You are on page 1of 3

http://jakarta45.wordpress.

com/tag/moslem
-wisdom/page/11/
Al-Qalasadi & Aljabar
By Republika Newsroom
Jumat, 02 Oktober 2009 pukul 08:37:00
Al-Qalasadi, Sang Pencetus Simbol Aljabar

Simbol-simbol Aljabar pertama kali dikembangkan oleh matematikus dari Andaluisa,


Ibnu Al-Banna pada abad ke-14 dan Al-Qalasadi pada abad ke-15

Jasa al-Qalasadi dalam mengembangkan matematika sungguh sangat tak ternilai. Betapa
tidak. Tanpa dedikasi sang matematikus Muslim di abad ke-15 itu, dunia boleh jadi tak
mengenal simbol-simbol ilmu hitung.  Sejarah mencatat, al-Qalasadi merupakan salah
seorang matematikus Muslim yang berjasa memperkenalkan simbol-simbol Aljabar.

”Simbol-simbol Aljabar pertama kali dikembangkan peradaban Islam oleh matematikus dari
Andalusia, Ibnu al-Banna pada abad ke-14 dan al-Qalasadi pada abad ke-15,” ujar  J  Samso-
Moya. Al-Qalasadi memperkenalkan simbol-simbol matematika dengan mengunakan
karakter dari alfabet Arab.

Ia menggunakan wa yang berarti ”dan” untuk penambahan (+). Untuk pengurangan (-), al-
Qalasadi menggunakan illa berarti ”kurang”. Sedangkan untuk perkalian (x), ia menggunakan
fi yang berarti ”kali”. Simbol ala yang berarti ”bagi” digunakan untuk pembagian (/).

Selain itu, al-Qalasadi juga menggunakan simbol j untuk melambangkan ”akar”.  Simbol sh
digunakan untuk melambangkan sebuah variable (x).  Lalu, ia menggunakan simbol m) untuk
melambangkan ”kuadrat” (X2). Huruf k digunakan sebagai simbol ”pangkat tiga” (x3).
Sedangkan,  melambangkan persamaan (=).

Tanpa jasa al-Qalasadi, boleh jadi masyarakat modern tak akan mengenal simbol Aljabar
yang sangat penting itu. Lalu, sebenarnya siapakah al-Qalasadi itu? Matematikus Muslim
terkemuka itu bernama lengkap  Abu al-Hasan ibnu Ali al-Qala?adi. Ia terlahir pada 1412  di
Bastah (sekarang, Baza), Andalusia yang kini dikenal sebagai Spanyol.

Menurut JJ O’Connor dan EF Robertson,  Andalusia berasal dari bahasa Arab, al-Andalus.
Nama itu digunakan  umat Islam untuk menyebut seluruh wilayah Spanyol dan Portugal yang
pernah dikuasai umat Muslim dari abad ke-8 M hingga abad ke-11. Wilayah tempat
berdirinya Kekhalifahan Umayyah Spanyol itu, kemudian direbut kembali orang Kristen.

Andalusia, kata O’Connor,  hanya digunakan untuk menyebut kawasan yang tersisa di bawah
kekuasaan Islam. Penaklukan Kristen terhadap wilayah Andalusia membutuhkan empat abad.
Andalusia merupakan wilayah yang makmur pada abad ke-13 M. Di wilayah itu, terdapat
Alhambra, istana yang indah dan benteng dari penguasa Granada.
Al-Qalasadi adalah seorang intelektual Muslim yang dibesarkan di Bastah. Masa kanak-
kanaknya dilalui dengan sangat sulit. Pada masa itu, Kerajaan Kristen sering menyerang kota
Bastah.  Meski hidup dalam situasi keamanan yang tak stabil, ia tak pernah melalaikan
tugasnya untuk belajar dan menimba ilmu.

Ilmu hukum dan Alquran merupakan pelajaran pertama yang diperolehnya di tanah kelahiran.
Setelah menginjak remaja, al-Qalasadi hijrah ke selatan, menjauhi zona perang menuju
Granada. Di kota itu, ia melanjutkan studinya mempelajari ilmu filsafat, ilmu pengetahuan
dan hukum Islam. Al-Qalasadi sering melakukan perjalanan ke negara-negara Islam. Secara
khusus,  dia menghabiskan banyak waktunya di Afrika Utara. Dia hidup di negara-negara
Islam yang memberikan dukungan kuat terhadap Andalusia baik secara politik maupun
dengan bantuan militer dalam melakukan perlawanan terhadap serangan Kristen.

Dia menghabiskan waktu di Tlemcen (sekarang di barat laut Aljazair, dekat perbatasan
Maroko). Di tempat itu,  ia belajar di bawah  bimbingan guru-gurunya untuk mempelajari
aritmatika dan aplikasinya. Setelah itu,  dia hijrah ke Mesir untuk berguru  pada beberapa
ulama terkemuka.

Al-Qalasadi  juga sempat menunaikan ibadah haji ke  Makkah dan kembali ke lagi Granada.
Ketika kembali  ke Granada, keadaan wilayah tersebut semakin memburuk. Bagian yang
tersisa dari wilayah Muslim terus diserang orang-orang Kristen Aragon dan Castile. Suasana
itu tak menyurutkan tekadnya untuk tetap mengajarkan ilmu yang dikuasainya.

Dalam situasi genting pun, al-Qalasadi tetap mengajar dan menulis sderet karya yang sangat
penting. Serangan tentara Kristen yang terus-menerus membuat kehidupannya di Granada,
semakin sulit.  Wilayah kekuasaan Muslim di Granada habis pada 1492, ketika  Granada
jatuh ke tangan orang Kristen.

Selama hidupnya, al-Qalasadi menulis beberapa buku mengenai aritmatika dan sebuah buku
mengenai aljabar. Beberapa di antaranya berisi komentar-komentar terhadap karya Ibnu al-
Banna yang bertajuk Talkhis Amal al-Hisab (Ringkasan dari Operasi Aritmatika). Ibnu al-
merupakan matematikus Muslim yang hidup satu abad lebih awal dari al-Qalasadi.

Risalah utama al-Qalasadi adalah al-Tabsira fi’lm al-Hisab (Klarifikasi Ilmu Berhitung).
Sayangnya, buku itu sulit dipelajari orang kebanyakan. Untuk mempelajarinya dibutukan
ketajaman pikiran. Buku itu sangat dipengaruhi pemikiran Ibnu al-Banna. Meskipun al-
Qalasadi sudah berusaha menyederhanakan tingkat kerumitan karya al-Banna.

Buku aritmatika  karya al-Qalasadi yang lebih sederhana, terbukti begitu populer dalam
pengajaran aritmatika di Afrika Utara. Karya-karyanya itu digunakan selama lebih dari 100
tahun. Jejak intelektual  al-Qalasadi rupanya cukup dikenal  dan diketahui para sejarawan.

Salah seorang penulis yang bernama J Samso Moya, mengatakan, para penulis menganalisis
karya para ahli matematika dari Maghrib (Afrika Utara) seolah-olah mereka sepenuhnya
tidak terpengaruh dari pendahulu mereka di Timur Islam.

Hal itu, kata Moya, mendorong mereka untuk menekankan pentingnya mengunakan simbol
aljabar yang digunakan  Al-Qalasadi (1412-1486), tanpa memperhatikan usaha-usaha serupa
sebelumnya baik di Timur maufut di Barat Islam. Para penulis di abad ke-19 percaya bahwa
simbol-simbol aljabar pertama kali dikembangkan dalam Islam oleh ahli matematika
Spanyol-Arab Ibn al-Banna dan Al-Qalasadi.

Kalangkaan simbol-simbol matematika di Italia, mungkin disebabkan ketidaktahuanilmuwan


Italia seperti, Leonardo Fibonacci akan adanya karya-karya hebat para ahli matematika dari 
Andalusia. Boleh jadi simbol-simbol Aljabar tersebut bukan penemuan al-Qalasadi, tetapi
dia  memiliki kontribusi yang besar dalam mengenalkan simbol-simbol Aljabar tersebut
kepada dunia. Simbol-simbol Aljabar tersebut telah digunakan di kekaisaran Muslim Timur,
bahkan mungkin lebih awal dari itu.

Tradisi Belajar di Tanah Kelahiran Sang Ilmuwan

Tradisi belajar di Andalusia sudah tampak sejak awal abad ke-9 M. Di wilayah kekuasaan
kekhalifahan Umayyah itu, anak-anak para pangeran, pejabat atau orang yang terhormat
harus belajar. Mereka belajar dari ajaran ilmiah menggunakan salinan terjemahan karya
ilmiah Yunani dan India.

Lalu muncullah buku-buku pengajaran bahasa Arab pertama di Andalusia yang berasal dari 
Baghdad, ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah. Belajar bukan hanya hak kelompok elite semata. 
Anak-anak para pedagang dan keluarga kerajaan mendapatkan buku-buku dari orang tuanya
yang kaya.

Melihat keinginan yang besar untuk belajar, Khalifah akhirnya mendukung kegiatan-kegiatan
ilmiah dengan membiayai pembentukan sebuah perpustakaan penting untuk menyediakan
beraneka macam buku. Inisiatif Khalifah untuk memajukan pendidikan dengan membangun
banyak perpustakaan akhirnya meningkatkan perkembangan kegiatan ilmiah di kota-kota
utama Muslim Spanyol.

Beberapa kota yang pendidikan dan ekonominya maju pada masa itu antara lain: Cordoba,
Toledo, Sevilla, Zaragoza dan Valencia. Selama sepertiga akhir abad ke-9 dan abad ke-10 M,
kegiatan mengajar dan penelitian berkembang pesat terutama dalam bidang matematika.

Khalifah Umayyah dpada abad ke-10 dan Khalifah Abd ar-Rahman III ( 912-961) serta
putranya al-Hakam II (961-976) sangat mendukung perkembangan dunia pendidikan dan
ilmu pengetahuan. Maka bisa dikatakan bahwa Andalusia –  tempat kelahiran al-Qalasadi —
merupakan wilayah yang memiliki tradisi belajar dan penelitian.

Pada masa itu, berbagai macam karya astronomi maupun matematika banyak dilahirkan oleh
para ilmuwan besar, termasuk al-Qalasadi. Selain itu, banyak juga ilmuwan yang lahir di
Andalusia, termasuk Ibnu as-Samh dan al-Zahrawi, yang mendominasi kegiatan ilmiah paruh
pertama abad ke-11 M,  serta menerbitkan banyak buku di Spanyol dan di Maroko.

Tradisi belajar dan ilmiah di Andalusia ditandai dengan pertukaran ilmu antara umat Muslim
di Andalusia dan  Maghribi (Afrika Utara).  Pada zaman itu, begitu  banyak ilmuwan dari
Andalusia yang pergi ke Maghribi, begitu pula sebaliknya. dya/taq

You might also like