Professional Documents
Culture Documents
Kemungkinan terdapat lebih dari 100 milyar (1011) galaksi pada alam semesta teramati.
Sebagian besar galaksi berdiameter 1000 hingga 100.000 parsec dan biasanya dipisahkan
oleh jarak yang dihitung dalam jutaan parsec (atau megaparsec). Ruang antar galaksi
terisi dengan gas yang memiliki kerapatan massa kurang dari satu atom per meter kubik.
Sebagian besar galaksi diorganisasikan ke dalam sebuah himpunan yang disebut klaster,
untuk kemudian membentuk himpunan yang lebih besar yang disebut superklaster.
Struktur yang lebih besar ini dikelilingi oleh ruang hampa di dalam alam semesta.
Meskipun belum dipahami secara menyeluruh, materi gelap terlihat menyusun sekitar 90%
dari massa sebagian besar galaksi. Data observasi menunjukkan lubang hitam supermasif
kemungkinan ada pada pusat dari banyak (kalau tidak semua) galaksi.
Etimologi
Kata galaksi diturunkan dari istilah bahasa Yunani untuk Milky Way (galaksi kita),
galaxias (γαλαξίας), atau kyklos galaktikos. Kata ini berarti "lingkaran susu", sesuai
dengan penampakannya di angkasa. Dalam
mitologi Yunani, Zeus menempatkan anak laki-lakinya
yang dilahirkan oleh manusia biasa, bayi Heracles,
pada payudara Hera ketika Hera sedang tidur
sehingga bayi tersebut meminum susunya dan
karena itu menjadi manusia abadi. Hera terbangun
ketika sedang menyusui dan kemudian
menyadari ia sedang menyusui bayi yang tak
dikenalnya: ia mendorong bayi tersebut dan air susunya menyembur mewarnai langit
malam, menghasilkan pita cahaya tipis yang dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Milky
Way (jalan susu).
Macam-Macam Galaksi
jika kerapatan gas cukup rendah, maka bintang terbentuk lamban dan pertama terbentuk
di dekat pusat (bulge) yang kerapatannya cenderung lebih besar, sedangkan yang di tepi
kemudian terpengaruh gravitasi bintang yang telah terbentuk di pusat dan berputar
membentuk spiral sambil membentuk bintang2 baru. akibatnya bintang di tengah2
merupakan bintang tua dan di piringan spiralnya lebih muda. galaksi ini disebut galaksi
spiral (S dan SB)
jika kerapatan gas sedikit lebih rendah lagi maka gas akan memampat dulu sebelum
membentuk bintang, sehingga saat galaksi jenis lain telah menghasilkan bintang, galaksi
ini belum akibatnya usia bintang2 dalam galaksi ini muda dan jumlahnya relatif sedikit.
galaksi ini disebut galaksi irregular (Ir). Karena belum lama mulai berotasi maka
bentuknya masih tidak beraturan meskipun menampakkan bentuk spiral di sana-sini.
Bima Sakti
Bima Sakti (dalam bahasa Inggris Milky Way, yang berasal dari bahasa Latin Via Lactea,
diambil lagi dari bahasa Yunani Γαλαξίας
Galaxias yang berarti "susu") adalah galaksi
spiral yang besar termasuk dalam tipe Hubble
SBbc dengan total masa sekitar 10 massa
matahari, yang memiliki 200-400 milyar
bintang dengan diameter 100.000 tahun cahaya
dan ketebalan 1000 tahun cahaya.[1] Jarak
antara matahari dan pusat galaksi diperkirakan
27.700 tahun cahaya. Di dalam galaksi bima
sakti terdapat sistem Tata Surya, yang
Pusat galaksi di arah rasi Sagitarius.
didalamnya terdapat planet Bumi tempat kita
Bintang-bintang utama dalam rasi
tinggal. Diduga di pusat galaksi bersemayam
Sagitarius ditandai dengan titik merah.
lubang hitam supermasif (black hole).
Tampak bahwa terdapat penampakan
Sagitarius A dianggap sebagai lokasi lubang
seperti bayangan hitam di tengah yang
hitam supermasif ini. Tata surya kita
dikelilingi oleh semacam "aura"
memerlukan waktu 225–250 juta tahun untuk
cemerlang. Bayangan hitam itulah yang
menyelesaikan satu orbit, jadi telah 20–25 kali
menjadi asal usul nama "Bima Sakti".
mengitari pusat galaksi dari sejak saat
terbentuknya. Kecepatan orbit tata surya adalah 217 km/d.
Diperkirakan ada 4 spiral utama dan 2 yang lebih kecil yang bermula dari tengah galaksi.
Dan dinamakan sebagai berikut:
• Lengan Norma
• Lengan Scutum-Crux
• Lengan Sagitarius
• Lengan Orion atau Lengan Lokal
• Lengan Perseus
Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat
planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan
Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu kali di luar
bagian yang terluar.
Berdasarkan jaraknya dari matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9
juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta
km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km).
Sejak pertengahan 2008, ada lima obyek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet
kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada lebih jauh dari Neptunus. Kelima
planet kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dulunya
diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906 juta km.; dulunya diklasifikasikan
sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris
(10.100 juta km).
Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit
alami, yang biasa disebut dengan "bulan" sesuai dengan Bulan atau satelit alami Bumi.
Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari debu dan
partikel lain.
Matahari
Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan
merupakan komponen utama sistem Tata Surya ini.
Bintang ini berukuran 332.830 massa bumi. Massa yang
besar ini menyebabkan kepadatan inti yang cukup besar
untuk bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir dan
menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat.
Kebanyakan energi ini dipancarkan ke luar angkasa
dalam bentuk radiasi eletromagnetik, termasuk
spektrum optik.
Matahari dilihat dari spektrum
sinar-X Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning
(tipe G V) yang berukuran tengahan, tetapi nama ini
Dipercayai bahwa posisi matahari pada deret utama secara umum merupakan "puncak
hidup" dari sebuah bintang, karena belum habisnya hidrogen yang tersimpan untuk fusi
nuklir. Saat ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat
kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.[14]
Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori
ini terbentuk lebih akhir pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung lebih
banyak unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium ("metal" dalam sebutan
astronomi) dibandingkan dengan bintang "populasi II". Unsur-unsur yang lebih berat
daripada hidrogen dan helium terbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian
meledak. Bintang-bintang generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam
semesta dapat dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih berat ini. Bintang-bintang tertua
mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai kandungan metal
yang lebih tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh
penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah hasil
penggumpalan metal.
Tata Surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid.
Terutama terbuat dari silikat dan logam, objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup
dekat dengan matahari, radius dari seluruh daerah ini lebih pendek dari jarak antara
Yupiter dan Saturnus.
Merkurius
Venus
Venus (0,7 SA dari matahari) berukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). Dan
seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi,
atmosfernya juga tebal dan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini lebih
kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bumi. Venus tidak
memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai
400 °C, kemungkinan besar disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung di
dalam atmosfer. Sejauh ini aktivitas geologis Venus belum dideteksi, tetapi
karena planet ini tidak memiliki medan magnet yang bisa mencegah habisnya
atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.
Bumi
Bumi (1 SA dari matahari) adalah planet bagian dalam yang terbesar dan
terpadat, satu-satunya yang diketahui memiliki aktivitas geologi dan satu-satunya
planet yang diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah khas
di antara planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang
diobservasi memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda
dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk
hidup yang menghasilkan 21% oksigen.[32] Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-
satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
Mars
Mars (1,5 SA dari matahari) berukuran lebih keci dari bumi dan Venus (0,107
massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah
karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti
Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles marineris, menunjukan aktivitas
geologis yang terus terjadi sampai baru belakangan ini. Warna merahnya berasal
dari warna karat tanahnya yang kaya besi.[33] Mars mempunyai dua satelit alami
kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga merupakan asteroid yang terjebak
gravitasi Mars.[34]
Kelompok asteroid
Asteroid pada sabuk utama dibagi menjadi kelompok dan keluarga asteroid bedasarkan
sifat-sifat orbitnya. Bulan asteroid adalah asteroid yang mengedari asteroid yang lebih
besar. Mereka tidak mudah dibedakan dari bulan-bulan planet, kadang kala hampir
sebesar pasangannya. Sabuk asteroid juga memiliki komet sabuk utama yang mungkin
merupakan sumber air bumi.[42]
Bagian dalam Tata Surya juga dipenuhi oleh asteroid liar, yang banyak memotong orbit-
orbit planet planet bagian dalam.
Pada bagian luar dari Tata Surya terdapat gas-gas raksasa dengan satelit-satelitnya yang
berukuran planet. Banyak komet berperioda pendek termasuk beberapa Centaur, juga
berorbit di daerah ini. Badan-badan padat di daerah ini mengandung jumlah volatil
(contoh: air, amonia, metan, yang sering disebut "es" dalam peristilahan ilmu keplanetan)
yang lebih tinggi dibandingkan planet batuan di bagian dalam Tata Surya.
Planet-planet luar
Keempat planet luar, yang disebut juga planet raksasa gas (gas giant), atau planet jovian,
secara keseluruhan mencakup 99 persen massa yang mengorbit matahari. Yupiter dan
Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen dan helium; Uranus dan Neptunus memiliki
proporsi es yang lebih besar. Para astronom mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan
sendiri sebagai raksasa es.[43] Keempat raksasa gas ini semuanya memiliki cincin, meski
hanya sistem cincin Saturnus yang dapat dilihat dengan mudah dari bumi.
Yupiter
Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali massa dari
gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium.
Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-
permanen pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik Merah
Raksasa. Sejauh yang diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar,
Ganymede, Callisto, Io, dan Europa menampakan kemiripan dengan planet
kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas.[44] Ganymede, yang
merupakan satelit terbesar di Tata Surya, berukuran lebih besar dari Merkurius.
Saturnus
Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa
kesamaan dengan Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun
Uranus
Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet yang paling
ringan di antara planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus
mengedari matahari dengan bujkuran poros 90 derajad pada ekliptika. Planet ini
memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya
sedikit memancarkan energi panas.[46] Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui,
yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.
Neptunus
Neptunus (30 SA) meskipun sedikit lebih kecil dari Uranus, memiliki 17 kali massa
bumi, sehingga membuatnya lebih padat. Planet ini memancarkan panas dari dalam
tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus.[47] Neptunus memiliki 13 satelit yang
diketahui. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki geyser nitrogen
cair.[48] Triton adalah satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah
(retrogade). Neptunus juga didampingi beberapa planet minor pada orbitnya, yang
disebut Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan
Neptunus.
Komet
Centaur adalah benda-benda es mirip komet yang poros semi-majornya lebih besar dari
Yupiter (5,5 SA) dan lebih kecil dari Neptunus (30 SA). Centaur terbesar yang diketahui
adalah, 10199 Chariklo, berdiameter 250 km.[52] Centaur temuan pertama, 2060 Chiron,
juga diklasifikasikan sebagai komet (95P) karena memiliki koma sama seperti komet kalau
mendekati matahari.[53] Beberapa astronom mengklasifikasikan Centaurs sebagai objek
sabuk Kuiper sebaran-ke-dalam (inward-scattered Kuiper belt objects), seiring dengan
sebaran keluar yang bertempat di piringan tersebar (outward-scattered residents of the
scattered disc).[54]
Bintang
Bintang merupakan benda langit yang memancarkan cahaya. Terdapat bintang semu dan
bintang nyata. Bintang semu adalah bintang yang tidak menghasilkan cahaya sendiri,
tetapi memantulkan cahaya yang diterima dari bintang lain. Bintang nyata adalah bintang
yang menghasilkan cahaya sendiri. Secara umum sebutan bintang adalah objek luar
angkasa yang menghasilkan cahaya sendiri (bintang nyata).
“ Semua benda masif (bermassa antara 0,08 hingga 200 massa matahari) yang
sedang dan pernah melangsungkan pembangkitan energi melalui reaksi fusi nuklir. ”
Karena jaraknya yang sangat jauh, semua bintang (kecuali Matahari) hanya tampak
sebagai titik saja yang berkelap-kelip karena efek turbulensi atmosfer Bumi. Diameter
sudut bintang bernilai sangat kecil ketika
diamati menggunakan teleskop optik landas
Bumi, hingga diperlukan teleskop
interferometer untuk dapat memperoleh
citranya. Bintang dengan ukuran diameter
sudut terbesar setelah Matahari adalah R
Doradus, dengan 0,057 detik busur.
Sistem yang lebih besar yang disebut gugus bintang juga dijumpai. Bintang-bintang tidak
tersebar secara merata mengisi seluruh ruang alam semesta, tetapi terkelompokkan ke
dalam galaksi-galaksi bersama-sama dengan gas antarbintang dan debu. Sebuah galasi
tipikal mengandung ratusan miliar bintang, dan terdapat lebih dari 100 miliar galaksi di
seluruh alam semesta teramati.[7]
Bintang terdekat dengan Matahari adalah Proxima Centauri, berjarak 39.9 triliun (1012)
kilometer, atau 4.2 tahun cahaya. Cahaya dari Proxima Centauri memakan waktu 4.2 tahun
untuk mencapai Bumi. Jarak ini adalah jarak antar bintang tipikal di dalam sebuah
piringan galaksi. Bintang-bintang dapat berada pada jarak yang lebih dekat satu sama lain
di daerah sekitar pusat galasi dan di dalam gugus bola, atau pada jarak yang lebih jauh di
halo galaksi.
Karena kerapatan yang rendah di dalam sebuah galaksi, tumbukan antar bintang jarang
terjadi. Namun di daerah yang sangat padat seperti di inti sebuah gugus bintang atau
lingkungan sekitar pusat galaksi, tumbukan dapat sering terjadi[9] . Tumbukan seperti ini
dapat menghasilkan pengembara-pengembara biru yaitu sebuah bintang abnormal hasil
penggabungan yang memiliki temperatur permukaan yang lebih tinggi dibandingkan
Terbentuknya bintang
Bintang terbentuk di dalam awan molekul; yaitu sebuah daerah medium antarbintang yang
luas dengan kerapatan yang tinggi (meskipun masih kurang rapat jika dibandingkan dengan
sebuah vacuum chamber yang ada di Bumi). Awan ini kebanyakan terdiri dari hidrogen
dengan sekitar 23–28% helium dan beberapa persen elemen berat. Komposisi elemen
dalam awan ini tidak banyak berubah sejak peristiwa nukleosintesis Big Bang pada saat
awal alam semesta.
Begitu awan runtuh, akan terjadi konglomerasi individual dari debu dan gas yang padat
yang disebut sebagai globula Bok. Globula Bok ini dapat memiliki massa hingga 50 kali
Matahari. Runtuhnya globula membuat bertambahnya kerapatan. Pada proses ini energi
gravitasi diubah menjadi energi panas sehingga temperatur meningkat. Ketika awan
protobintang ini mencapai kesetimbangan hidrostatik, sebuah protobintang akan
terbentuk di intinya. Bintang pra deret utama ini seringkali dikelilingi oleh piringan
protoplanet. Pengerutan atau keruntuhan awan molekul ini memakan waktu hingga puluhan
juta tahun. Ketika peningkatan temperatur di inti protobintang mencapai kisaran 10 juta
kelvin, hidrogen di inti 'terbakar' menjadi helium dalam suatu reaksi termonuklir. Reaksi
nuklir di dalam inti bintang menyuplai cukup energi untuk mempertahankan tekanan di
pusat sehingga proses pengerutan berhenti. Protobintang kini memulai kehidupan baru
sebagai bintang deret utama.
Ketika kandungan hidrogen di teras bintang habis, teras bintang mengecil dan
membebaskan banyak panas dan memanaskan lapisan luar bintang. Lapisan luar bintang
yang masih banyak hidrogen mengembang dan bertukar warna merah dan disebut bintang
raksaksa merah yang dapat mencapai 100 kali ukuran matahari sebelum membentuk
bintang kerdil putih. Sekiranya bintang tersebut berukuran lebih besar dari matahari,
bintang tersebut akan membentuk superraksaksa merah. Superraksaksa merah ini
kemudiannya membentuk Nova atau Supernova dan kemudiannya membentuk bintang
neutron atau Lubang hitam.
Dalam astrofisika, sinar kosmik adalah radiasi dari partikel bermuatan berenergi tinggi
yang berasal dari luar atmosfer Bumi. Sinar kosmik dapat berupa elektron, proton dan
bahkan inti atom seperti besi atau yang lebih berat lagi. Kebanyakan partikel-partikel
tersebut berasal dari proses-proses energi tinggi di dalam galaksi, misalnya seperti
supernova. Dalam perjalanannya, sinar kosmik berinteraksi dengan medium antarbintang
dan kemudian atmosfer Bumi sebelum mencapai detektor. Hampir 90% sinar kosmik yang
tiba di permukaan Bumi adalah proton, sekitar 9% partikel alfa dan 1% elektron.
Nebula
Nebula yang lain terbentuk oleh kematian bintang. Sebuah bintang yang sedang
mengalami transisi ke tahap katai putih menghembuskan bagian terluarnya untuk
membentuk planetary nebula. Nova dan supernova dapat juga menciptakan nebula yang
dikenal sebagai nova remnant dan supernova remnant.
Lubang cacing
Dalam fisika dan fiksi, lubang cacing adalah jalan pintas melalui ruang dan waktu. Hingga
sekarang masih belum diketahui apakah lubang cacing terbentuk secara alami. Jika lubang
cacing benar ada, untuk membuat lubang cacing tetap terbuka, sejenis materi akan
dibutuhkan. Jika tidak, lubang cacing akan hilang dengan sangat cepat setelah terbentuk.
Jika digambarkan melalui bidang datar, seperti kertas yang dilipat, lubang cacing
membengkokan bidang tersebut, sehingga kedua ujung akan saling bertemu (seperti pada
gambar).
Lubang cacing
Lubang
hitam
Landasan Teori
Teori adanya lubang hitam pertama kali diajukan pada abad ke-18 oleh John Michell and
Pierre-Simon Laplace, selanjutnya dikembangkan oleh astronom Jerman bernama Karl
Schwarzschild, pada tahun 1916, dengan berdasar pada teori relativitas umum dari
Albert Einstein, dan semakin dipopulerkan oleh Stephen William Hawking. Pada saat ini
banyak astronom yang percaya bahwa hampir semua galaksi dialam semesta ini
mengelilingi lubang hitam pada pusat galaksi.
Adalah John Archibald Wheeler pada tahun 1967 yang memberikan nama "Lubang Hitam"
sehingga menjadi populer di dunia bahkan juga menjadi topik favorit para penulis fiksi
ilmiah. Kita tidak dapat melihat lubang hitam akan tetapi kita bisa mendeteksi materi
yang tertarik / tersedot ke arahnya. Dengan cara inilah, para astronom mempelajari dan
mengidentifikasikan banyak lubang hitam di angkasa lewat observasi yang sangat hati-
hati sehingga diperkirakan di angkasa dihiasi oleh jutaan lubang hitam.
Lubang Hitam tercipta ketika suatu obyek tidak dapat bertahan dari kekuatan tekanan
gaya gravitasinya sendiri. Banyak obyek (termasuk matahari dan bumi) tidak akan pernah
menjadi lubang hitam. Tekanan gravitasi pada matahari dan bumi tidak mencukupi untuk
melampaui kekuatan atom dan nuklir dalam dirinya yang sifatnya melawan tekanan
• Pertumbuhannya
Massa dari lubang hitam terus bertambah dengan cara menangkap semua materi
didekatnya. Semua materi tidak bisa lari dari jeratan lubang hitam jika melintas terlalu
dekat. Jadi obyek yang tidak bisa menjaga jarak yang aman dari lubang hitam akan
terhisap. Berlainan dengan reputasi yang disandangnya saat ini yang menyatakan bahwa
lubang hitam dapat menghisap apa saja disekitarnya, lubang hitam tidak dapat menghisap
material yang jaraknya sangat jauh dari dirinya. dia hanya bisa menarik materi yang lewat
sangat dekat dengannya. Contoh : bayangkan matahari kita menjadi lubang hitam dengan
massa yang sama. Kegelapan akan menyelimuti bumi dikarenakan tidak ada pancaran
cahaya dari lubang hitam, tetapi bumi akan tetap mengelilingi lubang hitam itu dengan
jarak dan kecepatan yang sama dengan saat ini dan tidak terhisap masuk kedalamnya.
Bahaya akan mengancam hanya jika bumi kita berjarak 10 mil dari lubang hitam, dimana
hal ini masih jauh dari kenyataan bahwa bumi berjarak 93 juta mil dari matahari. Lubang
hitam juga dapat bertambah massanya dengan cara bertubrukan dengan lubang hitam
yang lain sehingga menjadi satu lubang hitam yang lebih besar.
Rasi bintang
Himpunan Astronomi Internasional telah membagi langit menjadi 88 rasi bintang resmi
dengan batas-batas yang jelas, sehingga setiap arah hanya dimiliki oleh satu rasi bintang
saja. Pada belahan bumi (hemisfer) utara, kebanyakan rasi bintangnya didasarkan pada
tradisi Yunani, yang diwariskan melalui Abad Pertengahan, dan mengandung simbol-simbol
Zodiak.
Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah dikemukakan para ahli, di antaranya :
Hipotesis nebula
pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772)[1] tahun 1734 dan
disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga
dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace[2] secara independen pada tahun 1796.
Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan
bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari
debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya
gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah
tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari).
Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan
es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat
seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace
berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan
konsekuensi dari pembentukan mereka.[3]
Hipotesis Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest
R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita
terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan matahari, pada masa
awal pembentukan matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada
permukaan matahari, dan bersama proses internal matahari, menarik materi berulang kali
dari matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang
memanjang dari matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun
1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada matahari.
Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari
matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang
kemudian terkondensasi menjadi planet.[3] Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929
membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi.[3] Demikian
pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis
tersebut.[4]
Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P.
Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata
Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun
1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang
hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan
serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak
meledak dan mulai mengelilinginya.