You are on page 1of 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan dari berbagai kegiatan

yang berdasarkan prinsip belajar untuk mencapai keadaan dimana

individu, keluarga atau masyarakat ingin hidup sehat, tahu caranya,

melaksanakan apa yang bisa mereka kerjakan dan bila perlu mereka

mencari pertolongan Djuhaeni (2005).

Berdasarkan pengertian tersebut penyuluhan kesehatan merupakan

gabungan dari berbagai macam kesempatan dan kegiatan yang

berdasarkan prinsip belajar. Prinsip belajar disini adalah untuk mencapai

keadaan ketika individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan

ingin hidup sehat, tahu caranya, dan melaksanakan yang dapat

dilaksanakan, baik secara sendiri-sendiri maupun berkelompok dan

mencari pertolongan bila diperlukan.

Menurut Ilham (1996), tujuan penyuluhan kesehatan masyarakat

adalah: 1) agar individu atau kelompok dan masyarakat secara keseluruhan

melakukan perilaku hidup sehat, dan 2) agar individu atau kelompok dan

masyarakat secara keseluruhan mampu berperan aktif dalam upaya

kesehatan. Tujuan ini dapat dicapai apabila penyuluhan selalu dikaitkan

9
10

dengan kebutuhan individu, kelompok, atau masyarakat yang akan

disuluh.

Menurut Depkes RI (dalam Putra, 2005), berdasarkan sasarannya,

penyuluhan dapat dikelompokkan atas penyuluhan massa, penyuluhan

kelompok, dan penyuluhan perorangan. Selanjutnya dapat diuraikan

sebagai berikut:

a. Penyuluhan yang ditujukan kepada semua orang. Misalnya

memasang poster, menulis, atau menggambar pesan lalu dipasang di

tempat yang ramai penyampaian pesan melalui radio, televisi, dan

surat kabar. Keuntungan penyuluhan jenis ini adalah cakupan sasaran

yang besar, kerugiannya adalah komunikasi hanya berlangsung satu

arah dan isi pesan dapat disalahtafsirkan.

b. Penyuluhan yang ditujukan kepada kelompok orang tertentu,

melalui ceramah, diskusi, dan demonstrasi. Penyuluhan jenis ini sering

dilakukan pada kegiatan rutin kelompok, misalnya arisan ibu-ibu,

pertemuan warga, dan lain sebagainya. Keuntungan penyuluhan ini

adalah adanya komunikasi yang memungkinkan dua arah atau terjadi

komunikasi timbal-balik, sedangkan kelemahannya adalah adanya

kesalahan penafsiran pada kelompok kecil dan dukungan terhadap

kelompok cukup mendominasi berjalan atau tidaknya penyuluhan

dengan baik.

c. Penyuluhan yang dilakukan dengan berhadapan langsung (face to

face) secara perorangan. Penyuluhan ini sering dilakukan oleh petugas


11

kesehatan terutama pada proses kegiatan pengobatan. Kerugian

penyuluhan ini adalah waktu yang sangat lama karena harus melalui

proses orang per orang. Pelaksanaan penyuluhan perorangan

memungkinkan komunikasi yang intensif antara penyuluh dan yang

disuluh, sehingga dapat berakibat terjadinya adopsi yang besar.

2. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil

dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperolehmelalui

mata dan telinga. Menurut Soekanto (2007), pengetahuan adalah kesan

di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya,

yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul

(superstitions) dan penerangan-penerangan yang keliru

(misinformations).

b. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori

yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah

(Notoatmodjo, 2005). Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan

yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

1) Tahu (Know)
12

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (Comprehension).

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Aplication).

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis).

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,


13

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation).

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Notoatmodjo (2005), menyatakan bahwa cara memperoleh

pengetahuan, dikelompokkan menjadi dua, yakni :

1) Cara Tradisional

Meliputi :

(a) Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan


14

kedua ini gagal juga, maka dicaoba dengan kemungkinan

ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba

kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut

dapat terpecahkan.

(b) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Pengetahuan diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan,

baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama,

maupun ahli ilmu pengetahuan.

(c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi pada masa yang lalu.

Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat

memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan

masalah-masalah lain yang sama, orang dapat pula

menggunakan cara tersebut. Tetapi bila ia gagal menggunakan

cara tersebut, ia tidak akan mengulangi cara itu, dan berusaha

untuk mencari cara yang lain, sehingga dapat berhasil

memecahkannya.

(d) Melalui jalan pikiran

Pengetahuan diperoleh dengan menggunakan jalan pikirannya

baik induksi maupun deduksi. Induksi adalah proses penarikan


15

kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke

pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir

induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan

pengalaman-pengalaman yang ditangkap oleh indra. Kemudian

disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan

seseorang untuk memahami suatu gejala. Deduksi adalah

pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke

khusus. Proses berpikir berdasarkan pada pengetahuan yang

umum mencapai pengetahuan yang khusus.

2) Cara Modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan

pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah, yang disebut

metode penelitian ilmiah. Memperoleh kesimpulan dilakukan

dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-

pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang

diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yakni :

(a) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu

yang muncul pada saat dilakukan pengamatan.

(b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu

yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.

(c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yakni

gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.


16

Berdasarkan hasil pencatatan-pencatatan ini kemudian

ditetapkan ciri-ciri atau unsur-unsur yang pasti ada pada suatu

gejala. Selanjutnya hal tersebut dijadikan dasar pengambilan

kesimpulan atau generalisasi.

d. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah

sebagai berikut :

1) Tingkat pendidikan

Pendidikan tidak lepas dari proses belajar dan pengajaran.

Pendidikan diperlukan untuk memperoleh keterampilan yang

dibutuhkan manusia dalam hidup bermasyarakat (Notoatmodjo,

2007).

2) Informasi

Dengan memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan

kepada masyarakat diharapkan masyarakat, kelompok, atau

individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang

lebih baik (Notoatmodjo, 2007).

3) Kebudayaan

Kebudayan mengatur dan mengajarkan agar manusia dapat

mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berlaku di dalam

pergaulan hidup (Soekanto, 2007).

4) Pengalaman

Pengalaman yang disusun secara sistematis oleh otak

hasilnya adalah ilmu pengetahuan (Soekanto, 2007).


17

5) Media Massa

Media massa seperti surat kabar, TV, film, radio, majalan dan

lainnya mempunyai peranan penting dalam proses transformasi

nilai-nilai dan norma-norma baru. Melalui media massa informasi-

informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu

pengetahuan, dan lain sebagainya dengan mudah diterima oleh

masyarakat (Narwoko dan Suyanto, 2006).

e. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-

tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2007).

3. Tuberkulosis Paru

a. Pengertian Tuberkulosis Paru

Menurut Harrison (1999), tuberkulosis merupakan infeksi

bakteri kronik yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dan

ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi

dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai sel (cell mediated

hipersensitivity). Adapun menurut Hiswani (2004), penyakit

tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang menyerang paru-paru,

penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Mikro

bakteria adalah bakteri aerob, berbentuk batang, yang tidak


18

membentuk spora. Walaupun tidak mudah diwarnai, jika telah

diwarnai bakteri ini tahan terhadap peluntur warna (dekolarisasi) asam

atau alkohol, oleh karena itu dinamakan bakteri tahan asam atau basil

tahan asam.

b. Etiologi

Mycobacterium tuberculosis adalah satu diantara lebih dari 30

anggota genus mycobacterium yang dikenali dengan baik, maupun

banyak yang tidak tergolongkan. Bersama dengan kuman yang

berkerabat dekat, yaitu M. Bovis kuman ini menyebabkan

tuberkulosis. Mycobacterium tuberculosis mengandung banyak zat

imunoreaktif. Lipid permukaan pada mikobakterium dan komponen

peptidoglikan dinding sel yang larut air merupakan tambahan yang

penting yang dapat menimbulkan efeknya melalui kerja primernya

pada makrofag pejamu. Mycobacterium tuberculosis mengandung

suatu kesatuan antigen polisakarida dan protein, sebagian mungkin

spesifik spesies, tetapi lainnya secara nyata memiliki epitop yang luas

di seluruh genus. Hipersensitivitas yang diperantai sel khas untuk

tuberkulosis dan merupakan determinan yang penting pada patogenesis

penyakit.

c. Diagnosis Tuberkulosis

Diagnosis TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan

dengan :
19

1) Ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara

mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila

sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS BTA hasilnya positif.

2) Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan

pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan

dahak SPS diulang.

3) Kalau hasil rontgen mendukung TBC, maka penderita

didiagnosis sebagai penderita TBC BTA positif.

4) Kalau hasil rontgen tidak mendukung TBC, maka

pemeriksaan dahak SPS diulangi.

5) Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita

TBC BTA positif.

6) Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto

rontgen dada, untuk mendukung TBC, didiagnosis TBC.

7) Bila hasil rontgen mendukung TBC, didiagnosis sebagai

penderita TBC BTA negatif rontgen positif

8) Bila hasil rontgen tidak mendukung TBC, penderita

tersebut bukan TBC (Depkes RI, 2002).

d. Patogenesis dan Patofisiologi

Muttaqin (2008), menyatakan bahwa ketika seorang klien

tuberkulosis paru batuk atau berbicara, maka secara tidak sengaja

keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai atau tempat lain.

Akibat terkena sinar matahari yang panas, droplet nuklei tadi


20

menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan

pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkurung

oleh droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhisap oleh

orang sehat, maka orang itu berpotensi terinfeksi bakteri tuberkulosis.

Penularan bakteri lewat udara disebut dengan istilah air Bone

infection. Bakteri yang terhisap akan melewati pertahanan mukosiller

saluran pernapasan dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi dimana

terjadi implantasi bakteri, bakteri akan menggandakan diri

(multiplying). Bakteri tuberkulosis dan fokus ini disebut fokus primer

atau lesi primer atau fokus Ghon. Reaksi juga terjadi pada jaringan

limfe regional, yang bersama dengan fokus primer disebut sebagai

kompleks primer. Dalam 3 – 6 minggu, inang yang baru terinfeksi

akan menjadi sensitif terhadap protein yang dibuat bakteri tuberkulosis

dan bereaksi terhadap tes tuberkullin atau tes Mantoux.

Underwood (2000) menyatakan bahwa bentuk klinis dan

patologis tuberkulosis paru sangat bervariasi, dan tergantung pada luas,

stadium dan aktivitas penyakit. Bentuk klinis dan patologis

tuberkulosis meliputi :

1) Tuberkulosis primer

Paru biasanya merupakan tempat permulaan kontak antara basil

tuberkulosis dengan manusia. Fokus infeksi primer, yang biasanya

tanpa gejala, disebut kompleks Ghon. Lesi paru biasanya kecil

dengan diameter sekitar 10 mm, dan terdiri dari nekrosis kaseosa di


21

sebelah tengah yang dikelilingi oleh histiosit epitel bentuk

palisade, dan kadang-kadang ditemukan sel datia Langhans, dan

limfosit. Granuloma seperti ini ditemukan juga pada kelenjar limfe

yang dialiri cairan limfe dari daerah paru yang sakit. Hampir pada

semua kasus, lesi primer akan mengalami organisasi, dan

meninggalkan nodul fibrokalsifikasi pada paru, dan secara klinis

tidak meninggalkan cacat. Walaupun begitu, basil tuberkulosis

tetap ada di dalam jaringan parut tersebut tetap hidup sampai

beberapa tahun. Pada beberapa kasus, terjadi komplikasi, terutama

apabila individu yang terkena tidak mempunyai kemampuan

imunologis.

2) Tuberkulosis sekunder

Sebagian besarTB merupakan reaktivasi infeksi primer

sebelumnya. Lesi-lesi ini hampir selalu berlokasi pada apeks paru,

yang kadang-kadang bilateral, dan apabila diameternya sekitar 30

mm akan memberi gejala klinis. Secara histologis akan ditemukan

granuloma yang khas, yang sebagian besar terdapat nekrosis

kaseosa di tengahnya. Progresifnya penyakit tergantung pada

keseimbangan antara sensitivitas penderita dan virulensi

organisme. Sebagian besar lesi menjadi jaringan parut

fibrokalsifik, yang sering ditemukan pada paru orang usia lanjut,

sewaktu dilakukan autopsi. Seperti juga halnya TB primer,

berbagai komplikasi dapat terjadi.


22

3) Tuberkulosis milier

TB milier merupakan akibat dari TB primer ataupun TB sekunder,

dimana terdapat ketidakmampuan yang hebat dari resistensi

penderita. Penyakit tersebar secara luas, mengakibatkan terjadinya

granuloma kecil di berbagai organ. Lesi sering ditemukan pada

paru, selaput otak, ginjal, sumsum tulang dan hati, tetapi tidak

satupun organ yang bebas. Granuloma sering mengandung banyak

mikobakteria, dan tes Mantoux sering negatif. Hal ini merupakan

gawat medis yang memerlukan pengobatan yang tepat dengan obat

antituberkulosa untuk menghindari akibat yang fatal.

e. Gejala dan Penularan Tuberkulosis Paru

Misnadiarly (2006) menyatakan bahwa gejala dan penularan

tuberkulosis paru adalah sebagai berikut :

1) Gejala tuberkulosis paru

a) Batuk disertai dahak Iebih dari 3 minggu.

b) Sesak nafas dan nyeri dada.

c) Badan lemah, kurang enak badan.

d) Berkeringat pada malam hari walau tanpa kegiatan.

e) Berat badan menurun.

2) Penularan tuberkulosis paru

a) Sumber penularan adalah penderita yang dahaknya

mengandung kuman.
23

b) Menular melalui udara, bila penderita batuk, bersin,

dan berbicara.

c) Penularan terjadi bila orang menghirup kuman

tuberkulosis.

d) Tuberkulosis dapat menyerang siapa saia (laki-laki,

perempuan, tua, muda, miskin, kaya) tetutama yang tinggal di

dalam rumah yang gelap, lembab, dan ventilasi udara tidak

baik.

f. Cara Pencegahan dan Pengobatan Tuberkulosis Paru

Misnadiarly (2006) menyatakan bahwa cara pencegahan dan

pengobatan tuberkulosis paru adalah sebagai berikut :

1) Cara pencegahan tuberkulosis paru

Mencegah penularan TBC adalah dengan menjalankan pola hidup

sehat yaitu :

a) Menutup mulut waktu batuk dan bersin.

b) Tidak meludah di sembarang tempat.

c) Ventilasi rumah yang baik agar udara dan sinar

matahari masuk dalam ruangan.

d) Tidur dan istirahat yang cukup.

e) Tidak merokok dan minum minuman beralkohol.

f) Berolah raga teratur.

g) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan gizi

seimbang.
24

2) Cara pengobatan tuberkulosis paru

a) Penderita harus minum obat secara teratur sesuai

anjuran sampai dinyatakan sembuh.

b) Penderita dapat Obat Anti TBC di Puskesmas secara

gratis.

c) Lama pengobatan 6-8 bulan.

d) Perlu pemeriksaan dahak ulang untuk menentukan

kesembuhannya.

e) Perlu pengawas minum obat (PMO) bagi setiap

penderita.

B. Kerangka Teori

Pengetahuan pasien tentang


penyakit TB Paru
Pemberian Penyuluhan • Pengertian TB Paru
tentang Tuberkulosis Paru • Tanda dan Gejala
• Cara Penularan
• Cara pencegahan dan
pengobatan

• Tingkat Pendidikan Pasien


Perilaku sehat dalam
• Informasi
pencegahan dan pengobatan
• Kebudayaan TB Paru
• Pengalaman
• Media Massa

Sembuh dari penyakit


TB Paru

Keterangan :
25

: Variabel diteliti

: variabel tidak diteliti

Gambar 1
Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep

Pemberian Penyuluhan Pengetahuan pasien tentang


tentang Tuberkulosis Paru penyakit TB Paru
• Pengertian TB Paru
• Tanda dan Gejala
• Cara Penularan
• Cara pencegahan dan
pengobatan
• Tingkat Pendidikan Pasien
• Informasi
• Kebudayaan
• Pengalaman
• Media Massa

Keterangan :

: Variabel diteliti

: variabel tidak diteliti

Gambar 2
Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : ada hubungan

pengaruh pemberian penyuluhan tuberkulosis paru terhadap tingkat


26

pengetahuan pasien tentang tuberkulosis paru di RSU PKU Muhammadiyah

Yogyakarta.

You might also like