Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Ada pun tujuan dari isi makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana interaksi gen dapat terjadi.
2. Mengetahui bagaimana ekspresi sifat dari gen – gen yang saling berinteraksi.
BAB II
ISI
g1 g2 g3
P(prekursor) e1 A e2 B e3 C(produk
akhir
P(prekursor) e1 A e2 B e3 C(produk
)
akhir)g = gen,
Keterangan:
e = protein enzim
Gambar 2.1 Jalur metabolisme sederhana yang melibatkan enzim yang diekspresikan dari gen.
Dalam jalur yang paling sederhana sekalipun biasanya diperlukan beberapa gen untuk
merinci enzim yang terlibat. Setiap metabolit (A,B,C) dihasilkan oleh kerja katalis berbagai
enzim (ex) yang menetukan oleh berbagai gen tipe normal (gx).
Peristiwa interaksi gen berupa Avatisme pertama kali dilaporkan oleh W. Bateson dan
R.C. Punnet setelah mereka mengamati pola pewarisan bentuk jengger ayam. Karakter
jengger tidak hanya diatur oleh satu gen, tetapi oleh dua gen yang berinteraksi. Dalam hal ini
terdapat empat macam bentuk jengger ayam yaitu mawar, kacang, walnut, dan tunggal,
seperti dapat dilihat pada Gambar 2.2.
walnu
single t rose pea
Bagan Persilangan
Selain itu, biasanya kita beranggapan bahwa suatu sifat keturunan yang nampak pada
suatu individu itu ditentukan oleh sebuah gen tunggal, misalnya bunga merah oleh gen R,
bunga putih oleh gen r, buah bulat oleh gen B, buah oval (lonjong) oleh gen b, batang tiggi
oleh gen T, batang pendek oleh gen t dll.
Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mengetahui bahwa cara
diwariskannya sifat keturunan tidak mungkin diterangkan dengan pedoman tersebut di atas,
karena sulit sekali disesuaikan dengan hukum-hukum Mendel.
Sebuah contoh klasik yang dapat dikemukakan di sini ialah hasil percobaan Wiliam
Bateson dan R.C Punnet yang telah di bicarakan sebelumnya diatas. Mereka mengawinkan
berbagai macam ayam negeri dengan memperhatikan bentuk jengger di atas kepala. Ayam
Wyandotte mempunyai jenger tipe mawar (“rose“), sedang ayam Brahma berjengger tipe
ercis (“pea“). Pada waktu dikawinkan ayam berjengger rose didapatkan ayam-ayam F1 yang
kesemuanya mempunyai jengger bersifat walnut (“walnut“= nama semacam buah). Mula-
mula dikira bahwa jengger tipe walnut ini intermedier. Tetapi yang mengherankan ialah
bahwa pada waktu ayam-ayam walnut itu dibiarkan kawin sesamanya dan dihasilkan banyak
ayam-ayam F2 maka perbandingan 9:3:3:1 nampak dalam keturunan ini. Kira-kira 9/16
bagian dari ayam-ayam F2 ini berjengger walnut. 3/16 mawar, 3/16 ercis dan 1/16 tunggal
(single).
Fenotip jengger yang baru ini disebabkan karena adanya interaksi (saling pengaruh)
antara gen-gen. Adanya 16 kombinasi dalam F2 memberikan petunjuk bahwa ada 2 pasang
alel yang berbeda ikut menentukan bentuk dari jengger ayam. Sepasang gen menentukan tipe
jengger mawar dan sepasang gen lainnya untuk tipe jengger ercis. Sebuah gen untuk rose dan
sebuh gen untuk pea mengadakan interaksi menghasilkan jengger walnut, seperti terlihat
pada ayam-ayam F1. Jengger rose ditentukan oleh gen dominan R (berasal dari “rose”),
jengger pea oleh gen dominan P (berasal dari “pea”). Karena itu ayam berjengger mawar
homozigot mempunyai genotip RRpp, sedangkan ayam berjengger ercis homozigot
mempunyai genotip rrPP. Perkawinan dua ekor ayam ini menghasilkan F 1 yang berjengger
walnut (bergenotip RrPp) dan F2 memperlihatkan perbandingan fenotip 9:3:3:1.
Gen R dan gen P adalah bukan alel, tetapi masing-masing dominan terhadap alelnya
(R dominan terhadap r, P dominan terhadap p). Sebuah atau sepasang gen yang menutupi
(mengalahkan) ekspresi gen lain yang bukan alelnya dinamakan gen yang epistasis. Gen yang
dikalahkan ini tadi dinamakan gen yang hipostasis. Peristiwanya disebut epistasi dan
hipostasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persilangan dengan dua sifat beda ( dihibrid) menghasilkan rasio fenotipe 9:3:3:1,
hanya berlaku apabila kedua pasang gen yang mewarisi kedua pasang sifat tersebut masing-
masing terletak pada 2 kromosom yang berlainan, dan masing-masing mengekspresikan
sifatnya sendiri, beberapa cara penurunan tak mengikuti hukum ini, mengingat bahwa
pengawasan suatu sifat kadang – kadang tidak dilakukan oleh suatu pasang gen saja, tetapi
oleh dua pasang atau lebih gen yang mengadakan interaksi ( kerjasama ).Dan hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor.
Interaksi gen ini terjadi karena adanya 2 pasang gen atau lebih saling mempengaruhi
dalam memberikan fenotip pada suatu individu, terdapat pula penyimpangan semu terhadap
hukum Mendel yang tidak melibatkan modifikasi rasio fenotipe, tetapi menimbulkan
fenotipe-fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua pasang gen nonalelik.
Interaksi gen terjadi bila dua atau lebih gen mengekspresikan protein enzim yang membawa
sifat yang baru dari sifat induknya.
Contoh dari interaksi gen adalah Avatisme yang terjadi pada ayam berjengger rose
yang dikawinkan dengan ayam yang berjengger pea, akan menghasilkan sifat baru yang tidak
ada pada induknya, yaitu walnut : rose : pea : single = 9 : 3 : 3 : 1.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous., 2009. Variasi Genetik. http:// I:\blog-Variasi-dan-genetiks.php.htm. Diakses
tanggal 27 Oktober 2010
Bojonegoro,Isharmanto.2010.,InteraksiGen.http://biologigonz.blogspot.com/2010/05.interaks
i-gen .html. Diakses tanggal 27 Oktober 2010
Tim Dosen Genetika Dasar . 2010 ., Genetika Dasar . Jurusan Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, UNIMED ,Medan.
isharmanto bojonegoro