You are on page 1of 9

Paper anda hanya membahas peranan KPPU dan substansi UU No.

5/1999, tetapi
tidak mengkaitkan pembahasan hukum Persaingan Usaha dengan materi Hukum
Ekonomi yg telah diajarkan kepada mahasiswa.

Peranan KPPU dalam mengawasi Persaingan Usaha di Indonesia

Pemikiran tokoh ekonomi Adam Smith tentang teori ekonomi pasar yang
memunculkan suatu istilah The Invisible Hands membuat system perekonomian di
beberapa negara yang pada awalnya menganut system monopoli, dimana pemerintah
memegang peranan yang sangat dominan dalam usaha pengembangan perekonomian dan
membatasai peranan pihak swasta untuk berpartisipasi di dalamnya, menjadi suatu bentuk
kehidupan perekonomian yang bebas dari campur tangan regulasi pemerintah.

Indonesia baru saja memiliki Undang-undang Larangan Praktek Monopoli dan


Persaingan Tidak Sehat usaha terdapat dalam UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Secara garis besar Undang-undang
ini berisikan sebagai berikut.:

Pertama, ada tiga bentuk larangan di dalam UU No 5 Tahun 1999, yaitu,


perjanjian yang dilarang sebagaimana yang terdapat di dalam Bab III dari pasal 4 sampai
pasal 16.

Kedua, Kegiatan yang dilarang terdapat pada Bab IV yang rinciannya dimuat dari
pasal 17 sampai Pasal 24.

Ketiga, larangan yang berkaitan dengan posisi dominan terdapat di dalam bab V
dari Pasal 25 sampai Pasal 29 dan lembaga yang ditugasi pemerintah untuk melakukan
pengawasan persaingan usaha yang disebut dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU) (Pasal 30-37)

Undang-undang ini disusun berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar


1945, serta berasaskan kepada demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan
antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum dengan tujuan :
a. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;
b. mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha
yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama
bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil;
c. mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan
d. terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

Diundangkannya UU No.5/1999 merupakan landasan yang kuat untuk


menciptakan perekonomian yang efisien dan bebas dari segala bentuk distorsi. Apalagi,
saat krisis ekonomi sekarang merupakan momentum untuk merestrukturisasi
perekonomian dari sistem ekonomi dengan struktur pasar monopoli-oligopoli dan
protektif menuju sistem ekonomi yang ramah pasar (market friendly).

Dalam usaha untuk menegakkan hukum persaingan usaha maka peran dari KPPU
adalah sangat penting sekali.Mengingat KPPU merupakan lembaga yang memiliki
wewenang dalam bidang pengawasan hukum persaingan usaha, maka saya akan mencoba
menjelaskan “Peranan KPPU dalam meningkatkan pembangunan perekonomian
Indonesia.

1. Peranan KPPU dalam meningkatkan pembangunan perekonomian Indonesia

a. Dasar pembentukan KPPU .

Lembaga yang akan menjadi penjaga untuk tegaknya peraturan persaingan


merupakan syarat mutlak agar perturan persaingan dapat lebih optimal. Pemberiaan
kewenangan khusus kepada suatu komisi untuk melaksanakan suatu peraturan dibidang
persaingan merupakan hal yang lazim dipraktekan oleh kebanyakan negara. Contoh di
Amerika Serikat, Departement kehakiman mempunyai divisi khusus, yaitu antitrust
division untuk menegakan Sherman act. Departemen kehakiman bersama-sama dengan
federal trade comision juga bertuga menegakan Clayton Act.
Demikan juga yang terjadi di Indonesia, penegakan hukum persaingan usaha
diserahkan kepada komisi pengawas persaingan usaha(KPPU), disamping kepolisian,
kejaksaan, dan pengadilan. Sebenarnya, penegakan hukum persaingan usaha dapat saja
dilakukan oleh kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Alasan yang dapat dikemukakan
adalah karena hukum persaingan usaha membutuhkan orrang-orang spesialis yang
memiliki latar belakang dan/atau mengerti betul seluk beluk bisnis dalam rangka menjaga
mekanisme pasar. Institusi yang melakukan penegakan hukum persaingan usaha harus
beranggotankan orang-orang yang tirak saja berlatar belakang hukum, tetapi juga
ekonomi dan bisnis. Hal ini sangat diperlukan mengingat masalah persaingan usaha
sangat terkait erat dengan aspek ekonomi dan bisnis.

Alasan lain dibentuknya KPPU adalah agar berbagai perkara tidak bertumpuk
dipengadilan, karena institusi yang secara khusus menyelsaikan praktek monopoli dan
persaingan tidak sehat dapat dianggap sebagai suatu alternatif penyelsaian sengketa,
sepanjang penyelsaian alternatif ini adalah di luar pengadilan. Di Indonesia, lembaga
yang demikian sering kali disebut sebagai Quasi Yudikatif.

Sedangkan alasan filosofis dan sosiologis dari pembentukan KPPU adalah:

1. alasan filosofis yang dijadikan dasar pembentukannnya yaitu dalam mengawasi


suatu pelaksanaan aturan hukum diperlukan suatu lembaga yang mendapat kewenangan
dari negara. Dengan kewengan tersebut diharapkan lembaga pengawasa ini dapat
menjalankan tugas dan fungsinya sebaik-baiknya, serta sedapat mungkin bertindak
independent.

2. alasan sosiologis adalah menurunnya citra pengadilan dalam memeriksa dan


mengadili suatu perkara, serta beban perkara pengadilan yang sudah menumpuk. Dan
dunia usaha membutuhkan penyelsaian yang cepat dan proses pemeriksaan yang bersifat
rahasia

b. Tugas dari KPPU


Dalam UU No. 5/1999 itu juga sudah ditetapkan suatu badan yang akan bertugas
mengawasi pelaksanaan dari undang-undang ini, yaitu Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU). Tugas utama KPPU adalah mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan
kegiatan usahanyan agar tidak melakukan praktek monopoli dan atau pemusatan kegiatan
yang berkaitan dengan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang
menguasai hajat hidup orang banyak serta cabang produksi yang penting bagi negara
diatur dengan undang-undang dan diselenggarakan oleh BUMN dan atau badan atau
lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh Pemerintah. Seperti yang terdapat didalam
pasal 35 Undang-Undang No5 tahun 1999 yang berbunyi:

1. melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan


terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
sebagaimana yang diatur dalam pasal 4 sampai dengan pasal 16:
2. melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku
usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
persaingan usaha ang tidak sehat, sebagaiman yang diatur dalam pasal 17
sampai dengan pasal 24:
3. melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan
posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
atau persaingan usaha tidak sehat, sebagaimana diatur dalam pasal 25
sampai dengan pasal 28:
4. mengambil tindakan sesuai dengan wewenang komisi sebagai mana diatur
dalam pasal 36:
5. memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usah tidak sehat:
6. menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan udang-
undang ini:
7. memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja komisi kepada
presiden dan DPR.

Ketentuan ini menunjukkan adanya semangat bahwa monopoli oleh negara masih
diperbolehkan. Namun undang-undang ini belum pempersyaratkan adanya
profesionalisme, transparansi dan efisiensi BUMN dalam mengelola produk barang dan
jasa yang penting bagi orang banyak. Padahal profesionaliisme, transparansi dan efisiensi
ini merupakan syarat penting agar tujuan monopoli oleh negara ini benar-benar mencapai
sasaran yang diamanatkan UUD ’45. Mudah-mudahan dalam undang-undang yang akan
memberikan mandat kepada BUMN atau lembaga lain yang ditunjuk itu tidak melupakan
masalah profesionalisme, transparansi dan efisiensi ini.

Yang belum kelihatan dalam undang-undang ini adalah menyangkut penguasaan


atas sumber-sumber daya alam. Undang-undang ini belum menegaskan apakah
pengelolaan sumber daya alam ini akan diserahkan kepada BUMN atau kepada lembaga
swasta? Apakah pembentuk undang-undang melupakan persoalan ini atau menganggap
bahwa pengelolaan sumber daya alam oleh BUMN tidak perlu dimasukkan kedalam
undang-undang ini? Jika alasan terakhirlah yang benar, maka kranya perlu segera
dipikirkan untuk menyusun suatu undang-undang yang akan memberi mandat kepada
BUMN untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam untuk kemakmuran dan
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

c. Penanganan perkara

Penananganan perkara pelanggaran terhadap undang-undang no 5 Tahun 1999


dapat dilihat pada pasal 36 yang meliputi :

1. menerima laporan

Menurut ketentuan pasal 38, laporan adanya pelanggaran terhadap undang undang
no 5 tahun 1999 dibuat secara tertulis dan dilengkapi dengan keterangan peristiwa
pelanggaran serta kerugian yang ditimbulkanya. Pelapor juga harus memberikan identitas
dirinya dan sifatnya adalah rahasia.

2. Penilaian
Tindakan penilaian dilakukan KPPU terhadap perjanjian , kegiatan usaha, dan
posisi dominant yang diduga disalah gunakan ( misuse market power) sebagaimana diatur
dalam pasal 35 huruf a,bdan c. adapun obyek penilaian tersebut adalah setiap perjanjian
sebagaiamana diatur dalam pasal 4 sampai dengan pasal 15 serta setiap kegiatan usaha.
Dengan cara seperti ini, KPPU kemungkina dapat memnberikan autorisasi dan notifikasi
terhadap setiap perjanjian, kegiatan daan posisi dominant yang sifatnya tidak per se
illegal.dalam melakukan penilaian , KPPU juga melakukan pemeriksaannsaksi maupun
bukti bukti surat lainya atau melakukan pemanggilan terhadap pelaku usaha yang diduga
telah melanggar ketentuan undang undang ini.

3. Penelitian

Tahap pertama dari tindakan KPPU terhadap laporan yang diterimanya atau
terhadap adnya dugaan dari KPPU sendiri tentang dilanggarnya ketentuan dalam undang
undang ini adalah melakukan penelitian atau disebut juga pemeriksaan pendahuluan
(pasal 39 ayat 1)

4. Penyelidikan dan pemeriksaan

Berdasarkan hasil pemeriksaan pendahuluan yang telah diperoleh, jika ada


penetapan KPPU untuk melakukan pemeriksaan lanjutan , maka dilakukanlah tindakan
penyelidikan dan pemeriksaan.

5. Prosedur pemeriksaan

Sebagaimana ditetapkan dalm pasal 39 ayat 1 pemeriksaan pendahuluan baru dapat


dilaksanakan jika ada penetapan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan . Untuk itu
KPPU lebih dulu mengeluarkan surat penetapan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan.

d. Sanksi administratif dan pidana

1. Sanksi administratif

Tentang sanksi administratif ini diatur dalam pasl 47 yang berupa :


a. Pembatalan perjanjian yang dilarang undang undang .contoh perjanjianya
adalah perjanjian oligopoly, penetapan harga, pembagian wilayah, kartel,
trust, oligopsoni,perjanjian tertutup, perjanjian dengan pihak luar negeri yang
menimbulkan praktek monopoli atau praktek uasaha tidak sehat
b. Perintah untuk menghentikan integrasi vertical
c. Perintah untuk menghentikan kegiatan tertentu. Maksudnya kegiatan yang
telah terbukti menimbulkanpraktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
serta merugikan pihak lain
d. Perintah untuk menghentikan penyalahgunaan posisi dominant
e. Membatalkan merger, akuisisi atau take over saham
f. Perintah ganti rugi
g. Denda

2. Sanksi pidana

Penjatuhan sanksi pidana yang diatur dalam undang undang ini memang tidak
secara tegas mengatur wewenang siapa , namun dari ketentuan pasal 44 ayat 4 dan 5
juncto pasal 47 dapat ditarik kesimpulan bahwa wewenang komisi dalam penjatuhan
sanksi terhadap pelanggaran ketentuan undang undang ini hanyalah sebatas pada sanksi
administrative saja. Sedangkan untuk menjatuhkan sanksi pidana prosedurnya adalah
sesuai dengan hukum acara pidana yang berlaku (KUHAP) dan itu merupakan wewenag
dari pengadilan negeri.

2. Hambatan yang dihadapi KPPU dalam meningkatkan pembangunan


perekonomian Indonesia

Lahirnya UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan


saha Tidak Sehat, yang secara bersamaan melahirkan organisasi yang mengawasinya
(Komisi Pengawas Persaingan Usaha, KPPU). Tugas komisi ini adalah: melakukan
penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat, melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau
tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat, melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya
penyalahgunaan posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat, mengambil tindakan hukum sesuai dengan
wewenang Komisi dan memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.

Persoalan hukum persaingan tak berhenti di tingkat legislasi. Sistem kelembagaan


hukum berikutnya menjadi masalah besar. Sistem hukum persaingan, bagaimanapun,
harus diintegrasikan dengan sistem hukum nasional. Oleh karena itu, litigasi setelah
KPPU adalah Pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung.

Pada dua institusi itulah penegakan sistem hukum persaingan mengalami


hambatan dan ganjalan berat. Sebab, sistem di dua institusi tadi memang sudah
bermasalah sejak tiga-empat dekade terakhir. Sistem tersebut sudah terkontaminasi berat
oleh KKN. Sistem dan proses hukumnya tidak efisien, sehingga mengganjal sistem lain
di bawah yurisdiksinya atau sistem yang terkait lainnya. Oleh karena itu, tantangan
KPPU, parlemen, dan sistem persaingan secara keseluruhan tidak lain adalah sistem
hukum yang menjadi universumnya.

KPPU seperti menghadapi kebuntuan dalam melaksanakan tugas litigasinya.


Sistem dan prosedur litigasi standar, sesuai praktek terbaik dari pengalaman negara-
negara lain, sudah dilakukan untuk menemukan mana praktek yang curang dan yang
tidak. KPPU sudah mengerahkan kemampuannya dalam memutuskan berbagai kasus.
Namun, karena sistem pengadilan tidak profesional, maka nasib hukum persaingan
tersandung dalam sistem hukum nasional. Sama nasibnya dengan pengadilan niaga
maupun pengadilan lingkungan hidup.
Memang masih ada peluang. Sesuai UU No. 5/1999, KPPU mengambil peran
Lainnya, yakni saran kebijakan kepada pemerintah dalam berbagai hal berkaitan dengan
persaingan usaha dan praktek monopoli. Tugas ini sudah diperkuat pada 2004 dengan
meningkatkan aktivitas untuk mengkaji kebijakan-kebijakan ekonomi dan peraturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah (maupun pemerintah daerah). Hal itu dikaji mendalam dan
ditinjau apakah bertentangan atau tidak dengan persaingan usaha.

Jika peraturan atau kebijakannya bertentangan dengan persaingan usaha yang


Sehat, KPPU bisa memberikan saran kebijakan kepada pemerintah dan
menyampaikannya kepada masyarakat luas. Jika saran kebijakan ini efektif, KPPU
bersama pemerintah bisa berperan sebagai pendorong persaingan yang sehat.

Justru pada tugas inilah peran KPPU cukup menonjol sehingga masih ada hasil
yang bisa dicapai. Persaingan pada industri penerbangan dan peningkatan layanan
terhadap masyarakat terjadi karena tekanan persaingan yang makin intensif pada industri
ini. Dengan harga yang makin murah, masyarakat kalangan bawah bisa menikmati
layanan penerbangan dari satu kota ke kota lainnya.

Betapa pun beratnya hambatan sistem hukum di atasnya, KPPU tetap menjadi tumpuan
masyarakat. Dari tahun ke tahun laporan dari masyarakat banyak terkait dengan kolusi
tender, yakni pengelolaan anggaran negara yang masih penuh dengan kecurangan. Ini
merupakan warisan lama dari korupsi atas anggaran negara, yang terjadi di mana-mana.
Masalah tender menjadi perhatian serius KPPU. Dalam Pasal 22 UU No. 5/1999
disebutkan bahwa pelaku usaha dilarang bekerja sama dengan pihak lain untuk mengatur
pemenang tender. Pelanggaran atas larangan kolusi tender ini bisa didenda sampai Rp25
miliar. Sosialisasi larangan terhadap kolusi tender ini akan diaktifkan lebih jauh pada
2005.

You might also like