You are on page 1of 9

Sabtu, 08 Agustus 2009

MENELADANI AKHLAQ AS-SALAFUSH- SHOLIH

Saudaraku rohimaniyallohu wa iyyakum. Dalam rubrik percikan Iman kali ini kita akan
mempelajari bersama tentang Meneladani Akhlaq As-Salafush-Sholih.
Tauhid dan keimanan yang benar pasti akan membuahkan amal nyata. Rosululloh ‫صلى هللا عليه وسلم‬
bersabda:

‫اء ُش ْعَبةٌ ِم ْن‬ ِ ‫طةُ اأْل َ َذى َع ْن الطَّ ِري‬


ُ ‫ق َواْل َحَي‬ َ ‫ضلُهَا قَ ْو ُل اَل ِإلَهَ ِإاَّل اللَّهُ َوأ َْدَن‬
َ ‫اها ِإ َما‬ ِ ْ ِ‫ضع وس ْبعون أَو ب‬
َ ُّ‫ضعٌ َوست‬
َ ‫ون ُش ْعَبةً فَأَ ْف‬ ِ ُ ‫اإْلِ يم‬
ْ َ ُ َ َ ٌ ْ ‫ان ب‬ َ

ِ ‫يم‬
‫ان‬ ِ
َ ‫اإْل‬
“Iman itu terdiri dari tujuh puluh atau enam puluh lebih cabang. Yang tertinggi adalah ucapan ‫اَل‬

َّ
ُ‫ ِإلَ هَ ِإاَّل الله‬, dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu juga
termasuk cabang keimanan. ” (Hadits riwayat Al-Imam Al-Bukhori dan Muslim dari Abu
Huroirairoh ‫ رضي هللا عنه‬, dan ini lafazh Muslim).
Rosululloh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda:

ٍ ُ‫اس بِ ُخل‬
‫ق َح َس ٍن‬ ِ ‫ت وأَتْبِ ْع السَّيَِّئةَ اْل َح َسَنةَ تَ ْم ُحهَا و َخ ِال‬
َّ ‫ق‬
َ ‫الن‬
ِ َّ ِ َّ
َ َ َ ‫اتق الله َح ْيثُ َما ُك ْن‬
“Bertakwalah kepada Alloh di mana saja engkau berada. Dan ikutilah perbuatan dosa dengan
perbuatan baik niscaya akan menghapuskannya. Dan pergaulilah orang dengan akhlak yang
baik. ”(Hadits riwayat Al-Imam At-Tirmidzi dari Abu Dzar ‫) رضي هللا عنه‬.
Ibnu Rojab al-Hanbali ‫الى‬99‫ه هللا تع‬99‫ رحم‬mengatakan, “Rosululloh ‫لم‬9‫ه وس‬99‫لى هللا علي‬99‫ ص‬menyebutkan perintah
berakhlak secara terpisah, dikarenakan kebanyakan orang mengira bahwa ketakwaan itu hanya
berkutat dengan masalah pemenuhan hak-hak Alloh ‫الى‬99‫بحانه وتع‬99‫س‬ dan tidak berurusan dengan
pemenuhan hak hamba-hamba-Nya…” “Dan orang yang menunaikan hak-hak Alloh ‫الى‬999‫تع‬
sekaligus hak-hak sesama hamba dengan baik adalah sesuatu yang sangat jarang ditemukan,
kecuali pada diri para nabi dan orang-orang yang shidiq (benar) …” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam,
hal. 237)
Diriwayatkan dari Abu Huroiroh ‫رضي هللا عنه‬ , beliau ‫رضي هللا عنه‬ berkata: Rosululloh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬pernah
ditanya tentang sebab paling banyak yang mengakibatkan orang masuk surga. Beliau ‫صلى هللا عليه‬
‫وسلم‬ menjawab, “Takwa kepada Alloh dan akhlaq mulia. ” Beliau ‫ صلى هللا عليه وسلم‬juga ditanya tentang
sebab paling banyak yang mengakibatkan orang masuk neraka, maka beliau ‫لم‬99‫ه وس‬99‫لى هللا علي‬99‫ص‬
menjawab, “Mulut dan kemaluan. ” (Hadits riwayat Al-Imam Tirmidzi).
Al-Imam An-Nawawi ‫ رحمه هللا تعالى‬membuat sebuah bab khusus di dalam kitab Riyadhush Sholihin
yang berjudul Bab Husnul Khuluq (Akhlaq mulia). Maksud penyusunan bab ini oleh beliau ‫رحمه هللا‬
‫تعالى‬ ialah dalam rangka memotivasi agar kita memiliki akhlak yang mulia. Di dalam bab ini beliau
‫رحمه هللا تعالى‬ juga hendak menerangkan keutamaan-keutamaannya serta siapa sajakah di antara
hamba-hamba Alloh ‫ عزوجل‬yang memiliki sifat-sifat mulia itu. Husnul khuluq meliputi berakhlaq
mulia kepada Alloh ‫ سبحانه وتعالى‬dan berakhlaq mulia kepada hamba-hamba Alloh ‫ تعالى‬.
Berakhlaq mulia kepada Alloh ‫ سبحانه وتعالى‬yaitu senantiasa ridho terhadap ketetapan hukum-Nya,
baik yang berupa aturan syari’at maupun ketetapan takdir, menerimanya dengan dada yang
lapang tanpa keluh kesah, tidak berputus asa ataupun bersedih. Apabila Alloh ‫ تعالى‬mentaqdirkan
sesuatu yang tidak disukai menimpa seorang muslim, maka hendaknya dia ridho terhadapnya,
pasrah dan sabar dalam menghadapinya. Dia ucapkan dengan lisan dan hatinya: ‫يت باهلل‬99‫رض‬
‫ًبأ‬9Oًّ ‫(ر‬rodhiitu billaahi Robban) ‘Aku ridho Alloh sebagai Robb’. Apabila Alloh ‫ سبحانه وتعالى‬menetapkan
keputusan hukum syar’i kepadanya maka, dia menerimanya dengan ridho dan pasrah, tunduk
patuh melaksanakan syari’at Alloh ‫ عزوجل‬Jalla dengan dada yang lapang dan hati yang tenang,
inilah makna berakhlak mulia terhadap Alloh ‫ عزوجل‬.
Saudaraku yang budiman. Adapun berakhlak mulia kepada sesama hamba ialah dengan
menempuh cara sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ulama, yaitu yang tercakup dalam
tiga ungkapan berikut ini:

ُّ ‫( َك‬menahan diri dari mengganggu): yaitu dengan tidak mengganggu


Yang pertama: ‫ف ْاألذى‬
sesama baik melalui ucapan maupun perbuatannya. Kemudian yang kedua: ‫الن َدى‬ َّ ‫َب ْذ ُل‬
(memberikan kebaikan yang dimiliki): yaitu rela memberikan apa yang dimilikinya berupa harta
atau ilmu atau kedudukan dan kebaikan lainnya. Dan yang ketiga:‫الو ْج ِه‬
َ ُ‫طلَقَ ة‬
َ (bermuka berseri-
seri, ramah): dengan cara memasang wajah berseri apabila berjumpa dengan sesama, tidak
bermuka masam atau memalingkan pipi. Inilah husnul khuluq.

Orang yang dapat melakukan ketiga hal ini niscaya dia juga akan bisa bersabar menghadapi
gangguan yang ditimpakan manusia kepadanya, sebab bersabar menghadapi gangguan
mereka termasuk juga husnul khuluq . Bahkan jika seorang muslim mengharapkan pahala dari
Alloh ‫ سبحانه وتعالى‬atas kesabarannya tentulah itu akan membuahkan kebaikan di sisi Alloh ‫سبحانه وتعالى‬
.
Nah saudaraku yang budiman, bagaimanakah berakhlak mulia kepada sesama? Di dalam
sebuah ayat Alloh telah menghimpun beberapa kunci pokok, untuk bisa meraih akhlak yang
mulia kepada sesama. Barangsiapa mempraktekkannya, niscaya akan merasakan kenikmatan
buahnya. Alloh ‫ سبحانه وتعالى‬berfirman:
ِِ ِ ‫ُخ ِذ اْلع ْفو وأْمر بِاْلعر‬
َ ‫ض َع ِن اْل َجاهل‬
‫ين‬ ْ ‫َع ِر‬
ْ ‫ف َوأ‬ ُْ ْ ُ َ َ َ
“Jadilah Engkau Pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari
pada orang-orang yang bodoh. ” (Surat al-A’roofayat 199)

Saudaraku yang budiman. Ayat yang mulia ini telah merangkum kandungan makna-makna
husnul khuluq (akhlaq yang mulia) kepada sesama serta apa saja yang sepantasnya dilakukan
oleh seorang hamba dalam hal mu’amalah dan pergaulan hidup mereka. Alloh ‫عزوجل‬
memerintahkan kita untuk melakukan tiga hal: Pertama: Menjadi pema’af. Kemudian kedua:
Menyuruh orang agar mengerjakan yang ma’ruf. Dan yang ketiga adalah:Berpaling dari orang-
orang yang bodoh.

Pengertian pema’af di sini luas. Pemaaf mencakup segala bentuk perbuatan dan akhlak yang
dapat membuat hati mereka lapang dan memberikan kemudahan untuk orang lain. Sehingga
dia tidak membebankan perkara-perkara sulit yang tidak sesuai dengan tabi’at mereka. Bahkan
dia mampu mensyukuri (berterima kasih) terhadap apa saja yang mereka berikan baik berwujud
ucapan maupun perbuatan yang santun atau bahkan yang lebih rendah darinya. Hal itu juga
disertai dengan sikap memaklumi kekurangan dan kelemahan yang ada pada diri orang lain.
Dia tidak menyombongkan diri di hadapan yang kecil dan yang lemah akalnya karena
kelemahan-kelemahan mereka. Begitu pula, dia tidak sombong kepada orang yang miskin
disebabkan kemiskinannya. Bahkan dia mampu berinteraksi (berhubungan) dengan semuanya
dengan lemah lembut dan melapangkan dada-dada mereka. Ia memilih sikap yang tepat sesuai
situasi dan kondisi yang ada.
Pengertian mengerjakan yang ma’ruf adalah segala ucapan dan perbuatan yang baik, budi
pekerti yang sempurna, terhadap orang yang memiliki hubungan dekat maupun jauh.
Saudaraku yang budiman, hendaknya kita bersikap baik kepada orang lain dengan
mengajarkan ilmu yang kita miliki, menganjurkan kebaikan, menyambung tali silaturahim,
berbakti kepada kedua orang tua, mendamaikan persengketaan yang terjadi di antara sesama,
atau menyumbangkan nasihat yang bermanfaat, pendapat yang jitu, memberikan bantuan
dalam kebaikan dan ketakwaan, menghalangi terjadinya suatu keburukan atau dengan
memberikan arahan untuk meraih kebaikan diniyah (agama) maupun duniawiyah (dunia).
Adapun yang dimaksud dengan “Berpaling dari orang-orang yang bodoh” yaitu tidak melayani
atau ikut larut dalam kebodohan mereka. Jika mereka mengusik kita dengan kata-kata atau
dengan tindakan bodoh maka hendaknya kita menyingkir. Kita tidak perlu membalas dendam
dengan mengganggu mereka juga. Barangsiapa yang memutuskan hubungan dengan kita,
maka hendaknya kta sambung hubungan dengannya. Dan barangsiapa yang menzhalimi kita,
maka hendaknya kita berbuat adil kepadanya. Dengan cara inilah kita akan memperoleh
limpahan pahala dari Alloh ‫ عزوجل‬, hati menjadi tentram dan tenang, bebas dari ulah orang-orang
bodoh, bahkan dengan cara ini juga, dapat merubah orang yang semula musuh menjadi teman.
ِ ‫الن ِافع واْلعم َل الص‬ ِ
Demikianlah pertemuan kita kali ini. ‫َّال َح‬ َ َ َ َ َّ ‫َن َي ْر ُزقََن َاوإِ يَّا ُك ْم اْلعْل َم‬
ْ ‫ َن ْسأَ ُل اهللَ أ‬. ‫واهلل ولي التوفيق‬

‫والسالم عليكم ورحمة اهلل وبركاته‬

Diposkan oleh Jum'at Abu Nushoibah di 00.29 0 komentar


Label: Percikan Iman

ORANG YANG PALING DEKAT DENGAN NABI ‫ صلى هللا عليه وسلم‬DI HARI
KIAMAT

Saudaraku rohimaniyallohu wa iyyakum. Dalam rubrik percikan Iman kali ini kita akan
mempelajari bersama tentang orang yang pali dekat dengan Nabi ‫لم‬99‫ه وس‬99‫لى هللا علي‬99‫ ص‬di hari
Qiyamat.
Diriwayatkan dari Jabir ‫ رضي هللا عنه‬bahwa Rosululloh ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda,

‫ام ِة‬ ِ ِ ِ ِ َ ‫َخاَل قًا وإِ َّن أ َْب َغ‬


َ ‫ض ُك ْم إلَ َّي َوأ َْب َع َد ُك ْم مِّني َم ْجل ًسا َي ْو َم اْلقَي‬ َ
ِ ‫ِإ َّن ِم ْن أَحِّب ُكم ِإلَ َّي وأَ ْقربِ ُكم ِمِّني م ْجِلسا يوم اْلِقيام ِة أَح‬
ْ ‫اسَن ُك ْم أ‬ َ َ َ َ َْ ً َ ْ َ َ ْ َ
ِ ِ َّ َ ‫الثَّرثَ ارون واْلمتَ َش ِّدقُون واْلمتَفَ ْي ِهقُ ون قَ الُوا ي ا رس‬
‫ال‬ َ ُ‫ون َف َم ا اْل ُمتَفَ ْي ِهق‬
َ ‫ون َق‬ َ ‫ول الله قَ ْد َعل ْمَن ا الثَّْرثَ ُار‬
َ ُ‫ون َواْل ُمتَ َش ِّدق‬ ُ َ َ َ ُ َ َ ُ َ َ ُ ْ

‫ون‬
َ ‫اْل ُمتَ َكب ُِّر‬
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat
kedudukannya denganku di hari kiamat kelak adalah orang yang terbaik akhlaqnya. Dan orang
yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari kiamat kelak adalah tsartsarun,
mutasyaddiqun dan mutafaihiqun. ” Sahabat berkata: “Ya Rosululloh… kami sudah tahu arti
tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa arti mutafaihiquun?” Beliau menjawab, “Orang yang
sombong. ” (Hadits riwayat Al-Imam At-Tirmidzi. Hadits ini dishohihkan oleh Al-Albani dalam
kitab Shohih Sunan At-Tirmidzi)
Saudaraku yang budiman. Di dalam hadits ini Rosululloh ‫لم‬99‫ه وس‬99‫لى هللا علي‬99‫ ص‬menerangkan bahwa
orang yang paling dekat dengan beliau adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya. Maka
apabila akhlak kita semakin mulia, niscaya kedudukan kita di hari kiamat kelak akan semakin
dekat dengan beliau ‫لم‬99‫ه وس‬99‫لى هللا علي‬99‫ ص‬dibandingkan selain kita. Sedangkan orang yang terjauh
posisinya dari Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬pada hari kiamat kelak adalah tsartsarun, mutasyaddiqun dan
mutafaihiqun.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin ‫ رحمه هللا تعالى‬menerangkan bahwa ma’na tsartsarun
adalah orang yang banyak bicara dan suka menyerobot pembicaraan orang lain. Apabila dia
duduk ngobrol dalam suatu majlis, dia sering menyerobot pembicaraan orang lain, sehingga
seolah-olah tidak boleh ada yang bicara dalam majlis itu selain dia. Dia berbicara, tanpa
membiarkan orang lain leluasa berkata-kata. Perbuatan seperti ini tidak diragukan lagi termasuk
kesombongan. Yang dimaksud majlis dalam konteks ini adalah pembicaraan-pembicaraan
sehari-hari bukan majlis ilmu atau pengajian. Sebab jika suatu saat kita mendapat kesempatan
untuk memberikan nasihat atau mengisi kajian di depan mereka lalu kita sendirian yang lebih
banyak berbicara maka hal ini tidaklah mengapa. Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih
al-’Utsaimin ‫الى‬99‫ه هللا تع‬99‫ رحم‬menerangkan bahwa makna mutasyaddiqun adalah orang yang suka
berbicara dengan gaya bicara yang meremehkan orang lain, seolah-olah dia adalah orang
paling fasih. Itu dilakukannya karena kesombongan dan bangga diri yang berlebihan. Seperti
contohnya berbicara dengan menggunakan bahasa Arab di hadapan orang-orang awam.
Sebab kebanyakan orang awam tidak paham bahasa Arab. Seandainya kita mengajak bicara
mereka dengan bahasa Arab, maka tentulah hal itu terhitung sikap berlebihan dan memaksa-
maksakan dalam pembicaraan. Adapun jika kita sedang mengajar di hadapan para penuntut
ilmu, maka biasakanlah berbicara dengan bahasa Arab dalam rangka mendidik dan melatih
mereka agar sanggup berbicara dengan bahasa Arab. Adapun terhadap orang awam maka
tidak selayaknya kita berbicara dengan mereka dengan bahasa Arab, tetapi hendaknya kita
berbicara dengan mereka dengan bahasa yang mereka pahami, dan jangan banyak memakai
istilah-istilah asing. Artinya janganlah kita menggunakan kata-kata asing yang sulit mereka
mengerti, karena hal itu termasuk berlebihan dan angkuh dalam pembicaraan. Saudaraku yang
budiman, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin ‫ رحمه هللا تعالى‬juga menerangkan makna
mutafaihiqun: Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬telah menerangkannya yaitu orang-orang yang sombong. Orang
sombong ini bersikap angkuh di hadapan orang-orang. Jika berdiri untuk berjalan seolah-olah
dia berjalan di atas helaian daun (dengan langkah kaki yang dibuat-buat –pent) karena adanya
kesombongan di dalam dirinya. Perilaku ini tidak diragukan lagi termasuk akhlak yang sangat
tercela. Wajib bagi setiap orang untuk menghindarinya. Karena yang namanya orang tetap saja
manusia biasa, maka hendaklah dia mengerti ukuran dirinya sendiri. Meskipun dia telah
dikaruniai sekian banyak harta, kedalaman ilmu atau kedudukan yang tinggi oleh Alloh ‫سبحانه وتعالى‬
, seyogyanya dia merendahkan hati (tawadhu’).
Sikap tawadhu’ orang-orang yang telah mendapat anugerah harta, ilmu, atau kedudukan tentu
lebih utama nilainya daripada tawadhu’nya orang-orang yang tidak seperti mereka. Oleh sebab
itu terdapat dalam sebuah hadits yang memberitakan orang-orang yang tidak akan diajak bicara
oleh Alloh ‫ سبحانه وتعالى‬dan tidak disucikan-Nya pada hari kiamat, diantara mereka adalah:“Orang
miskin yang sombong”. Sebab orang miskin tidak mempunyai faktor pendorong (modal) untuk
sombong…. Sudah semestinya orang-orang yang diberi anugerah nikmat oleh Alloh ‫سبحانه وتعالى‬
semakin meningkatkan syukurnya kepada Alloh ‫الى‬99‫بحانه وتع‬99‫ س‬serta semakin tambah tawadhu’
kepada sesama.
Saudaraku yang budiman rohimaniyallohu wa iyyakum. Demikianlah pertemuan kita kali ini,
tentang orang yang paling dekat dekat dengan Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬di hari qiyamat. Insya Alloh
kita akan berjumpa kembali dalam edisi dan kesempatan berikutnya. Semoga Alloh ‫سبحانه وتعالى‬
memberikan taufiq kepada kita semua untuk memiliki akhlak yang mulia dan amal yang baik,
dan semoga Alloh ‫ عزوجل‬menjauhkan kita dari akhlak-akhlak yang buruk dan amal-amal yang

jelek, sesungguhnya Dia Maha dermawan lagi Maha mulia . ‫َن‬


ْ ‫ َن ْس أَ ُل اهللَ أ‬. ‫واهلل ولي التوفيق‬
ِ ‫الن ِافع واْلعم َل الص‬ ِ
‫َّال َح‬ َ َ َ َ َّ ‫َي ْر ُزقََن َاوإِ يَّا ُك ْم اْلعْل َم‬

‫والسالم عليكم ورحمة اهلل وبركاته‬

Diposkan oleh Jum'at Abu Nushoibah di 00.28 0 komentar


Label: Percikan Iman

Pencipta Alam Semesta

Saudaraku yang budiman a’azzaniyallohu wa iyyaakum. Kembali kita berjumpa dalam rubrik
percikan Iman. Kali ini kita akan mempelajari bersama mengenai Satu-Satunya Pencipta alam
jagat raya beserta isinya.

Saudaraku yang budiman, Alloh ‫الى‬99‫ تع‬menciptakan manusia dengan fitroh mengakui serta
mengetahui Robb, yakni pengatur, pengurus dan penguasa alam semesta beserta isinya.
Demikian juga Alloh ‫ تعالى‬menciptakan semua makhluk dalam keadaan fithroh terhadap Robb,
pencipta, pengurus dan penguasa semesta alam beserta isinya. Bahkan orang-orang musyrik
yang menyukutukan Alloh dalam ibadah dan ketaatan atau kepatuhan, juga mengakui keesaan
Alloh dalam hal pencitaan, pengaturan dan kekuasaan. Mari kita simak firman Alloh ‫ تعالى‬dalam
suratAl-Mu’minun ayat 86 - 89:
“Katakanlah: "Siapakah yang Empunya langit yang tujuh dan yang Empunya 'Arsy yang besar?"
Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Alloh. " Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak
bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu
sedang dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu
mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Alloh. " Katakanlah: "(Kalau demikian),
maka dari jalan manakah kamu ditipu?"
Saudaraku yang budiman, dalam ini, kita ketahui bahwa orang kafir sekalipun ketika ditanya
tentang siapa pemilik langit dan ‘arsy. Maka mereka yakni orang kafir menjawab: pemilik langit
dan ‘arsy adalah Alloh ‫ سبحانه وتعالى‬. Nah saudaraku, kenapa mereka dikatakan kafir, padahal
mereka mengakui bahwa Alloh-lah pemilik, penguasa dan pengatur alam semesta. Hal ini
dikarenakan mereka tidak menjunjung tinggi dan tidak mematuhi aturan hukum dan undang-
undang yang ditetapkan Alloh dan rosul-Nya.
Saudaraku yang budiman, di zaman sekarang tidak sedikit manusia yang mempercayai bahwa
penguasa atau pengatur adalah makhluk ghoib, seperti jin, malaikat atau nyi roro kidul. Mereka
menampakkan keingkarannya dikarenan kesombongan, atau karena fithro mereka telah dirusak
iblis atau syaithon la’natulloh ‘alaihim.
Nah saudaraku, sungguh sangat memprihatinkan, tidak sedikit juga orang yang mengaku Islam,
akan tetapi mereka mempercayai ada makhluk ghoib sebagai penguasa gunung, penjaga laut.
Atau mengatakan ada pohon atau batu kramat yang bisa mendatangkan manfaat dan
mudhorot. Demikian juga ada yang mengatakan penguasa atau penjaga laut selatan adalah nyi
roro kidul. Padahal perkataan dan kepercayaan seperti ini adalah kesyirikan yang
menjerumusskan pada neraka dan kekal di dalamnya. Na’udzu billahi min dzalik.
Saudaraku yang budiman, setelah kita mengetahui bahwa satu-satunya pencita, pengatur dan
penguasa alam semeta isinya adalah hanya Alloh ‫الى‬99‫ تع‬, selanjutnya kita akan mempelajari
tentang tauhid rububiyyah. Saudaraku, arti tauhid adalah pengesaan. Adapun rububiyyah
berasal dari Robb, yang memiliki arti pencipta, pengatur dan penguasa. Jadi Tauhid ar-
rububiyah adalah pengesaan dan pensucian Alloh ‫ سبحانه وتعالى‬dalam kekuasaan dan perbuatan-
perbuatan-Nya. Tiada sekutu bagi-Nya. Dalam surat Al-A’rof ayat ayat 54, Alloh ‫ تعالى‬berfirman:

“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanya hak Alloh. Maha suci Alloh, Rabb semesta
alam. ” [
“Yang (berbuat) demikian itulah Alloh Rabb kalian, kepunyaan-Nya-lah kerajaan. Dan orang-
orang yang kalian seru (ibadahi) selain Alloh tidak mem-punyai apa-apa walaupun setipis kulit
ari. “ [QS. Faathir (35): 13]

Berikut ini adalah kandungan tauhid rububiyyah

Termasuk dalam kandungan tauhid rububiyyah, bahwa hanya Alloh-lah Pencipta alam
semesta dan semua yang ada di dalamnya. Hanya Alloh- lah Pemberi dan Pencegah,
Penghidup dan Pemati, Pengada dan Peniada. Tiada sekutu bagi-Nya.

“Segala puji bagi Alloh Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan meng-adakan gelap dan
terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan Robb mereka. ” Surat al-An`aam ayat
1.

Dalam surat Aali ‘Imron ayat 26-27, Alloh ‫ تعالى‬berfirman:

“Katakanlah: “Wahai Ilah Yang hanya Dia-lah pemilik seluruh kerajaan, Engkau berikan kerajaan
(kekuasaan) kepada orang yang Engkau kehendaki Engkau cabut kerajaan (kekuasaan) dari
orang yang Engkau kehendaki. Engkau mu-liakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam
siang dan Engkau masukkan siang kepada malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang
mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezki siapa yang
Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)”.

Demikian juga termasuk kandungan tauhid rububiyyah adalah, bahwa Alloh ‫عزوجل‬ adalah
Penguasa tertinggi, kekuasaan-Nya tidak ada batasnya, dan tidak ada kekuasaan yang
menandingi-Nya. Semua makhluk berada dalam genggaman kekuasaan Alloh ‫تعالى‬ . Semua yang
ikehendaki-Nya pasti terjadi, dan semua yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan pernah terjadi.
Tidak ada keinginan lain yang bisa terlaksana bila bertentangan dengan keinginan-Nya. Tidak
ada yang bisa mencegah-Nya dari berbuat apa pun juga. Alloh ‫ تعالى‬berfirman:

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Alloh itu adalah al-Masih
putera Maryam”. Katakanlah: “Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-
halangikehendak Alloh, jika Dia hendak membina-sakan al-Masih putera Maryam itu beserta
ibunya dan seluruh orang-orang berada di bumi semuanya”. Kepunyaan Alloh kerajaan langit
dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikendaki-Nya. Dan
Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu. ” [QS. al-Maa’idah (5): 17]
Saudaraku yang budiman, jadi Pencipta, pengatur dan penguasa semua makhluk hanya Alloh
saja. Yang menurunkan hujan dan menahannya, menjaga gunung, laut, daratan, dan lain
sebagainya yang berkaitan dengan pencipta, pengatur dan penguasa, maka itu semua hanya
Alloh ‫ سبحانه وتعالى‬. Oleh karena itu, jika barangsiapa yang mengatakan penjaga gunung, laut
atau yang lainnya adalah makhluk halus atau malaikat atau yang lainnya selain Alloh ‫ تعالى‬,
maka dia telah membuat kesyirikan. Na’udzu billahi min dzalik.

Demikianlah pembelajaran kita kali ini. ‫ح‬ ِ ِ َّ ‫َن ير ُزقََناوإِ يَّا ُكم اْل ِعْلم‬
َ ‫الناف َع َواْل َع َم َل الصَّال‬ َ ْ َ ْ َ ْ ‫َن ْسأَ ُل اهللَ أ‬

‫واهلل ولي التوفيق‬

You might also like