Professional Documents
Culture Documents
01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 1 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal
1. TUJUAN
Menghitung potensi suatu sumur minyak yang mencerminkan kemampuan reservoir mengalirkan
minyak ke dalam sumur tersebut. Kemampuan ini dinyatakan dalam hubungan antara tekanan alir
dasar sumur terhadap laju produksi (kurva IPR).
2.2. PERSYARATAN
1. Untuk aliran minyak, tekanan statik dan tekanan alir dasar sumur lebih besar dari tekanan
jenuh.
2. Khusus untuk persamaan Vogel, harga faktor skin sama dengan nol.
3. Kadar air tidak lebih dari 40%, baik untuk persamaan Vogel maupun perluasan persamaan
Vogel.
3. LANGKAH KERJA
3.1. PENENTUAN KURVA IPR UNTUK ALIRAN SATU FASA
3.1.1. Berdasarkan Data Uji Tekanan dan Produksi
1. Siapkan data hasil uji tekanan dan produksi yaitu : Ps, Pwf, dan qo pada Pwf.
2. Hitung indeks produktivitas (J) dengan menggunakan persamaan :
qo
J= (1)
Ps − Pwf
3. Pilih tekanan alir dasar sumur (Pwf).
4. Hitung laju aliran (qo) pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan :
qo = J (Ps − Pwf) (2)
5. Kembali ke langkah 3.
6. Plot qo terhadap Pwf yang diperoleh dari langkah 3 dan 4 pada kertas grafik kartesian,
dengan qo sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu tegak.
3.2. PENENTUAN KURVA IPR UNTUK ALIRAN DUA FASA PADA FAKTOR SKIN = 0
3.2.1. Jika Tekanan Statik Lebih Kecil dari Tekanan Jenuh (Ps < Pb)
1. Siapkan data hasil uji tekanan dan produksi, yaitu Ps, Pwf, dan qo @ Pwf
2. Hitung Pwf/Ps
3. Hitung laju produksi maksimum (qmax) berdasarkan data dari langkah 1 dan
menggunakan persamaan berikut :
qo
q max = (5)
Pwf Pwf 2
1.0 − 0.2( ) − 0.8( )
Ps Ps
4. Pilih tekanan alir dasar sumur (Pwf) dan hitung Pwf/Ps
5. Hitung qo pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan :
Pwf Pwf 2
q o = q max 1.0 − 0.2( ) − 0.8( ) (6)
Ps Ps
6. Kembali ke langkah 4.
7. Plot qo terhadap Pwf yang diperoleh dari langkah 4 sampai dengan 6 pada kertas
grafik kartesian dengan qo sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu tegak.
Catatan :
Apabila dipilih harga qo dan akan ditentukan harga Pwf-nya, langkah 4 s/d 6 diganti
dengan langkah berikut :
4. Pilih laju aliran (qo) dan hitung qo/qmax
5. Hitung Pwf dengan menggunakan persamaan berikut :
{
Pwf = 0.125 Ps − 1 + 81 − 80(q o / q max ) } (7)
6. Kembali ke langkah 4.
3.2.2. Jika Tekanan Statik Lebih Besar daripada Tekanan Jenuh (Ps > Pb)
3.2.2.1. Jika tekanan alir dasar sumur dari uji produksi lebih besar dari tekanan jenuh
(Pwf > Pb)
1. Dari uji tekanan dan produksi, diperoleh :
Ps, Pwf dan qo @ Pwf
Dalam hal ini Pwf > Pb dan Pb harus diketahui.
2. Hitung indeks produktivitas sumur untuk Pwf > Pb (kondisi aliran satu fasa)
dengan menggunakan persamaan berikut :
qo
J= (8)
Ps − Pwf
3. Dengan menggunakan harga J tersebut hitung qb @ Pwf = Pb menurut
persamaan di bawah ini:
qb = J (Ps − Pb) (9)
4. Hitung qx, yaitu :
J ( Pb )
qx = (10)
1.8
5. Hitung qmax = qb + qx (11)
6. Pilih Pwf yang lebih kecil dari tekanan jenuh (Pb) dan hitung Pwf/Pb
7. Hitung laju produksi pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan :
Pwf Pwf 2
q o = qb + (q max − qb )1 − 0.2( ) − 0.8( ) (12)
Pb Pb
8. Kembali ke langkah 6.
9. Plot Pwf terhadap qo yang diperoleh dari langkah 6 sampai dengan 8, pada
kertas grafik kartesian dengan menggunakan qo sebagai sunibu datar dan Pwf
sebagai sumbu tegak.
3.2.2.2. Jika tekanan alir dasar sumur dari uji produksi lebih kecil dari tekanan jenuh
(Pwf < Pb)
1. Dari uji tekanan dan produksi diperoleh :
Ps , Pwf, dan qo @ Pwf
Dalam hal ini Pwf < Pb
2. Hitung Pwf/Pb dan tentukan harga A
di mana :
Pwf Pwf
A = 1 − 0.2( ) − 0.8( )2 (13)
Pb Pb
3. Hitung harga J untuk kurva IPR di atas tekanan jenuh, yaitu :
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 5 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal
qo
J= (14)
Pb
Ps − Pb + ( A)
1.8
4. Hitung laju produksi pada Pwf = Pb, yaitu :
qb = J (Ps − Pb) (9)
5. Hitung qx dari persamaan :
J ( Pb )
qx = (10)
1 .8
6. Hitung qmax = qb + qx (11)
7. Pilih Pwf yang lebih kecil dari tekanan jenuh dan hitung Pwf/Pb.
8. Hitung laju produksi pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan
berikut :
Pwf Pwf 2
q o = qb + (q max − qb )1 − 0.2( ) − 0.8( ) (12)
Pb Pb
9. Kembali ke langkah 7.
10. Plot Pws vs qo yang diperoleh dari langkah 7 sampai dengan 9 pada kertas
grafik kartesian dengan qo sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu
tegak.
3.3 PENENTUAN KURVA IPR DUA FASA UNTUK TEKANAN STATIK DI BAWAH
TEKANAN JENUH DAN FAKTOR SKIN TIDAK SAMA DENGAN NOL
1. Dari uji tekanan tentukan Ps dan S.
2. Dari uji produksi tentukan harga Pwf dan qo @ Pwf.
3. Hitung konstanta persamaan kurva IPR, yaitu :
a1, a2, a3, a4 dan a5 masing-masing dengan menggunakan persamaan : (41), (42), (43), (44)
dan (45) pada Lampiran (harga a1 sampai a5 dapat juga ditentukan secara grafis dengan
menggunakan Gambar 1 sampai 5, untuk masing-masing an, apabila harga faktor skin
antara (− 4) sampai dengan 10).
4. Hitung Pwf/Ps berdasarkan data uji tekanan dan produksi.
5. Hitung harga ruas kanan dari pada persamaan kurva IPR, yaitu :
a1 + a3 ( Pwf / Ps ) + a 5 ( Pwf / Ps ) 2
A= (15)
1 + a 2 ( Pwf / Ps ) + a 4 ( Pwf / Ps ) 2
6. Hitung laju produksi maksimum (qmax) apabila S = 0, yaitu :
qo
qmax @ S = 0 = (16)
A
dimana qo adalah laju dari uji produksi.
7. Pilih harga Pwf dan hitung Pwf/Ps, kemudian hitung harga A, seperti pada langkah 5.
8. Hitung laju produksi, qo pada Pwf tersebut, yaitu :
qo = qmax @ S = 0 (A) (17)
9. Kembali ke langkah 7.
10. Plot Pwf terhadap qo yang diperoleh dari perhitungan pada kertas grafik kartesian dengan qo
sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu tegak.
7. Tentukan konstanta J dari persamaan kurva IPR dengan prosedur sebagai berikut :
• Perpanjang garis dari langkah 4, sampai memotong sumbu datar.
• Baca harga perpotongan tersebut, misalkan X STB/hari.
• Baca harga (P 2s − P 2wf ) yang sesuai dengan X STB/hari tersebut, misalkan Y (psi2).
3.5. PENENTUAN KURVA IPR DUA FASA DI KEMUDIAN HARI DENGAN METODE
"PIVOT - POINT"
3.5.1. Pemecahan Secara Numerik dengan Menggunakan Metoda "Pivot - Point"
1. Dapatkan dua data uji tekanan dan produksi yang dilakukan pada waktu berbeda.
2. Tentukan laju produksi maksimum dari dua data uji tersebut dengan menggunakan
persamaan Vogel :
qo
q max = (5)
Pwf Pwf
1.0 − 0.2( ) − 0.8( ) 2
Ps Ps
dengan demikian diperoleh qmax,1 dan qmax, 2 untuk masing-masing data uji.
3. Hitung P *wf dengan menggunakan persamaan berikut ini :
dq o*
4. Hitung ( − ) dengan menggunakan persamaan di bawah ini :
dPwf
dq o *
(− )
dq o dPwf
(− )f Pwf = 0 = (24)
dPwf Pwf*
1+
Psf
8. Buat kurva IPR di kemudian hari, berdasarkan harga Psf (dari langkah 5) dan qmax,f
(dari langkah 7) dengan menggunakan persamaan Vogel. Langkah perhitungan
dilakukan seperti langkah 4 sampai dengan 7 dari sub judul 3.2.1
A Ps1
n = Ps1 − 1 (27)
q max,1
5. Tentukan tekanan statis di kemudian hari (Psf) yang mana kurva IPR akan dibuat.
6. Hitung qmax,f dengan menggunakan persamaan berikut :
2
A Psf
q max, f = (28)
Psf + n
7. Buat kurva IPR di kemudian hari berdasarkan harga Psf (dari langkah 5) dan qmax,f
(dari langkah 7) dengan menggunakan persamaan Vogel. Langkah perhitungan
dapat dilihat pada sub-judul 3. 2. 1. dari langkah 4 sampai dengan 7.
dimana Psp adalah tekanan statik pada saat sekarang, yaitu pada waktu uji isochronal
dilakukan (langkah 1).
4. DAFTAR BACAAN
1. Vogel, J. V. : "Inflow Performance Relationships For Solution Gas Drive Wells", Journal
Petroleum of Technology, Jan. 1968, pp. 83-92.
2. Sukarno, Pudjo : "Inflow Performance Relationship Curves in Two-Phase and Three-Phase Flow
Conditions", Ph. D. Dissertation, The University of Tulsa, 1985, Tulsa, Ok.
3. Fetkovich, M. J. : "The Isochronal Testing of Oil Wells", SPE Reprint Series No. 14, Pressure
Transient Testing Method, 1980 Edition.
4. Earlougher, Robert C., Jr. : "Advances in Well Test Analysis", Monograph Vol. 5, SPE of AIME.
5. Uhri, D. C. dan Blount, E. M. : "Pivot Point Method Quickly Predicts Well Performance", World
Oil Vol.194, No 6. May 1982 pp. 153 - 164.
6. Brown, K. E. : "The Technology of Artificial Lift Methods", Vol. IV, PennWell Books, Tulsa,
Oklahoma, 1984.
5. DAFTAR SIMBOL
6. LAMPIRAN
6. 1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
6.1.1. Pendahuluan
Kurva IPR dinyatakan sebagai hubungan tekanan alir dasar sumur (Pwf) terhadap laju
produksi (qo). Hubungan ini diperoleh dari uji sumur, yaitu :
(1) Uji produksi sebelum uji tekanan bentuk dilakukan.
(2) Uji "draw down" (UDD).
(3) Uji Isochronal.
Selain berdasarkan uji sumur tersebut kurva IPR dapat pula diperkirakan dengan
menggunakan persamaan aliran Darcy.
7.08 × 10 −3 k o h( Pr − Pwf )
qo = (37)
µ o Bo (ln 0.472 re / rw + S )
Apabila indeks produksi (J) didefinisikan sebagai :
qo
J= (38)
Pr − Pwf
maka dari persamaan (1) dapat diturunkan harga J :
7.08 × 10 −3 k o h
J= (39)
µ o Bo (ln 0.472 re / rw + S )
Oleh karena persamaan (39) diturunkan dari persamaan aliran Darcy, maka
pemakaiannya sesuai dengan anggapan yang digunakan oleh persamaan (37), yaitu
antara lain aliran satu fasa.
6.1.3. Penentuan Kurva IPR untuk Aliran Dua Fasa (Gas dan Minyak) dengan Faktor Skin = 0
Untuk aliran dua fasa Vogel menurunkan persamaan kurva IPR yang tidak berdimensi
dengan menggunakan simulator untuk reservoir solution gas drive. Persamaan tersebut
adalah :
qo Pwf Pwf 2
= 1 − 0.2( ) − 0.8( ) (40)
q max Ps Ps
Pembuatan kurva IPR dengan persamaan ini memerlukan satu data uji produksi (qo dan
Pwf) dan uji tekanan statik.
Sesuai dengan penurunannya, persamaan (40) hanya berlaku apabila tidak terjadi
kerusakan atau perbaikan formasi. Persamaan ini dikembangkan untuk menentukan
kurva IPR, apabila tekanan statik lebih besar daripada tekanan jenuh. Pada kondisi ini
kurva IPR terdiri dari dua bagian, yaitu :
1. Kurva IPR yang linier, apabila tekanan alir dasar sumur lebih besar dari tekanan
jenuh. Pada kondisi ini persamaan (38) digunakan untuk membuat kurva IPR.
2. Kurva IPR yang tidak linier, apabila tekanan alir dasar sumur lebih kecil dari tekanan
jenuh. Pada kondisi ini persamaan kurva IPR berupa :
Pwf Pwf 2
q o = qb + (q max − qb )1 − 0.2( ) − 0.8( ) (12)
Pb Pb
Harga qb ditentukan menurut persamaan (38) sebagai berikut :
qb = J (Ps – Pb) (9)
Harga J lebih dahulu dihitung berdasarkan data uji tekanan dan produksi sebagai berikut
:
1. Apabila dari uji produksi diperoleh Pwf > Pb, maka :
qo
J=
Ps − Pwf
2. Apabila dari uji produksi diperoleh Pwf < Pb, maka :
qo
J= (7)
{Ps − Pb + Pb / 1.8( A)}
dimana :
Pwf Pwf
A = 1 − 0.2( ) − 0.8( )2 (13)
Pb Pb
Pemakaian persamaan (12) memerlukan harga qmax dihitung menurut persamaan :
J Pb
q max = qb + (41)
1.8
6.1.4. Penentuan Kurva IPR untuk Aliran Dua Fasa (Gas dan Minyak) Apabila Terjadi
Kerusakan atau Perbaikan Formasi
Persamaan kurva IPR, yang dipengaruhi skin factor, dikembangkan dari simulator
reservoir 3-fasa dengan memasukkan pengaruh skin.
Persamaan tersebut berbentuk :
Pwf Pwf
a1 + a3 ( ) + a5 ( )2
qo Ps Ps
= (42)
q max,S =0 Pwf Pwf
1 + a2 ( ) + a4 ( ) 2
Ps Ps
di mana a1 sampai dengan a5 adalah konstanta persamaan yang tergantung dari harga
faktor skin. Konstanta ini dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut :
a1 = 0.182922 e-0.36438 S + 0.814541 e-0.055873 S (43)
−0.456632 S −0.442306 S
a2 = −1.476950 e + 1.646246 e (44)
a3 = −2.149274 e−0.195976 S + 2.289242 e−0.220333 S (45)
0.088286 S −0.210801 S
a4 = −0.0217831 e – 0.260385 e (46)
a5 = −0.5524470 e−0.032449 S − 0.583242 e−0.306962 S (47)
Untuk harga faktor skin antara −4 sampai dengan 10, konstanta a1 sampai a5 dapat
ditentukan secara grafis dengan menggunakan Gambar 1 sampai dengan 5.
Harga J dan n dari persamaan (21) diperoleh dari plot (P 2s − P 2wf ) terhadap qo dari data
6.1.6. Perencanaan Kurva IPR Dua Fasa di Kemudian Hari dengan Metoda "Pivot Point"
Metode Pivot Point dikembangkan oleh Uhri dan Blount dan digunakan untuk
meramalkan kurva IPR di kemudian hari untuk sumur-sumur yang berproduksi dari
reservoir solution gas drive, tanpa memerlukan data PVT dan saturasi atau permeabilitas
relatif.
Persamaan kurva IPR dari Vogel, masih tetap digunakan untuk membuat kurva IPR
dikemudian hari, di mana laju aliran maksimum (qmax) diramalkan dengan metode "Pivot
Point" ini. Untuk peramalan laju aliran maksimum ini diperlukan paling sedikit dua uji
tekanan dan produksi yang dilaksanakan pada waktu yang berbeda.
Metode ini dikembangkan dari persamaan Vogel yang diturunkan terhadap tekanan alir,
yaitu :
dq o 0 .2 Pwf
− = q max + 1 .6 2 (48)
dPwf Ps Ps
atau dapat pula dituliskan sebagai :
dq o 0.2q max 1.6q max
− = + Pwf (49)
dPwf Ps Ps2
Persamaan tersebut menunjukkan hubungan yang linier (dqo/dPwf) terhadap Pwf. Dengan
demikian grafik (dqo/dPwf) terhadap Pwf akan menghasilkan garis lurus. Kemudian
diketemukan bahwa garis-garis lurus tersebut semuanya berpangkal dari satu titik,
(Pivot Point), seperti terlihat pada Gambar 6.
Untuk membuat garis lurus tersebut diperlukan dua harga (dqo/dPwf) yang ditentukan dari
dua harga Pwf, yaitu :
1. Untuk Pwf = 0 :
dq o 0.2q max
−( ) = (50)
dPwf Ps
Pwf = 0
2. Untuk Pwf = Ps
dq o 0.2q max
−( ) = (51)
dPwf Ps
Pwf = Ps
atau
dq o dq o
−( ) =9 − Pwf = 0 (52)
dPwf dPwf
Pwf = Ps
Dengan demikian dari satu uji tekanan dan produksi serta menggunakan persamaan (50)
dan (51) dapat dibuat garis lurus yang sesuai dengan persamaan (49).
Dengan cara yang sama dibuat garis lurus yang lain berdasarkan uji tekanan dan
produksi yang diambil pada saat yang berbeda. Perpotongan kedua garis lurus itu adalah
titik pangkal dari semua garis lurus untuk harga Ps yang berbeda-beda. Apabila dibuat
beberapa garis seperti itu, maka titik ujung garis-garis tersebut akan membentuk suatu
kurva yang disebut Ps-envelope (lihat Gambar 7).
Untuk meramalkan kurva IPR di kemudian hari, titik pangkal (Pivot Point) dan Ps-
envelope harus dibuat lebih dahulu. Penentuan kedua hal ini dapat dilakukan secara
analitis seperti tercantum dalam prosedur perhitungan.
6.1.7. Peramalan Kurva IPR Dua Fasa Di Kemudian Hari dengan Menggunakan Fungsi
Tekanan Semu (Pseudo Pressure Function)
Metode ini dikembangkan berdasarkan persamaan aliran radial dua fasa semi mantap,
yaitu :
7.08 × 10 −3 k o h s k ro
P
Dalam bentuk fungsi tekanan semu, persamaan (53) dapat dituliskan sebagai :
7.08 × 10 −3 k o h
qo =
(ln(re / rw ) − 0.5
[
m( Ps ) − m( Pwf ) ] (54)
Apabila Psf dan Psp masing-masing adalah tekanan reservoir statik di kemudian hari dan
saat ini, maka perbandingan antara qmax,f dan qmax,p untuk faktor skin = 0 dapat
dinyatakan sebagai :
q max, f m( Psf )
= (55)
q max, p m( Psp )
Dari hasil simulasi reservoir, diperoleh hubungan (kro/µoBo) terhadap tekanan dan fungsi
tekanan semua dihitung berdasarkan integrasi secara numerik.
Untuk bermacam-macam jenis minyak dan parameter batuan reservoir ternyata
kedudukan kurva dari hubungan m(Psf)/m(Psp) terhadap Prf/Pri adalah saling berdekatan,
seperti ditunjukkan pada Gambar 8 dan 9, masing-masing untuk API > 40 dan API < 40.
Analisa regresi terhadap kurva tersebut menghasilkan persamaan-persamaan sebagai
berikut :
API > 40
m( Psf )
= 0.033210e 3.429922 ( Psf / Psp ) (56)
m( Psp )
API < 40
m( Psf )
= 0.015215e 4.152343( Psf / Psp ) (57)
m( Psp )
Dengan menggunakan persamaan (56) atau (57) tersebut serta persamaan (42), maka laju
produksi maksimum di kemudian hari untuk faktor skin = 0 dapat ditentukan. Kurva IPR
dapat dibuat berdasarkan qmax,f ini dengan menggunakan persamaan (42).
6.2.2. Penurunan Kurva IPR Untuk Aliran Satu Fasa (Berdasarkan Parameter Batuan dan
Fluida Reservoir)
1. Parameter batuan reservoir :
ko = 14.5 mD
h = 20 ft
re = 900 ft
2. Parameter fluida reservoir :
Bo = 1.1200 bbl/STB
µo = 0.40 cp
3. Parameter sumur :
rw = 0.33 ft
S = +2
6.2.3. Kurva IPR Untuk Aliran Dua Fasa (Gas-Minyak) dan Ps < Pb
1. Dari data uji tekanan dan produksi, diperoleh. :
Ps = 1,500 psi
Pwf = 1,200 psi
qo = 150 STB/hari
2. Pwf/Ps = 1,200/1,500 = 0.80
150
3. q max =
1.0 − 0.20(0.80) − 0.80(0.80) 2
4. Pwf = 1,400 psi
Pwf/Ps = 1,400/1,500 = 0.9333
5. qo = 457.32 {1.0 – 0.20 (0.9333) – 0.80 (0.9333)2}
= 53.25 STB/hari
6. Untuk berbagai harga Pwf diperoleh harga-harga qo sebagai berikut :
Pwf Pwf/Ps qo
1,500.0 1.0000 0.00
1,400.0 0.9333 53.25
1,200.0 0.8000 150.00
1,000.0 0.6667 233.74
800.0 0.5333 304.47
600.0 0.4000 362.20
400.0 0.2667 406.91
200.0 0.1333 438.62
0.0 0.0000 457.62
6.2.6. Penentuan Kurva IPR Dua Fasa (Gas dan Minyak) Dengan Ps < Pb dan S ≠ 0
Pwf qo
1,590 0.0
1,400 236.71
1,200 436.38
1,000 595.39
800 720.93
600 817.05
400 886.49
200 930.94
0 951.19
b. Untuk S negatif
1. Dari uji tekanan diperoleh :
Ps = 3,548 psi
S = −3.60 (FE = 1.6558)
2. Dari uji produksi diperoleh :
Pw:f = 3,118 psi
qo = 107 STB/hari
3. Hitung konstanta persamaan Kurva IPR sebagai berikut :
a1 = 0.182922 e (−0.364438) (−3.60) + 0.814541 e – 0.055872(−3.60) = 1.67530
a2 = −1.476950 e – 0.456632 (−3.60) + 1.646246 e (– 0.442306) (−3.60) = 0.44789
a3 = −2.149274 e – 0.195976 (−3.60) + 2.289242 e (– 0.220333) (−3.60) = 0.70823
a4 = −0.0217831 e – 0.088286(−3.60) – 0.260385 e – 0.21080(−3.60) = −2.38195
a5 = −0.5524470 e – 0.032449(−3.60) – 0.583242 e – 0.306962 (−3.60) = −2.38195
Pwf 3,118
= = 0.8788
Ps 3,548
5. Hitung harga A :
Pwf qo
3,548 0.0
3,000 65.95
2,900 149.68
2,500 213.41
2,100 262.54
1,500 315.86
1,100 340.61
700 357.93
300 368.18
0 372.44
2. Hitung (P 2s – P 2wf ) :
qo P 2s – P 2wf
66 266,461
134 504,861
137 547,896
229 960,784
93 421,341
321 1,292,064
341 1,401,981
9. Harga laju aliran minyak untuk berbagai Pwf adalah sebagai berikut :
Pwf qo
1,345 0.00
1,200 91.12
1,000 199.76
800 288.65
600 357.78
400 407.17
200 436.80
0 446.67
10. Plot Pwf terhadap qo dari hasil perhitungan di langkah 9 menghasilkan kurva IPR
seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 18.
6.2.8. Penentuan Kurva IPR Dua Fasa Di Kemudian Hari dengan Menggunakan Pivot - Point
Contoh soal dikutip dari :
World Oil, May 1982, halaman 155, "Pivot-Point Method Quickly Predicts Well
Performance", Uhri. , D. C. , dan Blount, E. M.
a. Data Uji Sumur :
Uji #1 Uji #2
qo , bpd 50 50
Pwf , psi 1,765 1,578
Ps , psi 2,090 1,960
Untuk Uji #2 :
50
q max,2 = = 156.84 bpd
1,578 1,765 2
1 − 0.2 − 0.8( )
1,960 1,960
dq o 0 .2 1.6(−457.10274)
(− )* = 191.89 +
dPwf 2,090 (2090) 2
5. Psf = 1,260 psi.
dq o
6. Hitung (− )f ,yaitu :
dPwf
Pwf = 0
dq o − 0.013766
(− )f =
dPwf (−457.10274)
1+ 8
1,260
Pwf = 0
= 0.007237
7. Hitung qmax,f , yaitu :
1,260(0.007237)
q max, f = = 45.59 bpd
0.2
6.2.9. Penentuan Kurva IPR Dua Fasa Di Kemudian Hari Dengan Menggunakan Persamaan Ps-
envelope
Catatan:
Soal sama seperti pada contoh 6.2.8
1. Data uji sumur seperti tercantum pada contoh perhitungan 6.2.8.
2. Hitung laju produksi maksimum untuk masing-masing uji sumur. Berdasarkan hasil
perhitungan pada contoh soal 6.2.8 diperoleh :
qmax,1 = 191.89 bpd
qmax,2 = 156.04 bpd
3. Hitung konstanta A,
2,090 − 1,960
A= = −0.070052
(2,090) 2 (1,960) 2
−
191.89 156.04
4. Hitung konstanta n,
− 0.070052(2,090) 2
n = 2,090 − 1
191.89
= −3,684.6317
5. Psf = 1,260 psi.
6. Hitung qmax,f
− 0.070052(1,260) 2
q max, f = = 45.87 STB/hari
1,260 − 3,684.6317
7. Hasil perhitungan Kurva IPR pada Psf = 1260 psi sama seperti hasil perhitungan
pada contoh soal 6.2.8.
6.2.10. Penentuan Kurva IPR Dua Fasa Dikemudian Hari dengan Menggunakan Fungsi
Tekanan Semu
a. Soal sama seperti contoh soal 6.2.7 di mana diperoleh
Ps = 1,345 psi
Pwf = 719 psi
q = 321 STB/hari
b. Tentukan kurva IPR pada Psf = 1,000 psi.
c. Langkah perhitungan
1. Ps = 1,345 psi
Pwf = 719 psi
q = 321 STB/hari
API < 40 dan S = 0 (dianggap)
2. Hitung qmax,,p pada saat Ps = 1,345 psi
a1 = 0.182922 e0 + 0.81451 e0 = 0.997463
a2 = −1.476950 + 1.64626 = 0.169296
a3 = 2.144274 + 2.289242 = 0.139968
a4 = −0.0217831 – 0.260385 = −0.282168
a5 = −0.5524470 – 0.583242 = −1.135689
Pwf = 719 psi
Pwf 719
= = 0.534572
Ps 1,345
7. Berdasarkan qmax,f serta konstanta-konstanta a1, a2, a3, a4 dan a5 kurva IPR pada
tekanan statik = 1,000 psi dihitung sebagai berikut :
Pwf Pwf A qo
Ps
1,000 1.00 0.00 0.00
800 0.80 0.3653 65.71
600 0.60 0.6726 120.97
400 0.40 0.8914 160.33
300 0.30 0.9610 172.85
0 0.00 1.0 179.40
8. Kurva IPR diperoleh dari plot Pwf terhadap qo dari hasil perhitungan di langkah
7. Hasil plot ditunjukkan oleh Gambar 20.
6.2.11. Penentuan Kurva IPR Dua Fasa Di Kemudian Hari dengan Menggunakan Uji
Isochronal
a. Soal sama seperti pada contoh soal 6.2.7 dimana diperoleh :
q = 2.46914 × 10-4 (P 2s – P 2wf )
Pwf qo
1,000 0
800 66.09
600 117.49
400 154.21
200 176.24
0 183.58
5. Kurva IPR diperoleh dengan membuat plot Pwf terhadap qo, seperti tercantum
pada Gambar 21.
Setiap sumur minyak atau sumur gas mempunyai daerah dan luas pengurasan tertentu. Daerah
pengurasan yaitu reservoir atau bagian reservoir yang memberikan kontribusi aliran fluida ke lubang
sumur produksi. Dalam hal sumur horizontal, daerah pengurasan dipengaruhi oleh distribusi
permeabilitas arah lateral. Arah sumbu sumur horizontal sebaiknya tegak lurus terhadap arah
permeabilitas lateral terbesar agar produktivitasnya maksimal.
Pada umumnya daerah pengurasan sumur horizontal berbentuk elips. Bila sumbu terpanjang suatu
1 1
elips adalah a dan sumbu pendeknya adalah b maka luas elips adalah (π ) × a × b . Kemudian
2 2
bilamana jari-jari pengurasan (drainage radius) suatu sumur vertikal adalah rev di suatu reservoir dan
kita ingin membor sumur horizontal dengan panjang L di reservoir ini, maka luas pengurasan sumur
horizontal ini (Ah) dapat diperkirakan :
1
π × rev × (L + 2rev )
1 2 acre
Ah = π × rev × (L + 2rev ) sqft atau Ah =
2 43,560
Ada 2 (dua) anggapan kondisi aliran yang berbeda di dalam reservoir, yaitu aliran mantap (atau steady
state flow) dan aliran semi-mantap (atau pseudo-steady state flow). Kondisi aliran mantap, yaitu suatu
kondisi aliran dimana tekanan reservoir dan drawdown tetap terhadap waktu. Sedangkan kondisi
aliran semi-mantap, yaitu kondisi dimana tekanan reservoir berubah dengan waktu tetapi drawdown
dapat dipertahankan konstan.
Persamaan untuk menentukan laju alir produksi suatu sumur horizontal pada kondisi steady-state
flow di antaranya adalah :
q=
(
0.00708k h hL Pr − Pwf )
Ye 1
µ o Bo Xe − Ye h / L + βh ln h / L − + S m
2rw 2
dimana :
q = laju produksi, STB/hari
kh = permeabilitas horizontal efektif, mD
h = tebal bersih zona minyak, ft
Ps = tekanan statik reservoir, psi
Pr = tekanan rata-rata reservoir, psi
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
= Ah / π
Sm = skin faktor mekanik, tidak berdimensi
Xe = lebar daerah pengurasan, ft
Ye = panjang daerah pengurasan sejajar sumbu sumur horizontal, ft
β = faktor anisotropi vertikal, tidak berdimensi
kh
=
kv
µ = viskositas minyak, cp
kv = permeabilitas vertikal, mD
a. Persamaan Babu-Odeh :
q=
0.00708Ye (k h k v )
0.5
(P − P )
r wf
X eh
µ o Bo ln + ln C H − 0.75 + S R + Ye S m
rw L
kx
X kz 1 x x 2 180 0 Z 0 X kz
ln C H = 6.28 e − 0 + 0 − ln sin − 0.5 ln e
− 1.088
h kx 3 x e x e h h kx
dimana xo dan zo adalah koordinat pusat sumur pada bidang vertikal (di sini kz = kv). SR adalah skin
factor yang ekivalen dengan partial penetration lateral, karena L < Ye. Hanya SR = 0 bila L = Ye.
Perhitungan SR terbagi atas 2 (dua) kasus, salah satu yang memenuhi, yaitu :
Xe Ye h
kasus - 1 : ≥ 0.75 >> 0.75
kx ky kz
Ye Xe h
kasus - 2 : > 1.33 >>
ky kx kz
dimana :
Ye h kx 180 o z
Pxyz = − 1 ln + 0.25 ln − ln sin − 1.84
L rw kz h
2Ye
2
kz L 4y + L 4 y − L
P ' xy = F + 0.5 F mid − F mid
hL ky 2Ye 2Ye 2Ye
dan ymid = 0.5 (y1 + y2), sedangkan F menyatakan fungsi seperti di bawah ini :
2
L L L L
F = − 0.145 + ln − 0.137
2Ye 2Ye 2Ye 2Ye
4y + L 4y − L
kemudian bilamana argumen mid dan/atau argumen mid lebih kecil atau sama
2Ye 2Ye
dengan 1, maka persamaan persis di atas ini dapat digunakan dengan mengganti argumennya saja.
Tetapi bila argumen tersebut > 1, maka persamaan di bawah ini berlaku :
[
F ( x) = (2 − x ) 0.145 + ln (2 − x ) − 0.137(2 − x )
2
]
4y + L 4 y mid − L
dimana x = mid , atau , dengan x > 1.
2Ye 2Ye
dimana Pxyz dihitung seperti di atas dengan Py serta Pxy berturut-turut dihitung seperti di bawah ini :
Y 6.28 X e kz 1 xo xo2
Pxy = e − 1 −
3 x + x 2
L h kx e e
q=
0.00708 k h h L Pr − Pwf ( )
(
µ o Bo 0.523 X e − Ye h / L + β h ln ) Ye 3
h / L − + S m
2rw 4
Untuk reservoir minyak, dimensionless IPR dari sumur horizontal tidak banyak berbeda dari sumur
vertikal. Karena itu persamaan Vogel yang untuk sumur vertikal dapat digunakan juga untuk sumur
horizontal. Namun demikian, khusus untuk sumur horizontal persamaan Bendakhlia – Azis adalah
sebagai berikut :
n
qo Pwf P
2
= 1 − V − (1 − V ) wf
q o max P P
r r
dimana parameter n dan V merupakan fungsi dari recovery factor dan dapat diperoleh melalui Gambar
1.
Gambar 2. Korelasi untuk parameter V dan n, sebagai fungsi dari Recovery Factor
Peramalan produksi sumur horizontal dapat dilakukan dengan menggunakan metode Decline Curve
Analysis seperti yang umum digunakan untuk sumur vertikal. Jenis decline-nya tergantung kepada
mekanisme pendorong dalam reservoir yang bersangkutan.
Khusus untuk sumur horizontal pada reservoir dengan tenaga pendorong yang bekerja gas terlarut
(solution gas drive), metode Plahn et. al. di bawah ini dapat juga digunakan. Kelemahannya adalah
bahwa daerah pengurasannya berbentuk bujur sangkar dengan panjang sisi Xe.
0.00633 k k roi rw L Pri t
t D* =
φ µ oi h X e2
X e2 h φ ( S oi − S or )
Nm =
5.615 Boi
N p = ND × Nm
dimana :
t D* = waktu produksi tak berdimensi
k = permeabilitas absolut, mD
kroi = permeabilitas relatif minyak mula-mula, tak berdimensi
rw = jari-jari lubang sumur, ft
L = panjang efektif sumur horizontal, ft
Pr i = tekanan reservoir mula-mula sebelum sumur diproduksi, psi
∆N p
Kemudian bila kita definisikan ∆t = ti+1 – ti dan ∆Np = Npi+1 – Npi, maka q oil = , maka kita dapat
∆t
membuat peramalan laju produksi minyak qoil terhadap waktu, t.
t ∆t t *D ND Np ∆Np ∆N p
q oil =
(hari) (hari) (STB) (STB) ∆t
(STB/hari)
- - - - - - -
- - - - - - -
- - - - - - -
Sumur horizontal dapat meningkatkan perolehan minyak dari reservoir bertenaga dorong air-bawah
(bottom-water drive) karena kapasitas produksinya lebih besar dan dapat memperlambat
terproduksinya air dibanding sumur vertikal dengan drawdown yang sama. Posisi sumur horizontal
sebaiknya ditempatkan jauh di atas bidang WOC.
k ∆ρ h 2 1 h
q c = 4.888 × 10 − 4 h 1 − L
µ o Bo Ye 6 Ye
dimana :
qc = laju produksi kritis, STB/hari
kh = permeabilitas efektif arah lateral, mD
Bo = faktor volume formasi, bbl/STB
h = tebal zona minyak, ft
Ye = panjang daerah pengurasan, ft
L = panjang efektif sumur horizontal, ft
∆ρ = ρw − ρo = perbedaan densitas, gr/cc
µo = viskositas minyak, cp
dimana :
qc = laju produksi kritis, STB/hari
kh = permeabilitas efektif terhadap minyak, mD
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.02
Halaman : 10 / 17
JUDUL : PENENTUAN POTENSI SUMUR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Horizontal
kh
β = faktor anisotropik =
kv
kv = permeabilitas vertikal, mD
k'
d' = d
kv
c X
H D = 0.033(1.18 − 0.00246 d ')(2.286 ∆γ w / o + 0.77 )100 − 67 (log k '+8.14 ) log e
d 2
q
q1 = 4.943 × 10 −5 k ' d ' ∆ρ w / o D
µo
L
q c = q1
Bo
dimana :
c = jarak dari sumbu sumur ke WOC, ft
d = tebal zona minyak, ft
Bo = faktor volume formasi, bbl/STB
Harga qD diperoleh melalui Gambar 2. Setelah menghitung HD untuk harga c/d yang
bersangkutan.
breakthrough disebut water breakthrough time. Ada beberapa metode untuk memperkirakan
breakthrough time ini.
1) Metode Papatzacos et al.
325.86 µ o q o Bo
qD =
L h (ρ w − ρ o ) k h k v
1
t DBT =
6 qD
h φ µ o t DBT
t BT = 364.72 (hari)
k v (ρ w − ρ o )
Semua parameter mempunyai satuan lapangan kecuali ρw dan ρo dalam gr/cc. Metode ini
menganggap bahwa breakthrough time tidak dipengaruhi oleh lebar atau luas daerah
pengurasan.
Estimasi waktu tembus gas (gas breakthrough) dapat dilakukan dengan menggunakan metode
Papatzacos et al. di atas dengan mengganti (ρw − ρo) dengan (ρo − ρg) dimana ρg adalah densitas gas
dalam satuan gram/cc.
Dalam hal reservoir minyak dengan gas cap, penempatan sumur horizontal pada zona minyak
sebaiknya pada posisi dengan jarak sejauh 2/3 tebal zona minyak diukur dari Gas-Oil Contact,
atau sejauh 1/3 tebal zona minyak diukur dari Water-Oil Contact. Ini memperhitungkan bahwa
mobilitas air lebih kecil dibanding mobilitas gas.
Semua parameter mempunyai arti dan satuan yang sama dengan sebelumnya.
3) Metode Rochan :
325.86 µ o q o Bo
qD =
L h( ρ w − ρ o ) k h k v
Xe kv
XD =
h kh
µ o k rw
M =
µ w k ro
0.88 1.094 −0.253 4.675 0.929 0.5397
1 1 1 hap hbp h
t BT = 5.13 × 10 5
1 − 1 − (hari)
qD XD M h h L kh
dimana hap = jarak dari sumbu sumur horizontal ke batas atas reservoir dan hbp = jarak dari
sumbu sumur ke bidang WOC, dalam satuan feet.
Peramalan kinerja produksi sumur horizontal pada reservoir bottom water drive secara cepat dapat
dilakukan dengan cara empirik, walaupun belum banyak metode yang tersedia. Berikut di bawah
ini adalah metode-metode yang dapat dipilih dan digunakan.
dimana :
qt = laju produksi harian, STB/hari
qi = laju produksi awal, STB/hari
t = waktu produksi, hari
b = eksponen decline, tidak berdimensi
Di = koefisien decline awal, 1/hari
Harga eksponen decline, b ≤ 0.5 untuk reservoir bottom water drive. Untuk laju produksi yang
jauh lebih besar dari laju produksi kritisnya, harga b < 0.5 sebaiknya digunakan. Bilamana
belum ada data produksi, harga koefisien Di dapat didekati dengan :
2 × (0.000264 ) k o
Di =
( )
φ µ o C t reh2 − rwe2 [ln(re / rw ) − 0.5]
dimana reh = A / π dan A = luas daerah pengurasan dalam satuan sqft. Sedangkan r 2w adalah
3. Hitung tebal zona minyak rata-rata yang telah didesak oleh air (bottom water) :
5.615 q o Bo t BT
hWBT =
X e Ye φ (1 − S or )
4. Setelah breakthrough tentukan sembarang harga (asumsi trial & error) water cut (kadar air,
WC) dan hitung faktor volume formasi campuran mniyak dan air Bt :
Bt = Bw WC + Bo (1 − WC )
5. Pada suatu harga waktu produksi t dan laju produksi total cairan qt, hitung tebal rata-rata
zona minyak yang sudah terdesak oleh air :
5.615 qt Bt (t − t BT )
hw = hwBT +
X e Ye φ (1 − S or )
6. Hitung Qw/Qo :
0. 5
Qw k rw ' µ o hw X e Ye k
= × × ln × v
Qo k ro ' µ w (d woc − hw ) 3 d woc − L k h
dimana kr’ adalah end-point permeability.
q w = qt × WC
9. Hitung produksi kumulatif minyak :
N p = N pBT + Σ∆t q o
qg =
(
0.000703 k h h L Pe2 − Pwf2 )
Y h
+ S '
h
µ g Z T X e − Ye + β h ln e
L 2 rw L
dimana :
qg = laju alir gas pada kondisi standar, MSCF/hari
µg = viskositas gas rata-rata pada kondisi reservoir, cp
Z = faktor kompresibilitas gas rata-rata, tidak berdimensi
kh
β = faktor anisotropi , tidak berdimensi
kv
T = temperatur reservoir, oR
S’ = Sm + Sq
Sm = skin karena kerusakan formasi (damage), tidak berdimensi
Sq = skin karena non-darcy effect
= Dqg
qg = laju produksi gas, MSCF/hari
D = no-darcy flow coefficient, hari/MSCF
dan parameter yang lain mempunyai arti dan satuan yang sama dengan sebelumnya.
C. Kondisi aliran semi mantap (Pseudosteady - state flow) pada tekanan reservoir Pr ≤ 2,000
psia :
qg =
(
0.000703 k h h L Pr2 − Pwf2 )
h Y h 3
µ g Z T 0.523 X e − Ye +β h ln e − + S '
L 2 rw
L 4
D. Kondisi aliran semi mantap (Pseudosteady - state flow) pada semua tekanan reservoir :
qg =
(( )
0.000703 k h h L m Pr − m(Pwf ))
h Y h 3
T 0.523 X e − Ye +β h ln e − + S '
L 2 rw L 4