You are on page 1of 6

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4
4.1

Perlakuan I
4.1.1 (Biji Sirsak) Pembungkus Daun Pisang dan Plastik
Perlakuan I biji sirsak (70,6 gram), direbus lalu direndam, terdapat
penambahan asam asetat 1% dan asam laktat 1% masing-masing 25 ml dan
dibungkus dengan daun pisang dan plastik.
Pada perlakuan I ini terdapat penambahan asam asetat 1% dan asam
laktat 1% yang mengakibatkan perbedaan pH sebelum dan sesudah
perendaman. Perendaman dengan penambahan asam asetat 1 % dan asam
laktat 1% menghasilkan pH sebelum 8 dan sesudah perendaman adalah 3.
Bakteri asam laktat, pada umumnya menghasilkan sejumlah besar asam
laktat dari fermentasi karbohidrat. Asam laktat yang dihasilkan dari
metabolisme karbohidrat akan dapat menurunkan nilai pH lingkungan
pertumbuhannya dan menimbulkan rasa asam. Bakteri asam laktat tidak
hanya menurunkan pH media, tetapi juga menghasilkan antibakteri yang
sering disebut sebagai bakteriosin, sehingga dapat menghambat pertumbuhan
bakteri pembusuk (Siswani, dkk., 2012).
Menurut teori, tempe dengan kualitas baik mempunyai ciri-ciri
berwarna putih bersih yang merata pada permukaannya memiliki struktur
yang homogen dan kompak serta berasa berbau dan beraroma khas tempe.
Tempe dengan kualitas buruk ditandai dengan permukaannya yang basah
struktur tidak kompak adanya bercak bercak hitam, adanya bau amoniak dan
alkohol serta beracun (Aryanti, 2015).
Pada tempe perlakuan 1, kapang yang dihasilkan pada biji dengan
pembungkus daun pisang dan plastik menyatu dengan sempurna. Tempe
pada pembungkus daun memiliki warna putih bersih dan tempe pada
pembungkus plastik memiliki bercak warna hitam pada permukaan tempe,
serta aroma tempe pada kedua pembungkus beraroma tapai . Tempe dari hasil

percobaan dapat dikatakan belum memenuhi kriteria untuk disebut tempe


dengan kualitas baik karena tempe yang dihasilkan memiliki warna dan
aroma yang belum sesusai dengan kriteria tempe, ini dapat diakibatkan
karena sampel yang digunakan tidak sesuai dengan bahan baku yang
lazimnya digunakan untuk membuat tempe.

Gambar 4.1 Hasil Perlakuan I Biji sirsak dengan Pembungkus Daun Pisang
dan Plastik

4.1.2 (Kacang Panjang + Buncis) Pembungkus Daun Pisang dan plastik


Perlakuan I kacang panjang (30 gram) dan kacang buncis (35 gram)
direndam terlebih dahulu, lalu direbus dan dibungkus dengan daun pisang
dan daun plastik.
Menurut teori, tempe dengan kualitas baik mempunyai ciri-ciri
berwarna putih bersih yang merata pada permukaannya memiliki struktur
yang homogen dan kompak serta berasa berbau dan beraroma khas tempe.
Tempe dengan kualitas buruk ditandai dengan permukaannya yang basah
struktur tidak kompak adanya bercak bercak hitam, adanya bau amoniak
dan alkohol serta beracun (Aryanti, 2015).
Pada tempe perlakuan 1, kapang yang dihasilkan pada campuran
kacang panjang dan kacang buncis menggunakan pembungkus daun
pisang juga menyatu sempurna dan memiliki warna putih kekuningan
serta beraroma tapai. Tempe dari hasil percobaan dapat dikatakan belum

memenuhi kriteria untuk disebut tempe dengan kualitas baik karena


memliki warna yang tidak sesuai dengan criteria tempe dan beraroma
alcohol, ini dapat diakibatkan karena sampel yang digunakan tidak sesuai
dengan bahan baku yang lazimnya digunakan untuk membuat tempe.
Adapun kapang yang dihasilkan pada campuran kacang panjang dan
kacang buncis dengan pembungkus plastik menyatu dengan sempurna
dan memiliki warna putih kekuningan serta beraroma tapai pada
umumnya. Tempe dengan campuran kacang panjang dan kacang buncis,
belum dapat dikatakan tempe dengan kualitas baik karena memiliki warna
kekuningan dan aroma yang berbau alcohol yang biasanya dapat
mengandung racun.

Gambar 4.2 Hasil Perlakuan I Kacang Panjang + Kacang Buncis dengan


pembungkus daun Pisang dan Plastik

4.2

Perlakuan II
4.2.1 (Biji Sirsak) Pembungkus Daun Pisang dan plastik
Perlakuan II biji durian (77 gram) terlebih dahulu, lalu direbus dan
dibungkus dengan daun pisang dan plastik.
Menurut teori, tempe dengan kualitas baik mempunyai ciri-ciri
berwarna putih bersih yang merata pada permukaannya memiliki struktur

yang homogen dan kompak serta berasa berbau dan beraroma khas tempe.
Tempe dengan kualitas buruk ditandai dengan permukaannya yang basah
struktur tidak kompak adanya bercak bercak hitam, adanya bau amoniak dan
alkohol serta beracun (Aryanti, 2015).
Pada tempe perlakuan II, kapang yang dihasilkan pada campuran biji
dengan pembungkus daun pisang dan plastik menyatu dengan sempurna dan
memiliki warna putih kecoklatan serta beraroma tempe pada umumnya.
Tempe dari hasil percobaan dapat dikatakan telah memenuhi kriteria untuk
disebut tempe dengan kualitas baik karena memliki struktur yang kompak
dan beraroma khas tempe, walaupun warna dari tempe tersebut tidak putih
bersih, ini dapat diakibatkan karena sampel yang digunakan tidak sesuai
dengan bahan baku yang lazimnya digunakan untuk membuat tempe.

Gambar 4.3 Hasil Perlakuan II Biji Sirsak dengan pembungkus daun pisang
dan Plastik

4.2.2(Kacang Panjang + Kacang Buncis) Pembungkus Daun Pisang dan


Plastik
Perlakuan II kacang panjang (30 gram) dan kacang buncis (37 gram)
direndam terlebih dahulu, lalu direbus dan dibungkus dengan daun pisang dan
plastik.
Menurut teori, tempe dengan kualitas baik mempunyai ciri-ciri berwarna
putih bersih yang merata pada permukaannya memiliki struktur yang homogen
dan kompak serta berasa berbau dan beraroma khas tempe. Tempe dengan
kualitas buruk ditandai dengan permukaannya yang basah struktur tidak

kompak adanya bercak bercak hitam, adanya bau amoniak dan alkohol serta
beracun (Aryanti, 2015).
Pada tempe perlakuan II, kapang yang dihasilkan pada campuran kacang
panjang dan kacang buncis dengan pembungkus daun pisang juga menyatu
sempurna, tetapi memiliki banyak bercak berwarna hitam serta memiliki aroma
tengik. Tempe dari hasil percobaan dapat dikatakan tidak memenuhi kriteria
untuk disebut tempe dengan kualitas baik karena warna dari tempe tersebut
tidak putih bersih, ini dapat diakibatkan karena sampel yang digunakan busuk
pada saat perendaman selama 24 jam dan juga memiliki bau tengik pada tempe
yang dihasilkan, Hal lain juga yang mengakibatkan tempe belum memenuhi
kriteria adalah bahan baku yang digunakan tidak sesuai dengan bahan baku
yang lazimnya digunakan untuk membuat tempe.
Adapun Pada tempe perlakuan II, kapang yang dihasilkan pada campuran
kacang panjang dan kacang buncis dengan pembungkus plastik menyatu
dengan sempurna dan memiliki warna putih kekuningan serta beraroma tempe
pada umumnya. Tempe dengan campuran kacang panjang dan kacang buncis,
sudah dapat dikatakan tempe dengan kualitas baik karena struktur dari tempe
tersebut belum merata, berwarna putih, serta memiliki aroma khas tempe.

Gambar 4.4 Hasil Perlakuan II Kacang Panjang + Kacang Buncis dengan


Pembungkus Daun Pisang dan Plastik

You might also like