You are on page 1of 12

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

Latar belakang

Gangguan bipolar atau Manic-Depressive Illness (MDI) merupakan salah satu gangguan jiwa
tersering yang berat dan persisten. Gangguan bipolar ditandai oleh suatu periode depresi yang
dalam dan lama, serta dapat berubah menjadi suatu periode yang meningkat secara cepat
dan/atau dapat menimbulkan amarah yang dikenal sebagai mania. Gejala-gejala mania meliputi
kurangnya tidur, nada suara tinggi, peningkatan libido, perilaku yang cenderung kacau tanpa
mempertimbangkan konsekuensinya, dan gangguan pikiran berat yang mungkin/tidak termasuk
psikosis. Di antara kedua periode tersebut, penderita gangguan bipolar memasuki periode yang
baik dan dapat hidup secara produktif. Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan yang lama
dan jangka panjang. Gangguan bipolar mendasari satu spektrum kutub dari gangguan
mood/suasana perasaan meliputi Bipolar I (BP I), Bipolar II (BP II), Siklotimia (periode manic
dan depresif yang bergantian/naik-turun), dan depresi yang hebat.

Epidemiologi

Di dunia, tingkat prevalensi gangguan bipolar sebagai gangguan yang lama dan menetap sebesar
0,3 – 1,5 %. Di Amerika Serikat, tingkat prevalensi ini dapat mencapai 1 – 1,6 %, dimana dua
jenis gangguan bipolar ini berbeda pada populasi dewasa, yaitu sekitar 0,8 % populasi
mengalami BP I dan 0,5 % populasi mengalami BP II. Morbiditas dan Mortalitas dari gangguan
bipolar sangat signifikan. Banyaknya angka kehilangan pekerjaan, kerugian yang ditimbulkan
sebagai akibat dari gangguan tingkat produktivitas yang disebabkan gangguan ini di Amerika
serikat sepanjang periode awal tahun 1990an diperkirakan sebesar 15,5 miliar dolar Amerika.
Perkiraan lainnya, sekitar 25 – 50 % individu dengan gangguan bipolar melakukan percobaan
bunuh diri dan 11 % benar-benar tewas karena bunuh diri.

Etiologi

Etiologi dari gangguan bipolar memang belum dapat diketahui secara pasti, dan tidak ada
penanda biologis (biological marker) yang objektif yang berhubungan secara pasti dengan
keadaan penyakit ini.

Faktor resiko

Ras

Tidak ada kelompok ras tertentu yang memiliki predileksi kecenderungan terjadinya gangguan
ini. Namun, berdasarkan sejarah kejadian yang ada, para klinisi menyatakan bahwa
kecenderungan tersering dari gangguan ini terjadi pada populasi Afrika-Amerika.

Jenis Kelamin

1
Angka kejadian dari BP I, sama pada kedua jenis kelamin, namun rapid-cycling bipolar disorder
(gangguan bipolar dengan 4 atau lebih episode dalam setahun) lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pria. Insiden BP II lebih tinggi pada wanita daripada pria.

Usia

Usia individu yang mengalami gangguan bipolar ini bervariasi cukup besar. Rentang usia dari
keduanya, BP I dan BP II adalah antara anak-anak hingga 50 tahun, dengan perkiraan rata-rata
usia 21 tahun. Kasus ini terbanyak pada usia 15 – 19 tahun, dan rentang usia terbanyak kedua
adalah pada usia 20 – 24 tahun. Sebagian penderita yang didiagnosa dengan depresi hebat
berulang mungkin saja juga mengalami gangguan bipolar dan baru berkembang mengalami
episode manic yang pertama saat usia mereka lebih dari 50 tahun. Mereka mungkin memiliki
riwayat keluarga yang juga menderita gangguan bipolar. Sebagian besar penderita dengan onset
manic pada usia lebih dari 50 tahun harus dilakukan penelusuran terhadap adanya gangguan
neurologis seperti penyakit serebrovaskular. Gangguan bipolar juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor, meliputi genetik, biokimiawi, psikodinamik dan lingkungan.

Genetik

Gangguan bipolar, terutama BP I, memiliki komponen genetik utama. Bukti yang


mengindikasikan adanya peran dari faktor genetik dari gangguan bipolar terdapat beberapa
bentuk, antara lain :

• Hubungan keluarga inti dengan orang yang menderita BP I diperkirakan 7 kali lebih sering
mengalami BP I dibandingkan populasi umum. Perlu digaris-bawahi, keturunan dari orang tua
yang menderita gangguan bipolar memiliki kemungkinan 50 % menderita gangguan psikiatrik
lain.

• Penelitian pada orang yang kembar menunjukkan hubungan 33 – 90 % menderita BP I


dari saudara kembar yang identik.

• Penelitian pada keluarga adopsi, membuktikan bahwa lingkungan umum bukanlah satu-
satunya faktor yang membuat gangguan bipolar terjadi dalam keluarga. Anak dengan hubungan
biologis pada orang tua yang menderita BP I atau gangguan depresif hebat memiliki resiko yang
lebih tinggi dari perkembangan gangguan afektif, bahkan meskipun mereka bertempat tinggal
dan dibesarkan oleh orang tua yang mengadopsi dan tidak menderita gangguan.

• Cardno dan kawan-kawan di London menunjukkan bahwa skizofrenia, skizoafektif, dan


sindrom manic berbagi faktor resiko genetik dan genetik yang bertanggung jawab terhadap
gangguan skizoafektif seluruhnya secara umum juga terdapat pada dua sindrom yang lain tadi.
Penemuan ini menimbulkan dugaan suatu genetik tersendiri bertanggungjawab pada psikosis
berbagi dengan gangguan mood dan skizofrenia. Tsuang dan kawan-kawan mengindikasikan
adanya kontribusi genetik pada MDI dengan gambaran psikotik, serta menunjukkan adanya
hubungan antara skizofrenia dan gangguan bipolar.

2
• Studi tentang ekspresi gen juga menunjukkan orang dengan gangguan bipolar, depresif
berat, dan skizofrenia mengalami penurunan yang sama dalam ekspresi dari gen hubungan
oligodendrosit-myelin dan abnormalitas substansia nigra pada bermacam daerah otak.

Biokimiawi

• Multipel jalur biokimiawi mungkin berperan pada gangguan bipolar, hal ini yang
menyebabkan sulitnya mendeteksi suatu abnormalitas tertentu.

• Beberapa neurotransmitter berhubungan dengan gangguan ini, sebagian besar didasrkan


pada respon pasien terhadap agen-agen psikoaktif.

• Sejumlah bukti menunjukkan bahwa terdapat kaitan antara glutamat dengan gangguan
bipolar dan depresi berat. Studi postmortem dari lobus frontal dengan kedua gangguan
menunjukkan peningkatan level glutamat.

• Obat tekanan darah reserpin, yang menghabiskan/mendeplesikan katekolamin pada saraf


terminal telah tercatat menyebabkan depresi. Ini berpedoman pada hipotesis katekolamin yang
berpegang pada peningkatan epinefrin dan norepinefrin menyebabkan manic dan penurunan
epinefrin dan norepinefrin menyebabkan depresi.

• Obat-obatan seperti kokain, yang juga bekerja pada sistem neurotransmitter ini
mengeksaserbasi terjadinya manic. Agen lain yang dapat mengeksaserbasi manic termasuk L-
dopa, yang menginhibisi reuptake dopamin dan serotonin.

• Gangguan dan ketidakseimbangan hormonal dari aksis hipotalamus-pituitari-adrenal,


menggangu homeostasis dan menimbulkan respon stres yang juga berperan pada gambaran klinis
gangguan bipolar.

• Antidepresan trisiklik dapat memicu terjadinya manic.

Psikodinamik

• Banyak praktisi melihat dinamika MDI sebagai suatu hal yang berhubungan melalui suatu
jalur.

• Mereka melihat depresi sebagai manifestasi dari suatu kehilangan, contohnya hilangnya
pegertian terhadap diri dan adanya perasaan harga diri rendah. Oleh karena itu, manik timbul
sebagai mekanisme defens dalam melawan rasa depresi (Melanie Klein)

Lingkungan

• Pada beberapa kejadian, suatu siklus hidup mungkin berkaitan langsung dengan stres
eksternal atau tekanan eksternal yang dapat memperburuk berulangnya gangguan pada beberapa
kasus yang memang sudah memiliki predisposisi genetik atau biokimiawi.

3
• Kehamilan merupakan stres tertentu bagi wanita dengan riwayat MDI dan meningkatkan
kemungkinan psikosis postpartum. Contoh lain, oleh karena sifat pekerjaan, beberapa orang
memiliki periode permintaan yang tinggi diikuti periode kebutuhan yang sedikit. Hal ini didapati
pada seorang petani, dimana ia akan sangat sibuk pada musim semi, panas, dan gugur, namun
selama musim dingin akan relatif inaktif kecuali membersihkan salju, sehingga ia akan tampak
manic pada hampir sepanjang tahun dan tenang selama musim dingin. Hal ini menunjukkan
lingkungan juga dapat berpengaruh terhadap keadaan psikiatri seseorang.

Tanda dan gejala

Diagnosis dari BP I ditegakkan dengan setidaknya terdapat episode manic paling tidak dengan
durasi 1 minggu yang mengindikasikan penderita untuk dirawat inap atau kelainan lain yang
signifikan dalam fungsi okupasi dan sosial. Episode manic bukan disebabkan oleh penyakit
medis lain atau penyalahgunaan zat. Kriteria ini berdasarkan spesifikasi dari Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR).

Episode manic ditandai oleh gejala-gejala berikut ini :

• Setidaknya terdapat 1 minggu gangguan mood yang dalam, yang ditandai dengan suasana
perasaan yang meningkat (elasi), mudah marah (iritabel), atau adanya keinginan untuk keluar
rumah.

• Gejala lain yang menyertai antara lain (paling tidak 3 atau lebih): Perasaan kebesaran;
gangguan tidur; nada suara yang tinggi dan bicara berlebihan; flight of ideas; menghilangkan
bukti kekacauan pikiran; meningkatnya tingkat fokus kerja di rumah, tempat kerja atau seksual;
meningkatnya aktivitas yang menyenangkan dan bahkan yang memiliki konsekuensi
menyakitkan.

• Gangguan mood cukup untuk membuat kerusakan di tempat kerja, membahayakan pasien
atau orang lain.

• Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh penyalahgunaan zat atau
karena gangguan medis lain.

Episode hipomanic ditandai oleh gejala-gejala berikut :

• Penderita mengalami suasana perasaan yang meningkat (elasi), adanya keinginan untuk
keluar rumah, atau mudah marah (iritabel) setidaknya selama 4 hari.

• Paling tidak terdapat 3 atau lebih gejala-gejala berikut ini : Perasaan kebesaran atau
mengagumi diri sendiri; gangguan tidur; nada suara tinggi; flight of ideas; menghilangkan bukti
kekacauan pikiran; agitasi psikomotor di rumah, tempat kerja atau seksual; mulai melakukan
aktivitas dengan resiko tinggi terhadap konsekuensi yang menyakitkan.

• Gangguan mood tampak oleh orang lain.

4
• Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh penyalahgunaan zat atau
karena gangguan medis lain.

Episode depresif ditandai dengan gejala-gejala berikut :

• Karena sebab yang sama selama 2 minggu, dengan paling tidak terdapat gejala perasaan
depresi atau ditandai dengan kehilangan kesenangan atau perhatian, setidaknya pada seseorang
terdapat 5 atau lebih gejala berikut ini : Perasaan depresi/tertekan; penurunan perasaan senang
dan minat pada hampir semua aktivitas; penurunan berat badan yang signifikan dan selera;
hipersomnia atau insomnia; retardasi psikomotor atau agitasi; kehilangan energi atau kelemahan;
penurunan daya konsentrasi; preokupasi dengan kematian atau bunuh diri, penderita memiliki
rencana untuk bunuh diri atau telah melakukan bunuh diri tersebut.

• Gejala-gejala tersebut menyebabkan kerusakan dan distress.

• Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh penyalahgunaan zat atau
karena gangguan medis lain.

Episode campuran ditandai dengan gejala-gejala berikut ini :

• Pada penderita harus terdapat kedua kriteria baik manic maupun depresi, dengan gejala
depresi hanya terjadi selama 1 minggu.

• Gangguan mood mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi sosial dan kerja.

• Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh penyalahgunaan zat atau
karena gangguan medis lain.

Pemeriksaan Fisik

Menggunakan Mental Status Examination (MSE) untuk mendiagnosis adanya gangguan bipolar.
Status mental penderita tergantung pada keadaan depresi, hipomanic, manic, atau campuran,
dengan variasi area MSE ditandai sesuai dengan fase tertentu dari penderita.

Penampilan

o Periode depresi : Orang yang menunjukkan suatu periode depresi mungkin menunjukkan
sedikit sampai tidak ada kontak mata. Pakaian mereka mungkin tidak terawat, kotor, berlubang,
kumal, serta tidak cocok dengan ukuran badan. Bila seseorang kehilangan berat badan secara
signifikan, ukuran pakaiannya tidak akan cocok. Kebersihan diri tercermin dari mood mereka
yang rendah, yang ditunjukkan dengan badan yang kurus, tidak bercukur, dan tidak
membersihkan diri. Pada wanita, kuku jari tangannya mungkin terdapat lapisan warna yang
berbeda atau sebagian warna yang rusak pada kuku mereka, bahkan cenderung kotor juga pada
tangannya. Rambut mereka juga tidak terurus. Bila orang ini bergerak, afek depresi jelas terlihat.
Mereka bergerak dengan lambat dan sangat sedikit yang menunjukkan retardasi psikomotor.
Mereka juga berbicara dengan suara yang pelan atau suara yang monoton.

5
o Episode hipomanic : Penderita ini sangat sibuk dan aktif. Mereka memiliki energi dan
selalu kemana-mana. Mereka selalu berencana melakukan sesuatu, sebagian mengalami
perubahan tingakat energi dan suasana hati (Keck, 2003).

o Episode manic : Pada banyak kasus, perilaku penderita dengan fase manic menunjukkan
perilaku yang berlawanan dengan penderita dengan fase depresi. Penderita fase manic
menunjukkan keadaan hiperaktif dan hipervigilasi. Mereka kurang istirahat, bertenaga, aktif,
serta berbicara dan bertindak cepat. Pakaian mereka mencerminkan keadaan itu, dimana terlihat
dikenakan dengan tergesa-gesa dan kacau. Pakaian mereka biasanya terlalu terang, penuh warna,
serta mencolok. Mereka berdiri di keramaian dan menjadi menonjol karena pakaian mereka yang
sering menarik perhatian.

Afek/Suasana Hati

o Episode depresi: Kesedihan mendominasi suasana hati seseorang dalam episode depresi.
Penderita merasa sedih, tertekan, kehilangan, kosong dan terisolasi. “2 Hs” sering menyertai
suasana hati penderita, tanpa pengahrapan dan semua terasa sia-sia.

o Episode hipomanic: Suasana hati penderita meningkat, meluas dan peka.

o Episode manic: Suasana hati penderita tampak menggembirakan, dan bahkan berlebihan.
Euphoria. Penderita sangat mudah marah.

o Episode campuran: penderita menunjukkan gejala kedua episode (depresi dan manic)
dalam suatu periode singkat (1 minggu atau kurang).

Pikiran

o Episode Depresi: Penderita mempunyai pemikiran yang mencerminkan kesedihan mereka.


Gagasan yang negatif, perhatian nihilistik, dan mereka mempunyai suatu istilah bahwa “ mereka
bagaikan gelas yang separuh kosong”. Pemikiran mereka lebih berfokus tentang kematian dan
tentang bunuh diri.

o Episode Hipomanic: Penderita mempunyai pemikiran yang optimis, berpikir ke depan dan
mempunyai sikap yang positif.

o Episode Manic: Penderita mempunyai pemikiran yang sangat opimis dan luas. Percaya diri
yang berlebihan. Mereka dapat dengan cepat membuat pemikiran/gagasan. Mereka merasa
pemikiran mereka sangat aktif dan aktif.

o Episode Campuran: Penderita dapat berubah secara cepat antara depresi dan euforia dan
meraka juga mudah marah.

Persepsi

6
o Episode Depresi: Terdapat 2 format dari tipe depresi yang dijelaskan. Dengan psikotik dan
tanpa psikotik. Dengan psikotik, penderita mempunyai khayalan dan halusinasi yang sesuai atau
tidak dengan suasana hati. Penderita merasa telah berdosa, bersalah, dan merasakan penyesalan
yang snagat dalam.

o Episode Hipomanic: Penderita tidak mengalami gangguan persepsi.

o Episode Manic: 3 dari 4 penderita dalam tahap ini mengalami halusinasi. Khayalan manic
menunjukkan persepsi gengsi dan kemuliaan.

o Episode Campuran: Penderita menunjukkan khayalan dan halusinasi yang konsisten


dengan depresi atau manic atau keduanya.

Bunuh Diri

o Episode Depresi: Angka kejadian bunuh diri banyak terjadi pada penderita depresi.
Mereka adalah individu yang mencoba dan berhasil dalam usaha bunuh diri.

o Episode Hipomanic: Angka bunuh diri rendah.

o Episode Manic: Angka bunuh diri rendah.

o Episode Campuran: Pada tahap depresi pasien memiliki resiko untuk bunuh diri.

Pembunuhan/Kekerasan

o Episode Depresi: Pembunuhan yang dilakukan oleh penderita biasanya diikuti dengan
bunuh diri. Pada beberapa penderita depresi biasanya merasa dunia sudah tidak berguna lagi
untuknya dan untuk orang terdekatnya/orang lain.

o Episode Hipomanic: Penderita menunjukkan sifat mudah marah dan agresif. Mereka dapat
menjadi tidak sabar terhadap orang lain.

o Episode Manic: Penderita agresif. Mereka tidak memiliki sifat sabar atau toleransi dengan
orang lain tidak ada. Mereka dapat menjadi sangat menuntut, kasar, sangat mudah marah.
Pembunuhan terjadi jika penderita mempunyai suatu khayalan terhadap kesenangan penderita.

o Episode Campuran: Penderita dapat menjadi sangat agresif terutama dalam tahap manic.

Pengertian Diri/Insight

o Episode Depresi: Depresi dapat mempengaruhi penilaian seseorang mengenai dirinya


sendiri. Penderita biasanya gagal dalam melakukan tindakan yang penting sebab mereka sangat
jatuh dan menurun dalam mengenali diri mereka sendiri. Meraka memeiliki sedikit pengertian
terhadap diri mereka sendiri.

7
o Episode Hipomanic: Biasanya penderita memiliki penegrtian yang baik mengenai diri
mereka. Namun sangat luas. Mereka menilai diri mereka sangat produktif dan teliti, bukan
sebagai hipomanic.

o Episode Manic: Dalam tahap ini pengertian diri/insight sangat lemah. Penderita tidak
mempunyai pengertian yang jelas mengenai kebutuhan, rencana dan perilaku mereka.

o Episode Campuran: Pergeseran/perubahan dalam afek dapat merusak pengertian pasien


tentang dirinya dan bertentangan dengan insight mereka.

Kognitif : Kemunduran/kelemahan dalam orientasi dan daya ingat sangat jarang diamati pada
pasien dengan gangguan afek bipolar kecuali mereka psikotik. Mereka mengetahui waktu dan
temapt mereka berada. Mereka dapat mengingat kejadian yang lampau dan terbaru. Pada
beberapa kasus hipomanic dan kadang hipomanic, kemampuan penderita untuk mengingat
informasi dapat sangat luas. Pada dpresi dan manic yang berat, penderita dapat mengalami
kesulutan dalam berkonsentrasi dan memusatkan perhatiannya.

Penatalaksanaan

1. Penentuan Kegawatdaruratan Penderita

Pengobatan dari gangguan bipolar secara langsung terkait pada fase dari episodenya, seperti
depresi atau manic, dan derajat keparahan fase tersebut. Contoh, seseorang dengan depresi yang
ekstrim dan menunjukkan perilaku bunuh diri memerlukan/mengindikasikan pengobatan rawat
inap. Sebaliknya, seseorang dengan depresi moderat yang masih dapat bekerja, diobati sebagai
pasien rawat jalan.

Pengobatan pasien rawat inap : indikasi seseorang dengan gangguan bipolar untuk dirawat inap
adalah sebagai berikut :

• Berbahaya untuk diri sendiri : Pasien yang terutama dengan episode depresif, dapat
terlihat dengan resiko yang signifikan untuk bunuh diri. Percobaan bunuh diri yang serius dan
ideasi spesifik dengan rencana menghilangkan bukti, memerlukan observasi yang ketat dan
perlindungan pencegahan. Namun, bahaya bagi penderita bisa datang dari aspek lain dari
penyakit, contohnya seorang penderita depresi yang tidak cukup makan beresiko kematian,
sejalan dengan itu, penderita dengan manic yang ekstrim yang tidak mau tidur atau makan
mungkin mengalami kelelahan yang hebat.

• Berbahaya bagi orang lain : Penderita gangguan bipolar dapat mengancam nyawa ornag
lain, contohnya seorang penderita yang mengalami depresi yang berat meyakini bahwa dunia itu
sangat suram/gelap, sehingga ia berencana untuk membunuh anaknya untuk membebaskan
mereka dari kesengsaraan dunia.

• Ketidakmampuan total dari fungsi : Adakalanya depresi yang dialami terlalu dalam,
sehingga orang tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali, meninggalkan orang seperti ini
sendirian sanagt berbahaya dan tidak menyembuhkannya.

8
• Tidak dapat diarahkan sama sekali : Hal ini benar-benar terjadi selama episode manic.
Dalam situasi ini, perilaku penderita sangat di luar batas, mereka menghancurkan karir dan
berbahaya bagi orang di sekitarnya.

• Kondisi medis yang harus dimonitor : Contohnya penderita gangguan jiwa yang disertai
gangguan jantung harus berada di lingkungan medis, dimana obat psikotropik dapat dimonitor
dan diobservasi.

Rawat inap parsial atau program perawatan sehari

• Secara umum, penderita ini memiliki gejala yang berat namun memiliki tingkat
pengendalian dan lingkungan hidup yang stabil.

• Contohnya, penderita dengan depresi berat yang berpikir akan bunuh diri tapi tidak
berencana untuk melakukannya dan dapat memiliki tingkat motivasi yang tinggi bila diberi
banyak dukungan interpersonal, terutama sepanjang hari dan dengan bantuan dan keterlibatan
dari keluarga. Keluarga harus selalu berada di rumah setiap malam dan harus peduli terhadap
penderita. Rawat inap parsial juga menjembatani untuk bisa segera kembali bekerja. Kembali
secara langsung ke pekerjaan seringkali sulit bagi penderita dengan gejala yang berat, dan rawat
inap parsial memberi dukungan dan hubungan interpersonal.

Pengobatan rawat jalan : Pengobatan rawat jalan memiliki 4 tujuan utama.

• Pertama, lihat stresornya dan cari cara untuk menanganinya. Stres ini bisa berasal dari
keluarga atau pekerjaan, namun bila terakumulasi, mereka mendorong penderita menjadi manic
atau depresi. Hal ini merupakan bagian dari psikoterapi.

• Kedua, memonitor dan mendukung pengobatan. Pengobatan membuat perubahan yang


luar biasa. Kuncinya adalah mendapatkan keuntungan dan mencegah efek samping. Penderita
memiliki rasa yang bertentangan dengan pengobatan mereka. Mereka mengetahui bahwa obat
membantu dan mencegah mereka untuk dirawat inap, namun mereka juga menyangkal
memerlukannya. Oleh karena itu, harus dibantu untuk mengarahkan perasaan mereka dan
membantu mereka untuk mau melanjutkan pengobatan.

• Ketiga, membangun dan memelihara sekumpulan orang yang peduli. Hal ini merupakan
satu dari banyak alasan bagi para praktisi setuju dengan ambivalensi penderita tentang
pengobatan. Seiring perjalanan waktu, kekuatan sekumpulan orang yang peduli membantu
mempertahnkan gejala penderita dalam keadaan minimum dan membantu penderita tinggal dan
diterima di masyarakat.

• Keempat, aspek yang melibatkan edukasi. Klinisi harus membantu edukasi bagi penderita
dan keluarga tentang penyakit bipolar. Mereka harus sadar dan waspada terhadap bahaya
penyalahgunaan zat, situasi yang mungkin memicu kekambuhan, dan peran pengobatan yang
penting. Dukungan kelompok bagi penderita dan keluarga memiliki arti penting yang sangat luar
biasa.

9
• Keadaan kesehatan tubuh penderita gangguan bipolar juga harus diperhatikan oleh para
praktisi, termasuk keadaan kardiovaskular, diabetes, masalah endokrin, infeksi, komplikasi
sistem urinari, dan gangguan keseimbangan elektrolit.

2. Terapi

Terapi Farmakologi

Pengobatan yang tepat tergantung pada stadium gangguan bipolar yang dialami penderita.
Pilihan obat tergantung pada gejala yang tampak, seperti gejala psikotik, agitasi, agresi, dan
gangguan tidur. Antipsikosis atipikal meningkat penggunaannya untuk kedua hal yaitu manic
akut dan mood stabilization. Rentang yang luas dari antidepresan dan ECT digunakan untuk
episode depresi akut (contoh, depresi berat). Selanjutnya, suatu medikasi lain dipilih untuk terapi
pemeliharaan/maintenance dan pencegahan.

Pengalaman klinik menunjukkan bahwa bila diterapi dengan obat mood stabilizer, penderita
gangguan bipolar akan mengalami lebih sedikit periode manic dan depresi. Medikasi ini bekerja
menstabilkan mood penderita sesuai namanya, juga menstabilakn manic dan depresi yang
ekstrim. Antipsikosis atipikal kini juga sering digunakan untuk menstabilkan manic akut, bahkan
untuk mengobati beberapa kasus depresi bipolar untukmenstabilkan mood, seperti ziprasidone,
quetiapine, risperidone, aripiprazole and olanzapine. Berdasarkan konsensus yang sekarang,
pengobatan yang paling efektif untuk manic akut adalah kombinasi dari generasi kedua
antipsikosis dan medikasi mood stabilizing. Tabel berikut menunjukkan FDA-approved bipolar
treatment regimens.

Tabel FDA-Approved Bipolar Treatment Regimens

Nama Generik Nama Dagang Manic Mixed Maintenance Depresi


Valproate Depakote X
Carbamazepine extended release Equestro X X
Lamotrigine Lamictal X
Lithium X X
Aripiprazole Abilify X X X
Ziprasidone Geodon X X
Risperidone Risperdal X X
Quetiapine Seroquel X X
Chlorpromazine Thorazine X
Olanzapine Zyprexa X X X
Olanzapine/fluoxetine Combination Symbyax X

Terapi Non Farmakologi

Konsultasi

10
Suatu konsultasi dengan seorang psikiater atau psikofarmakologis selalu sesuai bila penderita
tidak menunjukkan respon terhadap terapi konvensional dan medikasi.

Diet

Terkecuali pada penderita dengan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), tidak ada diet khusus
yang dianjurkan. Penderita dianjurkan untuk tidak merubah asupan garam, karena peningkatan
asupan garam membuat kadar litium serum menurun dan menurunkan efikasinya, sedangkan
mengurangi asupan garam dapat meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas.

Aktivitas

Penderita dengan fase depresi harus didukung untuk melakukan olahraga/aktivitas fisik. Jadwal
aktivitas fisik yang reguler harus dibuat. Baik aktivitas fisik dan jadwal yang reguler meupakan
kunci untuk bertahan dari penyakit ini. Namun, bila aktivitas fisik ini berlebihan dengan
peningkatan perspirasi dapat meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas
litium.

Edukasi Penderita

Pengobatan penderita gangguan bipolar melibatkan edukasi penderita awal dan lanjutan. Tujuan
edukasi harus diarahkan tidak hanya langsung pada penderita, namun juga melalui keluarga dan
sistem disekitarnya. Lagipula, fakta menunjukkan peningkatan dari tujuan edukasi ini, tidak
hanya meningkatkan ketahanan dan pengetahuan mereka tentang penyakit, namun juga kualitas
hidupnya.

• Pertama, penjelasan biologis tentang penyakit harus jelas dan benar. Hal ini mengurangi
perasaan bersalah dan mempromosikan pengobatan yang adekuat.

• Kedua, memberi informasi tentang bagaimana cara memonitor penyakit terkait apresiasi
tanda awal, pemunculan kembali, dan gejala. Pengenalan terhadap adanya perubahan
memudahkan langkah-langkah pencegahan yang baik.

• Kelompok pengobatan yang adekuat tinggal suatu bagian yang penting dari perawatan dan
edukasi.

• Edukasi juga harus memperhatikan bahaya dari stresor. Membantu identifikasi individu
dan bekerja dengan stresor yang ada menyediakan aspek kritis penderita dan kewaspadaan
keluarga.

• Akhirnya, informasikan kepada penderita tentang kekambuhan dalam konteks gangguan.

• Cerita-cerita tentang individu membantu penderita dan keluarga, terutama cerita tentang
individu dengan MDI dapat membantu penderita untuk berusaha menghadapi tantangan dari
perspektif lain.

11
Pencegahan

Prevensi merupakan kunci dari terapi jangka panjang dari gangguan bipolar. Hal ini mencakup
beberapa hal sebagai berikut :

• Pertama, medikasi seperti litium bertindak sebagai mood stabilizers.

• Kedua, psikoedukasi dimulai dari penderita dan keluarga penderita. Keduanya harus
memahami dan mengetahui pentingnya pengobatan adekuat dan tanda-tanda awal dari manic dan
depresi, ini merupakan hal yang penting.

Komplikasi

• Komplikasi dari gangguan ini antara lain bunuh diri, pembunuhan, dan adiksi.

Prognosa

• Penderita dengan BP I lebih buruk daripada penderita depresi berat. Dalam 2 tahun
pertama setelah episode awal, 40 – 50 % penderita mengalami serangan manic lain.

• Hanya 50 – 60 % penderita BP I dapat dikontrol dengan litium terhadap gejalanya. Pada 7


% penderita, gejala tidak kembali/mengalami penyembuhan, 45 % penderita mengalami episode
berulang, dan 40 % mengalami gangguan yang menetap.

• Seringkali perputaran episode depresif dan manic berhubungan dengan usia.

• Faktor-faktor yang membuat prognosis menjadi lebih buruk antara lain : Riwayat kerja
yang buruk; penyalahgunaan alkohol; gambaran psikotik; gambaran depresif diantara episode
manic dan depresi; adanya bukti keadaan depresif, jenis kelamin laki-laki.

• Indikator prognosis yang baik adalah sebagai berikut : fase manic (dalam durasi pendek);
Onset terjadi pada usia yang lanjut; pemikiran untuk bunuh diri yang rendah; gambaran psikotik
yang rendah; masalah kesehatan (organik) yang rendah.

12

You might also like