You are on page 1of 31

[Type text]

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leukemia adalah istilah umum yang digunakan untuk keganasan
pada sumsum tulang dan sistem limpatik (Wong, 1995). Sedangkan menurut
Robbins & Kummar (1995), leukemia adalah neoplasma ganas sel induk
hematopoesis yang ditandai oelh penggantian secara merata sumsum tulang
oleh sel neoplasi.
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur
dalam jaringan pembentuk darah. Leukemia merupakan penyakit keganasan
dimana sel–sel limfosit normal berkembang menjadi ganas dan dengan
segara menggantikan sel–sel yang normal dalam sumsum tulang belakang,
sehinga sumsum tulang belakang gagal dalam membentuk sel darah normal
dan akhirnya menginfiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
Pada keadaan leukemia terjadi proliferasi sel leukosit yang
abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal,
jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan
diakhiri dengan kematian.
Penderita leukemia memerlukan perhatian khusus dan memerlukan
penanganan yang komprehensif baik dari keluarga, perawat, dokter karena
leukemia dapat menimbulkan permasalah-permasalah tersendiri disamping
dari masalah kesehatan sehingga masalah masalah yang timbul dapat
diminimalisir.

1
[Type text]

1.2 Tujuan
a. Untuk menjelaskan tentang hal-hal yang berhubungan dengan penyakit
leukemia
b. Untuk menjelaskan asuhan keperawatan pada klien leukemia
c. Untuk menambah pengetahuan tentang penyakit leukemia

1.3 Manfaat
a. Mahasiswa diharapkan agar dapat memahami hal-hal yang berhubungan
dengan penyakit leukemia
b. Mahasiswa diharapkan agar dapat memahami asuhan keperawatan pada
klien leukemia
c. Mahasiswa diharapkan agar dapat memahami penyakit leukemia

2
[Type text]

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Leukemia merupakan penyakit ganas, progresif pada organ-organ
pembentukan darah yang ditandai dengan proliferasi dan perkembangan
leukosit serta pendahulunya secara abnormal di dalam darah dan sumsum
tulang belakang (Ahmad Ramadi, 1998).
Proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk
leukosit yang tidak abnormal, jumlahnya berlebihan, dapat ,menyebabkan
anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian (Mansjoer, 1999).
Leukemia adalah istilah umum yang digunakan untuk keganasan
pada sumsum tulang dan sistem limpatik (Wong, 1995). Leukemia adalah
neoplasma ganas sel induk hematopoesis yang ditandai oelh penggantian
secara merata sumsum tulang oleh sel neoplasi. (Robbins & Kummar,
1995).
Menurut jenisnya, leukemia dapat dibagi atas leukemia mieloid dan
limfoid. Masing-masing ada yang akut dan kronik. Secara garis besar ,
pembagian leukemia adalah sebagai berikut yaitu :
1. Leukemia limfoid
a. Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)
Merupakan kanker yang paling sering menyerang anak-anak dibawah
umur 15 tahun, dengan puncak insidensi antara umur 3 sampai 4
tahun.
Manifestasi dari LLA adalah berupa proliferasi limpoblas abnormal
dalam sum-sum tulang dan tempat-tempat ekstramedular. Paling
sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Merupakan
LLA yang paling sering terjadi.

3
[Type text]

Gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal


menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang memadai, yaitu
berupa : lemah dan sesak nafas karena anemia (sel darah merah terlalu
sedikit), infeksi dan demam karena berkurangnya jumlah sel darah
putih, perdarahan karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
Manifestasi klinis :
 Hematopoesis normal terhambat
 Penurunan jumlah leukosit
 Penurunan sel darah merah
 Penurunan trombosit
b. Leukeumia Limfositik Kronik (LLK)
Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ditandai dengan adanya sejumlah
besar limfosit (salah satu jenis sel darah putih) matang yang bersifat
ganas dan pembesaran kelenjar getah bening. Lebih dari 3/4 penderita
berumur lebih dari 60 tahun, dan 2-3 kali lebih sering menyerang pria.
Pada awalnya penambahan jumlah limfosit matang yang ganas terjadi
di kelenjar getah bening. Kemudian menyebar ke hati dan limpa, dan
keduanya mulai membesar. Masuknya limfosit ini ke dalam sumsum
tulang akan menggeser sel-sel yang normal, sehingga terjadi anemia
dan penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit di dalam darah.
Kadar dan aktivitas antibodi (protein untuk melawan infeksi) juga
berkurang. Sistem kekebalan yang biasanya melindungi tubuh
terhadap serangan dari luar, seringkali menjadi salah arah dan
menghancurkan jaringan tubuh yang normal.
Manifestasinya adalah :
 Adanya anemia
 Pembesaran nodus limfa
 Pembesaran organ abdomen
 Jumlah eritrosit dan trombosit mungkin normal atau menurun
 Terjadi penurunan jumlah limfosit (limfositopenia)

4
[Type text]

2. Leukemia Mieloid
a. Leukemia Mielositik akut (LMA)
Leukemia akut ini mengenai sel stem hematopoetik yang kelak
berdiferensiasi ke sel myeloid, monosit, granulosit, eritrosit, dan
trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena. Insidensi meningkat
sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik
yang paling sering terjadi.
Gambaran klinis LMA, antara lain yaitu : terdapat peningkatan
leukosit, pembesaran pada limfe, rasa lelah, pucat, nafsu makan
menurun, anemia, ptekie, perdarahan , nyeri tulang, infeksi
b. Leukemia Mielogenus Kronik (LMK)
Leukemia Mielositik (mieloid, mielogenous, granulositik, LMK)
adalah suatu penyakit dimana sebuah sel di dalam sumsum tulang
berubah menjadi ganas dan menghasilkan sejumlah besar granulosit
(salah satu jenis sel darah putih) yang abnormal.
Dimasukkan kedalam keganasan sel stem mieloid. Namun lebih
banyak terdapat sel normal dibanding dalam bentuk akut, sehingga
penyakit ini lebih ringan, jarang menyerang individu di bawah umur
20 tahun, namun insidensinya meningkat sesuai pertambahan umur.
Gambaran klinis LMK mirip dengan LMA, tetapi gejalanya lebih
ringan yaitu : Pada stadium awal, LMK bisa tidak menimbulkan
gejala. Tetapi beberapa penderita bisa mengalami kelelahan dan
kelemahan, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, demam
atau berkeringat dimalam hari, perasaan penuh di perutnya (karena
pembesaran limpa).

2.2 Gejala
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia
adalah sebagai berikut :
a. Pilek tidak sembuh-sembuh
b. Pucat, lesu, anemia, mudah terstimulasi
c. Demam dan anorexia

5
[Type text]

d. Berat badan menurun


e. Ptechiae, perdarahan, epistaksis, memar tanpa sebab
f. Nyeri pada tulang dan persendian
g. Nyeri abdomen
h. Lumphedenopathy
i. Hepatosplenomegaly
j. Abnormal SDP

2.3 Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan
struktur gen (Human T Leukemia Virus) / HLTV).
b. Radiasi
c. Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol.
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
e. Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom.

6
[Type text]

2.4 Patofisiologi

Faktor predisposisi : genetic, radiasi, obat, herediter, kelainan kromosom

Proliferasi sel neoplastik Perubahan sel induk sistem hematopoeisis

Ikut aliran darah Proliferasi SDP tidak terkendali

Merusak jaringan pembentuk darah Sel ganas

LEUKEMIA

G3 pembentukan leukosit

Leukopenia leukositosis

Daya tahan tubuh


SDP SDM Tombosit
Resti infeksi
Saling serang Lemah, pusing, Pendarahan
nafsu makan

G3 pemenuhan kebutuhan cairan < kebutuhan tubuh

Cadangan energi

Intoleransi aktivitas

7
[Type text]

Infiltrasi jaringan tubuh

Proses pengobatan
Hepatomegali, splenomegali

Efek terapi Kurang informasi

Salah interpretasi penyakit


G3 rasa nyaman nyeri

Kurang pengetahuan tentang penyakit

2.5 Komplikasi
Adapun komplikasi dari leukemia secara umum yaitu berupa :
 Pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali)
yaitu kompensasi dari beban organ yang semakin berat kerjanya akibat
pemindahan proses pembentukan sel darah dari intramedular (sumsum
tulang) ke ekstramedular (hati dan limpa)
 Osteonekrosis yaitu suatu keadaan yang berpotensi melumpuhkan tulang
akibat dari komplikasi kombinasi kemoterapi berups dosis tinggi
steroid. Insiden dan resiko faktor utama untuk gejala osteonekrosis telah
diperiksa pada kelompok perlakuan anak dengan dosis tinggi steroid,
prednison dan dexametason untuk anak Leukemia Limfoblas Akut
 Thrombosis meningkat pada pasien dengan Leukemia Limfoblas Akut.
Selain itu dari pengobatan leukemia menyebabkan beberapa
komplikasi oral. Masalah mulut mungkin menyusahkan penderita untuk
menerima semua pengobatan kankernya. Pada banyak pasien leukemia,
komplikasi oral yang paling menyakitkan dan berpotensi kematian.
Terkadang, pengobatan leukemia harus dihentikan seluruhnya. Komplikasi
pada oral tersebut antara lain :
 Masalah oral yang paling umum adalah peradangan pada membrane
mucus pada mulut, infeksi dan penekanan terhadap pembentukan
leukosit, masalah dengan sensasi rasa; nyeri, mulut kering, dan lemahnya
system imun.

8
[Type text]

 Mucositis, merupakan peradangan garis oral pada mulut (mukosanya)


berlanjut dengan kemerahan, kehilangan epitel barier dan ulserasi. Pada
beberapa pasien, mucositis merupakan bagian terburuk dari pengobatan
kanker. Mucositis oral mungkin muncul selama 4 sampai 7 hari setelah
permulaan kemoterapi. Mucositis oral terutama mempengaruhi mukosa
oral yang soft (non-keratin) termasuk palatum molle, orofaring, buccal
dan mukosa labia, dasar mulut, dan sisi bawah (ventral) dan permukaan
lateral lidah. Resolusi lengkap pada mucositis terjadi 7 sampai 14 hari
setelah kemunculannya.
 Penurunan dramatis jumlah immunoglobulin ludah (IgA dan IgG).
 Penurunan dramatis jumlah neutrofil yang melawan infeksi. Sebagai
hasilnya, terjadi oral infeksi.
 Infeksi jamur (candida) pada mukosa sering terjadi, dan dapat
menyebabkan sensasi terbakar, distorsi rasa, dan masalah penguyahan.
 Infeksi virus, terutama reaktivasi herpes simplex virus type I (HSV-1),
sangat serius karena dapat menyebabkan nyeri dan masalah cairan dan
nutrisi.
 Perdarahan spontan pada oral yang disebabkan oleh sitotoksik, induksi
obat, penurunan jumlah platelet (thrombocytopenia). Penurunan dramatis
pada platelet mengawali perdarahan spontan oral ketika jumlah platelet
dibawah 20,000 per mm3.
 Sel yang membentuk dentin (odontoblasts), dan sel yang membentuk
enamel (ameloblasts), dapat dirusak oleh agen kemoterapi. Hasil
akhirnya menyebabkan gigi lebih pendek, tipis, akar meruncing, atau
hipomineralisasi atau enamel hipomatur.

2.6 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang leukemia antara lain :
 Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). CBC kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik;
jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik
 Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat

9
[Type text]

 Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.


 Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.
 Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.
 Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
 Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.

2.7 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan farmakologis
Ada banyak cara penanganan yang dapat dilakukan pada penderita
leukemia dan setiap penanganan mempunyai keunggulan masing-masing.
Tujuan pengobatan pasien leukemia adalah meneapai kesembuhan total
dengan menghancurkan sel-sel leukemia. Untuk itu, penderita leukemia
harus menjalani kemoterapi dan harus dirawat di rumah sakit. Sebelum
sumsum tulang kembali berfungsi normal, penderita mungkin
memerlukan transfusi sel darah merah untuk mengatasi anemia, transfusi
trombosit untuk mengatasi perdarahan, antibiotik untuk mengatasi
infeksi. Beberapa kombinasi dari obat kemoterapi sering digunakan dan
dosisnya diulang selama beberapa hari atau beberapa minggu.
Secara umum penanganan pada penderita leukemia sebagai berikut:
1. Kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis
pengobatan kanker ini menggunakan obat-obatan untuk membunuh
sel-sel leukemia. Tergantung pada jenis leukemia, pasien bisa
mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari dua obat atau lebih.
Pasien leukemia bisa mendapatkan kemoterapi dengan berbagai cara:
 Melalui mulut
 Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah (atau intravena)
 Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel) yang ditempatkan di
dalam pembuluh darah balik besar, seringkali di dada bagian atas.
Perawat akan menyuntikkan obat ke dalam kateter, untuk
menghindari suntikan yang berulang kali. Cara ini akan

10
[Type text]

mengurangi rasa tidak nyaman dan/atau cedera pada pembuluh


darah/kulit.
 Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal - jika ahli
patologi menemukan sel-sel leukemia dalam cairan yang mengisi
ruang di otak dan sumsum tulang belakang, dokter bisa
memerintahkan kemoterapi intratekal. Dokter akan menyuntikkan
obat langsung ke dalam cairan cerebrospinal. Metode ini digunakan
karena obat yang diberikan melalui suntikan IV atau diminum
seringkali tidak mencapai sel-sel di otak dan sumsum tulang
belakang.
2. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason, dan sebagainya)
secara tappering off.
3. Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-MP,
metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan
lebih poten seperti vinkristin (Oncovin), rudidomisin (daunorubycine),
sitosin, arabinosid, L-asparaginase, siklofosfamid atau CPA,
adriamisin, dan sebagainya. Umunya sitostatika diberikan dalam
kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-
obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopesia, stomatitis,
leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiasis. Hendaknya lebih
berhati-hati bila jumlah leukosit kurang dari 2.000/mm 3.Infeksi
sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi) dalam kamar
yang suci hama.
b. Penatalaksanaan non farmakologis ( Transplantasi Sel Induk /Stem Cell )
Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell).
Transplantasi sel induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat
yang tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan
sel-sel leukemia sekaligus sel-sel darah normal dalam sumsum tulang.
Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat
melalui tabung fleksibel yang dipasang di pembuluh darah besar di
daerah dada atau leher. Sel-sel darah yang baru akan tumbuh dari sel-sel
induk (stem cell) hasil transplantasi ini.

11
[Type text]

Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus


menginap di rumah sakit selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan
melindungi pasien dari infeksi sampai sel-sel induk (stem cell) hasil
transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah yang
memadai.
Transplantasi sumsum tulang merupakan prosedur dimana sumsum
tulang yang rusak digantikan dengan sumsum tulang yang sehat.
Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi
kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang
juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker.
Transplantasi sumsum tulang dapat menggunakan sumsum tulang pasien
sendiri yang masih sehat. Hal ini disebut transplantasi sumsum tulang
autologus. Transplantasi sumsum tulang juga dapat diperoleh dari orang
lain. Bila didapat dari kembar identik, dinamakan transplantasi
syngeneic. Sedangkan bila didapat dari bukan kembar identik, misalnya
dari saudara kandung, dinamakan transplantasi allogenik. Sekarang ini,
transplantasi sumsum tulang paling sering dilakukan secara allogenik.
Alasan utama dilakukannya transplantasi sumsum tulang adalah agar
pasien tersebut dapat diberikan pengobatan dengan kemoterapi dosis
tinggi dan atau terapi radiasi. untuk mengerti kenapa transplantasi
sumsum tulang diperlukan, perlu mengerti pula bagaimana kemoterapi
dan terapi radiasi bekerja. Kemoterapi dan terapi radiasi secara umum
mempengaruhi sel yang membelah diri secara cepat. Mereka digunakan
karena sel kanker membelah diri lebih cepat dibandingkan sel yang sehat.
Namun, karena sel sumsum tulang juga membelah diri cukup sering,
pengobatan dengan dosis tinggi dapat merusak sel-sel sumsum tulang
tersebut. Tanpa sumsum tulang yang sehat, pasien tidak dapat
memproduksi sel-sel darah yang diperlukan. Sumsum tulang sehat yang
ditransplantasikan dapat mengembalikan kemampuan memproduksi sel-
sel darah yang pasien perlukan.
Efek samping transplantasi sumsum tulang tetap ada, yaitu kemungkinan
infeksi dan juga kemungkinan perdarahan karena pengobatan kanker

12
[Type text]

dosis tinggi. Hal ini dapat ditanggulangi dengan pemberian antibiotik


ataupun transfusi darah untuk mencegah anemia. Apabila berhasil
dilakukan transplantasi sumsum tulang, kemungkinan pasien sembuh
sebesar 70-80%, tapi masih memungkinkan untuk kambuh lagi. Kalau
tidak dilakukan transplantasi sumsum tulang, angka kesembuhan hanya
40-50%.
Terapi stem cell yang rutin digunakan untuk mengobati penyakit saat ini
adalah transplantasi stem cell dewasa dari sumsum tulang belakang dan
darah perifer serta darah tali pusat bayi.
1. Stem Cell Sumsum Tulang Belakang
Terapi stem cell yang dikenal baik sekarang ini adalah transplantasi
stem cell sumsum tulang belakang yang digunakan untuk mengobati
leukimia dan kanker lain yang termasuk penyakit keganasan darah.
Leukimia adalah kanker sel-sel darah atau leukosit. Seperti sel-sel
darah lain, leukosit dibuat dalam sumsum tulang belakang melalui
sebuah proses yang dimulai dengan stem cell dewasa multipoten
(dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel penting dalam tubuh). Leukosit
dewasa dilepaskan ke dalam aliran darah dimana mereka bekerja
untuk melawan infeksi dalam tubuh. Disebut leukimia ketika leukosit
mulai tumbuh dan berfungsi abnormal menjadi kanker. Sel-sel
abnormal ini tidak dapat melawan infeksi dan dapat mengganggu
fungsi organ lain.
Terapi leukimia bergantung pada menghilangkan leukosit abnormal
pada pasien dan membiarkan sel yang sehat untuk tumbuh pada
tempatnya. Satu cara untuk lakukan ini melalui kemoterapi
menggunakan obat yang keras untuk mencari dan membunuh sel-sel
abnormal. Ketika kemoterapi sendiri tidak dapat menghancurkan sel-
sel abnormal, tenaga medis kadang lebih memilih transplantasi
sumsum tulang belakang. Pada transplantasi sumsum tulang
belakang, stem cell sumsum tulang belakang pasien tergantikan
dengan donor sehat yang cocok. Untuk melakukan hal ini, sumsum
tulang belakang pasien dan leukosit abnormal pertama-tama

13
[Type text]

dihancurkan menggunakan kombinasi terapi dan radiasi. Selanjutnya,


sampel donor sumsum tulang belakang yang mengandung stem cell
yang sehat dimasukkan ke dalam aliran darah pasien. Jika
transplantasi sukses, stem cell akan berpindah ke sumsum tulang
belakang pasien dan memproduksi leukosit sehat yang baru untuk
menggantikan sel-sel abnormal.
2. Stem Cell Darah Perifer
Sebagian besar stem cell darah tersimpan di dalam sumsum tulang
belakang, sementara sejumlah stem cell muncul dalam aliran darah.
Stem cell darah perifer multipoten dapat digunakan seperti sumsum
tulang belakang untuk mengobati leukemia, kanker lain dan berbagai
gangguan darah. Stem cell dari darah perifer lebih mudah untuk
dikumpulkan dibandingkan dengan stem cell sumsum tulang
belakang yang harus diekstrak dari dalam tulang. Hal ini yang
membuat stem cell darah perifer merupakan pilihan pengobatan yang
tidak seefektif stem cell sumsum tulang belakang. Karena ternyata,
stem cell darah perifer jumlahnya sedikit dalam aliran darah sehingga
mengumpulkan untuk melakukan transplantasi dapat menimbulkan
masalah.
3. Stem Cell Darah Tali Pusat
Bayi baru lahir tidak membutuhkan tali pusat sehingga tali pusat ini
akan dibuang. Dalam beberapa tahun ini, darah kaya akan stem cell
multipoten ditemukan dalam tali pusat terbukti berguna dalam
mengobati beberapa jenis masalah kesehatan yang sama pada pasien
yang diterapi dengan stem cell sumsum tulang belakang dan darah
perifer. Transplantasi stem cell darah tali pusat lebih sedikit untuk
ditolak dibandingkan stem cell sumsum tulang belakang dan darah
perifer. Hal ini mungkin disebabkan stem cell sumsum tulang
belakang dan darah perifer belum berkembang sehingga dapat
dikenali dan diserang oleh kekebalan tubuh resipien. Juga, karena
darah tali pusat baru memiliki sedikit sel-sel kekebalan yang
berkembang, sehingga risiko kecil sel-sel yang ditransplantasi akan

14
[Type text]

menyerang tubuh resipien, sebuah masalah yang disebut penyakit


graft versus host. Baik keanekaragaman dan ketersediaan stem cell
darah tali pusat membuat menjadi sumber poten untuk terapi
transplantasi.

2.8 Asuhan Keperawatan


A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada leukemia meliputi :
 Riwayat penyakit
 Kaji adanya tanda-tanda anemia :
o Pucat
o Kelemahan
o Sesak
o Nafas cepat
 Kaji adanya tanda-tanda leucopenia
o Demam
o Infeksi
 Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
o Ptechiae
o Purpura
o Perdarahan membran mukosa
 Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medula :
o Limfadenopati
o Hepatomegali
o Splenomegali
 Kaji adanya :
o Hematuria
o Hipertensi
o Gagal ginjal
o Inflamasi disekitar rectal
o Nyeri

15
[Type text]

SISTEM DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF

Aktivitas Lesu, lemah, terasa payah, Kontraksi otot lemah


merasa tidak kuat untuk Klien ingin tidur terus
melakukan aktivitas sehari- dan tampak bingung
hari

Sirkulasi Berdebar Tachycardi, suara mur-


mur jantung, kulit dan
mukosa pucat, defisit
saraf cranial, terkadang
ada pendarahan cerebral.

Eliminasi Diare, anus terasa lebih Perianal absess, hematuri.


lunak, dan terasa nyeri.
Adanya bercak darah segar
pada tinja dan kotoran
berampas, Adanya darah
dalam urine dan terjadi
penurunan output urine.

Rasa nyaman Nyeri abdominal, sakit Meringis, kelemahan,


kepala, nyeri persendian, hanya berpusat pada diri
sternum terasa lunak, kram sendiri.
pada otot.

Rasa aman Merasa kehilangan Depresi, mengingkari,


kemampuan dan harapan kecemasan, takut, cepat
Riwayat infeksi yang terangsang, perubahan
berulang, riwayat jatuh, mood dan tampak
perdarahan yang tidak bingung. Panas, infeksi,
terkonrol meskipun trauma memar, purpura,
ringan. perdarahan retina,
perdarahan pada gusi,
epistaksis, pembesaran
kelenjar limpa, spleen,

16
[Type text]

atau hepar, papiledema


dan exoptalmus,

Makan dan minum Kehilangan nafsu makan, Distensi abdomen,


tidak mau makan, muntah, penurunan peristaltic
penurunan berat badan, usus, splenomegali,
nyeri pada tenggorokan dan hepatomegali, ikterus,
sakit pada saat menelan. stomatitis, ulserasi pada
mulut, gusi membengkak
(acute monosit leukemia).

Sexualitas Perubahan pola menstruasi,


menorhagi, impoten.

Neurosensori Penurunan kemampuan Peningkatan kepekaan


koordinasi, perubahan mood, otot, aktivitas yang tak
bingung, disorientasi, terkontrol.
kehilangan konsentrasi,
pusing, kesemutan, telinga
berdenging, kehilangan rasa

Respirasi Nafas pendek, Dyspnoe, tachypnoe, batuk,


ada suara ronci, rales,
penurunan suara nafas.

Belajar Riwayat terpapar bahan


kimia seperti benzena,
phenilbutazone, chloramfe-
nikol, terkena paparan
radiasi, riawat pengobatan
dengan kemotherapi.
Kesalahan kromosom,

Data penunjang:
Penghitungan sel darah :
 Normocitic, normokromik anemia

17
[Type text]

 Hb < 10 g/100 ml
 Retikulosit : rendah
 Trombosit : < 50.000/mm
 SDP > 50.000/cm dengan peningkatan SDP imatur tampak blast sel
leukemia
 PT/PTT memanjang
 LDH meningkat
 Serum asam urat dalam urine : meningkat
 Serum lysozym : meningkat terutama pada acut monosit dan myelosit
leukemia.
 Serum tembaga : meningkat
 Serum Zinc : menurun
 Biopsy sumsum tulang: abnormal SDP lebih dari 50%, lebih dari 60-
90% blast sel,
 Chest X- Ray : Pembesaran hepar dan lien
B. DIAGNOSA
1. Resiko tinggi terjadi infeksi s.d penurunan daya tahan tubuh dan
leucopenia.
2. Gangguan pemenuhan cairan kurang dari kebutuhan tubuh s.d kurang
intake cairan, mual dan muntah.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri s.d pembesaran organ intra abdominal,
dan manifestasi dari efek terapi.
4. Intoleransi aktivitas s.d kelemahan, pusing, dan penurunan cadangan
energi.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit s.d. kurang informasi tentang
penyakit dan salah interpretasi tentang penyakitnya.

C. INTERVENSI

DX INTERVENSI RASIONAL

18
[Type text]

1 - Tempatkan pada ruang - Untuk menjaga klien dari


khusus dan batasi pengunjung. agent patogen yang dapat
Awasi pemberian buah dan sayur menyebabkan infeksi.
segar. - Mencegah infeksi silang,
- Lakukan protap menurunkan resiko infeksi
pencucian tangan bagi setiap
orang yang kontak dengan klien - Progresive hipertermia sebagai
- Monitor suhu dan pertanda infeksi atau demam
observasi terjadinya demam sebagai efek dari pemakaian
kemotherapi maupun tranfusi
- Membantu
- Cegah peningkatan suhu menghilangkan demam yang dapat
tubuh dengan cara pemberian menimbulkan ketidak seimbamgan
cairan yang adekuat serta lakukan cairan tubuh, ketidak nyamanan
kompres hangat. serta komplikasi SSP.
- Lakukan pemeriksaan - Mencegah sumbatan
suara nafas dan batuk secara sekresi saluran pernafasan.
teratur.. - Untuk mencegah infeksi
- Jaga integritas kulit, luka yang loKal. (Luka biasanya tidak
terbuka dan kebersihan kulit bernanah akibat rendahnya kadar
dengan pembersih anti bakteri. granulosit).
- Jaringan mukosa mulut
- Periksa mukosa mulut dan merupakan medium bagi
lakukan oral hygiene. perkembangan bakteri.
- Untuk mencegah
- Jaga kebersihan kebersihan anus terjadinya infeksi anal maupun
dan genital. genital.
- Awasi istirahat dan pola tidur - Untuk konservasi energi
klien secara ketat. bagi perkembangan sel-sel klien.
- Berikan asupan makanan yang - Untuk mempertahankan
adekuat yang mengandung cairan daya tahan tubuh klien dan
serta protein tinggi. keseimbangan cairan tubuh kien.

19
[Type text]

- Lakukan tindakan kolaborasi:


- Blood test count : SDP dan - Penurunan SDP merupakan
Neutrofil. kesimpulan dari proses penyakit dan
efek samping dari pengobatan
kemoterapi.
- Lakukan kulture - Untuk mengetahui sensitivitas
kuman.
- Berikan antibiotik sesuai order. - Untuk mencegah infeksi

2 - Monitor intake dan out-put - Penurunan volune cairan


dapat menjadi prekusor kerusakan
SDM sehingga dapat menimbulkan
kerusakan tubulus ginjal dan
terbentuknya batu ginjal.
- Timbang berat badan setiap hari - Untuk melakukan analisis
tentang fungsi ginjal.
- Monitor TD dan frekwensi jantung. - Perubahan dapat menjadi
indikasi hipovolemia.
- Evaluasi turgor kulit, CRT, dan - Sebagai indicator status
kondisi mukosa. dehidrasi.

- Perhatikan mukosa dari ptechie,


ecchymosis, perdarahan gusi. - Penekanan bone narrow
dan produksi platelet yang rendah
beresiko menimbulkan perdarahan
- Perhatikan adanya demam yang tak terkontrol.
- Mempengaruhi pemasukan,
- Lakukan tindakan yang lembut kebutuhan cairan dan rute penggantian
untuk mencegah perlukaan seperti - Jaringan yang lemah, dan
menggunakan sikat gigi yang mekanisme pembekuan yang
lembut, kapas swab, gunakan alat abnormal sering menjadi penyebab
cukur elektrik. perdarahan tak terkontrol.
- Kolaborasi:

20
[Type text]

- Lakukan pemasangan IV line


- Untuk mempertahankan
- Monitor laboratorium Platelet, kebutuhan cairan tubuh.
Hb/H - Jika platelet count <
20.000/mm3, pasien cenderung
pendarahan spontan. Penurunan Hb/Ht
dapat menimbulkan perdarahan.
- Berikan anti muntah - Mencegah hilangnya
cairan melalui muntahan.
- Berikan SDM, trombosit, faktor - Menormalkan jumlah
pembekuan SDM dan kapasitas pembawa
oksigen untuk memperbaiki anemia,
berguna untuk mencegah/mengobati
perdarahan
3 - Kaji keluhan nyeri dengan skala - Untuk mempermudah intervensi dan
nyeri (0 – 10) observasi terhadap nyeri
- Monitor vital sign dan kaji ekpresi - Mengetahui efektivitas tindakan
nonverbal. terhadap nyeri.
- Jaga lingkungan agar tetap tenang - Meningkatkan kesempatan istirahat dan
memperbaiki mekanisme koping.
- Kurangi stimulasi yang - Mencegah rasa tidak nyaman pada
meningkatkan stress. persendian
- Letakkan pada posisi nyaman - Meningkatkan sirkulasi jaringan dan
mobilitas sendi.
- Lakukan perubahan posisi secara - Untuk mengetahui kemampuan
periodic kontrol klien terhadap nyeri.
- Kolaborasi:
- Berikan analgetik non narkotik - Digunakan bila nyeri ringan yang
tidak hilang dengan tindakan
kenyamanan
- Berikan analgetik narkotik - Mengatasi nyeri yang berat
- Berikan agen antiansietas - Diberikan untuk meningkatkan kerja
analgesik

21
[Type text]

4 - Evaluasi laporan kelemahan, - Efek leukemia, anemia, dan


perhatikan ketidakmampuan untuk kemoterapi mungkin kumulatif
berpartisipasi dalam aktivitas sehari-
hari
- Berikan lingkungan yang tenang dan - Mengemat energy untuk aktivitas
periode istirahat tanpa gangguan dan penyembuhan jaringan
- Jadwalkan makan sekitar - Dapat meningkatkan input dan
kemoterapi. Berikan kebersihan menurunkan mual
mulut dan anti emetik sesuai
indikasi
5 - Kaji ulang patologi bentuk khusus - Pengobatan dapat termasuk berbagai
leukemia dan berbagai bentuk obat antineoplastik, radiasi seluruh
pengobatan. tubuh atau hati, tranfusi, dan
transplantasi sumsum tulang.
- Tinjau ulang dengan pasien atau - Memfalidasi tingkat pemahaman
orang terdekat pemahaman diagnosa saat ini, dan memberikan dasar
khusus, alternatif pengobatan, dan pengetahuan dimana pasien
sifat harapan. membuat keputusan berdasarkan
informasi
- Tentukan persepsi pasien tentang - Membantu identivikasi ide,
kanker dan pengobatan kanker : sikap,rasa takut,kesalahan
tanyakan tentang pengalaman pasien konsepsi,dan kesenjangan
sendiri/sebelumnya atau pengetahuan tentang kanker.
pengalaman orang lain yang
mempunyai kanker.

- Berikan informasi yang jelas dan - Membantu penilaian diagnosa


akurat dalam cara yang nyata tetapi kanker, memberikan informasi yang
sensitif. Jawab pertanyaan secara diperlukan selama waktu
khusus, tetapi tidak memaksakan menyerapnya. Kecepatan dan
dengan detil-detil yang tidak metode pemberian informasi perlu
penting. diubah agar menurunkan ansietas
pasien dan meningkatkan

22
[Type text]

kemampuan untuk mengasimilasi


informasi.
- Berikan pedoman antisipasi pada - Pasien mempunyai “hak untuk tau”
pasien/orang terdekat mengenai (diinformasikan) dan berpartisipasi
protocol pengobatan. Lama dalam pohon keputusan. Informasi
terapi,hasil yang akurat atau detil membantu
diharapkan,kemungkinan efek menghilangkan rasa takut dan
samping. Bersikap jujur dengan ansietas. Mengklarifikasi rutinitas
pasien. yang diharapkan. Dan
memungkinkan pasien
mempertahankan beberapa derajat
control.

D. Evaluasi
 Infeksi tidak terjadi atau dapat dicegah
 Klien menunjukkan teknik dan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan keamanan lingkungan serta meningkatkan
penyembuhan
 Volume cairan tubuh dapat dipertahakan dalam keadaan
seimbang
 Nadi teraba
 Haluaran urine, berat jenis dan pH dalam batas normal
 Nyeri hilang/terkontrol, menunjukkan prilaku penanganan nyeri
 Tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tenang
 Aktifitas dapat ditoleransi sesuai dengan kemampuan klien,
terlihat peningkatan toleransi klien terhadap aktifitas
 Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari sesuai tingkat
kemampuan,
 Menunjukkan penurunan tanda fisiologis tidak toleran, misalnya nadi,
pernafasan dan TD dalam batas normal
 Pengetahuan klien tentang penyakitnya bertambah

23
[Type text]

 Menyatakan pemahaman tentang kondisi atau proses penyakit atau


pengobatan
 Berpartisipasi dalam program pengobatan

24
[Type text]

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Leukemia merupakan penyakit ganas, progresif pada organ-organ
pembentukan darah yang ditandai dengan proliferasi dan perkembangan
leukosit serta pendahulunya secara abnormal di dalam darah dan sumsum
tulang belakang
 Menurut jenisnya, leukemia dapat dibagi atas leukemia mieloid dan
limfoid. Masing-masing ada yang akut dan kronik.
 Etiologi leukemia antara lain
1. Faktor genetik
2. Radiasi
3. Obat-obat
4. Faktor herediter
5. Kelainan kromosom
 Penatalaksanaan pasien leukemia terdiri dari atas :
o penatalaksanaan farmakologis
 kemoterapi
 kortikosteroid
 sitostatika
o penatalaksanaan non farmakologis
 transplantasi stem cell sumsum tulang
 transplantasi stem cell darah perifer
 transplantasi stem cell tali pusat
 Diagnosa yang mungkin muncul pada klien leukemia adalah
o Resiko tinggi terjadi infeksi s.d penurunan daya tahan tubuh dan
leucopenia.

25
[Type text]

o Gangguan pemenuhan cairan kurang dari kebutuhan tubuh s.d kurang


intake cairan, mual dan muntah.
o Gangguan rasa nyaman nyeri s.d pembesaran organ intra abdominal,
dan manifestasi dari efek terapi.
o Intoleransi aktivitas s.d kelemahan, pusing, dan penurunan cadangan
energi.
o Kurang pengetahuan tentang penyakit s.d. kurang informasi tentang
penyakit dan salah interpretasi tentang penyakitnya.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah in diharapkan mahasiswa dapat lebih
mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan penyakit leukemia.

26
[Type text]

ASUHAN KEPERAWATAN

LEUKEMIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan medikal Bedah (KMB) III

Disusun oleh :

KELOMPOK III

S 1 KEPERAWATAN / IV A

STIKES PEMKAB JOMBANG

27
[Type text]

Jalan Dr. Soetomo No. 75-77 Jombang


2010 / 2011

NAMA ANGGOTA KELOMPOK IV :

1. Anja Hesnia K. ( 070201004 )


2. Bayu Puspa M. ( 070201006 )
3. M. Afandi. ( 070201023 )
4. Rina D.L. ( 070201033 )
5. Tyas Navy I. ( 070201039 )

28
[Type text]

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Leukemia” ini dengan tepat waktu.

Makalah ini disususn dalam rangka untuk memenuhi tugas Keperawatan


Medikal Bedah (KMB) III. Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapatkan
banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drg. Budi Nugroho, M.PPM, selaku Direktur STIKES PEMKAB


Jombang.
2. Ibu Hj Anis Satus Syarifah S. Kep.Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing
mata kuliah “KMB III”
3. Teman-teman serta rekan-rekan semua yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya
dan bagi pembaca umumnya.

Jombang, September 2010

Penyusun

29
[Type text]

iii ISI
DAFTAR

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i

NAMA ANGGOTA KELOMPOK................................................................... ii

KATA PENGANTAR........................................................................................ iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................ 1


1.2 Tujuan ........................................................................................ 2
1.3 Manfaat ...................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian .................................................................................. 3


2.2 Gejala ......................................................................................... 5
2.3 Etiologi....................................................................................... 6
2.4 Patofisiologi .............................................................................. 7
2.5 Komplikasi ................................................................................ 8
2.6 Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 9
2.7 Penatalaksanaan ......................................................................... 10
2.8 Asuhan Keperawatan.................................................................. 15
2.9
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................ 25

30
[Type text]

3.2 Saran.......................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA

iv

31

You might also like