasulullah SAW pernah bersabda :

ِ ‫س َوا ْل َق َم َر لِ ِذ ْك ِر‬
‫هللا‬ َّ ‫هللا الَّ ِذ ْينَ ُي َرا ُع ْونَ ال‬
َ ‫ش ْم‬ ِ ‫ار عِ َبا ِد‬
َ ‫إِنَّ ِخ َي‬
“Sesungguhnya sebaik-baik hamba-hamba Allah adalah mereka yang selalu memperhatikan
matahari dan bulan untuk mengingat Allah” (HR. Ath-Thabrani)

Setiap hari kita lihat matahari terbit di kaki langit sebelah timur kemudian beranjak naik
dan transit pada saat dzuhur lalu akhirnya terbenam di ufuk barat. Kita pun sering kali melihat
bulan yang selalu berubah-ubah bentuk cahayanya dari bentuk sabit sampai dengan purnama
dan kembali lagi ke bentuk sabit semula. Tentu kita pun meyakini bahwasanya segala
penciptaan langit dan bumi beserta isinya tidak lah mungkin sia-sia. Allah SWT berfirman:
“Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia
bersemayam di atas Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar
hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” (QS : Ar ra’d ayat
2)

Islam sangat menekankan agar umatnya menggali ilmu pengetahuan. Hal ini dapat kita
baca dari ayat pertama yang berbunyi “Iqra’” dan seterusnya. Rasulullah pernah bersabda
bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah., Al Quran pun
menempatkan orang yang berilmu dalam derajat yang tinggi, Setelah Allah mengajarkan
kepada Adam atas nama-nama benda seluruhnya, maka kemudian diperintahkan malaikat
untuk bersujud kepada Adam. Begitu tinggi dan mulianya Allah ciptakan manusia dengan akal
dan ilmu yang Ia karuniakan.

Salah satu ilmu yang sangat penting bagi umat Islam adalah ilmu falak (”falak” artinya
orbit atau lintasan benda-benda langit) atau sering disebut juga dengan ilmu hisab karena erat
kaitannya dengan praktek hitungan. Ilmu falak atau hisab ini sangat berkaitan dengan ibadah
penting yaitu shalat, puasa dan haji. Sementara pergerakan matahari dalam penetapan waktu
shalat itu sendiri telah ditentukan posisinya. Allah SWT berfirman: ”Sesungguhnya shalat itu
adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” (QS: An Nisaa ayat
103)

Ilmu ini menjadi begitu penting diketahui oleh umatnya untuk menentukan batas-batas
waktu dan arah dalam beribadah, oleh sebab itu ilmu ini disebut juga ilmu Miqat. Sayyidina Ali
pun pernah berkata tentang keutamaan mempelajari ilmu ini:

ِ ‫وم مِنْ َح َم َل ِة ا ْلقُ ْر‬


ً ‫آن ا َِز َدا َد ِب ِه إِ ْي َمانا ً َو َيقِ ْينا‬ َ ‫َم ِن ا ْق َت َب‬
ِ ‫س ِع ْل ًما مِنَ ال ُّن ُج‬
“Barangsiapa mempelajari ilmu pengetahuan tentang bintang-bintang (benda-benda langit),
sedangkan ia dari orang yang sudah memahami al-Qur’an, niscaya bertambahlah iman dan
keyakinannya” (Ali Bin Abu Thalib)

Dalam hal penentuan masuknya bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah sebagai
patokan untuk ibadah puasa dan haji dapat diprediksikan dengan menghitung pergerakan
matahari dan bulan. Selain itu dengan menggunakan logika ilmu matematika, arah kiblat dapat
diketahui di manapun umat Islam berada untuk melaksanakan ibadah shalatnya serta
membaringkan jenazah muslim pada pemakamannnya.

Al Qur’an menyatakan, ”Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan” (QS: Ar


Rahman ayat 5). Kata ”husban” = kata ”hisab” yang artinya perhitungan, namun dalam konteks
ayat ini terdapat penekanan bahwa pergerakan matahari dan bulan itu dapat dihitung dengan
tingkat ketelitian yang tinggi. Sementara itu kata falak disebutkan dalam al qur’an: ”Tidaklah
mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan
masing-masing beredar pada garis edarnya” (QS: Yaasin ayat 40). Dengan begitu ada
keterkaitan antara kata ”husban” dan ”falak” dalam sebuah pengertian dimana matahari dan
bulan beredar pada orbitnya dalam suatu perhitungan.

Dalam Al Quran banyak dijumpai ayat-ayat yang berhubungan dengan fenomena alam.
Setiap hari oleh karena adanya pergerakan matahari, panjang dan arah bayang-bayang suatu
benda pun berubah-ubah, fenomena ini diungkap dalam surat Al Furqaan ayat 45:

Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan


(dan memendekkan) bayang-bayang; dan kalau dia menghendaki niscaya Dia menjadikan
tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-
bayang itu, (QS: Al Furqaan ayat 45)

Ilmu ini berkaitan erat dengan astronomi. Namun secara umum ilmu falak hanya
mengambil bagian kecil dari astronomi yaitu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan ibadah,
diantaranya adalah: Arah Kiblat dan Bayangan Arah Kiblat, Waktu-Waktu Shalat dan Jadwal
Imsakiyah, Awal Bulan dan Kalender Qomariyah, serta Gerhana. Sehingga pada intinya yang
dipelajari dalam ilmu falak ini adalah waktu dan arah.

Dengan mempelajari ilmu falak, kita dapat menentukan arah kiblat, menentukan waktu-
waktu shalat dan jadwal imsakiyah. Selain itu kita dapat mengetahui posisi matahari dan bulan
setiap saat sehingga masuknya bulan-bulan penting dalam Islam seperti Muharram,
Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah dapat ditentukan guna menyusun kalender Islam. Dengan
ilmu falak ini pula, berbagai peristiwa alam seperti gerhana bulan dan gerhana matahari dapat
dihitung dengan tingkat akurasi yang tinggi, serta masih banyak lagi fenomena alam yang dapat
kita kaji di dalam ilmu ini.

Kita sadari betul hingga saat ini, umat Islam masih disibukkan dengan perbedaan dalam
menentukan kalender Islam. Bukan suatu hal yang mustahil perbedaan ini mengantarkan kita
dalam kesalah-pahaman dan perpecahan. Kita turut prihatin jika sebagian umat ini belum
dewasa berfikir dalam memahami perbedaan, termasuk penetapan awal bulan Ramadhan,
Syawal dan Dzulhijjah yang sering kita simak dalam pemberitaan di media televisi yang
berbeda dengan hasil sidang itsbat yang dilakukan oleh pemerintah. Hingga saat ini perbedaan
itu masih menjadi sebuah kenyataan dan keniscayaan, sehingga dibutuhkan landasan keilmuan
untuk memahami dan memecahkan persoalannya. Apabila umat ini sama-sama memiliki
landasan keilmuan yang kokoh, perbedaan sudut pandang dan metode itu tentu dapat
dimusyawarahkan dan didiskusikan sehingga mencapai titik temu. Dengan demikian energi
umat dapat disalurkan kepada hal-hal yang lebih positif dan bermanfaat. Semoga Allah
senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kita dalam upaya penyatuan visi
kebersatuan umat ini.

You might also like