Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Terkadang terdapat kebingungan diagnostik antara gangguan bipolar dan
gangguan kepribadian borderline (GKB). Untuk meningkatkan pengenalan terhadap
gangguan bipolar para peneliti telah mengidentifikasi faktor-faktor nondiagnostik
yang mengarah kepada gangguan bipolar. Salah satunya adalah adanya riwayat
keluarga yang memiliki gangguan bipolar. Pada laporan terbaru dari proyek Metode
Pulau Rhode untuk Meningkatkan Penilaian dan Pelayanan Diagnostik
(Rhode
ketidakseimbangan afektif, impulsif, atau perilaku bunuh diri. Pasien dengan riwayat
keluarga positif melaporkan peningkatan nafsu makan dan kelelahan yang secara
signifikan lebih tinggi. Tidak ada perbedaan pada tingkat keparahan depresi secara
umum, skor Global Assesment Functioning (GAF), riwayat rawat inap atas indikasi
psikiatri, upaya bunuh diri, masa pengangguran karena alasan psikiatrik selama 5
tahun sebelum evaluasi, dan tingkat fungsi sosial di masa remaja dan saat ini. Tidak
terdapat perbedaan pada setiap 5 subskala kuesioner trauma masa kanak-kanak
(childhood trauma questionnaire). Secara keseluruhan, kami menemukan beberapa
perbedaan antara pasien GKB dengan dan tanpa riwayat gangguan bipolar dalam
keluarga yang dengan demikian memberi kesan bahwa riwayat keluarga yang positif
bukan merupakan penanda yang berguna untuk gangguan bipolar tersembunyi
(occult) pada pasien-pasien ini.
1. Pendahuluan
Tujuan investigasi saat ini adalah untuk menentukan apakah pasien dengan
gangguan kepribadian borderline (GKB) yang memiliki anggota keluarga derajat
pertama dengan gangguan bipolar berbeda dari pasien GKB yang tidak memiliki
anggota keluarga derajat pertama dengan gangguan bipolar. Jika demikian, ini dapat
memberi kesan gangguan bipolar occult (tersembunyi) pada pasien dengan riwayat
keluarga positif.
Kurangnya pengenalan dan diagnosis gangguan bipolar merupakan suatu
masalah klinis yang signifikan [1-4]. Bagi pasien-pasien yang telah didiagnosis
memiliki gangguan bipolar, jeda antara awal pencarian pengobatan dan penegakan
diagnosis yang benar seringkali memakan waktu lebih dari 10 tahun [5]. Implikasi
klinis yang potensial akibat kurangnya diagnosis gangguan bipolar pada pasienpasien depresi termasuk kurangnya preskripsi obat-obat penstabil mood, peningkatan
risiko rapid cycling (episode perubahan ekstrim mood yang sering/4x), dan
peningkatan biaya perawatan [2,6,7]. Para ahli telah bersuara mengenai peningkatan
dengan
gangguan
dan
Klerman
[15]
gangguan bipolar yang positif dalam keluarga sebagai salah satu kriteria gangguan
spektrum bipolar.
Para peneliti telah menggunakan riwayat gangguan bipolar dalam keluarga
untuk memvalidasi konsep spektrum bipolar [4,17,18]. Meskipun studi keluarga
tentang gangguan kepribadian borderline belum menemukan peningkatan kejadian
gangguan kepribadian bipolar pada anggota keluarga derajat pertama [19-23], hal ini
tidak menghilangkan nilai penggunaan riwayat keluarga dengan gangguan bipolar
pada pasien-pasien dengan gangguan kepribadian borderline untuk mengidentifikasi
individu yang termasuk dalam spektrum bipolar. Karena itu, pada laporan saat ini dari
proyek Metode Pulau Rhode untuk Meningkatkan Penilaian dan Pelayanan
Diagnostik
Sampel yang diperiksa pada laporan ini diambil dari 3600 pasien rawat jalan
psikiatri yang dievaluasi dengan wawancara diagnostik semistruktural. Pasien
diwawancarai oleh penilai diagnostik (diagnostic rater) yang menggunakan versi
modifikasi dari Structured Clinical Interview (Wawancara Klinis Terstruktur) DSMIV (SCID) [25] dilengkapi soal-soal dari Schedule for Affective Disorders and
Schizophrenia (Jadwal untuk Gangguan Afektif dan Skizofrenia) (SADS) [26] dan
seksi GKB dari Structured Interview for DSM-IV Personality (Wawancara Terstruktur
untuk Kepribadian DSM-IV) (SIDP-IV) [27]. Selama pelaksanaan proyek MIDAS
deret penilaian beberapa kali dimodifikasi. Penilaian semua gangguan kepribadian
DSM-IV tidak diperkenalkan sempai studi telah berjalan sesuai rencana dan detil
prosedur wawancara penelitian praktik klinis kita telah terbentuk dengan baik, meski
kami telah memperkenalkan penilaian GKB di dekat permulaan studi. Pada Juni
2008, kami menghentikan penggunaan SIDP-IV utuh dan melanjutkan dengan hanya
menggunakan modul GKB. Penilaian gangguan kepribadian selalu mengikuti
evaluasi gangguan Aksis I. Pada beberapa contoh, dikarenakan kurangnya waktu,
wawancara gangguan kepribadian tidak selesai; Dari 3465 pasien yang dinilai untuk
GKB, 375 (10,4%) memenuhi kriteria GKB DSM-IV. Kami mengeksklusi 58 pasien
yang didiagnosis dengan GKB dan gangguan bipolar karena kami tertarik mengenai
apakah GKB tanpa disertai adanya gangguan bipolar perlu dipertimbangkan sebagai
bagian dari spektrum bipolar. Akhirnya tinggal sampel final sejumlah 317 pasien
dengan GKB tanpa gangguan bipolar yang diikutkan dalam analisis. 317 pasien
tersebut terdiri dari 89 (28,1%) laki-laki dan 228 (71,9%) perempuan dengan usia
yang berkisar dari 18 sampai 68 tahun (rata-rata=32,1, SD=10,4). Kurang lebih
separuh subjek studi lajang dan belum menikah (46,7%, n=148); sisanya telah
menikah (23%, n=73), bercerai (13,9%, n=44), berpisah (4,4%, n=14), menjanda
(0,6%, n=2), atau tinggal bersama selayaknya pasangan dalam hubungan pernikahan
(11,4%, n=36). Kurang lebih tiga perempat pasien tamat SMA (73,2%, n=232),
namun hanya sekelompok minoritas yang tamat kuliah dalam 4 tahun (16,7%, n=53).
Komposisi ras sampel terdiri dari 86,4% (n=274) kulit putih, 6,9% (n=22) kulit hitam,
3,8% (n=12) Hispanik, 1,3% (n=4) Asia, dan 1,6% (n=5) dari ras lain atau kombinasi
ras di atas.
Setelah wawancara SCID pasien melengkapi kuesioner yang termasuk dalam
Chilhood Trauma Questionnaire [28]. Kami membandingkan kelompok berdasarkan
5 subskala Chilhood Trauma Questionnaire-penyalahgunaan/pelecehan emosional,
fisik, seksual, pengabaian fisik dan emosional.
Dari SADS kami memeriksa pokok-pokok yang menilai kecemasan fisik dan
somatik, kemarahan dan kepekaan, dan somatisasi. Nilai SADS merujuk kepada
keparahan gejala selama minggu terakhir. Wawancara ini juga mengikutkan pokok
bahasan SADS tentang tingkat fungsi sosial terbaik dalam 5 tahun terakhir, fungsi
sosial selama masa remaja, dan lama bekerja selama 5 tahun terakhir. The Clinical
Global Index of Depression Severity (Indeks Global Klinis Keparahan Depresi) [29]
dan Global Assessment Functioning/GAF (Fungsi Penilaian Global) dinilai pada tiap
pasien. Wawancara SCID/SADA termasuk penilaian angka rawat inap atas indikasi
psikiatrik dan upaya bunuh diri selama hidup.
Diagnosis riwayat keluarga didasarkan kepada informasi yang diberikan pasien.
Wawancara mengikuti panduan dari Family History Research Diagnostic Criteria
(FH-RDC) (Kriteria Diagnostik Penelitian Riwayat Keluarga) [30] dan memberikan
penilaian terhadap keberadaan atau tidak adanya masalah dengan kecemasan, mood,
penggunaan zat-zat tertentu, dan gangguan lainnya pada semua anggota keluarga
derajat pertama.
Penilai diagnostik benar-benar dilatih dan dimonitor sepanjang proyek untuk
meminimalisir penyimpangan. Penilai diagnostik yaitu psikolog bertarap Ph.D dan
asisten penelitian dengan latar belakang kuliah di bidang ilmu pengetahuan sosial
atau biologi. Asisten penelitian menerima pelatihan selama 3 sampai 4 bulan dimana
selama itu mereka menyaksikan minimal 20 wawancara. Dan mereka diobservasi dan
disupervisi dalam melakukan wawancara sebanyak lebih dari 20 kali evaluasi.
obat-obatan
(=0,64,
n=6),
dan
gangguan
2.1.
Analisis statistik
Kami membandingkan karakteristik demografis dan klinis pasien-pasien
dengan GKB DSM-IV yang memiliki dan tidak memiliki riwayat gangguan bipolar
dalam keluarga. T-test digunakan untuk membandingkan kedua grup dari variabelvariabel distribusi yang berkesinambungan. Variabel-variabel kategorik dibandingkan
menggunakan uji statistik chi-square, atau dengan Fishers exact test jika nilai
ekspektasi pada sel dalam tabel 2x2 ada yang kurang dari 5.
3. Hasil
Sedikit lebih rendah dari 10% dari 317 (9,5%, n=30) pasien dengan GKB
melaporkan adanya riwayat gangguan bipolar pada anggota keluarga derajat pertama.
Sementara mayoritas pasien berjenis kelamin perempuan, pasien dengan riwayat
gangguan bipolar dalam keluarga lebih banyak yang perempuan (Tabel 1). Tidak
terdapat perbedaaan pada status pernikahan, tingkat pendidikan, atau usia.
Tingginya tingkat komorbiditas diagnostik mengkarakteristikkan kedua grup.
Kurang lebih sekitar dua per tiga pasien dalam kedua grup memiliki 3 atau lebih
gangguan Aksis I. tidak terdapat perbedaan antara kedua grup pada gangguan Aksis I
atau II secara khusus (Tabel 2).
Kami membandingkan frekuensi tiap patokan GKB pada kedua grup (Tabel
3). Tidak ada perbedaan tingkat kriteria yang muhngkin paling berhubungan dengan
gangguan bipolarketidakseimbangan afektif, impulsifitas, perilaku bunuh diri.
Trauma
Questionnaire.
Tabel 1
Karakteristik demografis pasien psikiatrik rawat jalan dengan gangguan kepribadian
borderline dengan dan tanpa riwayat keluarga dengan gangguan bipolar.
Gangguan
Riwayat
dengan
keluarga Riwayat
keluarga
bipolar ( n=30)
N
%
Laki-laki
10,0
86
30,0
Perempuan
Pendidikan
20
90,0
201
70,0
13,3
28
9,8
Tamat SMA
18
60,0
214
74,6
Tamat kuliah
Satus pernikahan
26,7
45
15,7
30,0
64
22,3
Jenis Kelamin
Menikah
5,36
,02
3,09
,21
9,19
,10
Tinggal
bersama 5
16,7
31
10,8
seseorang
Menjanda
3,3
0,3
Berpisah
3,3
13
4,5
Bercerai
20,0
38
13,2
8
Rerata
26,7
SD
140
Rerata
48,8
SD
35,8
13,5
31,8
10,0
1,59
,12
Usia
4. Diskusi
Riwayat keluarga dengan gangguan bipolar telah dipertimbangkan sebagai
indikator gangguan spektrum bipolar pada pasien yang tidak melaporkan adanya
riwayat episode manik atau hipomanik [15,16]. Beberapa ahli menganggap GKB
sebagai bagian dari spektrum bipolar, meski tinjauan atas kaitan GKB-bipolar telah
mencapai kesimpulan yang kontras berbeda [10-13]. Pada studi ini kami memeriksa
apakah riwayat keluarga dengan gangguan bipolar pada pasien GKB berhubungan
dengan indikator lain gangguan spektrum bipolar. Kami menemukan beberapa
perbedaan antara pasien-pasien GKB dengan dan tanpa riwayat gangguan bipolar
pada keluarga.
Jika riwayat gangguan bipolar positif pada keluarga adalah penanda gangguan
spektrum bipolar, kami mungkin berekspektasi bahwa indikator-indikator gangguan
bipolar lainnya dapat mengkarakterisasi kelompok ini. Akan tetapi, kami tidak
menemukan perbedaan pada kriteria GKB yang mungkin lebih mirip dengan
gangguan bipolar seperti ketidakseimbangan afektif dan impulsifitas. Kami tidak
menemukan perbedaan pada tingkat kecemasan, penggunaan zat tertentu, atau
gangguan pengendalian impuls yang telah ditemukan meningkat pada pasien dengan
gangguan bipolar [31]. Kami tidak menemukan perbedaan pada ide bunuh diri atau
riwayat upaya bunuh diri. Dan kami tidak menemukan tingkat trauma masa kanak-
kanak atau gangguan stress pasca trauma yang lebih tinggi pada pasien dengan
riwayat keluarga dengan gangguan bipolar positif. Satu-satunya perbedaan yang kami
temukan yang mendukung hipotesis spektrum bipolar ialah lebih tingginya
peningkatan nafsu makan pada pasien dengan riwayat keluarga positif. Peneliti lain
telah menemukan bahwa gejala vegetative yang berbalik lebih sering terjadi pada
pasien dengan gangguan bipolar [32-34]. Secara umum, hasil yang kami peroleh
mengesankan bahwa riwayat keluarga dengan gangguan bipolar yang positif pada
pasien-pasien dengan GKB perlu dianggap sebagai bukti bahwa pasien menderita
gangguan bipolar occult (tersembunyi). Sementara studi ini tidak menganalisis
pengobatan, implikasinya adalah bahwa keberadaaan riwayat gangguan bipolar dalam
keluarga pasien dengan ganggguan kepribadian borderline tidaklah cukup untuk
menjamin pemberian pengobatan dengan obat-obat penstabil mood.
Keterbatasan studi ini perlu dipikirkan. Besar sampel pasien dengan riwayat
gangguan bipolar pada keluarga yang positif relatif kecil, dengan demikian penemuan
yang paling negatif mungkin terjadi akibat kurangnya kekuatan statistik untuk
mendeteksi perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Namun demikian,
tidak terdapat bukti yang menunjukkan bahwa adanya tren yang tak signifikan yang
mendukung validitas riwayat keluarga yang positif sebagai penanda gangguan
spektrum bipolar.
Saat kami memeriksa sejumlah indikator gangguan spektrum bipolar seperti
tingkat kecemasan dan gangguan penggunaan zat-zat tertentu dan gambaran
vegetative berbalik dari depresi, kami memiliki keterbatasan dalam investigasi hanya
pada fenomena yang dapat diobservasi. Kami tidak memeriksa validator penting
lainnya seperti perjalanan penyakit longitudinal atau respons terapi. Mungkin bahwa
pasien dengan riwayat keluarga dengan gangguan bipolar memiliki respons superior
terhadap pengobatan dengan obat penstabil mood atau lebih cenderung untuk
membentuk episode manic atau hipomanik selama follow-up longitudinal. Selain itu
juga, kami tidak bisa membandingkan kedua grup dalam hal biomarker (penanda
biologis) untuk gangguan bipolar karena saat ini masih belum ada.
Riwayat keluarga dengan gangguan bipolar dipastikan dengan menggunakan
metode penilaian riwayat keluarga. Kami tidak secara langsung mewawancarai
anggota keluarga derajat pertama pasien. Dibandingkan dengan wawancara langsung
terhadap anggota keluarga, metode riwayat keluarga memiliki sensitifitas rendah dan
spesifisitas tinggi [35,36]. Sementara metode riwayat keluarga tidak sevalid
wawancara langsung terhadap anggota keluarga, laporan lain dari kelompok kami
telah menunjukkan bahwa metode pemastian informasi seperti ini berguna sebagai
validator diagnostik [37,38]. Terlebih lagi, klinisi biasanya menggunakan pendekatan
riwayat keluarga untuk memancing informasi tetnang riwayat psikopatologi pada
keluarga, karena itu hasil ini lebih relevan untuk praktik klinis pada umumnya.
Akhirnya, studi ini diselenggarakan pada satu lokasi dimana mayoritas pasien
berkulit putih, tamatan sekolah menengah atas, dan memiliki asuranasi kesehatan.
Bagaimanapun, tidak jelas mengapa riwayat keluarga dengan gangguan bipolar
menjadi indikator spektrum bipolar yang kurang valid dalam sampel kami
dibandingkan dengan sampel dengan karakteristik demografis yang berbeda.
Tabel 2
Frekuensi gangguan Aksis I dan Aksis II DSM-IV pada pasien psikiatrik rawat jalan
dengan gangguan kepribadian borderline dengan dan tanpa riwayat keluarga dengan
gangguan bipolar.
Gangguan
Riwayat
Riwayat
keluarga
keluarga
dengan
negatif
gangguan
(n=287)
bipolar ( n=30)
N
%
19
63,3
187
65,2
,04
,84
Gangguan distimik
10,0
37
12,9
,21
1,00
20
66,7
198
69,0
,07
,79
11
36,7
75
26,1
1,53
,22
Fobia spesifik
11
36,7
65
22,6
2,93
,09
Fobia sosial
14
46,7
137
47,7
,01
,91
26,7
75
26,1
,00
,95
16,7
34
11,8
,59
,39
10
33,3
89
31,0
,07
,79
27
90,0
241
84,0
,76
,60
13,3
55
19,2
,61
,44
3,3
39
13,6
2,59
,11
5
5
6
1
16,7
16,4
20,0
3,3
77
41
43
7
26,8
14,3
15,0
2,4
1,46
,12
,52
,09
,23
,78
,43
,55
63,3
191
66,6
,13
,72
Gangguan mood
Penyalahgunaan/ketergantunga
n alkohol
Penyalahgunaan/ketergantunga
n obat
Penyalahgunaan zat lain
Gangguan makan
Gangguan somatoform
Gangguan pengendalian impuls
11,1
26
16,8
,38
,74
Skizoid
0,0
1,3
,24
1,00
Skizotipal
0,0
1,9
,36
1,00
Antisosial
0,0
12
7,7
1,50
,62
Histrionic
0,0
3,2
,60
1,00
Narsistik
0,0
5,8
1,10
,60
Menghindar
22,2
38
24,5
,05
1,00
Bergantung
11,1
14
9,0
,08
,68
Obesif-kompulsif
16,7
15
9,7
,85
,36
44,4
82
52,9
,46
,50
gangguan 3
16,7
29
18,7
,05
1,00
Dua
atau
lebih
kepribadian
penilaian semua gangguan kepribadian DSM-IV diselenggarakan pada 18 pasien
dengan riwayat keluarga positif dan 155 dengan riwayat keluarga negatif
Tabel 3
Kriteria gangguan kepribadian borderline pasien psikiatrik rawat jalan dengan
gangguan kepribadian borderline dengan dan tanpa riwayat keluarga dengan
gangguan bipolar.
Kriteria
Riwayat
dengan
Takut ditinggalkan
Instabilitas
keluarga Riwayat
keluarga
bipolar ( n=30)
N
%
11
36,7
25
83,3
N
95
220
%
33,1
76,7
,16
,69
,69
,41
interpersonal
Gangguan identitas
20
Perilaku impulsif
16
Perilaku
bunuh 17
66,7
53,3
56,7
208
189
154
72,5
65,9
53,7
,45
1,86
,10
,50
,17
,75
diri/melukai diri
Instabilitas afektif
Kekosongan kronis
Marah berlebihan
93,3
76,7
66,7
267
220
245
93,0
76,7
85,4
,00
,00
6,93
1,00
1,00
,02
28
23
20
Disosiasi transien
15
50,0
146
50,9
,01
,93
Fishers exact test of significance dilaporkan jika sel memilih nilai ekspektasi kurang
dari 5. Semua tes signifikan berupa t-tailed.
Tabel 4
Frekuensi gejala depresi pada pasien psikiatri rawat jalan dengan gangguan
kepribadian borderline dengan atau tanpa riwayat keluarga dengan gangguan bipolar.
Gejala
Riwayat
dengan
keluarga Riwayat
bipolar ( n=30)
N
%
Mood depresi
24
80,0
Kehilangan minat atau 21
70,0
rasa senang
Gangguan
keluarga
N
202
174
%
70,4
60,6
1,23
1,01
,27
,32
nafsu
makan/berat badan
Penurunan
nafsu 9
30,0
105
36,6
,51
,48
nafsu 10
33,3
52
18,1
4,0
,05
berat 9
30,0
55
19,2
1,98
,16
berat 6
20,0
42
14,6
,61
,43
makan
Peningkatan
makan
Penurunan
badan
Peningkatan
badan
Gangguan tidur
Insomnia
16
53,3
167
58,2
,26
,61
Hipersomnia
23,3
50
17,4
,64
,45
Perubahan psikomotor
Agitasi psikomotor
13
43,3
83
26,2
2,67
,10
Retardasi
23,3
54
18,8
,36
,55
26
86,7
192
66,9
4,94
,03
tak 21
70,0
174
60,6
1,01
,32
19
63,3
155
54,0
,95
,33
19
63,3
192
66,9
,16
,69
11
36,7
128
44,6
,69
,41
13
43,3
159
55,4
1,59
,21
16,7
91
31,7
2,91
,09
psikomotor
Lelah
Perasaan
berharga/rasa
tak
salah
berlebih
Perasaan
berharga
Rasa salah berlebih
Konsentrasi/indesisi
Berkurangnya
konsentrasi
Indesisif
Mati/pikiran bunuh diri
Pikiran mati