Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh:
MOH NURUDIN
NIM 105016300603
Skripsi
Oleh:
MOH. NURUDIN
NIM 105016300603
Di bawah Bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I,
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. 22 – 02 – 2010 ……………..
NIP. 1957 1005 198703 1 003
Penguji II,
Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd. 08 – 02 - 2010 ……………..
NIP. 1965 0115 198703 1 020
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kata kunci : hasil belajar fisika, problem based learning (PBL), direct
instruction (DI), ketercapaian proses pembelajaran.
ABSTRACT
The research was done in XI IPA 1 class (that used PBL) and XI IPA 2 class
(that used DI) of State Islamic Senior High School (MAN) Ciledug, District of
Cirebon in Law of Gravitation material lesson. Defining these two classes as
sample of research based on purposive sampling technique and homogeneity test
of these two classes. The research was done approximately in two months, was
begun in September and finished in October, 2009. Instrument these were used in
the research are test instrument that is multiple choices achievement test and non-
test instrument that is observational sheet. Data that is got from test instrument
will be analyzed by comparison statistical test, that is comparison between
posttest result both of classes, in other side data that is got from observational
sheet will be analyzed qualitatively and be used to explain degree of learning
process filling.
Based on result of the analysis, we get conclusion that difference between
both of posttest result of classes, is not significant. The conclusion is based on
result of statistical test of hypothesis that used t test in both of result form classes.
The result is, to price is 1.7266, in other side ttable price in degree of significance
1% is 2.665 and in degree of significance 5% is 1.9976. Can be seen that to < ttable
price, in degree of significance 1% and 5%
Some things caused this result are PBL and DI have same qualification,
PBL teach problem solving skill and DI have systematical learning processes,
lesson schedule setting, and habits factor. In XI IPA 1 class that used PBL,
physics subject always is placed in last time of lesson schedule and after other
exact subjects such as chemistry, mathematics, and biology. In other side, this
class is not yet costumed in using PBL, so they still have difficulties to follow
processes series of PBL. So, it is recommended that it is better to not place
physics subject schedule in last of schedule time and not after others exact
subjects.
Segala puji milik Allah SWT yang telah mengajarkan manusia dengan
qolam, yang mengajarkan manusia segala sesuatu yang belum diketahuinya.
Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW yang dijadikan sebagai
teladan terbaik bagi segenap manusia, juga kepada segenap keluarga dan
sahabatnya yang selalu menjaga kemurnian sunnah-nya.
Pemilihan judul skripsi ini didasarkan pada asumsi bahwa belum terdapat
penelitian yang membandingkan PBI dan DI, setidaknya itulah yang diketahui
peneliti. Dengan asumsi tersebut, maka dengan tekad yang kuat, terlaksanalah
penelitian ini, walaupun dengan segala keterbatasan dan kekurangannya.
Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya, disampaikan kepada
semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal
baik dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus,
apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikain kepada:
1. Ayahanda KH. Taufik Faqih dan Ibunda Siti Maryam, yang kasih sayangnya
kepada peneliti tak terbatas, semoga Allah selalu menyayangi keduanya
sebagaimana keduanya menyayangi peneliti.
2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Zulfiani, M. Pd., Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti, M.Si.,
Dosen Pembimbing II, yang selalu ada ketika peneliti kesulitan dalam
penelitian ini.
5. Bapak Drs. Muhdi, Kepala MAN Ciledug Kab. Cirebon, dan Bapak Budi
Susetyo, M.Pd., guru mata pelajaran Fisika, yang telah memberikan ijin
penelitian dan menjadi konsultan terbaik selama eksperimen, dan seluruh
sivitas akademika MAN Ciledug Kab. Cirebon.
i
6. Kakak dan Adik tercinta: Siti Muyasyaroh dan Muhammad Yusuf, Aep
Saefullah dan Ceu I’ah, Iing Sholehuddin dan Nurdianah, Muhammad
Tajudin, Siti Hafidhoh, Abdul Mugni, dan Khotimatussa’adah, tempat
berkeluh kesah dan sumber inspirasi serta semangat, bagian kehidupan yang
tak tergantikan.
7. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Cirebon Jakarta Raya (HIMA-CITA)
dan Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung Djati (KMSGD) Jakarta Raya, rumah
kedua bagi peneliti.
8. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Fisika Angkatan 2005, yang menjadi
keluarga kedua bagi peneliti. Lebih khusus kepada Khaerul Anwar, Samsul
Bahri, Arip Rahman Fauzi, Ade Yusman, Amrizaldi, dan Sulaeman.
Atas semuanya semoga Allah SWT membalas dengan balasan yang lebih
baik, jazákum ahsan al-jazâ‟.
Moh. Nurudin
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vi
DAFTA TABEL ..................................................................................... vii
iii
b. Komponen-komponen Utama DI ....................... 27
c. Tahap-tahap Pembelajaran DI ............................ 30
4. Pengaruh Penerapan Model Pembejalaran dan
Hasil Belajar Fisika .................................................... 34
B. Hasil Penelitian yang Relevan ......................................... 38
C. Kerangka Pikir ................................................................. 41
D. Hipotesis .......................................................................... 43
iv
3. Nilai Normal Gain (N-Gain) ...................................... 63
4. Rekapitulasi ............................................................... 67
B. Analisis Data ................................................................... 67
1. Uji Prasyarat Analisis Statistik .................................. 67
a. Uji Normalitas .................................................... 67
b. Uji Homogenitas ................................................ 68
2. Uji Hipotesis .............................................................. 69
3. Analisis Data Hasil Observasi .................................. 69
C. Interpretasi Data .............................................................. 71
1. Hasil Pretest ............................................................... 71
2. Hasil Posttest ............................................................. 72
3. Nilai Normal Gain (N-Gain) ...................................... 73
4. Hasil Uji Hipotesis ..................................................... 73
5. Data Hasil Observasi ................................................. 74
D. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................... 74
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Belajar Menurut Bandura (Teori Belajar Sosial) ........ 25
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir ............................................................. 42
Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Pretest Kelas XI IPA 1 ...................... 59
Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Pretest Kelas XI IPA 2 ...................... 60
Gambar 4.3 Diagram Batang Hasil Posttest Kelas XI IPA 1 ..................... 61
Gambar 4.4 Diagram Batang Hasil Posttest Kelas XI IPA 2 ..................... 62
Gambar 4.5 Diagram Batang N-Gain Kelas XI IPA 1 .............................. 63
Gambar 4.6 Diagram Batang Kategorisasi N-Gain Kelas XI IPA 1 .......... 64
Gambar 4.7 Diagram Batang N-Gain Kelas XI IPA 2 .............................. 65
Gambar 4.8 Diagram Batang Kategorisasi N-Gain Kelas XI IPA 2 .......... 66
vi
DAFTAR TABEL
vii
Tabel 4.15 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ..................................... 67
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kai Kuadrat ................... 68
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ................................... 68
Tabel 4.18 Data Hasil Observasi .......................................................... 70
Tabel 4.19 Ketercapaian Proses Pembelajaran pada Setiap Pertemuan . 71
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
kelompok mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Hal itu diperkuat oleh
pendapat siswa pada Ujian Nasional. Beberapa siswa jurusan IPA pun
merasakan bahwa fisika termasuk mata pelajaran yang sulit.1
Dengan mempelajari fisika, sebetulnya dapat lebih mengenal alam
sekitar. Pada akhirnya, akan lebih bijaksana dalam melakukan eksplorasi
sumber daya alam tanpa melakukan eksploitasi. Permasalahan yang muncul
kemudian adalah andaipun siswa mengetahui dan hapal akan konsep fisika
yang diajarkan, tetapi hanya sebagian kecilnya saja yang memahami konsep
tersebut. Sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan apa yang mereka
pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau
dimanfaatkan.
Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik
sebagaimana biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak
dan metode ceramah. Padahal para siswa sangat butuh untuk dapat memahami
konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat kerja dan masyarakat pada
umumnya dimana mereka akan hidup dan bekerja.
Setidaknya ada beberapa hal yang menyebabkan anggapan bahwa fisika
itu sulit dan membosankan. Pertama, model pembelajaran yang digunakan
guru sangat monoton. Metode ceramah merupakan metode yang secara
konsisten digunakan oleh guru dengan urutan menjelaskan, memberi contoh,
latihan, dan tugas rumah (PR). Tidak ada variasi metode pembelajaran yang
dilakukan guru berdasarkan karakteristik materi pelajaran yang diajarkannya.
Kedua, guru jarang sekali memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berinteraksi dengan teman sebaya atau dengan guru dalam upaya
mengembangkan pemahaman konsep-konsep dan prinsip-prinsip penting.
Ketiga, pengajaran yang dilakukan oleh guru lebih menekankan pada
manipulasi matematis, dimulai dengan difinisi konsep, kemudian
menyatakannya dengan matematis. Hal ini teramati pula dari catatan-catatan
1
Berita diakses dari www.kompas.com yang dimuat pada tanggal 24 April 2008 dan
diakses pada 11 Juli 2009.
3
fisika siswa yang tidak jauh berbeda dengan catatan matematik, karena isinya
hanya kumpulan rumus-rumus fisika.
Keempat, guru tidak memahami model penyelesaian soal-soal secara
sistematis. Ketika mengajarkan pemecahan masalah, guru tidak mulai dengan
menganalisis masalah, tidak mendeskripsikannya dalam deskripsi fisika, tidak
berusaha untuk menggambarkannya dalam diagram-diagram, namun lebih
menekankan pada pencocokan soal-soal dengan rumus yang dihapalkan.
Kelima, guru lebih tertarik pada jawaban siswa yang benar tanpa menganalisis
kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dan prosedur penyelesaiannya.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini, pada
tahun 1997, The Cognition and Technology Group at Vanderbilt
mengembangkan sebuah program tentang pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning, PBL atau problem based instruction, PBI) yang
dinamai The Jasper Project. Program ini menyediakan beberapa kaset cakram
padat (videodisc) berbasis petualangan yang didesain untuk mengembangkan
kemampuan matematika siswa kelas lima ke atas. Ternyata program ini
sekaligus dapat membantu siswa untuk menghubungkannya dengan konsep-
konsep pelajaran lain. Proyek ini difokuskan pada dua buah petualangan yang
membutuhkan penyelesaian masalah. Petualangan pertama berjudul Blueprint
of Success dan petualangan kedua berjudul The Big Splash. Di akhir penelitian
ini ditemukan sebuah fakta bahwa siswa yang mengikuti program ini
mempunyai tingkat motivasi dan kinerja akademik yang lebih baik daripada
yang tidak mengikuti program ini.2
Dalam upaya yang serupa, Reynold dan Farell pada tahun 1996
melakukan sebuah penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian komparasi
bertaraf internasional. Salah satu contohnya adalah yang berjudul World Apart
Report. Laporan ini menjelaskan perbandingan metode yang digunakan di
Inggris dan yang digunakan di Singapura. Para penulis laporan ini menemukan
fakta bahwa salah satu faktor yang meyebabkan perbedaan hasil belajar siswa
2
John W Santrock, Educational Psychology, 2nd Edition (New York: The McGraw Hill
Companies, Inc., 2004), h. 301 – 302.
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka masalah pada penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
1. Mengapa fisika dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan membosankan
dibandingkan dengan pelajaran lain?
2. Bagaimana signifikansi peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan
perlakuan berupa penerapan model PBL pada kelompok A dan DI pada
kelompok B?
3. Bagaimana perbandingan hasil belajar fisika antara kelompok A yang
menggunakan PBL dengan kelompok B yang menggunakan DI?
3
Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching; Evidence and Practice, 2nd Edition
(London: SAGE Publication, Ltd, 2005), h. 29.
5
C. Batasan Masalah
Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti
semua karena keterbatasan penelitian ini. Di samping itu, semua variabel
dalam penelitian ini tidak memungkinkan untuk dikontrol semua. Oleh karena
itu, dalam penelitian perlu dilakukan pembatasan masalah. Adapun
pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil
tes kognitif saja. Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi
Bloom yang sudah direvisi oleh Madaus, dkk.4 Ranah kognitif yang akan
diukur pada penelitian ini adalah mulai C1 sampai dengan C4.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang dijadikan bahan
analisis dalam penelitian ini hanya dibatasi pada penerapan model PBL dan
DI. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar hanya dijadikan
sebagai acuan pengambilan kesimpulan saja.
3. Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada masing-masing kelompok
selama eksperimen adalah konsep hukum gravitasi yang diajarkan pada
semester ganjil kelas XI.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian
ini adalah “Bagaimana perbandingan hasil belajar fisika antara siswa yang
menggunakan PBL dengan yang menggunakan DI?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan hasil
belajar fisika antara yang menggunakan PBL dengan yang menggunakan DI.
Selanjutnya, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai rujukan untuk memilih
model yang lebih tepat dalam pembelajaran fisika di sekolah.
4
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi (Jakarta: Bumi
Aksara, 2005), h.117 – 121.
6
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa
pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk meningkatkan
hasil belajar fisika dan dapat mengurangi kebosanan selama pembelajaran
fisika berlangsung.
2. Bagi guru mata pelajaran fisika, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan alternatif pilihan untuk menggunakan model pembelajaran
yang lebih efektif dalam pembelajaran fisika.
3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru
dalam bidang penelitian pendidikan dan model-model pembelajaran yang
akan menjadi bekal untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata setelah
menyelesaikan studinya.
BAB II
KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoretis
1. Teori Belajar Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan belajar yang
menyatakan bahwa siswa akan belajar dengan lebih baik jika siswa secara
aktif membangun (construct) sendiri pengetahuan dan pemahamannya.5
Dalam hal ini, siswa belajar dengan mengembangkan pengetahuan awal
yang sudah terlebih dahulu dimilikinya. Dengan bermodalkan pengetahuan
awal ini, siswa mencoba membangun sendiri pengetahuan dan
pemahamannya didasarkan pada informasi-informasi baru yang
diterimanya baik dari lingkungan maupun dari orang-orang yang berada di
sekitarnya.
Oleh karena itu, para pakar konstruktivisme (constructivist) yakin
bahwa pengetahuan itu tidak mutlak, melainkan dibangun oleh pembelajar
berdasarkan pengetahuan awal yang telah dimilikinya dan pandangannya
terhadap dunia di sekitarnya.6 Para pakar konstruktivisme juga
mengemukakan bagaimana pengetahuan dapat disusun sehingga dapat
dipelajari, yaitu dengan cara para pembelajar sendiri yang harus aktif
sehingga pembelajar dapat memilih dan menginterpretasikan informasi
yang diperolehnya dari lingkungan di sekitar dirinya.
Konstruktivisme menjelaskan bahwa pemahaman bisa didapat dari
interaksi seseorang dengan lingkungannya, konflik kognitif dapat
mendorong seseorang untuk belajar, dan pengetahuan dapat terbentuk
ketika siswa menegosiasikan situasi sosial dan mengevaluasi pemahaman
individualnya. Terdapat banyak teori yang menjelaskan konstruktivisme.
5
John W Santrock, Educational Psychology, 2nd Edition, (New York: McGraw Hill
Companies Inc., 2004), h. 314.
6
Maggi Savin-Baden dan Claire Howell Major, Foundation of Problem-based Learning,
(London: SRHE, tt), h. 29.
7
8
7
John W Santrock, Op.Cit., h. 39 dan Kro‟s Report, Theories of Human Learning (The
Koron Exploration Department, tt), h. 204.
9
8
Ibid., h. 39 – 40.
9
John L. Phillips, Jr., The Origins of Intellect: Piaget‟s Theory, (San Francisco: W.H.
Freeman and Company, 1969), h. 7 – 10.
10
10
John W Santrock, Op.Cit. h. 40.
11
John Phillips, Jr., Op. Cit. h. xv – xvi.
12
Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur, Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Buku Ajar
Mahasiswa), (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2000), h. 17 – 18.
12
13
John W Santrock, Op. Cit., h. 51 – 53.
13
14
Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur, Op. Cit, h. 18 – 19.
14
15
John W Santrock, Op. Cit., h. 52.
16
Ibid.
15
masalah dan direct instruction (DI) atau pengajaran langsung. Berikut ini
adalah penjelasan rinci tentang kedua model pembelajaran tersebut.
17
Kunandar, Op. Cit., h. 354.
17
18
Suchaini, “Pembelajaran Berbasis Masalah,” artikel diakses pada tanggal 23 Januari 2009
dari http://suchaini.wordpress.com/2008/12/15/pembelajaran-berbasis-masalah/
19
I Wayan Dasna dan Sutrisno, “Pembelajaran Berbasis Masalah”, artikel diakses pada
tanggal 23 Januari 2009 dari http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pembelajaran-berbasis-
masalah/
18
20
Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur, Op. Cit., h. 15 – 24.
19
e. Kerjasama
PBL dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu sama lain. Bentuk
kerja sama ini dilakukan paling sering secara berpasangan atau
dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk
secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan
memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog serta untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir. 21
Dengan bahasa yang sedikit berbeda, Warmada mengungkapkan
bahwa terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam PBL, yaitu
sebagai berikut.
a. Permasalahan atau tugas (triggering problem/question).
Permasalahan yang disajikan sebaiknya memenuhi karakteritik
sebagai berikut.
1) Tidak mempunyai struktur yang jelas sehingga siswa terdorong
untuk membuat sejumlah hipotesis dan mengkaji berbagai
kemungkinan penyelesaian masalah. Permasalahan yang kurang
berstruktur ini sebaiknya dirancang oleh guru, agar siswa
termotivasi dan berkesempatan untuk secara bebas mencari
informasi sebanyak mungkin dari berbagai sumber.
2) Cukup kompleks dan ambigu sehingga siswa terdorong untuk
menggunakan strategi-strategi penyelesaian masalah dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti melakukan analisis
dan sintesis, evaluasi, dan pembentukan pengetahuan dan
pemahaman baru.
3) Bermakna dan berhubungan dengan kehidupan nyata siswa,
sehingga mereka termotivasi untuk mengarahkan dirinya sendiri
dan menguji pengetahuan dan pemahaman lama mereka dalam
menyelesaikan tugas tersebut.
21
I Nyoman Pasek, “Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction),” artikel
diakses pada tanggal 23 Januari 2009 dari
http://sarwadipa.com/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=13
21
22
I Wayan Warmada, “Problem Based Instruction (PBI) Berbasis Teknologi Informasi
(ICT): prosiding Seminar “Penumbuhan Inovasi Sistem Pembelajaran: Pendekatan Problem-Based
Learning Berbasis ICT (Information and Communication Technology)”, 15 Mei 2004 dan
CAFEO-21 (21st Conference of The Asian Federation of Engineering Organization), 22-23
Oktober 2003, h.2-3.
23
I Nyoman Pasek, Op.Cit. dan Diah Mulhayatiah dalam Gelar Dwirahayu, dkk.,
Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar (Jakarta: PIC UIN
Jakarta, 2007), h. 128 -130.
22
24
Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching: Evidence and Practice, 2 nd
Edition (London: SAGE Publications, 2006), h. 27.
23
25
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep,
Landasan Teoretis-Praktis dan Implementasinya (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 29 – 30.
26
Richard I. Arends, dkk., Exploring Teaching: an Introduction to Education, 2 nd
Education (New York: McGraw Hill Companies Inc., 2001), h. 194.
27
Ibid., h 195
24
28
John W Santrock, Op. Cit., h. 226.
25
29
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1996), h. 79 – 80.
26
b. Komponen-komponen Utama DI
Sebelumnya sudah diuraikan bahwa untuk mendapatkan DI yang
efektif maka pembelajaran harus dilakukan secara menyeluruh. Namun
demikian, pembelajaran kelas secara menyeluruh saja tidak cukup.
Oleh karena itu, diperlukan untuk menciptakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan DI berjalan secara efektif, yaitu sebagai berikut..
1. Materi pelajaran yang terstruktur dengan jelas
Kejelasan struktur materi pelajaran akan memudahkan siswa dalam
memahami materi pelajaran dan bagaimana hubungan materi
tersebut dengan pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya.
Untuk mendapatkan kejelasan materi pelajaran ini dapat dilakukan
dengan cara melakukan tinjauan ulang (review) dan praktikum
terhadap materi yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya.
Misalnya, pembelajaran dimulai dengan cara pembahasan pekerjaan
rumah yang diberikan pada pertemuan sebelumnya dan berkaitan
dengan materi sebelumnya. Hal ini akan menuntun guru untuk
menemukan bagian pelajaran sebelumnya yang telah dikuasai dan
yang belum dikuasai siswa. Di samping dapat mengetahui dari
mana pelajaran harus dimulai, cara ini juga dapat memberikan
petunjuk kepada guru tentang bagian mana yang perlu diulang dari
materi pelajaran yang lalu.
Setelah pengulangan tersebut, sebagai contoh dapat pula guru
menggunakan kalimat ”hari ini kita akan mempelajari tentang....”
Selama pembelajaran berlangsung, guru dapat memberikan
penegasan dan penekanan terhadap beberapa bagian penting yang
menjadi kunci dari meteri yang sedang disampaikan. Pada akhir
pembelajaran, pengulangan terhadap bagian-bagian kunci ini dapat
dilakukan sekali lagi baik oleh guru maupun oleh siswa.
28
c. Tahap-tahap Pembelajaran DI
Pada DI terdapat lima tahap pembelajaran yang sangat penting.
Pembelajaran diawali dengan penjelasan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai serta latar belakang pembelajarannya. Berikutnya, guru
mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan dari guru. DI dapat
berupa ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktikum, atau kerja
kelompok. DI digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran yang
ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Berikut ini adalah
langkah-langkah pembelajaran DI.31
Tabel 2.4 Tahapan Pembelajaran Direct Isntruction (DI)
Tahap-tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
Menyampaikan tujuan informasi latar belakang pelajaran,
dan mempersiapkan pentingnya pelajaran, dan mempersiapkan
siswa siswa untuk belajar.
Tahap 2 Guru mendemonstrasikan keterampilan
Mendemonstrasikan dengan benar atau menyajikan informasi
pengetahuan dan tahap demi tahap.
keterampilan
Tahap 3 Guru merencanakan dan memberikan
Membimbing pelatihan bimbingan pelatihan awal kepada siswa.
30
Daniel Muijs dan David Reynolds, Lop. Cit. h. 30 – 32.
31
Trianto, Op.Cit., h. 31.
31
32
Ibid., h. 36 – 40.
35
33
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Cet.2, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 64 –
65 dan Teori Belajar Behaviorisme, artikel diakses pada tanggal 2 Desember 2009 dari
http://wangmuba.com/2009/02/21/teori-psikologi-belajar-dan-aplikasinya-dalam-pendidikan/
37
34
John W Santrock, Op. Cit., h. 210.
35
M. Alisuf Sabri, Op. Cit. h. 55 – 56.
36
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet.
Ke-2, h.250.
38
pada KTSP, pengukuran hasil belajar tidak lagi hanya terbatas pada aspek
kognitif saja, namun juga pada aspek afektif dan psikomotorik.
Pengukuran hasil belajar sering disebut dengan penilaian. Oleh
karena pengukuran hasil belajar tidak lagi hanya pada aspek kognitif
melainkan juga pada aspek afektif dan psikomotor, maka banyak
diciptakan sistem-sistem penilaian yang baru yang bisa mengukur hasil
belajar secara integratif dan komprehensif. Pada fisika, penilaian hasil
belajar diukur melalui ulangan, penugasan, penilaian kinerja (performance
assesment), penilaian hasil karya (product assesment), atau bentuk lain
yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.37
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan hasil belajar fisika adalah hasil penilaian setelah siswa
melakukan pembelajaran. Namun, berdasarkan pembatasan masalah seperti
yang diuraikan di Bab I, maka hasil belajar yang dimaksud pada penelitian
ini hanya terbatas pada hasil penilaian ranah kogitif saja.
38
Suherman, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Penelitian Tindakan Kelas di MTs
Negeri 3 Pondok Pinang Jakarta,” (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan
Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 71.
39
Dwi Riyanto, “Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa (Studi Eksperimen di SMP Muhammadiyah 19 Sawangan Depok),” (Skripsi S1
Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2007), h. 48 – 50.
40
Titin Khurotul Aeni, “Pendekatan Konstruktivisme dengan Model Pembelajaran
Berbadasarkan Masalah (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada
Konsep Laju Reaksi (Sebuah Penelitian Tindakan Kelas di MAN 8 Cakung, Jakarta Timur),”
(Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 81.
40
pada sisklus III. Begitu pula dengan tingkatan penguasaan konsep yang
meningkat dari 63,0 pada siklus I menjadi 69,1 pada siklus II, dan
mencapai nilai 79,4 pada siklus III. Hasil belajar mengalami peningkatan.
Hasil belajar pada siklus I siswa hanya memperoleh 74,73 kemudian
meningkat menjadi 79,13 pada siklus II dan menjadi 87,03 pada siklus
III.41
5. Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis. Hal ini
didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri
Gondowulung Bantul Yogyakarta. Menurutnya peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak
terlibat langsung dalam pembelajaran. 42
6. Pada 1983, Good melakukan sebuah studi yang dinamai Missouri
Mathemathics Effectiveness Study. Studi ini melibatkan 40 orang guru
matematika yang dibagi ke dalam dua kelompok. Guru pada kelompok
pertama diberikan pelatihan (training) tentang perilaku yang harus
dilakukan guru yang merupakan unsur-unsur DI sedangkan guru pada
kelompok lainnya dibiarkan mengajar dengan cara sebelumnya. Di akhir
studinya, Good menemukan kenyataan bahwa siswa yang diajar oleh guru
dari kelompok pertama mempunyai hasil belajar yang lebih baik daripada
siswa yang diajar oleh gru pada kelompok kedua.43
41
I Wayan Distrik, Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk
Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 13 BandarLampung,
artikel diakses pada tanggal 4 Agustus 2009 dari
http://pustakailmiah.unila.ac.id/2009/07/16/model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-
kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-
bandar-lampung/
42
Sidik Purnomo, Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok
Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Model) Siswa Kelas VIIIC MTs
Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 2007/2008 (Skripsi S1 Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta), diakses pada tanggal 4 Agustus 2009
dari http://digilib.uin-suka.ac.id/download.php?id=2161
43
Danield Muijs dan David Reynolds, Op. Cit., h. 28.
41
C. Kerangka Pikir
Belajar merupakan faktor yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
manusia belajar menjadikan manusia sebagai makhluk unik yang berbeda
dengan makhluk lain. Belajar merupakan perubahan yang relatif permanen
pada perilaku, pengetahuan, atau keterampilan.
Proses belajar setidaknya meliputi tiga tahapan, yaitu tahapan input,
proses, dan output. Ketiga tahapan ini saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar belajar
(output), di samping kualitas input-nya, adalah proses pembelajarannya.
Sebagai ilmu pengetahuan empiris, perkembangan fisika selalu diawali
dari sebuah permasalahan. Berawal dari permasalah tersebut, seseorang akan
melakukan observasi yang kemudian akan dilanjutkan oleh kegiatan-kegiatan
yang lain sehingga menghasilkan sebuah teori baru. Berdasarkan kenyataan
itu, maka para pakar pendidikan mulai merumuskan sebuah model
pembelajaran yang sesuai dengan karakter fisika tersebut. Pengembangan
model pemebelajaran ini didasarkan pada kegagalan model pembelajaran
konvensional yang hanya dapat membantu siswa memiliki hapalan jangka
pendek saja. Pembelajaran konvensional membuat siswa tidak bisa
menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di sekolah dengan pemecahan
masalah yang dihadapi siswa pada kehidupan sehari-hari. Maka lahirlah model
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning, PBL) sebagai sebuah
solusi terhadap permasalah tersebut.
Di samping itu, setiap proses pembelajaran harus didesain sedemikian
rupa sehingga sesuai dengan karakteristik materi yang dipelajari. Karena
ketidaksesuaian pembelajaran yang dilakukan, berkembanglah persepsi pada
siswa bahwa fisika merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan. Untuk
mengatasi ini, model pengajaran langsung (Direct Instruction, DI) berupaya
memberikan solusi untuk mengatasi masalah ini. DI menjamin keterlibatan
siswa dalam pembelajaran sehingga diharapkan pembelajaran akan berjalan
lebih mudah dan menyenangkan.
42
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka pikir yang telah diuraikan
sebelumnya, maka hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
H0 : Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model PBL sama
dengan siswa yang menggunakan DI pada konsep hukum gravitasi.
Ha : Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model PBL lebih baik
daripada siswa yang menggunakan DI pada konsep hukum gravitasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang diuraikan pada Bab I, maka
metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
semu (quasi experiment).44 Pemilihan metode penelitian ini dikarenakan kelas
yang dijadikan objek penelitian tidak memungkinkan pengontrolan secara
ketat. Jadi, penelitian harus dilakukan secara kondisional dengan tetap
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini membandingkan dua kelompok hasil belajar fisika antara
yang menggunakan model PBL dan DI. Oleh karena itu, penelitian ini
termasuk ke dalam jenis penelitian kausal komparatif.45 Sebelum diberikan
perlakuan, pada kedua kelompok dilakukan pretest untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan dasar siswa pada konsep yang bersangkutan yaitu konsep
hukum gravitasi. Kemudian keduanya diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu
kelompok yang satu diterapkan model PBL sedangkan kelompok yang lain
diterapkan model DI. Setelah diberikan perlakuan, pada kedua kelompok
dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa
44
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h. 85 – 86.
45
M Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia, 2001),
h. 92.
44
45
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini bersifat komparasional karena membandingkan dua
kelompok hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran yang berbeda.
Oleh karena itu, variabel X pada penelitian ini adalah hasil belajar fisika kelas
yang menggunakan model PBL sedangkan variabel Y-nya adalah hasil belajar
fisika kelas yang menggunakan DI.
46
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta: Jurusan
Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 22 – 23.
46
G. Instrumen Penelitian
Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen
tes berupa tes objektif dalam bentuk pretest dan posttest. Di samping itu,
untuk mendapatkan data penunjang kesimpulan yang diharapkan di akhir
penelitian ini, digunakan instrumen nontes berupa lembar observasi sebagai
panduan observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
1. Instrumen Tes
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif
berupa soal pilihan ganda. Instrumen tes ini harus memenuhi empat
kriteria, yaitu validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
Untuk mengetahui pemenuhan keempat kriteria tersebut, maka instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini harus melalui pengujian dan
perhitungan. Berikut ini adalah pengujian dan perhitungan yang perlu
47
dimana:
rPBL = indeks point biserial
Mp = Mean (rata-rata) skor yang dijawab betul oleh testee (peserta
tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes
secara keseluruhan.
Mt = Mean (rata-rata) skor yang dijawab salah oleh testee (peserta
tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes
secara keseluruhan.
SDt = Deviasi standar skor total.
p = proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang
sedang diuji validitasnya.
47
S Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan Cet. Ke-4 (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
h. 186.
48
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi Cet. I (Jakarta: Bumi
Aksara, 1999), h. 65.
49
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan Cet. Ke-10 (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2000), h. 245 – 246.
48
b. Perhitungan Reliabilitas
Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika tes tersebut menunjukkan
hasil-hasil yang mantap. Reliabilitas dapat lebih mudah dipahami
dengan memperhatikan tiga aspek dari sebuah instrumen tes, yaitu
kemantapan, ketepatan, dan homogenitas. Suatu instrumen tes dapat
dikatakan mantap apabila instrumen tes tersebut digunakan
berulangkali, dengan syarat saat pengukuran tidak berubah, instrumen
tes tersebut memberikan hasil yang sama.50
Setelah dilakukan pengujian validitas semua instrumen, maka
butir-butir soal yang valid dihitung koefisien reliabilitasnya. Seperti
yang diuraikan pada bagian uji validitas, didapat bahwa dari 40 soal
yang diujicobakan terdapat 27 soal yang dinyatakan valid. Oleh karena
itu, yang dihitung koefisien reliabilitasnya adalah 27 soal tersebut.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menunjukkan
reliabilitas suatu instrumen tes adalah rumus KR-20 yang ditunjukkan
dengan rumus berikut ini.
50
S Margono, Op. Cit. h. 181.
49
n SD pq
2
r11
n 1 SD 2
dimana:
r11 : nilai koefisien reliabilitas instrumen KR-20
k : jumlah testee
p : proporsi jumlah testee yang menjawab betul
q : proporsi jumlah testee yang menjawab salah
SD : nilai deviasi standar51
Perhitungan nilai reliabilitas ini terdapat pada Lampiran 3B
bersama dengan uji validitas. Berdasarkan perhitungan tersebut
diperoleh bahwa nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 0,7413. Nilai
ini termasuk kategori cukup (r11 > 0,70) atau dengan kata lain bahwa
instrumen ini reliabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan instrumen ini
layak untuk digunakan dalam penelitian ini.
51
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1996), h. 254 – 257 dan Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 105 – 113.
52
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 207 – 208.
50
53
Ibid, h. 136.
51
daya beda ini. Perhitungan pemenuhan kedua kriteria ini terdapat pada
Lampiran 3C dan Lampiran 3D.
Dari keseluruhan soal yang diujicobakan, jumlah soal yang
digunakan dalam penelitian adalah 20 soal. Pemilihan 20 soal ini di
samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada
keterwakilan semua indikator materi pembelajaran. Soal-soal yang
dipiilih dianggap memiliki kriteria yang paling baik berdasarkan
keempat kriteria yang disyaratkan. Di samping itu, 20 soal yang
digunakan ini dianggap telah mewakili setiap indikator pembelajaran
sehingga ketercepaian tujuan pembelajaran dapat diukur dengan 20 soal
ini. Keduapuluh soal tersebut adalah soal nomor 2, 5, 7, 8, 9, 11, 14, 15,
16, 18, 21, 23, 26, 27, 30, 32, 33, 36, 39, dan 40.
2. Instrumen Nontes
Penggunaan instrumen nontes ini bertujuan agar kesimpulan yang
dapat diperoleh dari penelitian ini lebih valid dan objektif dibandingkan
jika hanya menggunakan satu instrumen tes saja. Instrumen nontes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Sebagaimana
instrumen tes, instrumen nontes juga harus memenuhi kriteria kelayakan.
Hanya saja kriteria yang harus dipenuhi oleh instrumen nontes berbeda
dengan instrumen tes. Begitu pula, berbeda dengan instrumen tes yang
pengujiannya menggunakan perhitungan-perhitungan statistik, instrumen
nontes lembar observasi ini pengujian kelayakannya cukup dengan
pertimbangan ahli saja.54 Pertimbangan para ahli ini berhubungan dengan
validitas isi yang berkaitan dengan butir-butir pertanyaan-pertanyaan yang
akan diajukan kepada siswa.55
Uji kelayakan ini dilakukan oleh dosen pembimbing dengan
pertimbangan kajian teoretis yang dilakukan penulis. Setelah diajukan
54
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003), h. 123.
55
Yanti Herlanti, Op. Cit., h. 32.
53
b. Pengujian Hipoteis
Teknik analisis data untuk pengujian hipotesis dilakukan dalam
beberapa tahap. Sebelum melakukan uji hipotesis, diperlukan untuk
melakukan beberapa uji prasyarat statistik untuk menentukan rumus
statistik yang akan digunakan dalam uji hipotesis tersebut.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas seperti yang disyaratkan oleh uji t yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus chi square (uji
kai kuadrat), yaitu:57
56
Ibid., h. 52-53
57
Wayan Nurkancana dan PPN Sumartana, Op. Cit., h. 176.
55
Oi E1 2
X 2
Ei
Simbol Oi pada persamaan tersebut menunjukkan frekuensi
observasi sedankan simbol Ei menunjukkan frekuensi ekspektasi
(harapan). Kriteria pengujian nilai kai kuadrat adalah sebagai
berikut.
a. jika X2hitung ≤ X2tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (data
terdistribusi normal).
b. jika X2hitung > X2tabel,, maka Hoditerima dan Ha ditolak (data tidak
terdistribusi normal).
2) Uji Homogenitas
Sedangkan uji homogenitas varians yang digunakan adalah uji
F, yaitu:58
V1 S12
F
V2 S 22
58
Ibid, h. 171.
56
3) Uji Hipotesis
Karena penelitian ini bersifat komparasional, yaitu
membandingkan antara hasil belajar fisika antara yang
menggunakan model PBL dan model DI. Uji t adalah tes statistik
yang dapat dipakai untuk menguji perbedaan atau kesamaan dua
kondisi atau perlakuan pada dua kelompok yang berbeda dengan
prinsip membandingkan rata-rata (mean) kedua kelompok atau
perlakukan itu. Uji t harus diawali dengan serangkaian pengujian
yang lain seperti:59
a. Merumuskan hipotesis nol (terarah atau tidak terarah)
b. Menentukan sampel representatif (termasuk ukuran sampelnya)
c. Menguji normalitas sebaran data setiap kelompok penelitian
d. Jika kedua kelompok sebaran datanya normal, dilanjutkan
dengan pengetesan homogenitas varians.
e. Jika kedua varians kelompok data itu homogen, baru dilanjutkan
dengan uji t.
f. Jika salah satu atau kedua kelompok penelitian mempunyai
sebaran data yang tidak norma, maka pengujian perbedaan dua
rata-rata (mean) ditempuh dengan analisis tes statistik
nonparametrik.
g. Jika ternyata sebaran datanya normal, tetapi varians datanya
tidak homogen, maka pengujian perbedaan dua rata-rata (mean)
ditempuh dengan analisis uji t.
Berdasarkan perhitungan yang akan dijelaskan pada Bab IV,
kedua data bersifat normal dan homogen. Oleh karena itu, untuk
keperluan pengujian hipotesis digunakan uji t untuk data
berdistribusi normal. Secara matematis, uji t tersebut dirumuskan
dalam persamaan berikut ini.
59
Subana, dkk. Statistik Pendidikan Cet. II (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h.167 – 174.
57
X1 X 2
t
1 1
dsg
n1 n 2
dimana:
A. Deskripsi Data
Pada subbab deskripsi data ini dijelaskan gambaran umum dari data
yang telah diperoleh. Data-data yang dideskripsikan di sini adalah data hasil
pretest, posttest, dan nilai N-Gain dari kedua kelas. Gambaran tentang data-
data ini meliputi nilai rata-rata, median, modus, dan nilai deviasi standar.
1. Hasil Pretest
a. Kelas XI IPA 1
Hasil yang diperoleh pada pretest oleh siswa kelas XI IPA 1
sebagai kelompok A dari penelitian ini disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi berikut ini.
Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas XI IPA 1
Frekuensi Frekuensi
Kelas
Absolut Relatif
15 - 21 4 11,76 %
22 - 28 3 8,82 %
29 - 35 13 38,24 %
36 - 42 2 5,88 %
43 - 49 4 11,76 %
50 - 56 8 23,53 %
Jumlah (∑) 34 100,00 %
58
59
14
12
10
Frekuensiii
8
0
15 - 21 22 - 28 29 - 35 36 - 42 43 - 49 50 - 56
Kelas
b. Kelas XI IPA 2
Hasil yang diperoleh pada pretest oleh siswa kelas XI IPA 2
sebagai kelompok B dari penelitian ini disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi berikut ini.
Tabel 4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil pretest Kelas XI IPA 2
Frekuensi Frekuensi
Kelas
Absolut Relatif
15 - 21 5 14,29 %
22 - 28 2 5,71 %
29 - 35 14 40,00 %
36 - 42 7 20,00 %
43 - 49 5 14,29 %
50 - 56 2 5,71 %
Jumlah (∑) 35 100,00 %
60
14
12
Frekuensisi 10
0
15 - 21 22 - 28 29 - 35 36 - 43 43 - 49 50 - 56
Kelas
2. Hasil Posttest
a. Kelas XI IPA 1
Hasil yang diperoleh pada posttest oleh siswa kelas XI IPA 1
sebagai kelompok A dari penelitian ini disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi berikut ini.
61
18
16
14
12
Frekuensi
10
0
30 - 38 39 - 47 48 - 56 57 - 65 66 - 74 75 - 83
Kelas
b. Kelas XI IPA 2
Hasil yang diperoleh pada posttest oleh siswa kelas XI IPA 2
sebagai kelompok B dari penelitian ini disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi berikut ini.
Tabel 4.7 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas XI IPA 2
Frekuensi Frekuensi
Kelas
Absolut Relatif
30 - 39 2 5,71 %
40 - 49 1 2,86 %
50 - 59 4 11,43 %
60 - 69 13 37,14 %
70 - 79 8 22,86 %
80 - 89 7 20,00 %
Jumlah (∑) 35 100,00 %
14
12
10
Frekuensi i
0
30 - 39 40 - 49 50 - 59 60 - 69 70 - 79 80 - 89
Ke las
Frekuensi Frekuensi
Kelas
Absolut Relatif
0,00 - 0,11 4 11,76 %
0,12 - 0,23 5 14,71 %
0,24 - 0,35 2 5,88 %
0,36 - 0,47 11 32,35 %
0,48 - 0,59 8 23,53 %
0,60 - 0,71 4 11,76 %
Jumlah (Σ) 34 100,00 %
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut dapat dibuat
sebuah diagram batang berikut ini.
12
10
Frekuensi
0
0,00 - 0,11 0,12 - 0,23 0,24 - 0,35 0,36 - 0,47 0,48 - 0,59 0,60 - 0,71
Kelas
25
20
Frekuensi
15
10
0
Rendah Sedang T inggi
Kategori N-Gain
b. Kelas XI IPA 2
Nilai perolehan N-Gain dari kelas XI IPA 2 dijelaskan secara
rinci pada Lampiran 9. Berikut ini adalah tabel distribusi
frekuensinya.
Tabel 4.12 Tabel Distribusi Frekuensi N-Gain Kelas XI IPA 2
Frekuensi Frekuensi
Kelas
Absolut Relatif
-0,40 - -0,21 1 2,86 %
-0,20 - -0,01 1 2,86 %
0,00 - 0,19 2 5,71 %
0,20 - 0,39 8 22,86 %
0,40 - 0,59 14 40,00 %
0,60 - 0,79 9 25,71 %
Jumlah (Σ) 35 100,00 %
14
12
10
Frekuensi
6
4
2
0
- (0,40) - (-0,21) -(-0,20) - (-0,01) 0,00 - 0,19 0,20 - 0,39 0,40 - 0,59 0,60 - 0,79
Kelas
25
20
Frekuensi
15
10
0
Rendah Sedang Tinggi
Kategorisasi N-Gain
4. Rekapitulasi
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama
penelitian.
Tabel 4.15 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian
Kelas XI IPA 1 Kelas XI IPA 2
Data
(PBL) (DI)
Mean 36,74 34,20
Median 33,89 33,75
Pretest
Modus 31,83 32,92
Deviasi Standar 11,78 9,57
Mean 62,32 67,56
Median 61,79 67,58
Posttest
Modus 61,00 65,93
Deviasi Standar 10,88 13,19
Mean 0,390 0,438
Median 0,420 0,474
N-Gain
Modus 0,445 0,504
Deviasi Standar 0,187 0,236
B. Analisis Data
Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yang
dianalisis adalah perbedaan hasil belajar. Oleh karena itu, yang dianalisis
untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai posttest yang diperoleh oleh
kedua kelas. Berikut ini adalah analisis data yang meliputi uji prasyarat
analisis statistik dan uji hipotesisnya.
1. Uji Prasyarat Analisis Statistik
a. Uji Normalitas
Pengujian uji normalitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu
data nilai posttest Kelas XI IPA 1 sebagai kelompok A dan data nilai
posttest Kelas XI IPA 2 sebagai kelompok B. Untuk menguji
normalitas kedua data digunakan rumus Uji Kai Kuadrat (chi square
test). Perhitungan uji normalitas ini disajikan pada Lampiran 10.
Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut.
68
b. Uji Homogenitas
Sama halnya yang dilakukan pada uji normalitas, uji
homogenitas juga diperlukan sebagai uji prasarat analisis statistik
terhadap kedua data nilai posttest. Pengujian homogenitas terhadap
kedua data menggunakan Uji F yang disajikan pada Lampiran 11.
Berikut ini adalah hasilnya.
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Nilai Nilai Nilai
No Data Keputusan
Varians Fhitung Ftabel
1 Nilai Posttest
Kelas XI IPA 1 118,4679
(Kelompok A) Kedua data
1,4683 1,8004
2 Nilai Posttest homogen
Kelas XI IPA 2 173,9497
(Kelompok B)
Sama halnya dengan penentuan keputusan pada uji normalitas,
pada uji homogenitas juga didasarkan pada ketentuan pengujian
hipotesis homogenitas yaitu jika nilai Fhitung ≤ Ftabel maka dinyatakan
69
2. Uji Hipotesis
Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, diperoleh bahwa kedua
data berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, pengujian
hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Uji t. Untuk
menentukan nilai thitung digunakan rumus berikut ini.
X1 X 2
t
1 1
dsg
n1 n 2
Perhitungan untuk menentukan nilai thitung disajikan pada Lampiran
12. Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh bahwa nilai thitung adalah
1,7266. Nilai ttabel pada taraf signifikansi 1% adalah 2,665 sedangkan pada
taraf signifikansi 5% adalah 1,9976.
Berdasarkan perolehan nilai tersebut, tampak bahwa nilai thitung < ttabel
baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar fisika siswa yang menggunakan PBL
tidak lebih baik dari pada yang menggunakan DI.
C. Interpretasi Data
1. Hasil Pretest
Perolehan nilai pretest pada kedua kelas, walaupun terdapat
perbedaan, namun tidak terlalu besar. Dalam hal ini, Kelas XI IPA 1
sebagai kelompok A pada penelitian ini, memperoleh nilai rata-rata yang
sedikit lebih besar dari pada Kelas XI IPA 2. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan rata-rata siswa kelas XI IPA 1 sedikit lebih tinggi dari pada
siswa kelas XI IPA 2. Namun demikian, karena perbedaan rata-rata kedua
kelas tidak terlalu besar maka dapat disimpulkan kedua kelas memiliki
keragaman kemampuan yang homogen. Hal ini diperkuat dengan hasil uji
statistik untuk mengetahui perbedaan nilai pretest kedua kelas. Uji statistik
perbandingan tersebut terdapat pada Lampiran 14 dan hasilnya adalah
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest Kelas
XI IPA 1 dan Kelas XI IPA 2. Dengan demikian, pengambilan kedua kelas
ini sebagai sampel penelitian adalah layak.
Sebaliknya, nilai deviasi standar yang diperoleh kelas XI IPA 1 lebih
besar dari pada Kelas XI IPA 2. Hal ini menunjukkan bahwa di kelas XI
IPA 2, sebelum diberikan perlakuan berupa penerapan model DI
keragaman kemampuan siswa-siswanya lebih merata dari pada siswa kelas
72
2. Hasil Posttest
Berbeda dengan hasil perolehan pretest, pada hasil perolehan posttest
justru Kelas XI IPA 2 mencapai rata-rata yang lebih tinggi dari pada rata-
rata Kelas XI IPA 1. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar
siswa Kelas XI IPA 2 setelah diberikan perlakuan berupa penerapan model
pembelajaran DI lebih tinggi dari pada peningkatan hasil belajar siswa
Kelas XI IPA 1 yang diberi perlakuan berupa penerapan PBL.
Ternyata perolehan nilai rata-rata yang lebih tinggi oleh Kelas XI
IPA 2 diikuti dengan peningkatan nilai deviasi standar. Sehingga nilai
deviasi standarnya justru lebih besar dari pada nilai standar deviasi Kelas
XI IPA 1. Fakta ini menunjukkan bahwa keragaman kemampuan siswa
Kelas XI IPA 2 setelah diberikan perlakuan berupa penerapan model DI
lebih tidak merata dari pada Kelas XI IPA 1 setelah diberi perlakuan
berupa penerapan DI. Berbeda dengan itu, Kelas XI IPA 1 walaupun
keragaman kemampuannya lebih merata dari pada Kelas XI IPA 2 setelah
diberikan perlakuan, namun peningkatan kemampuannya lebih kecil dari
pada Kelas XI IPA 2.
Walaupun pembelajaran pada kedua kelas tersebut belum bisa
dikatakan berhasil dengan sangat baik, karena capaian hasil belajarnya
masih relatif rendah, namun pembelajaran di Kelas XI IPA 2 sudah lebih
baik dari pada Kelas XI IPA 1. Pernyataan ini diperkuat dengan data hasil
observasi yang menyatakan bahwa persentase ketercapaian proses
pembelajaran Kelas XI IPA 2 lebih besar dari pada Kelas XI IPA 1.
Sebaliknya, pada kelas XI IPA 1, walaupun keragaman kemampuan
siswanya lebih merata yang ditunjukkan dengan nilai deviasi standar yang
lebih kecil, namun peningkatan hasil belajarnya juga lebih kecil dari pada
73
PBL. Kelas XI IPA 2 lebih baik dalam hal perolehan rata-rata nilai posttest,
rata-rata nilai N-Gain, dan rata-rata kualitas pembelajaran yang ditunjukkan
oleh data hasil observasi. Di samping itu, pembelajaran pada kedua kelas
dinyatakan kurang berhasil. Setidaknya dua indikasi yang menunjukkan hal ini
adalah rata-rata nilai posttest kedua kelas yang tidak terlalu tinggi (rata-rata XI
IPA 1 adalah 62,32 dan XI IPA 2 adalah 67,56) dan tingkat ketercapaian
proses pembelajaran yang ditunjukkan oleh hasil observasi (XI IPA 1 adalah
58,82% dan XI IPA 2 adalah 69,12%).
PBL dan DI dianggap sebagai model pembelajaran yang masing-masing
memiliki keunggulan tertentu. Hal ini yang diduga menjadi salah satu
penyebab bahwa hasil uji hipotesis menyatakan bahwa perbedaan hasil belajar
kedua kelas tidak signifikan. PBL unggul dalam hal pengajaran keterampilan
pemecahan masalah sedangkan DI unggul dalam hal sistematika selama proses
pembelajaran. Menurut Dasna dan Sutrisno,60 PBL merupakan suatu model
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah
melalui tahap-tahap model ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus
memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Berhubungan dengan DI,
Muijs dan Reynolds secara eksplisit menyatakan bahwa DI merupakan
pembelajaran yang sistematis. Pada DI, materi pelajaran terstruktur dengan
jelas, penyampaian presentasi yang jelas dan teratur, serta langkah-langkah
pembelajaran dilaksanakan secara sistematis.61
Karakter siswa yang cenderung terbiasa dengan penggunaan model
pembelajaran yang sederhana juga diduga menjadi penyebab lain temuan-
temuan tersebut. Karakter siswa di sekolah yang dijadikan tempat penelitian
ini cenderung masih merasa lebih nyaman dengan metode pembelajaran yang
sederhana yang dekat dengan pengajaran konvensional berupa ceramah dan
60
I Wayan Dasna dan Sutrisno, “Pembelajaran Berbasis Masalah”, artikel diakses pada
tanggal 23 Januari 2009 dari http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pembelajaran-berbasis-
masalah/
61
Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching: Evidence and Practice, 2 nd
Edition (London: SAGE Publications, 2006),. h. 30 – 32.
76
sebagainya. Karakter inilah yang dimiliki oleh DI. Sebaliknya, PBL menuntut
siswa untuk lebih melibatkan dirinya dalam pembelajaran. Kecenderungan ini
diduga disebabkan karena kebiasaan penggunaan model pembelajaran yang
sederhana seperti model pembelajaran konvensional. Oleh karena itu,
sebaiknya sebelum diberikan perlakuan, pada kelas yang akan menerapkan
PBL, dibiasakan menggunakan PBL selama beberapa waktu sebelum
dilakukan penelitian sampai mereka terbiasa dengan karakter PBL.
Perlunya pembiasaan ini dapat dianalogikan dengan hukum latihan (The
Law of Exercise) yang dikemukkaan oleh Edward Lee Thorndike, salah satu
konsep yang mendasari teori belajar behaviorisme. Menurutnya, semakin
sering sebuah tingkah laku diulang, dilatih, atau digunakan, maka asosiasi-
asosiasi yang mendasari tingkah laku tersebut semakin kuat. Sebaliknya, jika
semakin jarang digunakan, maka asosiasi tersebut semakin lemah.
Berdasarkan analogi ini, maka dapat dikatakan jika sebuah model
pembelajaran baru terus dibiasakan maka siswa juga pada akhirnya terbiasa
dan merasa nyaman dengan model tersebut.62 Karena pembiasaan ini akan
memperkuat asosiasi-asosiasi yang mendasari perilaku siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran dari model yang baru tersebut dengan cara memberikan
respons yang sesuai dengan yang diharapkan.
Disamping itu, hal lain yang diduga menjadi penyebab temuan-temuan
tersebut adalah penempatan jadwal pelajaran fisika di Kelas XI IPA 1 yang
selalu ditempatkan pada jam terakhir sedangkan Kelas XI IPA 2 di jam kedua.
Pengaruh waktu ini diduga menjadi salah satu penyebab pembelajaran di Kelas
XI IPA 1 berjalan kurang efektif dibandingkan dengan pembelajaran di Kelas
XI IPA 2. Bahkan, jadwal pelajaran fisika Kelas XI IPA 1 ditempatkan setelah
pelajaran eksakta lainnya, yaitu matematika, kimia, dan biologi.
Pada umumnya pembelajaran di siang hari pada jam terakhir pelajaran
merupakan suasana yang membosankan sehingga proses pembelajaran
berjalan tidak efektif lagi. Pada jam terakhir ini secara fisik siswa mulai letih
62
Artikel diakses pada tanggal 2 Desember dari http://wangmuba.com/2009/02/21/teori-
psikologi-belajar-dan-aplikasinya-dalam-pendidikan/
77
karena pengaruh tubuh yang mulai merasakan lapar dan lemahnya otot-otot
yang disebabkan karena kekurangan energi. Disamping dari sisi fisik, ternyata
dari sisi psikologis juga para siswa mulai menurun. Semangat untuk
memperhatikan, mencatat, mendengarkan, dan mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan guru tidak sehebat pada jam pelajaran kesatu, kedua, atau ketiga
yang tentunya masih dihiasi suasana segar dan normalnya semua sistem kerja
syaraf.63
Implikasinya adalah pembelajaran fisika di Kelas XI IPA 1 hampir
selalu berjalan kurang efektif. Bahkan kadang-kadang, waktu pembelajaran di
jam terakhir hanya dapat berjalan selama setengahnya saja. Sehingga
ketercapaian proses pembelajaran juga menurun. Hal ini diperkuat dengan
temuan hasil observasi. Namun demikian, rendahnya tingkat ketercapaian
proses pembelajaran bukan berarti siswanya tidak mempunyai kemauan dan
kemampuan untuk memenuhi ketercapaian tersebut, melainkan tidak adanya
kesempatan bagi mereka untuk memenuhi ketercapaian tersebut karena waktu
proses pembelajaran yang berjalan tidak maksimal.
63
PBM Jam Terakhir Menjemukan, artikel diakses pada tanggal 1 Desember 2009 dari
http://smkn-pakong.sch.id/index.php?view=article;&catid=1:latest-news&id=86:pbm-jam-
terakhir-menjemukan&format=pdf
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka kesimpulan
yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan analisis statistik yang dilakukan terhadap hasil belajar kedua
kelas yang ditunjukkan dengan perolehan nilai posttest diperoleh
kesimpulan bahwa hasil belajar fisika siswa Kelas XI IPA 1 MAN Ciledug
yang menggunakan PBL tidak lebih baik dari pada siswa Kelas XI IPA 2
yang menggunakan DI.
2. Bahkan jika diperhatikan lebih cermat, hasil belajar siswa Kelas XI IPA 2
yang menggunakan DI sedikit lebih baik dari pada Kelas XI IPA 1 yang
menggunakan PBL. Kelas XI IPA 2 memiliki rata-rata nilai posttest dan N-
Gain sedikit lebih tinggi daripada Kelas XI IPA 1. Di samping itu, kualitas
pembelajaran Kelas XI IPA 2 yang menggunakan DI juga sedikit lebih
baik dari pada Kelas XI IPA 1 yang menggunakan PBL. Bahkan
perkembangan pada setiap pertemuan, kualitas pembelajaran Kelas XI IPA
2 relatif stabil dan cenderung meningkat sedangkan perkembangan kualitas
pembelajaran Kelas XI IPA 1 tidak stabil dan cenderung menurun di setiap
pertemuannya.
3. Beberapa hal yang diduga menyebabkan temuan-temuan tersebut
diantaranya adalah bahwa PBL dan DI memiliki keunggulan masing-
masing. PBL memiliki keunggulan dalam hal mengajarkan keterampilan
pemecahan masalah sedangkan DI memiliki keunggulan dan hal
sistematika penyampaian materi pelajaran. Sehingga dapat dikatakan
bahwa PBL dan DI mempunyai kualifikasi yang sama dalam
meningkatkan hasil belajar. Alasan lain adalah waktu atau jadwal pelajaran
yang selalu menempatkan pelajaran fisika di Kelas XI IPA 1 pada jam
terakhir. Di samping dua sebab tersebut, yang diduga menyebabkan
78
79
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan selama penelitian, penulis mengajukan
beberapa saran sebagai perbaikan di masa mendatang.
1. Salah satu yang menyebabkan temuan penelitian ini adalah karena jadwal
pelajaran fisika di Kelas XI IPA 1 selalu ditempatkan pada jam terakhir
dan setelah pelajaran eksakta lainnya. Oleh karena itu, sebaiknya
diperhatikan pengaturan jadwal pelajaran supaya siswa tetap merasa
nyaman dan tidak bosan. Disarankan bahwa pelajaran-pelajaran eksakta
jangan diberikan pada hari yang sama dan berurutan. Hal ini akan
menjadikan siswa jenuh dan bosan. Di samping itu, hendaknya pelajaran
eksakta terutama fisika tidak ditempatkan pada jam-jam terakhir.
2. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, sebaiknya sebelum
melakukan penelitian, pada kelas yang akan menggunakan PBL dilakukan
pembiasaan penerapan PBL. Misalnya, dalam beberapa pertemuan sebelum
penelitian, pada kelas tersebut diterapkan PBL sehingga pada waktu
penelitian mereka sudah terbiasa dan tidak kesulitan mengikuti proses
pembelajaran.
3. Supaya lebih objektif dan tepat sasaran sebaiknya melibatkan observer lain
untuk keperluan observasi. Sehingga peneliti bisa lebih terfokus pada
pemberian perlakuan tanpa harus membagi konsentrasinya untuk
melakukan observasi.
DAFTAR PUSTAKA
80
81
Lampiran 1A
RENCANA PELAKSANAAN PENGAJARAN
A. Standar Kompetensi
Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda
titik
B. Kompetensi Dasar
Menganalisis keteraturan gerak planet dalam tata surya berdasarkan hukum-
hukum Newton
C. Konsep
Hukum Gravitasi
D. Indikator
1. Menunjukkan pengertian medan dalam fisika dan resultan gaya gravitasi
2. Menjelaskan hubungan variabel-variabel yang mempengaruhi gaya
gravitasi
3. Menghitung salah satu variabel dalam gaya gravitasi jika variabel lain
diketahui dan resultan gaya gravitasi
4. Menganalisis besarnya perubahan gaya gravitasi dan resultan gaya
gravitasi
5. Menyebutkan definisi medan gravitasi
6. Meramalkan kuat medan gravitasi pada suatu tempat
7. Menggunakan persamaan medan gravitasi untuk menentukan salah satu
variabelnya jika variabel lain diketahui
8. Menganalisis kuat medan gravitasi di beberapa tempat berbeda
9. Menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi percepatan gravitasi
84
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-1
Pengantar pembelajaran
Pretest
Pertemuan Ke-2
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan 15 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan Menjawab salam dan absensi.
melakukan absensi siswa
Mengulang materi pada pertemuan sebelumnya tentang Menjawab pertanyaan guru berkaitan dengan materi
Hukum-hukum Newton tentang Gerak secara singkat dengan sebelumnya yaitu tentang hukum Newton tentang
cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Misalnya gerak.
dengan mengatakan “jika sebuah benda tidak mendapatkan
gaya apa yang akan terjadi?”
Menjelaskan peta konsep. Menyimak dan mencatat.
Menjelaskan materi tentang pengertian medan dalam fisika. Menyimak dan mencatat.
2 Orientasi siswa 20 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran Menyimak dan mencatat.
pada masalah berupa penilaian dan sebagainya.
Menyajikan permasalahan yang akan dijadikan bahan Menyimak dan mencatat.
pengamatan selama pembelajaran.
Memberikan stimulus kepada siswa dengan menanyakan Memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan
jawaban sederhana dari kedua permasalahan di atas. guru dengan menjawab pertanyaan-pertanyaannya.
- Kenapa Bulan tidak tertarik jatuh ke permukaan Bumi,
sedangkan benda lain ketika dilemparkan ke atas akan
kembali jatuh ke permukan Bumi?
- Bagaimana menghitung massa Bumi, Bulan, Matahari,
dan planet-planet lain?
- Bagaimana menempatkan satelit buatan agar tidak jatuh
lagi ke Bumi?
86
Menginventarisasi jawaban yang diberikan oleh siswa. Secara aktif terlibat dalam diskusi itu.
3 Mengorganisasi- 15 menit Memimpin pembagian kelompok Berkumpul bersama dan memilih ketua kelompoknya.
kan siswa untuk Membagikan lembar kerja siswa kepada setiap kelompok Memahami langkah-langkah kerja LKS.
belajar (LKS PBL 01, PBL 02, dan PBL 03) Memulai perencanaan untuk memecahkan
Membantu kelompok untuk mendefinisikan dan permasalahan yang disajikan di LKS.
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
permasalahan tersebut.
4 Membimbing 30 menit Dilaksanakan secara terpadu dan bertahap pada pertemuan Melaksanakan rencana pemecahan masalah.
penyelidikan berikutnya.
individu maupun
kelompok
5 Mengembangkan - Dilaksanakan secara terpadu dan bertahap pada pertemuan Mempresentasikan hasil pemecahan masalah yang
dan menyajikan berikutnya. dilakukan kelompoknya di depan kelas.
hasil karya
6 Menganalisis & - Dilaksanakan secara terpadu dan bertahap pada pertemuan Menyimak penjelasan guru tentang cara pemecahan
mengevaluasi berikutnya. masalah yang disarankan dan membandingkannya
proses pemecah- dengan pemecahan masalah yang dilakukan
an masalah kelompoknya.
7 Penutupan 10 menit Menyimpulkan materi pembelajaran dan memberikan Menyimak dan mencatat yang diperlukan.
stimulus kepada siswa untuk mengerjakan tugas
penyelidikannya.
Memberikan pekerjaan rumah yang berkaitan dengan materi Mencatat dan merencanakan pengerjaan PR tersebut.
berikutnya.
Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. Menjawab salam.
Pertemuan Ke-3
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan 15 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan Menjawab salam dan absensi.
melakukan absensi siswa
Mengulang materi pada pertemuan sebelumnya tentang Menjawab pertanyaan guru berkaitan dengan materi
pengertian medan dalam fisika secara singkat dengan cara sebelumnya yaitu tentang Hukum-hukum Newton
mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Misalnya tentang Gerak.
87
6 Menganalisis & 5 menit Memberikan umpan balik terhadap hasil pemecahan masalah Menyimak penjelasan guru tentang cara pemecahan
mengevaluasi yang dilakukan setiap kelompok dengan cara masalah yang disarankan dan membandingkannya
proses membandingkannya dengan pemecahan masalah yang dengan pemecahan masalah yang dilakukan
pemecahan dilakukan Newton dan Cavendish berkaitan dengan Hukum kelompoknya.
masalah Gravitasi Umum dan penentuan nilai tetapan gravitasi.
7 Penutupan 5 menit Menyimpulkan materi pembelajaran dan memberikan Menyimak dan mencatat yang diperlukan.
rangkuman materi Hukum Gravitasi Umum, Penentuan nilai
tetapan gravitasi, dan resultan gaya gravitasi.
Memberikan pekerjaan rumah yang berkaitan dengan materi Mencatat dan merencanakan pengerjaan PR tersebut.
berikutnya.
Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. Menjawab salam.
Pertemuan Ke-4
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan 15 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan Menjawab salam dan absensi.
melakukan absensi siswa
Mengulang materi pada pertemuan sebelumnya tentang Menjawab pertanyaan guru berkaitan dengan materi
Hukum gravitasi Umum, tetapan gravitasi, dan resultan gaya sebelumnya yaitu tentang Hukum gravitasi Umum,
gravitasi secara singkat dengan cara mengajukan beberapa tetapan gravitasi, dan resultan gaya gravitasi
pertanyaan kepada siswa. Misalnya “apa yang akan terjadi
pada nilai gaya gravitasi jika massa dan jarak kedua benda
diubah?”
Memeriksa pekerjaan rumah siswa yang diberikan pada Mengumpulkan pe-kerjaan rumahnya dan menjawab
pertemuan sebelumnya. pertanyaan guru berkaitan dengan hal itu.
Memeriksa perkembangan penyelidikan masalah yang Melaporkan perkembangan penyelidikannya dan
diberikan pada pertemuan pertama menanyakan kesulitan yang ditemukan.
2 Orientasi siswa 10 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran. Menyimak dan mencatat.
pada masalah Menyajikan permasalahan yang akan dijadikan bahan Menyimak dan mencatat.
pengamatan selama pembelajaran pada pertemuan ini yaitu
tentang Medan gravitasi, percepatan dan resultan percepatan
gravitasi, dan Hukum-hukum Kepler. (LKS PBL 07, PBL 08,
dan PBL 09)
89
Pertemuan Ke-5
Diskusi kelas dengan presentasi setiap kelompok tentang hasil penyelidikan
dan pemecahan masalah yang telah dilakukan.
Review secara keseluruhan tentang Hukum gravitasi.
Pertemuan Ke-6
Posttest.
I. Sumber Pembelajaran
Kangenan, Marten. Fisika Untuk SMA Kelas XI 2A. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2002.
Ruwanto, Bambang. Asas-asas Fisika SMA Kelas XI Semester Pertama 2A.
Jakarta: Yudhistira, 2007.
Tipler, Paul A. Fisika untuk Sains dan Teknik Alih Bahasa oleh Lea Prasetio
dan Rahmad W Adi. Jakarta: Erlangga, 1998.
J. Alat Pembelajaran
Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa
K. Penilaian
Tes objektif posttest
91
Lampiran 1B
LEMBAR KERJA SISWA
(PBL 01)
Tujuan
Dengan memahami fenomena-fenomena di bawah ini, Anda akan
memahami hakikat gaya gravitasi yang berlaku pada tata surya.
Permasalahan
GAYA GRAVITASI
Bumi dan planet-planet lain di tata surya tidak tertarik jatuh ke permukaan Matahari; Bulan
tidak jatuh ke permukaan Bumi.
Tugas
Buatlah makalah tentang fenomena di atas. Jelaskan penyebabnya
dan perbedaan ilutrasi pertama dan kedua dengan ilustrasi ketiga!
Laporkan perkembangan penyelidikan yang dilakukan kepada guru
pada setiap pertemuan pelajaran fisika. Makalah tersebut dikumpulkan
dan dipresentasikan pada pertemuan ke-5.
92
Permasalahan
Tugas
Buatlah makalah tentang permasalahan di atas. Laporkan
perkembangan penyelidikan yang dilakukan kepada guru pada setiap
pertemuan pelajaran fisika. Makalah tersebut dikumpulkan dan
dipresentasikan pada pertemuan ke-5.
93
Permasalahan
Buatlah makalah
yaang menjelaskan hal ini!
Bagaimana cara
“melemparkan” satelit-satelit
itu agar tidak kembali lagi ke
Bumi? Tentukan kecepatan
awal satelit yang dibutuhkan
agar satelit tidak kembali lagi
ke Bumi?
Tugas
Permasalahan
Menentukan Besarnya Gaya Gravitasi antara Dua Benda
Ilustrasi tersebut menceritakan legenda ketika
Newton memulai ”proyek” mengembangkan Hukum
Gravitasi Universalnya. Jelaskan lebih lanjut mengenai
legenda dan “proyek” tersebut.
Langkah-langkah Kerja
1. Pada ilustrasi tersebut terdapat sketsa buah apel (sebetulnya
sedang jatuh ke bawah ) dan sketsa Bulan. Jelaskan
maknanya berhubungan dengan legenda tersebut!
2. Pada pergerakan Bulan, menurut gerak rotasi setiap benda
yang berrotasi maka akan mempunyai percepatan sentripetal
untuk mempertahankan kedudukannya pada lintasan
rotasinya. Percepatan sentripetal Bulan adalah
v2
as (i)
R
Jika as dinyatakan
v adalah laju linear Bulan yang merupakan keliling
dalam percepatan orbitnya dibagi dengan periode revolusinya. Jika R adalah
gravitasi Bumi g = 9,8 jari-jari Bulan, T adalah periode revolusi Bulan, dan orbit
ms-2 Bulan dianggap linkaran maka persamaan di atas akan
.................... menjadi: ( K = 2πr )
as g
9,8 ..................
v
Tunjukkan bahwa nilai ..................
1
as adalah g. as
3600
Dengan memasukkan nlai R = 3,84 . 10-8 m dan T = 27,3
hari = 2,36 . 106 s. Jadi:
a s ms-2
3. Jika jari-jari Bumi adalah 6,4 . 106 m, hal ini menunjukkan jarak sebuah benda dari
pusat Bumi. Bandingkan jarak ini dengan jarak pusat Bumi-Bulan (jari-jari orbit Bulan).
Maka didapat
95
Tugas
Tuliskan kesimpulan yang didapat
dari kegiatan-kegiatan tersebut
untuk dipresentasikan di depan
kelas.
96
Tujuan
Memahami Perhitungan G yang dilakukan oleh Henry Cavendish
Permasalahan
Menentukan Nilai Tetapan Gravitasi Universal G
M 1M 2
F G
r2
r
Pada hukum gravitasi universalnya, Newton menyatakan bahwa jika dua buah
benda dipisahkan oleh sebuah jarak, maka akan ada gaya interaksi tarik-menarik antara
kedua benda tersebut. Gaya interaksi ini disebut dengan gaya gravitasi. Besarnya gaya
gravitasi ini berbanding terbalik dengan kuadrat jarak kedua benda dan sebanding dengan
kedua massa benda. Secara aljabar dituliskan
mm
F ~ 12 2
r
Neraca Cavendish
Tugas
Diskusikan dengan teman dalam kelompok Anda bagaimana cara kerja
neraca Cavendish ini dan langkah-langkah Cavendish untuk menentukan
nilai G. Tuliskan kesimpulannya untuk dipresentasikan di depan kelas.
97
Permasalahan
Resultan Gaya Gravitasi m3
Gaya merupakan salah satu besaran
vektor, yaitu besaran yang mempunyai nilai
dan arah. Oleh karena itu, segala operasi
F1
vektor berlaku bagi gaya. Diskusikan dengan F
teman dalam kelompok Anda bagaimana gaya 3
penjumlahan dua atau lebih vektor dengan menggunakan cara berdasarkan komponen-
komponennya dalam sumbu Cartesius!
Sebagai contoh tentukan resultan
gaya pada permasalahan berikut ini.
1. Tentukan resultan gaya gravitasi pada
benda m2 dengan menggunakan m3 = 3 kg
metode aturan cosinus dan metode
komponen pada diagram cartesius!
3m
m2 = 3 kg m1 = 3 kg
9m
2. Pada tiga sudut sebuah segitiga sama sisi dengan panjang 5 m ditempatkan masing
benda identik yang massanya 6 kg. Tentukan resultan gaya gravitasi yang dialami oleh
salah satu benda karena pengaruh dua benda lainnya!
6 kg Petunjuk:
- sudut segitiga sama sisi adalah masing-masing
60o
5m 5m - dalam menggunakan metode komponen pada
diagram cartesius gambarkan terlebih dahulu
gaya-gaya yang bekerja terhadap benda
5m dikarenakan oleh kedua benda lainnya.
6 kg 6 kg Gambarkan dengan detail sudutnya!
Tugas
Tuliskan kesimpulan yang Anda peroleh untuk
dipresentasikan di depan kelas.
98
Permasalahan
MEDAN GRAVITASI
Medan adalah daerah (kawasan) pengaruh dari suatu
besaran fisis yang mengerjakan gaya pada entitas yang sesuai
bila entitas itu berada pada daerah itu. Pada gaya gravitasi,
entitas yang sesuai adalah misalnya massa. Jika sebuah benda
dengan massa m diletakkan di dalam sebuah ruangan, maka
benda tersebut memberikan gaya
gravitasi ke segala arah dengan sama
besar. Kuat medan gravitasi adalah gaya gravitasi persatuan massa
uji. Berdasarkan hal itu, jelaskan definisi dari medan gravitasi,
persamaan yang menyatakan kuat medan gravitasi dari benda pada
jarak r, dan kuat medan gravitasi di permukaan Bumi.
Langkah-langkah Kerja
Untuk menentukan persamaan yang menunjukkan kuat medan gravitasi lakukan
kegiatan-kegiatan di bawah ini.
1. Tuliskan persamaan kuat gravitasi yang disebabkan oleh dua buah benda bermassa M
dan m dan dipisahkan oleh jarak r.
F (i)
2. Tentukan kuat medan gravitasi g pada suatu tempat dengan cara memperhatikan
definisi medan gravitasi yang menyatakan bahwa kuat medan gravitasi adalah gaya
gravitasi persatuan massa.
F
g (ii)
m
Substitusi persamaan (i) ke persamaan (ii) didapat
g (iii)
Percepatan gravitasi ini yang menyebabkan benda jatuh bebas akan dipercepat
dengan percepatan ini. Bagaimana percepatan benda yang sangat tinggi, misalkan
lebih tinggi dari pada jari-jari Bumi?
Medan gravitasi atau percepatan gravitasi berbanding terbalik dengan kuadrat
jaraknya.
g ~ (iv)
Sehingga benda yang berada pada ketinggian h dari permukaan Bumi akan memiliki
jarak R + h dari pusat Bumi. Sehingga
2
g h
(v)
g
Tugas
Tuliskan hasil kerja kelompok Anda dan kesimpulan yang didapat untuk
dipresentasikan di depan kelas.
GOOD LUCK!!!!
100
Permasalahan
PERCEPATAN GRAVITASI
DAN RESULTAN PERCEPATAN GRAVITASI
Di Bumi, makhluk
hidup dapat berjalan dan beraktivitas secara normal,
tidak terlalu bermasalah dengan berat badannya.
Namun apa yang akan terjadi jika manusia melakukan aktivitasnya di planet lain? Sebagai
contoh di Bulan, manusia dapat melompat lebih tinggi karena mereka merasa lebih ringan.
Jelaskan fenomena ini dan bagaimana di planet lain dimana manusia susah bergerak
karena merasa lebih berat!
Langkah-langkah Kerja
Untuk menjawab permasalahan tersebut lakukan kegiatan-kegiatan di bawah ini.
1. Tunjukkan bahwa pada benda bermassa 1 kg akan
mengalami gaya gravitasi oleh Bumi sebesar sekitar F
M m
G Bumi 2 benda
9,8 N! R
2. Dengan menggunakan Hukum II Newton, maka
percepatan yang akan dialami oleh benda jatuh
bebas adalah
F ma mg
Sehingga
g
3. Buktikan hasil perhitungan pada langkah 1 dan 2 dengan mengukur percepatan yang
dialami benda dengan melakukan kegiatan-kegiatan berikut ini.
a. Siapkan beberapa buah benda yang berbeda massanya, misalkan batu berukuran
kecil dan sebuah buku.
b. Jatuhkan kedua benda tersebut dari ketinggian berbeda misalkan dari ketinggian 1
meter dan 2 meter dari lantai. Ukur waktu yang diperlukan oleh kedua benda
tersebut untuk sampai ke lantai dari dua ketinggian yang berbeda. Lakukan
beberapa kali (misalkan lima kali dan hitung rata-rata waktunya).
101
c. Hitung percepatan jatuh kedua benda dari dua ketinggian yang berbeda dengan
menggunakan persamaan gerak jatuh bebas
1
h gt 2
2
g
Buku dari ketinggian: Batu dari ketinggian:
- satu meter - satu meter
g g
- dua meter - dua meter
g g
Sebagai contoh tentukan percepatan gravitasi di sebuah planet yang memiliki massa 3
kali massa Bumi dan jari-jari 5 kali jari-jari Bumi! Tentukan pula berat sebuah benda di
planet tersebut jika massanya 10 kg! (gbumi = 9,8 ms-2)
Tugas
Tuliskan kesimpulan yang Anda peroleh dari kegiatan tersebut untuk
dipresentasikan di depan kelas.
102
Permasalahan
Hukum-hukum Kepler
Pada sekitar tahun 140 M, Ptolomeus mengajukan sebuah model
alam semesta yang menyatakan bahwa Bumi berada di pusat alam
semesta, dengan matahari dan bintang-bintang bergerak mengelilingi
Bumi dalam lintasan yang lebih rumit yang terdiri dari lingkaran-lingkaran
kecil, dinamakan epicycle, yang menumpangi lingkaran-lingkaran yang
lebih besar. Hal ini sesuai dengan pengamatan dengan mata telanjang
dan diterima selama 14 abad. Model ini disebut dengan model geosentris
(Bumi sebagai pusatnya). Baru pada 1543 M model ini diganti oleh
Copernicus yang lebih mudah namun kontroversial dimana Matahari
dan bintang-bintang lainnya diam, sedangkan planet-planet
termasuk Bumi, berputar dalam lingkaran mengelilingi Matahari.
Menjelang akhir abad keenambelas tersebut, Johanes Kepler,
dengan bantuan data hasil pengamatan Tycho Brahe, mulai mengajukan hukum-hukum
yang berkaitan dengan pergerakan planet-planet. Hukum-hukum yang diajukkannya
dikenal dengan Tiga Hukum Kepler. Jelaskan ketiga hukum Kepler ini beserta dasar
pemikirannya.
Langkah-langkah Kerja
Untuk membantu menjawab permasalahan tersebut lakukan
beberapa kegiatan berikut ini.
1. Membuat elips
Hukum I Kepler menyatakan bahwa lintasan planet berbentuk
elips dengan matahari berada di salah satu fokusnya. Buatlah sebuah elips dengan
mengikuti memperhatikan gambar di bawah ini.
Tempatkan dua buah paku di f1 dan f2
dan hubungkan dengan sebuah tali
yang dibuat lingkaran. Pada sisi tali
lingkaran itu, gambarlah sebuah elips.
Prediksi tempat matahari dan
planetnya. Manakah yang disebut
dengan jari-jai panjang dan jari-jari
pendek? Tentukan pula apa yang
disebut dengan jarak terdekat
(aphelium) dan jarak terjauh
(perihilium).
2. Jelaskan Hukum II Kepler dan alasan Kepler
mengajukan hukum II ini.
103
3. Hukum III disebut dengan hukum harmonik yang menyatakan hubungan jari-jari orbit
dengan periodenya. Kepler menyatakan bahwa perbandingan kuadrat periode (T)
revolusi sebuah planet dengan pangkat tiga rata-rata jarak planet itu ke matahari (R)
selalu konstan. Dituliskan secara aljabar menjadi
k (i)
Jika dibandingkan antara dua buah planet yang mempunyai periode revolusi masing-
masing TA dan TB serta rata-rata jarak keduanya ke Matahari RA dan RB, persamaan di
atas menjadi
(ii)
4. Hukum III Kepler ini juga bersesuaian dengan Hukum-hukum Newton tentang gerak
dan tentang gravitasi. Kesesuaian ini dapat menjelaskan nilai k pada persamaan di
atas.
Menurut gerak rotasi, percepatan sentripetal adalah as = v2/R, jika v adalah keliling
orbit yang dianggap lingkaran dengan jari-jari R, dibagi dengan periode revolusi planet
T, maka as menjadi
2
as (iii)
R
Jadi gaya sentripetalnya adalah F = m as dapat ditulis secara aljabar
F (iv)
Substitusikan nilai k pada persamaan (i) ke persamaan (iv), maka menjadi
F (v)
Gaya sentripetal ini merupakan interpretasi lain dari gaya gravitasi F = G m M / R2,
sehingga persamaan gaya gravitasi ini disubstitusikan ke persamaan (v) didapat
mM
G 2 (vi)
R
Didapatlah nilai k
k (vii)
Maka persamaan Hukum III Kepler pada persamaan (i) menjadi
k (viii)
Tugas
Tuliskan hasil kegiatan yang telah dilakukan dan kesimpulan yang didapat
dari kergiatan-kegiatan tersebut untuk dipresentasikan di depan kelas.
104
Lampiran 1C
A. Standar Kompetensi
Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda
titik
B. Kompetensi Dasar
Menganalisis keteraturan gerak planet dalam tatasurya berdasarkan hukum-
hukum Newton
C. Konsep
Hukum Gravitasi
D. Indikator
1. Menunjukkan pengertian medan dalam fisika dan resultan gaya gravitasi
2. Menjelaskan hubungan variabel-variabel yang mempengaruhi gaya
gravitasi
3. Menghitung salah satu variabel dalam gaya gravitasi jika variabel lain
diketahui dan resultan gaya gravitasi
4. Menganalisis besarnya perubahan gaya gravitasi dan resultan gaya
gravitasi
5. Menyebutkan definisi medan gravitasi
6. Meramalkan kuat medan gravitasi pada suatu tempat
7. Menggunakan persamaan medan gravitasi untuk menentukan salah satu
variabelnya jika variabel lain diketahui
8. Menganalisis kuat medan gravitasi di beberapa tempat berbeda
9. Menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi percepatan gravitasi
105
E. Tujuan Pembelajaran
Siswa memahami konsep dan dapat mengerjakan soal yang berhubungan
dengan:
1. Medan dalam fisika dan medan gravitasi
2. Hukum Gravitasi Umum Newton
3. Resultan gaya gravitasi
4. Percepatan gravitasi dan resultannya
5. Hukum-hukum Kepler.
F. Alokasi Waktu
12 x 45 menit (12 Jam Pelajaran)
6 pertemuan
G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran
Direct Instruction
106
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-1
Guru menjelaskan tentang penelitian yang sedang dilakukan yang dilanjutkan dengan melakukan pretest.
Pertemuan Ke-2
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan 10 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan Menjawab salam dan menjawab panggilan guru
melakukan absensi siswa. selama absensi.
Mengulas secara singkat materi sebelumnya tentang Hukum Secara aktif menjawab pertanyaan guru seputar
Newton tentang gerak. materi sebelumnya.
Menyajikan peta konsep Hukum gravitasi Newton secara Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang
keseluruhan. peta konsep.
2 Menyampaikan 10 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran
tujuan dan berupa penilaian dan sebagainya. dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan
mempersiapkan menjawab pertanyaan guru.
siswa Memberikan apersepsi dan motivasi dengan menceritakan
legenda penemuan Hukum gravitasi Newton ketika sedang
beristirahat di bawah pohon Apel.
3 Mendemonstrasi 20 menit Mempresentasikan pengertian medan dalam fisika. Mencatat dan menyimak.
kan pengetahuan Melibatkan siswa dalam diskusi untuk menemukan formulasi Secara aktif berdiskusi dengan guru dan melakukan
dan Hukum Gravitasi Newton (LKS DI 01). formulasi hukum gravitasi Newton.
keterampilan Membimbing siswa melakukan demonstrasi eskperimen yang Melakukan demonstrasi di bawah bimbingan guru.
telah dilakukan oleh Henry Cavendish untuk menemukan nilai
G.
4 Membimbing 20 menit Memberikan latihan untuk melakukan penurunan persamaan Mengerjakan latihan secara individu maupun
pelatihan hukum gravitasi Newton. kelompok.
Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan pengertian Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan guru.
medan dalam fisika, formulasi hukum gravitasi Newton, dan
nilai G.
5 Memeriksa 20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya.
pemahaman dan kelas pada saat itu juga.
memberikan Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya.
107
Pertemuan Ke-3
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan 10 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan Menjawab salam dan menjawab panggilan guru
melakukan absensi siswa. selama absensi.
Mengulas secara singkat materi sebelumnya tentang formulasi Secara aktif menjawab pertanyaan guru seputar
Hukum Newton tentang gravitasi. materi sebelumnya.
Menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada Menyimak penjelasan guru tentang kegiatan
hari itu, yaitu berupa kerja kelompok. pembelajaran.
2 Menyampaikan 10 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran
tujuan dan berupa penilaian dan sebagainya. dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan
mempersiapkan menjawab pertanyaan guru.
siswa Memberikan apersepsi dan motivasi dengan memberikan
informasi bahwa gaya gravitasi merupakan salah satu besaran
vektor.
3 Mendemonstrasi 20 menit Menjelaskan secara singkat resultan gaya gravitasi dan medan Mencatat dan menyimak.
kan pengetahuan gravitasi.
dan Membagi kelas ke dalam dua kelompok dan memberikan tugas Berkumpul bersama kelompoknya dan memeilih
keterampilan diskusi masing-masing kelompok, yaitu resultan gaya gravitasi salah seorang anggota kelompoknya untuk menjadi
untuk kelompok pertama dan medan gravitasi untuk kelompok ketua kelompok.
108
Pertemuan Ke-4
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan 10 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan Menjawab salam dan menjawab panggilan guru
melakukan absensi siswa. selama absensi.
Mengulas secara singkat materi sebelumnya tentang resultan Secara aktif menjawab pertanyaan guru seputar materi
gaya gravitasi dan medan gravitasi. sebelumnya.
Menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada Menyimak penjelasan guru tentang kegiatan
hari itu, yaitu berupa kerja kelompok dan demonstrasi. pembelajaran.
2 Menyampaikan 10 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran
tujuan dan berupa penilaian dan sebagainya. dengan mengajukan dan menjawab pertanyaan
mempersiapkan kepada guru
siswa Memberikan apersepsi dan motivasi dengan menunjukkan fakta Menunjukkan ketertarikan dan mengajukan
109
bahwa berat benda berbeda di setiap tempat. pertanyaan berkaitan dengan perbedaan berat benda
di setiap tempat.
3 Mendemonstrasi 20 menit Menjelaskan secara singkat konsep percepatan gravitasi dan Mencatat dan menyimak.
kan pengetahuan resultannya.
dan keterampilan Melakukan demonstrasi di depan kelas dan melibatkan siswa Melakukan demonstrasi di bawah bimbingan guru.
dalam demonstrasi tersebut. (LKS DI 04)
4 Membimbing 20 menit Memberikan beberapa contoh soal berkaitan dengan resultan Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan guru.
pelatihan percepatan gravitasi dan mempersilakan siswa untuk mencoba
mengerjakannya.
5 Memeriksa 20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya.
pemahaman dan kelas pada saat itu juga.
memberikan Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya.
umpan balik. siswa.
6 Memberikan ke- 5 menit Memberikan beberapa permasalahan dan soal terkait dengan Mencatat dan mengerjakan tugas.
sempatan kepada materi pertemuan berikutnya yaitu tentang Hukum-hukum
siswa untuk Kepler untuk dikerjakan di rumah (PR).
pela-tihan lanjut-
an dan
penerapan.
7 Penutup 5 menit Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak
pertanyaan. dipahaminya.
Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa
orang siswa untuk mengulanginya.
Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam Menjawab salam
Pertemuan Ke-5
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan 10 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan Menjawab salam dan menjawab panggilan guru
melakukan absensi siswa. selama absensi.
Mengulas secara singkat materi sebelumnya tentang Secara aktif menjawab pertanyaan guru seputar materi
percepatan gravitasi dan resultannya. sebelumnya.
Memeriksa pekerjaan rumah siswa yang diberikan pada Menyimak penjelasan guru tentang kegiatan
110
Pertemuan ke-6
Posttest.
111
I. Sumber Pembelajaran
Kangenan, Marten. Fisika Untuk SMA Kelas XI 2A. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2002.
Ruwanto, Bambang. Asas-asas Fisika SMA Kelas XI Semester Pertama 2A.
Jakarta: Yudhistira, 2007.
Tipler, Paul A. Fisika untuk Sains dan Teknik Alih Bahasa oleh Lea Prasetio
dan Rahmad W Adi. Jakarta: Erlangga, 1998.
J. Alat Pembelajaran
Alat presentasi dan lembar kerja siswa
K. Penilaian
Tes objektif posttest
112
Lampiran 1D
LEMBAR KERJA SISWA
(DI 01)
Tujuan
Memahami Gaya Gravitasi yang bekerja pada planet-planet dalam
tata surya
Langkah-langkah Kerja
1. Jelaskan Ketiga Hukum Newton tentang gerak
Hukum I (Hukum Kelembaman Benda) berbunyi:
Hukum II berbunyi:
2. Dua buah benda dipisahkan pada jarak 9 m, jika kedua benda itu identik
dengan massa 3 kg, maka tentukan besarnya gaya gravitasi antara kedua benda
tersebut!
M 1M 2
F G
r2
3. Apa yang akan terjadi dengan nilai gaya gravitasi jika massa kedua benda dan
jarak keduanya diubah-ubah. Misalkan massa kedua benda diubah menjadi
3m1 dan 4m2 dan jaraknya menjadi 5r.
Jawab:
mm
Karena persamaan gaya gravitasi adalah F G 1 2 2 , dapat dituliskan
r
113
m1 m 2
F~
r2
Sehingga didapat perbandingan gaya gravitasi sebelum dan sesudah perubahan
F1
F2
Jika F1 adalah F, maka F2 dinyatakan dalam F adalah
F2 = …….. F
Tugas
Tuliskan hasil dari kegiatan yang telah dilakukan dan kesimpulan
yang diperoleh untuk dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
114
Langkah-langkah Kerja
1. Gaya merupakan salah satu besaran vektor,
m oleh karena itu perhitungan-perhitungan vektor
3 berlaku juga bagi gaya gravitasi. Untuk
menghitung resultan gaya gravitasi digunakan
F1 F prinsip penjumlahan vektor dengan metode
3 aturan cosinus dan metode komponen pada
m m diagram Cartesius. Jelaskan kedua metode
1 2 tersebut!
F1
Jawab:
2
Penjumlahan dengan aturan cosinus menggunakan persamaan
F
m3 = 3 kg
3m
m2 = 3 kg m1 = 3 kg
9m
115
3. Pada tiga sudut sebuah segitiga sama sisi dengan panjang 5 m ditempatkan
masing benda identik yang massanya 6 kg. Tentukan resultan gaya gravitasi
yang dialami oleh salah satu benda karena pengaruh dua benda lainnya!
6 kg
5 kg 5 kg
5 kg
6 kg 6 kg
Petunjuk:
- sudut segitiga sama sisi adalah masing-masing 60o
- dalam menggunakan metode komponen pada diagram cartesius gambarkan
terlebih dahulu gaya-gaya yang bekerja terhadap benda dikarenakan oleh
kedua benda lainnya. Gambarkan dengan detail sudutnya!
Tugas
Tuliskan hasil kerja dan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan-
kegiatan yang telah dilakukan untuk dipresentasikan di depan
kelas.
116
Langkah-langkah Kerja
1. Tuliskan persamaan kuat gravitasi yang disebabkan oleh dua
buah benda bermassa M dan m dan dipisahkan oleh jarak r.
F (i)
2. Tentukan kuat medan gravitasi g pada suatu tempat dengan
cara memperhatikan definisi medan gravitasi yang menyatakan
bahwa kuat medan gravitasi adalah gaya gravitasi persatuan
massa.
F
g (ii)
m
Substitusi persamaan (i) ke persamaan (ii) didapat
g (iii)
3. Dengan memasukkan nilai-nilai berikut ini tentukanlah kuat medan gravitasi
di permukaan Bumi. (jari-jari Bumi, R = 6.400 km; massa Bumi, M = 6,0 .
1024 kg; dan G = 6,7 . 10-11 Nm2kg-2).
g = ……..
4. Pada konteks lain, g tidak hanya dipandang sebagai kuat medan
gravitasi melainkan juga dipandang sebagai percepatan
gravitasi. Percepatan gravitasi ini yang menyebabkan benda
jatuh bebas akan dipercepat dengan percepatan ini. Bagaimana
percepatan benda yang sangat tinggi, misalkan lebih dari jari-
jari Bumi.
Medan gravitasi atau percepatan gravitasi berbanding terbalik dengan kuadrat
jaraknya.
g ~ (iv)
Sehingga benda yang berada pada ketinggian h dari permukaan Bumi akan
memiliki jarak R + h dari pusat Bumi. Sehingga:
2
g h
(v)
g
Tugas
Tuliskan hasil dan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan
yang telah dilakukan untuk dipresentasikan di depan kelas.
117
Langkah-langkah Kerja
1. Apa yang dimaksud dengan percepatan dalam
konsep gerak?
Percepatan
Langkah-langkah Kerja
1. Untuk membantu memahami Hukum I Kepler, gambarlah sebuah elips dengan
menggunakan dua buah paku, sebuah tali yang berbentuk lingkaran, dan
sebuah pensil. Perhatikan gambar!
2 3
TA R A
2. Dengan menggunakan persamaan
Orbit Hukum
planet yang elips T R , hitung
III Kepler
berbentuk
B B
masing-masing periode planet dalam tabel ini! (Langkah pertama bandingkan
dengan periode revolusi Bumi yang lamanya satu tahun tepat).
Planet Jari-jari, R ( 106 km) Periode, T (tahun)
Merkurius 58
Venus 108
Bumi 150 1 (365,25 hari)
Mars 228
Jupiter 778
Saturnus 1.427
Uranus 2.870
Neptunus 4.497
Tugas
Tuliskan hasil dan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan
yang telah dilakukan.
120
Lampiran 2A
INSTRUMEN TES
Kompetensi Dasar : Menganalisis keteraturan gerak planet
dalam tatasurya berdasarkan hukum-hukum Newton
Materi Pokok : Hukum Gravitasi
Kelas : XI IPA
Jenis Tes : pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban
Jumlah Soal : 40 soal
Ket.
Nomor soal bertanda bintang (*) adalah soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan.
122
Lampiran 2B
B. Bentuk Soal, Kunci Jawaban, dan Aspek Kognitif yang Diukur
Indikator Submateri Kunci Aspek
Butir Soal
Jawaban Kognitif
Menunjukkan Pengertian 1. Pernyataan yang benar tentang konsep medan yang disarankan oleh Michael C C1
pengertian Medan dan Faraday adalah ….
medan dalam Hukum A. Gaya interaksi antara dua buah benda yang dipisahkan sebuah jarak tertentu.
fisika dan Gravitasi B. Penyebaran gaya yang selalu konstan.
resultan gaya Universal C. Penyebaran nilai-nilai suatu besaran fisis (seperti tekanan, kecepatan, atau
gravitasi suhu) dalam suatu ruang.
D. Penyebaran besaran yang selalu mempunyai arah berlawanan dengan arah
besarannya.
E. Selalu berubah besarnya
2. Terdapat dua buah benda identik yang dipisahkan oleh jarak tertentu r, maka B* C1
letak titik yang mempunyai kemungkinan memiliki resultan gaya gravitasi sama
dengan nol adalah ….
A. di sebelah kiri kedua benda
B. diantara kedua benda
C. di sebelah kanan kedua benda
D. di atas kedua benda
E. di bawah kedua benda
Menjelaskan Pengertian 3. Dua buah benda bermassa m1 dan m2 dan berjarak r. Jika jarak r diubah-ubah, B* C2
hubungan Medan dan maka grafik yang menyatakan hubungan gaya interaksi kedua benda tersebut
variabel- Hukum adalah ....
123
A. D.
B. r
E.
C.
4. Faktor yang tidak mempengaruhi kuatnya gaya tarik menarik antara dua buah E C2
partikel adalah ...
A. volume
B. massa
C. massa jenis
D. jarak keduanya
E. sifat fisis
Menghitung Pengertian 5. Dua buah benda identik bermassa 20 kg dipisahkan jarak 80 m. Besarnya gaya D* C3
salah satu Medan dan tarik antara kedua benda tersebut adalah ....
variabel dalam Hukum A. 1,334 . 10-11 N
gaya gravitasi Gravitasi B. 1,334 . 10-10 N
jika variabel Universal C. 2,668 . 10-10 N
124
B. ¼F
C. ½F
D. 16 F
E. 32 F
10. Pada titik sudut segi tiga siku-siku di A terdapat 3 benda masing – masing mA = B C4
4 kg, mB = 6 kg dan mc = 32 kg dan AB= 2 m, AC = 4 m. Resultan gaya
gravitasi pada benda A adalah ….
A. 2G
B. 10G
C. 20G
D. 30G
E. 35G
Menyebutkan Medan 11. Dalam hal tertentu g disamping didefinisikan sebagai medan gravitasi juga D* C1
definisi medan Gravitasi didefinisikan sebagai percepatan gravitasi di suatu tempat. Oleh karena itu,
gravitasi satuan medan gravitasi, N.kg-1 akan setara dengan ….
A. N.s
B. N.m
C. Joule
D. m.s-2
E. m.s-1
12. Diantara pernyataan berikut ini yang benar tentang medan gravitasi adalah …. C C1
A. Gaya gravitasi per satuan luas
B. Sebanding dengan jaraknya
C. Ruang di sekitar suatu benda bermassa dimana benda bermassa lainnya
dalam ruang ini akan mengalami gaya gravitasi
D. Berbanding terbalik dengan kaudrat massanya
E. Berbanding terbalik dengan akar kuadrat jaraknya
Meramalkan Medan 13. Dua buah bola A dan B mempunyai massa dan garis tengah yang sama. Jika kuat A C2
kuat medan Gravitasi medan gravitasi di suatu titik sama dengan nol, maka letak titik tersebut dari
126
A. 2 cm
B. 20 cm
C. 8 cm
D. 4 cm
E. 12 cm
Menganalisis Medan 18. Sebuah benda di permukaan Bumi beratnya 120 N, jika benda dibawa ke atas D* C4
kuat medan Gravitasi yang tingginya sama dengan jari-jari Bumi dari permukaan maka beratnya
gravitasi di adalah ….
beberapa A. 60 N
tempat. B. 120 N
C. 80 N
D. 30 N
E. 40 N
19. Sebuah planet mempunyai diameter 2 kali diameter Bumi dan massanya 10 kali C* C4
massa Bumi, maka orang yang beratnya 600 N di Bumi akan mempunyai berat
di planet tersebut sebesar ….
A. 400 N
B. 240 N
C. 1500 N
D. 1200 N
E. 1800 N
20. P dan Q adalah pusat dari dua buah bola kecil yang massanya masing-masing m B C4
dan 4m.
4m
m
Q
P R
x y
128
x
Jika bola yang diletakkan di R tidak mengalami gaya gravitasi, maka nilai
y
adalah ....
1 1
A. C. E. 2
16 4
1
B. D. 4
2
Menunjukkan Percepatan 21. Besarnya percepatan gravitasi …. E* C1
faktor-faktor Gravitasi A. Sebanding dengan massa dan berbanding terbalik dengan akar kuadrat
yang jaraknya
mempengaruhi B. Sebanding dengan kuadrat jarak dan massanya
percepatan C. Berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dan massanya
gravitasi D. Sebanding dengan massa dan kuadrat jaraknya
E. Berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dan sebanding massanya
22. Jika percepatan gravitasi di permukaan Bumi dinyatakan dengan g dan jari-jari E C1
Bumi adalah R, maka percepatan gravitasi pada ketinggian h di atas permukaan
Bumi adalah ….
R h
2 2
R
A. gR C. g E. g
R R h
B. g (R + h) D. g (R – h)
Menjelaskan Percepatan 23. Pada sebuah pengamatan, titik A terletak pada ketinggian 0 dpl (di atas B* C2
perbedaan Gravitasi permukaan laut), titik B pada ketinggian 900 m, dan titik C pada ketinggian
perbedaan 1600 m. Hubungan nilai percepatan gravitasi pada ketiga titik pengamatan itu
pecepatan adalah ….
gravitasi di A. gA < gB > gC
beberapa B. gA > gB > gC
tempat C. gA < gB < gC
129
D. gA > gB < gC
E. gA ≤ gB ≤ gC
24. Seseorang mendaki ke sebuah gunung yang tingginya 3.190 km di atas A C2
-2
permukaan laut. Jika di permukaan air laut nilai g = 9,8 ms dan benda tersebut
dijatuhkan secara bebas, maka benda itu akan mengalami percepatan tetap
sebesar …. (RBumi = 6380 km)
A. 4,35 ms-2 D. 2,25 ms-2
B. 5,45 ms-2 E. 1,05 ms-2
-2
C. 1,75 ms
Menghitung Percepatan 25. Andi mempunyai massa 50 kg. Jika percepatan gravitasi Bumi g = 9,8 ms-2, E C3
besarnya Gravitasi maka berat badan Budi adalah ….
percepatan A. 430 N
gravitasi dan B. 320 N
akibatnya C. 600 N
terhadap D. 500 N
perubahan
E. 490 N
berat benda
26. Planet A mempunyai percepatan gravitasi gA 0,7 kali gravitasi Bumi, g. Jika A* C3
sebuah benda memiliki massa 50 kg, maka berat benda tersebut di planet A
adalah …. (g = 10 ms-2)
A. 350 N
B. 225 N
C. 500 N
D. 425 N
E. 550 N
27. Planet A mempunyai massa a kali massa Bumi dan jari-jarinya adalah b kali jari- E* C3
jari Bumi. Berat sebuah benda di permukaan planet A dibandingkan dengan
berat benda di permukaan Bumi adalah ….
A. ab
B. a/b
130
C. ab2
D. a2/b
E. a/b2
Membandingk Percepatan 28. Dua benda bermassa M terpisah sejauh x meter. Besarnya percepatan gravitasi A C4
an percepatan Gravitasi pada titik diantara kedua benda yang berjarak ¼ x dari salah satu benda adalah
gravitasi dan ….
perubahan 128 GM
berat benda A.
akibat 9 x2
perubahan 144 GM
B.
percepatan 16 x 2
gravitasi. 144 GM
C.
9 x2
128 GM
D.
16 x 2
16 GM
E.
9 x2
29. Jika percepatan gravitasi Bumi adalah 10 ms-2, maka berat benda yang bermassa C C4
100 kg pada planet yang memiliki massa sama dengan massa Bumi adan massa
jenisnya delapan kali massa jenis Bumi adalah ….
A. 40 N D. 40000 N
B. 400 N E. 400000 N
C. 4000 N
30. Seorang pria mempunyai massa 80 kg berada tepat di atas permukaan laut. D* C4
Persentase berkurangnya berat pria itu di ketinggian satu kali jari-jari Bumi di
atas pemukaan laut adalah …. (g = 10 ms-1; RBumi = 6370 km)
A. 50 %
B. 15 %
131
C. 25 %
D. 75 %
E. 65 %
Mendefinisika Hukum- 31. Pernyataan yang tepat dari Hukum II Kepler adalah …. D C1
n Hukum- Hukum A. Semua planet bergerak pada lintasan elips mengitari Matahari dengan
hukum Kepler Kepler Matahari berada di salah satu fokus elips
B. Perbandingan kuadrat periode terhadap pangkat tiga dari setengah sumbu
panjang elips adalah sama untuk semua planet
C. Gaya interaksi antara dua buah benda sebanding dengan massa kedua benda
dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya
D. Suatu garis hayal yang menghubungkan Matahari dengan planet menyapu
luas juring yang sama dalam selang waktu yang sama
E. Gaya yang diberikan pada sebuah benda akan digunakan untuk membuat
benda bergerak dengan percepatan tertentu
32. Menurut Hukum III Kepler, nilai periode revolusi sebuah planet adalah …. E* C1
A. sebanding dengan rata-rata jari-jarinya
B. berbanding terbalik dengan kuadrat rata-rata jari-jarinya
C. sebanding dengan akar pangkat dua rata-rata jari-jarinya
D. berbanding terbalik dengan akar pangkat dua rata-rata jari-jarinya
E. sebanding dengan akar pangkat tiga perdua rata-rata jari-jarinya
Menjelaskan Hukum- 33. Diantara grafik di bawah ini yang menunjukkan hubungan jari-jari orbit sebuah B* C2
hubungan Hukum planet dan massanya berdasarkan kesesuaian hukum III Kepler dan Hukum
antarvariabel Kepler Newton adalah ….
pada Hukum-
hukum Kepler T T
A. M
D.
132
M
M
B. E.
C.
34. Sesuai dengan hukum II Kepler, jika pada gambar di bawah ini daerah A, B, dan A C2
C dilintasi pada selang waktu yang sama, maka hubungan kecepatan di setiap
daerah tersebut adalah …
A. vA < vB < vC B
B. vA > vB < vC
C. vA < vB > vC A
D. vA > vB > vC C
E. vA = vB = vC
Menggunakan Hukum- 35. Periode revolusi Bumi mengelilingi matahari adalah satu tahun. Apabila jari-jari C C3
persamaan- Hukum rata-rata orbit suatu planet dalam mengelilingi matahari adalah dua kali jari-jari
persamaan Kepler rata-rata orbit Bumi mengelilingi matahari, maka periode revolusi planet
Hukum III tersebut adalah ….
Kepler untuk A. 0,4 tahun
menentukan
B. 2 tahun
periode dan
jari-jari orbit C. 8 tahun
planet D. 2,0 tahun
E. 6 tahun
133
39. Uranus mempunyai satelit yang bernama Umbriel yang memiliki jari-jari orbit B* C4
2,67 . 10 m dan periode 3,58 . 10 s. Massa Uranus adalah ….
8 5
A. 6,47 . 1025 kg
B. 8,74 . 1025 kg
C. 5,45 . 1025 kg
D. 3,25 . 1025 kg
E. 8,56 . 1025 kg
40. Dua buah planet P dan planet Q masing-masing mempunyai sebuah satelit yang E* C4
mengorbit pada jarak R yang sama. Jika satelit planet P mengorbit dengan
periode revolusi 2 bulan sedangkan satelit planet Q mengorbit dengan revolusi 3
M
bulan, maka perbandingan massa planet P dan planet Q P adalah ....
M
Q
4
A.
9
3
B.
2
4
C.
3
2
D.
3
9
E.
4
Keterangan:64
C1 = ingatan (recalling)
64
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.117 – 121
135
C2 = pemahaman (comprehension)
C3 = penerapan (application)
C4 = analisis (analysis) atau sintesis (syntesis)
Nomor soal bertanda bintang (*) adalah soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan.
136
Lampiran 2C
Keterangan:
< 50 % = jumlah siswa melakukannya kurang dari setengah dari jumlah yang diharapkan.
> 50 % = jumlah siswa melakukannya lebih dari atau sama dengan setengah dari jumlah yang diharapkan.
139
Lampiran 2D
LEMBAR UJI VALIDITAS
INSTRUMEN NONTES LEMBAR OBSERVASI
Kriteria
No Aspek yang Diuji
Baik Cukup Kurang
1 Pengembangan indikator dari setiap
tahap pembelajarannya
2 Keterwakilan semua tahap
pembelajaran oleh indikator yang
dikembangkan
3 Penskoran terhadap tiap-tiap indikator
4 Pemilihan kata dan kalimat dalam
pengembangan indikator
5 Kejelasan dan keefektifan bahasa
yang digunakan
Saran:
Lampiran 3A
UJI VALIDITAS
Perhitungan uji validitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasional point
biserial berdasarkan rumus berikut ini.
Mp Mt p
r pbi
SD t q
Dimana:
rpbi = indeks point biserial
Mp = Mean (rata-rata) skor yang dijawab betul oleh testee (peserta tes) pada
butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara
keseluruhan.
Mt = Mean (rata-rata) skor yang dijawab salah oleh testee (peserta tes) pada
butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara
keseluruhan.
SDt = Deviasi standar skor total.
p = proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang
diuji validitasnya.
q = proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir soal yang sedang
diuji validitasnya
Untuk keperluan perhitungan nilai point biserial tersebut maka dibuatlah tabel
bantu perhitungan uji validitas. Berikut ini adalah ringkasan tabel perhitungan
untuk menguji validitas instrumen.
140
A 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 12 144
B 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 9 81
C 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 64
D 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 13 169
E 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 18 324
F 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 19 361
G 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 13 169
H 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19 361
I 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 21 441
J 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 19 361
K 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 16 256
L 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 24 576
M 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 17 289
N 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 18 324
O 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 17 289
P 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 24 576
R 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 15 225
S 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 24 576
T 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 19 361
U 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 22 484
V 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 19 361
W 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 18 324
X 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 23 529
Y 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 23 529
Z 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 22 484
AA 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 16 256
AB 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 19 361
AC 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 20 400
AD 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 20 400
AE 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 10 100
AF 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 12 144
AG 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 19 361
AH 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 14 196
AI 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 100
Σ 22 18 24 17 16 14 25 14 19 17 13 18 22 11 16 21 12 11 6 9 16 31 18 5 20 21 11 11 10 19 10 11 12 5 15 12 7 8 12 13 592 10976
q
p
Uji Hipotesis
rpbi
Mp
Tidak Valid -0.29 16.91 0.13 0.87
Valid 0.50 18.72 0.26 0.74
Valid 0.68 18.21 0.06 0.94
Tidak Valid 0.25 18.12 0.29 0.71
Valid 0.58 19.19 0.32 0.68
Valid 0.75 20.07 0.39 0.61
Valid 0.92 18.16 0.03 0.97
Valid 0.39 18.79 0.39 0.61
Valid 0.36 18.26 0.23 0.77
Tidak Valid 0.21 18.00 0.29 0.71
Valid 0.67 19.92 0.42 0.58
Tidak Valid -0.09 17.17 0.26 0.74
Tidak Valid 0.10 17.59 0.13 0.87
Valid 0.58 19.91 0.48 0.52
Valid 0.52 19.00 0.32 0.68
Valid 0.33 18.05 0.16 0.84
Valid 0.79 20.58 0.45 0.55
Valid 0.56 19.82 0.48 0.52
Tidak Valid 0.15 18.33 0.65 0.35
Valid 0.35 19.11 0.55 0.45
Valid 0.52 19.00 0.32 0.68
Tidak Valid 0.15 17.61 0.09 0.91
Valid 0.61 19.00 0.26 0.74
Tidak Valid 0.09 18.00 0.68 0.32
Tidak Valid -0.10 17.20 0.19 0.81
Valid 0.45 18.29 0.16 0.84
Valid 0.58 19.91 0.48 0.52
Tidak Valid 0.22 18.36 0.48 0.52
Tidak Valid 0.13 18.00 0.52 0.48
Valid 0.58 18.79 0.23 0.77
Tidak Valid -0.33 15.90 0.52 0.48
Valid 0.73 20.55 0.48 0.52
Valid 0.54 19.58 0.45 0.55
Valid 0.47 20.40 0.68 0.32
Valid 0.38 18.67 0.35 0.65
Valid 0.39 19.00 0.45 0.55
Mt
Perhitungan Reliabilitas
Perhitungan reliabilitas menggunakan KR-20 yang dinyatakan dengan rumus berikut ini.
k pq
KR - 20 1
k - 1 SD 2
dimana:
k : jumlah testee
p : proporsi jumlah testee yang menjawab benar
q : proporsi jumlah testee yang menjawab salah
SD : nilai deviasi standar
Berikut ini adalah tabel ringkasan perhitungan nilai-nilai yang bersangkutan.
Skor item no Skor
No Total (Xt)2
11
14
15
16
17
18
20
21
23
26
27
30
32
33
34
35
36
38
39
40
(Xt)
2
Σ 18 24 16 14 25 14 19 13 11 16 21 12 11 9 16 18 21 11 19 11 12 5 15 12 8 12 13 396 5296
0.74
0.94
0.68
0.61
0.97
0.61
0.77
0.58
0.52
0.68
0.84
0.55
0.52
0.45
0.68
0.74
0.84
0.52
0.77
0.52
0.55
0.32
0.65
0.55
0.42
0.55
0.58
p
jumlah
0.19 0.26
0.06 0.06
0.22 0.32
0.24 0.39
0.03 0.03
0.24 0.39
0.17 0.23
0.24 0.42
0.25 0.48
0.22 0.32
0.14 0.16
0.25 0.45
0.25 0.48
0.25 0.55
0.22 0.32
0.19 0.26
0.14 0.16
0.25 0.48
0.17 0.23
0.25 0.48
0.25 0.45
0.22 0.68
0.23 0.35
0.25 0.45
0.24 0.58
0.25 0.45
0.24 0.42
q
pq 5.64
Lampiran 3C
Skor
Skor untuk item no
No Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 (Xt)
A 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 12
B 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 9
C 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
D 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 13
E 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 18
F 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 19
G 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 13
H 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19
I 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 21
J 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 19
K 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 16
L 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 24
M 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 17
N 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 18
O 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 17
P 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 24
R 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 15
S 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 24
T 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 19
U 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 22
V 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 19
W 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 18
X 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 23
Y 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 23
Z 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 22
145
AA 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 16
AB 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 19
AC 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 20
AD 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 21
AE 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 11
AF 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 12
AG 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 19
AH 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 14
AI 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10
Σ 24 18 24 17 16 14 25 14 19 17 13 18 22 11 16 21 12 11 6 9 16 31 18 5 20 21 11 11 10 19 10 11 12 5 15 12 7 8 12 13 594
Indeks TK
0,71
0,53
0,71
0,50
0,47
0,41
0,74
0,41
0,56
0,50
0,38
0,53
0,65
0,32
0,47
0,62
0,35
0,32
0,18
0,26
0,47
0,91
0,53
0,15
0,59
0,62
0,32
0,32
0,29
0,56
0,29
0,32
0,35
0,15
0,44
0,35
0,21
0,24
0,35
0,38
Keputusan
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Mudah
Mudah
Sukar
Sukar
Sukar
Sukar
Sukar
Sukar
Sukar
Sukar
146
Lampiran 3D
Daya Beda
Untuk menghitung daya beda setiap soal digunakan rumus berikut ini.
W WH
DB L
n
Maksud dari setiap simbol dari persamaan di atas adalah sebagai berikut.
DB = Daya Beda (discriminating power, DP)
WL = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu
WH = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu
n = jumlah kelompok atas atau kelompok bawah
L 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 24
P 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 24
S 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 24
Kelompok Atas
X 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 23
Y 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 23
U 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 22
Z 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 22
I 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 21
AD 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 21
147
AC 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 20
F 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 19
H 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19
Tidak dimasukkan dalam perhitungan
J 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 19
T 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 19
V 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 19
AB 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 19
AG 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 19
E 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 18
N 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 18
W 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 18
M 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 17
O 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 17
K 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 16
AA 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 16
R 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 15
AH 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 14
D 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 13
G 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 13
Kelompok Bawah
A 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 12
AF 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 12
AE 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 11
AI 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10
B 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 9
C 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8
WH 5 7 8 6 6 7 7 6 6 3 6 5 6 6 6 7 6 4 2 3 5 8 6 2 5 8 5 4 4 6 2 5 5 3 5 5 3 2 4 5
WL 8 3 6 3 1 1 5 3 3 2 0 6 5 1 3 5 0 0 2 1 1 7 2 1 6 4 1 2 3 2 4 0 1 0 3 2 2 1 1 1
Indek
- 0,33
s DB
-0,11
-0,11
-0,22
0,44
0,22
0,33
0,56
0,67
0,22
0,33
0,33
0,11
0,67
0,11
0,56
0,33
0,22
0,67
0,44
0,00
0,22
0,44
0,11
0,44
0,11
0,44
0,44
0,22
0,11
0,44
0,56
0,44
0,33
0,22
0,33
0,11
0,11
0,33
0,44
Keput
u-san
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
buruk
buruk
buruk
buruk
buruk
buruk
buruk
buruk
drop
drop
drop
drop
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
148
Lampiran 3E
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes
Derajat Daya
Item No Validitas Keputusan
Kesukaran Pembeda
1 Tidak Valid Sedang drop Tidak digunakan
2 Valid Sedang baik Digunakan
3 Valid Sedang cukup Tidak digunakan
4 Tidak Valid Sedang cukup Tidak digunakan
5 Valid Sedang baik Digunakan
6 Valid Sedang baik Tidak digunakan
7 Valid Mudah cukup Digunakan
8 Valid Sedang cukup Digunakan
9 Valid Sedang cukup Digunakan
10 Tidak Valid Sedang buruk Tidak digunakan
11 Valid Sedang baik Digunakan
12 Tidak Valid Sedang drop Tidak digunakan
13 Tidak Valid Sedang cukup Tidak digunakan
14 Valid Sedang baik Digunakan
15 Valid Sedang cukup Digunakan
16 Valid Sedang cukup Digunakan
17 Valid Sedang baik Tidak digunakan
18 Valid Sedang baik Digunakan
19 Tidak Valid Sukar buruk Tidak digunakan
20 Valid Sukar cukup Tidak digunakan
21 Valid Sedang baik Digunakan
22 Tidak Valid Mudah buruk Tidak digunakan
23 Valid Sedang baik Digunakan
24 Tidak Valid Sukar buruk Tidak digunakan
25 Tidak Valid Sedang drop Tidak digunakan
26 Valid Sedang baik Digunakan
27 Valid Sedang baik Digunakan
28 Tidak Valid Sedang cukup Tidak digunakan
29 Tidak Valid Sukar buruk Tidak digunakan
30 Valid Sedang baik Digunakan
31 Tidak Valid Sukar drop Tidak digunakan
32 Valid Sedang baik Digunakan
33 Valid Sedang baik Digunakan
34 Valid Sukar cukup Tidak digunakan
35 Valid Sedang cukup Tidak digunakan
36 Valid Sedang cukup Digunakan
37 Tidak Valid Sukar cukup Tidak digunakan
38 Valid Sukar buruk Tidak digunakan
39 Valid Sedang cukup Digunakan
40 Valid Sedang baik Digunakan
Lampiran 4
Hasil Pretest Kelas XI IPA 1
Hasil pretest dari kelas XI IPA 1 adalah sebagai berikut.
35 50 50 35 35 25 40
30 30 45 55 35 30 55
55 30 35 15 50 55 40
25 45 25 15 30 20 15
30 45 45 35 30 55
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 55 dan nilai minimum
(Xmin) adalah 15. Sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah
terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang
kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.
a. Rentang (R) c. Panjang Kelas (P)
R X max X min R
P
55 15 K
40
40
b. Banyaknya Kelas (K) 6
K 1 3,3 log n 6,67
1 3,3 log 34 7
1 3,3 1,53 Sehingga panjang kelasnya adalah
7.
1 5,05
6,05
6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-
rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai pretest ini.
Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )
X
f i xi
fi
1249
34
36,74
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
1
nF
Me b P 2
f
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 28,5
P = panjang kelas = 7
n = banyaknya data = 34
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 4 + 3 = 7
f = nilai frekuensi kelas median = 13
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
1
.34 7
Me 28,5 7 2
13
28,5 7 0,77
28,5 5,39
33,89
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
b1
Mo b P
b
1 2 b
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 28,5
P = panjang kelas = 7
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 13 – 3 = 10
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 13 – 2 = 11
151
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
10
Mo 28,5 7
10 11
28,5 7 0,48
28,5 3,33
31,83
d. Deviasi Standar (S)
Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
f .x 2
f .x 2 i i
f
i ii
i
S
f 1 i
50461
12492
34
34 1
1560001
50461
34
33
50461 45882,28
33
4578,62
33
138,75
11,78
152
Lampiran 5
Hasil Pretest Kelas XI IPA 2
Hasil pretest dari kelas XI IPA 2 adalah sebagai berikut.
15 40 35 30 55 30 30
30 35 15 45 40 15 45
40 40 30 35 15 15 45
50 30 45 45 25 25 40
30 35 40 40 30 30 30
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 55 dan nilai minimum
(Xmin) adalah 15. Sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah
terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang
kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.
a. Rentang (R) c. Panjang Kelas (P)
R X max X min R
P
55 15 K
40
40
b. Banyaknya Kelas (K) 6
K 1 3,3 log n 6,67
1 3,3 log 35 7
1 3,3 1,54 Sehingga panjang kelasnya adalah
7.
1 5,09
6,09
6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-
rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai pretest ini.
Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )
X
f i xi
fi
1197
35
34,20
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
1
nF
Me b P 2
f
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 28,5
P = panjang kelas = 7
n = banyaknya data = 35
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 5 + 2 = 7
f = nilai frekuensi kelas median = 14
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
1
.35 7
Me 28,5 7 2
14
28,5 7 0,75
28,5 5,25
33,75
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
b1
Mo b P
b1 b2
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 28,5
P = panjang kelas = 7
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 14 – 2 = 12
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 14 – 7 = 7
154
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
12
Mo 28,5 7
12 7
28,5 7 0,63
28,5 4,42
32,92
d. Deviasi Standar (S)
Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
f .x 2
f .x 2 i i
f
i ii
i
S
f 1 i
44051
1197 2
35
35 1
1432809
44051
35
34
44051 40937,40
34
3113,60
34
91,58
9,57
155
Lampiran 6
Hasil Posttest Kelas XI IPA 1
Hasil pretest dari kelas XI IPA 1 adalah sebagai berikut.
50 70 40 60 70 85 80
85 60 80 65 75 65 65
70 70 60 50 80 65 55
30 65 60 65 55 65 30
75 60 80 65 80 70
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai minimum
(Xmin) adalah 30. Sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah
terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang
kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.
a. Rentang (R) c. Panjang Kelas (P)
R X max X min R
P
80 30 K
50
50
6
b. Banyaknya Kelas (K)
8,33
K 1 3,3 log n 9
1 3,3 log 34
Sehingga panjang kelasnya adalah
1 3,3 1,53
9.
1 5,05
6,05
6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
Tabel distribusinya adalah sebagai berikut.
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-
rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai pretest ini.
Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )
X
f i xi
fi
2119
34
62,32
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
1
nF
Me b P 2
f
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 56,5
P = panjang kelas = 9
n = banyaknya data = 34
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 1 + 4 + 2 = 7
f = nilai frekuensi kelas median = 17
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
1
.34 7
Me 56,5 9 2
17
56,5 9 0,59
56,5 5,29
61,79
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
b1
Mo b P
b1 b2
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 56,5
P = panjang kelas = 9
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 17 – 4 = 13
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 17 – 4 = 13
157
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
13
Mo 56,5 9
13 13
56,5 9 0,50
56,5 4,50
61,00
d. Deviasi Standar (S)
Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
f .x 2
f .x 2 i i
f
i ii
i
S
f 1 i
135973
21192
34
34 1
4490161
135973
34
33
135973 132063,56
33
3909,44
33
118,7
`10,88
158
Lampiran 7
Hasil Posttest Kelas XI IPA 2
Hasil pretest dari kelas XI IPA 2 adalah sebagai berikut.
50 70 40 60 70 85 80
85 60 80 65 75 85 65
70 70 60 50 80 65 55
30 65 60 65 55 65 30
75 60 80 65 80 70 75
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 85 dan nilai minimum
(Xmin) adalah 30. Sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah
terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang
kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.
a. Rentang (R) c. Panjang Kelas (P)
R X max X min R
P
85 30 K
55
55
6
b. Banyaknya Kelas (K)
9,17
K 1 3,3 log n 10
1 3,3 log 35
Sehingga panjang kelasnya adalah
1 3,3 1,54
10.
1 5,09
6,09
6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
Tabel distribusinya adalah sebagai berikut.
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-
rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai pretest ini.
Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )
X
f i xi
fi
2357,50
35
67,36
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
1
nF
Me b P 2
f
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 59.5
P = panjang kelas = 10
n = banyaknya data = 35
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 2 + 1 + 4 = 7
f = nilai frekuensi kelas median = 13
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
1
.35 7
Me 59,5 10 2
13
59,5 10 0,807
59,5 8,07
67,58
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
b1
Mo b P
b1 b2
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 59,5
P = panjang kelas = 10
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 13 – 4 = 9
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 13 – 8 = 5
160
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
9
Mo 59,5 10
9 14
59,5 9 0,643
59,5 6,43
65,93
d. Deviasi Standar (S)
Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
f .x 2
f .x 2 i i
f
i ii
i
S
f 1 i
164708,75
2357,502
35
35 1
5557806,25
164708,75
35
34
164708,75 158794,46
34
5914,29
34
173,95
`13,19
161
Lampiran 8
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 0,67 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 0,00. Sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi
frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas
(K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan
berikut ini.
a. Rentang (R) c. Panjang Kelas (P)
R X max X min R
P
0,67 0,00 K
0,67 0,67
b. Banyaknya Kelas (K) 6
K 1 3,3 log n 0,1116
1 3,3 log 34 0,12
1 3,3 1,53 Sehingga panjang kelasnya adalah
0,12.
1 5,05
6,05
6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-
rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai pretest ini.
Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )
X
fi xi
fi
13,150
34
0,39
163
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
1
nF
Me b P 2
f
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 0,355
P = panjang kelas = 0,12
n = banyaknya data = 34
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 4 + 5 + 2 = 11
f = nilai frekuensi kelas median = 11
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
1
.34 11
Me 0,355 0,12 2
11
0,355 0,12 0,545
0,355 0,0645
0,42
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
b1
Mo b P
b1 b2
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 0,355
P = panjang kelas = 0,12
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 11 – 2 = 9
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 11 – 8 = 3
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
9
Mo 0,355 0,12
9 3
0,355 0,12 0,75
0,355 0,09
0,445
164
i ii
S i
f 1 i
6,240
13,150
2
34
34 1
172,923
6,240
34
33
6,240 5,086
33
1,154
33
0,035
0,187
165
Lampiran 9
Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas XI IPA 2
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 0,79 dan nilai minimum
(Xmin) adalah -0,40. Sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah
terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang
kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.
a. Rentang (R) c. Panjang Kelas (P)
R X max X min R
P
0,79 (0.40) K
1,19 1,19
b. Banyaknya Kelas (K) 6
K 1 3,3 log n 0 ,198
1 3,3 log 35 0,20
1 3,3 1,54 Sehingga panjang kelasnya adalah
10.
1 5,09
6,09
6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-
rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai pretest ini.
Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )
X
fi xi
fi
15,325
35
0,438
167
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
1
nF
Me b P 2
f
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 0,395
P = panjang kelas = 0,20
n = banyaknya data = 35
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 1+1+2+8 = 12
f = nilai frekuensi kelas median = 14
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
1
.35 12
Me 0,395 0,20 2
14
0,395 0,20 0,393
0,395 0,079
0,474
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
b1
Mo b P
b1 b2
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 0,395
P = panjang kelas = 0,20
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 14 – 8 = 6
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 14 – 9 = 5
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
6
Mo 0,395 0,20
65
0,395 0,20 0,545
0,395 0,109
0,504
168
i ii
S i
f 1 i
8,596
15,325
2
35
35 1
234,856
8,596
35
34
8,596 6,710
34
1,886
34
0,055
`0,236
169
Lampiran 10
Uji Normalitas Hasil Belajar (Posttest)
Kriteria pengujian nilai kai kuadrat didasarkan pada ketentuan berikut ini.
a. jika X2hitung ≤ X2tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (Data berdistribusi
normal)
b. jika X2hitung > X2tabel,, maka Ho diterima dan Ha ditolak (data tidak berdistribusi
normal)
A. Kelas XI IPA 1
Perolehan Nilai Posttest Kelas XI IPA 1
50 70 40 60 70 85 80
85 60 80 65 75 65 65
70 70 60 50 80 65 55
30 65 60 65 55 65 30
75 60 80 65 80 70
Ei
6. Menentukan jumlah kai kuadrat hitung (X2hitung) dengan menjumlahkan nilai
kai kuadrat tiap-tiap kelas.
7. Menguji hipotesis normalitas.
Nilai X2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Untuk menguji
normalitas data dibandingkan X2hitung dengan X2tabel . Didapat bahwa X2hitung <
X2tabel . Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak (data berdistribusi normal).
B. Kelas XI IPA 2
Perolehan Nilai Posttest Kelas XI IPA 2
50 70 40 60 70 85 80
85 60 80 65 75 85 65
70 70 60 50 80 65 55
30 65 60 65 55 65 30
75 60 80 65 80 70 75
171
Lampiran 11
f .x 2 i i
f
i ii
i
S2
f 1 i
135973
2119
2
34
34 1
4490161
135973
34
33
135973 132063,56
33
3909,44
33
118,4679
`10,88
2. Kelas XI IPA 2
f .x 2
f .x 2 i i
f
i ii
i
S1
f 1 i
164708,75
2357,502
35
35 1
5557806,25
164708,75
35
34
164708,75 158794,46
34
5914,29
34
173,95
`13,19
175
Fhitung 1 1 2
V 2 S 2
13,19 2
10,88 2
173,9761
118,3744
1,4697
Lampiran 12
Uji Hipotesis
Karena kedua data yang akan diuji perbedaannya bersifat normal dan
homogen (Lampiran 10 dan 11), maka rumus uji t yang digunakan adalah:
X1 X 2
t
1 1
dsg
n1 n 2
dimana:
X 1 = rata-rata data kelompok A
X 2 = rata-rata data kelompok B
dsg = nilai deviasi standar gabungan data kelompok A dan kelompok B
n1 = jumlah data kelompok A
n2 = jumlah data kelompok B
2. Menentukan nilai deviasi standar gabungan (dsg) dengan rumus berikut ini.
n1 1V1 n 2 1V2
dsg
n1 n 2 2
35 1173,98 34 1108,37
35 34 2
5915,32 3906,36
67
9821,68
67
146,59
12,11
177
Lampiran 13
Lampiran 14
X 2Oi
batas luas Z
Kelas fi.xi xi fi . xi2 batas Ei
kelas tabel Ei
kelas
14.5 -1.89
15 - 21 72 18 1296 0.0691 2.4185 4 1.0342
21.5 -1.29
22 - 28 75 25 1875 0.1435 5.0225 3 0.8144
28.5 -0.70
29 - 35 416 32 13312 0.2182 7.6370 13 3.7661
35.5 -0.10
36 - 42 78 39 3042 0.2277 7.9695 2 4.4714
42.5 0.49
43 - 49 184 46 8464 0.172 6.0200 4 0.6778
49.5 1.08
50 - 56 424 53 22472 0.1079 3.7765 8 4.7234
58.5 1.85
Jumlah 1249 213 50461 X2 15.4873
Nilai X2tabel untuk derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Sehingga diperoleh
bahwa X2hitung > X2tabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data pretest
Kelas XI IPA 1 tidak berdistribusi normal.
181
KELAS XI IPA 2
Z Oi E1
2
X 2Oi
batas luas Z
Kelas fi.xi xi fi . xi2 batas Ei
kelas tabel Ei
kelas
14.5 -2.06
15 - 21 90 18 1620 0.0721 2.4514 5 2.6497
21.5 -1.33
22 - 28 50 25 1250 0.1825 6.2050 2 2.8496
28.5 -0.60
29 - 35 448 32 14336 0.2814 9.5676 14 2.0534
35.5 0.14
36 - 42 273 39 10647 0.2521 8.5714 7 0.2881
42.5 0.87
43 - 49 230 46 10580 0.1374 4.6716 5 0.0231
49.5 1.60
50 - 56 106 53 5618 0.0493 1.6762 2 0.0626
58.5 2.54
Jumlah 1197 213 44051 X2 7.9264
Nilai X2tabel untuk derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Sehingga diperoleh
bahwa X2hitung < X2tabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data pretest
Kelas XI IPA 2 berdistribusi normal.
2. Uji Homogentias
Untuk menguji homogenitas kedua data digunakan uji F yang dinyatakan
dengan rumus berikut ini.
V1
F
V2
pretest Kelas XI IPA 1 adalah 11,78 sedangkan nilai deviasi standar Kelas XI
Nilai Ftabel untuk derjarat kebebasan (dk) = (33,34) adalah 1,785. Sehingga
diperoleh bahwa Fhitung < Ftabel. Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan
3. Uji Hipotesis
Karena salah satu data tidak berdistribusi normal, maka uji statistik yang
digunakan adalah uji U yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini.66
n1 n1 1
U 1 n1 n2 R1 atau
2
n2 n2 1
U 2 n1 n2 R2
2
Karena hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hipotesis dua arah,
maka nilai Uhitung yang diambil adalah nilai U yang terkecil diantara U1 dan
U2. Sedangkan pengambilan keputusan tentang pengujian hipotesisnya
didasarkan pada aturan berikut ini.
a. Jika nilai Uhitung ≤ nilai Ucr, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
b. Jika nilai Uhitung > nilai Ucr, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Berikut ini adalah perhitungannya
1. Menentukan rank (R) tiap-tiap kelas data pretest PBI dan DI berdasarkan
tabel berikut ini.
PBI DI
Kelas Frekuensi Rank Kelas Frekuensi Rank
15 – 21 4 5,5 15 – 21 5 7,5
22 – 28 3 4 22 – 28 2 2
29 – 35 13 11 29 – 35 14 12
36 – 42 2 2 36 – 42 7 9
43 – 49 4 5,5 43 – 49 5 7,5
50 – 56 8 10 50 – 56 2 2
n1 = 6 R1 = 38 n2 = 6 R2 = 40
66
Harinaldi, Prinsip-prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains, (Jakarta: Erlangga), h. 233 – 237.
183
Lampiran 15
Uji Perbedaan N-Gain
4. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data menggunakan rumus kai kuadrat. Tabel berikut ini adalah
tabel bantu untuk mencari nilai X2hitung N-Gain dari kedua kelas.
KELAS XI IPA 1
Z Oi E1
2
Ei X Oi
batas luas Z 2
Kelas fi.xi xi fi . xi2 batas
kelas tabel Ei
kelas
-0.005 -0.01
0.00 - 0.11 0.220 0.055 0.012 0.1617 5.498 4 0.408
0.115 0.30
0.12 - 0.23 0.875 0.175 0.153 0.1112 3.781 5 0.393
0.235 0.61
0.24 - 0.35 0.590 0.295 0.174 0.0921 3.131 2 0.409
0.355 0.92
0.36 - 0.47 4.565 0.415 1.894 0.0695 2.363 11 31.569
0.475 1.23
0.48 - 0.59 4.280 0.535 2.290 0.0475 1.615 8 25.243
0.595 1.54
0.60 - 0.71 2.620 0.655 1.716 0.0296 1.006 4 8.905
0.715 1.85
Jumlah 13.150 2.130 6.240 X2 66.927
Nilai X2tabel untuk derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Sehingga diperoleh
bahwa X2hitung > X2tabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data nilai N-
Gain Kelas XI IPA 1 tidak berdistribusi normal.
185
KELAS XI IPA 2
Z Oi E1
2
X 2Oi
batas luas Z
Kelas fi.xi xi fi . xi2 batas Ei
kelas tabel Ei
kelas
-0.405 -3.579
-0.40 - -0.21 -0.305 -0.305 0.093 0.003 0.109 1 7.325
-0.205 -2.730
-0.20 - -0.01 -0.105 -0.105 0.011 0.027 0.942 1 0.004
-0.005 -1.880
0.00 - 0.19 0.190 0.095 0.018 0.121 4.249 2 1.190
0.195 -1.031
0.20 - 0.39 2.360 0.295 0.696 0.277 9.699 8 0.297
0.395 -0.182
0.40 - 0.59 6.930 0.495 3.430 0.318 11.137 14 0.736
0.595 0.667
0.60 - 0.79 6.255 0.695 4.347 0.187 6.549 9 0.918
0.795 1.517
Jumlah 15.325 1.170 8.596 X2 10.470
Nilai X2tabel untuk derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Sehingga diperoleh
bahwa X2hitung < X2tabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data nilai N-
Gain Kelas XI IPA 2 berdistribusi normal.
5. Uji Homogentias
Untuk menguji homogenitas kedua data digunakan uji F yang dinyatakan
dengan rumus berikut ini.
V1
F
V2
Dari Lampiran VIII dan Lampiran IX diperoleh bahwa nilai deviasi standar N-
Gain Kelas XI IPA 1 adalah 0.187 sedangkan nilai deviasi standar N-Gain
Kelas XI IPA 2 adalah 0,236. Sehingga nilai Fhitung adalah sebagai berikut.
V1 S12
F
V2 S 22
2
0,236
0,187
1,59
186
Nilai Ftabel untuk derjarat kebebasan (dk) = (33,34) adalah 1,785. Sehingga
diperoleh bahwa Fhitung < Ftabel. Maka dapat disimpulkan bahwa kedua data
6. Uji Hipotesis
Karena salah satu data tidak berdistribusi normal, maka uji statistik yang
digunakan adalah uji U yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini.
n1 n1 1
U 1 n1 n2 R1 atau
2
n2 n2 1
U 2 n1 n2 R2
2
Karena hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hipotesis dua arah,
maka nilai Uhitung yang diambil adalah nilai U yang terkecil diantara U1 dan
U2. Pengambilan keputusan tentang pengujian hipotesisnya didasarkan pada
ketentuan berikut ini.
c. Jika nilai Uhitung ≤ nilai Ucr, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
d. Jika nilai Uhitung > nilai Ucr, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Berikut ini adalah perhitungannya
5. Menentukan rank (R) tiap-tiap kelas data pretest PBI dan DI berdasarkan
tabel berikut ini.
PBI DI
Kelas Frekuensi Rank Kelas Frekuensi Rank
0,00 – 0,11 4 5,5 (-0,40) – (-0,21) 1 1,5
0,12 – 0,23 5 7 (-0,20) – (-0,01) 1 1,5
0,24 – 0,35 2 3,5 0,00 – 0,19 2 3,5
0,36 – 0,47 11 11 0,20 – 0,39 8 8,5
0,48 – 0,59 8 8,5 0,40 – 0,59 14 12
0,60 – 0,71 4 5,5 0,60 – 0,79 9 10
n1 = 6 R1 = 41 n2 = 6 R2 = 37
187
Lampiran 16
LEMBAR UJI REFERENSI
Dosen Pembimbing
No Footnote
I II
BAB I
1. Berita diakses dari www.kompas.com yang dimuat
pada tanggal 24 April 2008 dan diakses pada 11 Juli 2009.
2. John W Santrock, Educational Psychology, 2nd Edition
(New York: The McGraw Hill Companies, Inc., 2004), h.
301 – 302.
3. Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching;
Evidence and Practice, 2nd Edition (London: SAGE
Publication, Ltd, 2005), h. 29.
4. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan
Edisi Revisi (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.117 – 121.
BAB II
1. John W Santrock, Educational Psychology, 2nd Edition,
(New York: McGraw Hill Companies Inc., 2004), h. 314.
2. Maggi Savin-Baden dan Claire Howell Major, Foundation
of Problem-based Learning, (London: SRHE, tt), h. 29.
3. John W Santrock, Op.Cit., h. 39 dan Kro‟s Report,
Theories of Human Learning (The Koron Exploration
Department, tt), h. 204.
4. Ibid., h. 39 – 40.
5. John L. Phillips, Jr., The Origins of Intellect: Piaget‟s
Theory, (San Francisco: W.H. Freeman and Company,
1969), h. 7 – 10.
6. John W Santrock, Op.Cit. h. 40.
7. John Phillips, Jr., Op. Cit. h. xv – xvi.
8. Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur, Pembelajaran
Berdasarkan Masalah (Buku Ajar Mahasiswa), (Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya, 2000), h. 17 – 18.
9. John W Santrock, Op. Cit., h. 51 – 53.
10. Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur, Op. Cit, h. 18 – 19.
11. John W Santrock, Op. Cit., h. 52.
12. Ibid.
13. Kunandar, Op. Cit., h. 354.
14. Suchaini, “Pembelajaran Berbasis Masalah,” artikel
diakses pada tanggal 23 Januari 2009 dari
http://suchaini.wordpress.com/2008/12/15/pembelajaran-
berbasis-masalah/
15. I Wayan Dasna dan Sutrisno, “Pembelajaran Berbasis
Masalah”, artikel diakses pada tanggal 23 Januari 2009 dari
http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pembelajara
n-berbasis-masalah/
16. Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur, Op. Cit., h. 15 – 24.
189
Pembimbing I Pembimbing II
BIOGRAFI