You are on page 1of 16

Perbedaan Antara Pasien dengan Gangguan Kepribadian Borderline yang

Memiliki dan Tidak Memiliki Riwayat Gangguan Bipolar Dalam Keluarga


Mark Zimmerman*, Jennifer Martinez, Diane Young, Iwona Chelminski, Kristy
Dalrymple
Departemen Psikiatri dan Prilaku Manusia, Sekolah Kedokteran Brown, Providence,
RI, AS

Abstrak
Terkadang terdapat kebingungan diagnostik antara gangguan bipolar dan
gangguan kepribadian borderline (GKB). Untuk meningkatkan pengenalan terhadap
gangguan bipolar para peneliti telah mengidentifikasi faktor-faktor nondiagnostik
yang mengarah kepada gangguan bipolar. Salah satunya adalah adanya riwayat
keluarga yang memiliki gangguan bipolar. Pada laporan terbaru dari proyek Metode
Pulau Rhode untuk Meningkatkan Penilaian dan Pelayanan Diagnostik

(Rhode

Island Methods to Improve Diagnostic Assessment and Services/MIDAS), kami


membandingkan karakteristik demografis, klinis, dan psikososial pasien dengan GKB
yang memiliki dan yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan gangguan bipolar.
Sejumlah besar sampel pasien psikiatri rawat jalan diwawancarai dengan teknik
wawancara terstruktur sebagian (semi-structured). Sebanyak tiga ratus tujuh belas
pasien dengan gangguan bipolar didiagnosis dengan gangguan kepribadian borderline
DSM-IV. Sedikit lebih rendah dari 10% dari 317 pasien tersebut (9,5%, n=30)
melaporkan adanya riwayat gangguan bipolar pada anggota keluarga derajat pertama.
Tidak terdapat perbedaan antara kedua grup mengenai gangguan tertentu di Aksis I
ataupun Aksis II. Pasien yang memiliki riwayat keluarga positif secara signifikan
lebih sedikit melaporkan adanya kemarahan berlebih atau tidak pada tempatnya,
namun tidak terdapat perbedaan frekuensi pada kriteria GKB yang lain misalnya

ketidakseimbangan afektif, impulsif, atau perilaku bunuh diri. Pasien dengan riwayat
keluarga positif melaporkan peningkatan nafsu makan dan kelelahan yang secara
signifikan lebih tinggi. Tidak ada perbedaan pada tingkat keparahan depresi secara
umum, skor Global Assesment Functioning (GAF), riwayat rawat inap atas indikasi
psikiatri, upaya bunuh diri, masa pengangguran karena alasan psikiatrik selama 5
tahun sebelum evaluasi, dan tingkat fungsi sosial di masa remaja dan saat ini. Tidak
terdapat perbedaan pada setiap 5 subskala kuesioner trauma masa kanak-kanak
(childhood trauma questionnaire). Secara keseluruhan, kami menemukan beberapa
perbedaan antara pasien GKB dengan dan tanpa riwayat gangguan bipolar dalam
keluarga yang dengan demikian memberi kesan bahwa riwayat keluarga yang positif
bukan merupakan penanda yang berguna untuk gangguan bipolar tersembunyi
(occult) pada pasien-pasien ini.

1. Pendahuluan
Tujuan investigasi saat ini adalah untuk menentukan apakah pasien dengan
gangguan kepribadian borderline (GKB) yang memiliki anggota keluarga derajat
pertama dengan gangguan bipolar berbeda dari pasien GKB yang tidak memiliki
anggota keluarga derajat pertama dengan gangguan bipolar. Jika demikian, ini dapat
memberi kesan gangguan bipolar occult (tersembunyi) pada pasien dengan riwayat
keluarga positif.
Kurangnya pengenalan dan diagnosis gangguan bipolar merupakan suatu
masalah klinis yang signifikan [1-4]. Bagi pasien-pasien yang telah didiagnosis
memiliki gangguan bipolar, jeda antara awal pencarian pengobatan dan penegakan
diagnosis yang benar seringkali memakan waktu lebih dari 10 tahun [5]. Implikasi
klinis yang potensial akibat kurangnya diagnosis gangguan bipolar pada pasienpasien depresi termasuk kurangnya preskripsi obat-obat penstabil mood, peningkatan
risiko rapid cycling (episode perubahan ekstrim mood yang sering/4x), dan
peningkatan biaya perawatan [2,6,7]. Para ahli telah bersuara mengenai peningkatan

pengenalan gangguan bipolar dikarenakan konsekuensi kesehatan para penderita dan


masyarakat [1,3].
Hubungan antara kelainan bipolar dan GKB telah menjadi kontroversi.
Frekuensi kejadian diagnostik yang bersamaan dan kemiripan beberapa ciri
fenomenologis yang relatif tinggi telah mengarahkan beberapa pengarang untuk
mengusulkan bahwa GKB adalah bagian dari spektrum bipolar [8,9]. Faktanya, pada
studi internasional berskala besar baru-baru ini, komorbiditas GKB dipertimbangkan
sebagai salah satu variabel yang memvalidasi perbedaan antara gangguan bipolar dan
nonbipolar [4]. Beberapa artikel tinjauan telah merangkum bukti-bukti yang
mendukung dan yang menentang hipotesis bahwa GKB termasuk dalam spektrum
bipolar [10-13].
Kebingungan diagnostik kadang terdapat di antara kedua gangguan tersebut
[11,12,14]. Mengingat kemiripan beberapa karakterisitk klinis gangguan bipolar dan
GKB, tidak mengejutkan bahwa kedua gangguan ini sering terjadi bersamaan. Paris
dkk., [11] secara komprehensif meninjau studi-studi yang melaporkan tingkat
komorbiditas gangguan bipolar dan GKB. Pada 12 studi tentang frekuensi gangguan
bipolar pada pasien-pasien GKB, mereka menemukan bahwa sekitar 10% pasien
dengan GKB didiagnosis dengan gangguan bipolar I dan sekitar 10% didiagnosis
dengan gangguan bipolar II. Pada 16 studi tentang kejadian berbarengan GKB pada
pasien dengan gangguan bipolar, sekitar 10% pasien dengan gangguan bipolar I dan
16% dengan gangguan bipolar II didiagnosis menderita GKB.
Untuk meningkatkan pengenalan gangguan bipolar, para peneliti telah
mengidentifikasi faktor-faktor nondiagnostik yang mengarah kepada gangguan
bipolar. Salah satunya adalah adanya riwayat keluarga yang memiliki gangguan
bipolar. Oleh sebab itu, para klinisi terdorong untuk mempertimbangkan bahwa
pasien menderita gangguan bipolar occult (tersembunyi) jika terdapat riwayat
keluarga

dengan

gangguan

bipolar. Faktanya, Young

dan

Klerman

[15]

mempertimbangkan individu dengan riwayat keluarga positif memiliki varian


gangguan tersendiri (bipolar tipe 5), dan Ghaemi dkk. [16] menjadikan riwayat

gangguan bipolar yang positif dalam keluarga sebagai salah satu kriteria gangguan
spektrum bipolar.
Para peneliti telah menggunakan riwayat gangguan bipolar dalam keluarga
untuk memvalidasi konsep spektrum bipolar [4,17,18]. Meskipun studi keluarga
tentang gangguan kepribadian borderline belum menemukan peningkatan kejadian
gangguan kepribadian bipolar pada anggota keluarga derajat pertama [19-23], hal ini
tidak menghilangkan nilai penggunaan riwayat keluarga dengan gangguan bipolar
pada pasien-pasien dengan gangguan kepribadian borderline untuk mengidentifikasi
individu yang termasuk dalam spektrum bipolar. Karena itu, pada laporan saat ini dari
proyek Metode Pulau Rhode untuk Meningkatkan Penilaian dan Pelayanan
Diagnostik

(Rhode Island Methods to Improve Diagnostic Assessment and

Services/MIDAS), kami membandingkan karakteristik demografis, klinis, dan


psikososial pasien dengan gangguan kepribadian borderline yang memiliki dan yang
tidak memiliki riwayat keluarga dengan gangguan bipolar.
2. Metode
Proyek MIDAS pulau Rhode mewakili integrasi metodologi penelitian ke
dalam praktik rawat jalan berbasis komunitas digabungkan dengan sebuah pusat
kedokteran akademis [24]. Evaluasi diagnostik komprehensif dilakukan untuk
kepentingan tatalaksana. Kelompok praktik swasta ini umumnya merawat individu
yang mempunyai asuransi medis (termasuk Medicare, bukan Medicaid) dengan
sistem fee-for-service, dan berbeda dari klinik pelatihan rawat jalan residen yang
umumnya melayani pasien dengan penghasilan lebih rendah, tidak berasuransi.
Sebanyak 1800 data pasien yang diikutkan dalam studi dicatat dari sumber rujukan.
Pasien paling sering dirujuk dari dokter layanan primer (29,6%), psikoterapis
(16,6%), dan anggota keluarga atau teman (18,4%). Komite peninjau institusional
Rumah Sakit Pulau Rhode telah menerima protokol penelitian, dan semua pasien
diberikan persetujuan lisan, tertulis.

Sampel yang diperiksa pada laporan ini diambil dari 3600 pasien rawat jalan
psikiatri yang dievaluasi dengan wawancara diagnostik semistruktural. Pasien
diwawancarai oleh penilai diagnostik (diagnostic rater) yang menggunakan versi
modifikasi dari Structured Clinical Interview (Wawancara Klinis Terstruktur) DSMIV (SCID) [25] dilengkapi soal-soal dari Schedule for Affective Disorders and
Schizophrenia (Jadwal untuk Gangguan Afektif dan Skizofrenia) (SADS) [26] dan
seksi GKB dari Structured Interview for DSM-IV Personality (Wawancara Terstruktur
untuk Kepribadian DSM-IV) (SIDP-IV) [27]. Selama pelaksanaan proyek MIDAS
deret penilaian beberapa kali dimodifikasi. Penilaian semua gangguan kepribadian
DSM-IV tidak diperkenalkan sempai studi telah berjalan sesuai rencana dan detil
prosedur wawancara penelitian praktik klinis kita telah terbentuk dengan baik, meski
kami telah memperkenalkan penilaian GKB di dekat permulaan studi. Pada Juni
2008, kami menghentikan penggunaan SIDP-IV utuh dan melanjutkan dengan hanya
menggunakan modul GKB. Penilaian gangguan kepribadian selalu mengikuti
evaluasi gangguan Aksis I. Pada beberapa contoh, dikarenakan kurangnya waktu,
wawancara gangguan kepribadian tidak selesai; Dari 3465 pasien yang dinilai untuk
GKB, 375 (10,4%) memenuhi kriteria GKB DSM-IV. Kami mengeksklusi 58 pasien
yang didiagnosis dengan GKB dan gangguan bipolar karena kami tertarik mengenai
apakah GKB tanpa disertai adanya gangguan bipolar perlu dipertimbangkan sebagai
bagian dari spektrum bipolar. Akhirnya tinggal sampel final sejumlah 317 pasien
dengan GKB tanpa gangguan bipolar yang diikutkan dalam analisis. 317 pasien
tersebut terdiri dari 89 (28,1%) laki-laki dan 228 (71,9%) perempuan dengan usia
yang berkisar dari 18 sampai 68 tahun (rata-rata=32,1, SD=10,4). Kurang lebih
separuh subjek studi lajang dan belum menikah (46,7%, n=148); sisanya telah
menikah (23%, n=73), bercerai (13,9%, n=44), berpisah (4,4%, n=14), menjanda
(0,6%, n=2), atau tinggal bersama selayaknya pasangan dalam hubungan pernikahan
(11,4%, n=36). Kurang lebih tiga perempat pasien tamat SMA (73,2%, n=232),
namun hanya sekelompok minoritas yang tamat kuliah dalam 4 tahun (16,7%, n=53).
Komposisi ras sampel terdiri dari 86,4% (n=274) kulit putih, 6,9% (n=22) kulit hitam,

3,8% (n=12) Hispanik, 1,3% (n=4) Asia, dan 1,6% (n=5) dari ras lain atau kombinasi
ras di atas.
Setelah wawancara SCID pasien melengkapi kuesioner yang termasuk dalam
Chilhood Trauma Questionnaire [28]. Kami membandingkan kelompok berdasarkan
5 subskala Chilhood Trauma Questionnaire-penyalahgunaan/pelecehan emosional,
fisik, seksual, pengabaian fisik dan emosional.
Dari SADS kami memeriksa pokok-pokok yang menilai kecemasan fisik dan
somatik, kemarahan dan kepekaan, dan somatisasi. Nilai SADS merujuk kepada
keparahan gejala selama minggu terakhir. Wawancara ini juga mengikutkan pokok
bahasan SADS tentang tingkat fungsi sosial terbaik dalam 5 tahun terakhir, fungsi
sosial selama masa remaja, dan lama bekerja selama 5 tahun terakhir. The Clinical
Global Index of Depression Severity (Indeks Global Klinis Keparahan Depresi) [29]
dan Global Assessment Functioning/GAF (Fungsi Penilaian Global) dinilai pada tiap
pasien. Wawancara SCID/SADA termasuk penilaian angka rawat inap atas indikasi
psikiatrik dan upaya bunuh diri selama hidup.
Diagnosis riwayat keluarga didasarkan kepada informasi yang diberikan pasien.
Wawancara mengikuti panduan dari Family History Research Diagnostic Criteria
(FH-RDC) (Kriteria Diagnostik Penelitian Riwayat Keluarga) [30] dan memberikan
penilaian terhadap keberadaan atau tidak adanya masalah dengan kecemasan, mood,
penggunaan zat-zat tertentu, dan gangguan lainnya pada semua anggota keluarga
derajat pertama.
Penilai diagnostik benar-benar dilatih dan dimonitor sepanjang proyek untuk
meminimalisir penyimpangan. Penilai diagnostik yaitu psikolog bertarap Ph.D dan
asisten penelitian dengan latar belakang kuliah di bidang ilmu pengetahuan sosial
atau biologi. Asisten penelitian menerima pelatihan selama 3 sampai 4 bulan dimana
selama itu mereka menyaksikan minimal 20 wawancara. Dan mereka diobservasi dan
disupervisi dalam melakukan wawancara sebanyak lebih dari 20 kali evaluasi.

Psikolog hanya mengobservasi 5 wawancara, dan diobservasi serta disupervisi dalam


melakukan wawancara sebanyak 15 sampai 20 kali evaluasi. Selama pelatihan penulis
senior bertemu dengan setiap penilai diagnostik untuk meninjau interpretasi setiap
pokok dalam SCID. Selain itu juga dalam pelatihan setiap wawancara ditinjau secara
pokok per pokok oleh penilai diagnostik senior yang mengobservasi evaluasi tersebut,
dan oleh penulis senior yang meninnkau kasus dengan pewawancara. Pada akhir
masa latihan penilai diagnostik diharuskan mendapatkan persetujuan penuh, atau
hampir penuh, dari diagnostisi senior pada lima evaluasi berturut-turut. Sepanjang
proyek MIDAS, supervisi berkelanjutan terhadap penilai diagnostik terdiri dari
konferensi kasus diagnostik mingguan yang melibatkan semua anggota tim. Sebagai
tambahan, setiap kasus ditinjau oleh penulis senior.
Reliabilitas diperiksa pada 65 pasien. Model wawancara gabungan digunakan
dimana satu penilai diagnostik mengobservasi wawancara lain, dan masing-masing
penilai diagnostik membuat nilai (rating) tersendiri. Untuk gangguan yang
didiagnosis pada minimal dua pasien oleh minimal satu dari kedua penilai diagnostik,
koefisien kappanya: gangguan depresi mayor (=0,90, n=23), gangguan distimik
(=0,88, n=5), gangguan bipolar (=0,75, n=8), gangguan panic (=0,95, n=12), fobia
sosial (=0,84, n=19), gangguan obsesif kompulsif (=1,0, n=6), fobia spesifik
(=0,93, n=9), gangguan cemas menyeluruh (=0,85, n=14), gangguan stress
posttrauma (=0,87, n=10), penyalahgunaan/ketergantungan alkohol (=0,64, n=8),
penyalahgunaan/ketergantungan

obat-obatan

(=0,64,

n=6),

dan

gangguan

somatoform apapun (=1,0, n=5). Reliabilitas untuk mendiagnosis GKB (==1,0)


baik sekali. Reliabilitas GK (=0,90), GK kluster A (=0,79), B (=0,79), C (=0,93)
adalah baik sampai baik sekali. Terlau sedikit pasien yang didiagnosis dengan GK
lainnya untuk menghitung koefisien kappa. Namun demikian, koefisien korelasi
antarkelas (intraclass correlation coefficients/ICC) skor dimensional angka patokan
tinggi (paranoid, ICC=0,92; skizoid, ICC-0,95; skizotipal, ICC=0,82; antisosial,

ICC=0,95; borderline, ICC=0,95; histrionik, ICC=0,91; narsisistik, ICC=0,91;


menghindar, ICC=0,96; bergantung, ICC=0,97; obsesif kompulsif, ICC=0,90).

2.1.

Analisis statistik
Kami membandingkan karakteristik demografis dan klinis pasien-pasien

dengan GKB DSM-IV yang memiliki dan tidak memiliki riwayat gangguan bipolar
dalam keluarga. T-test digunakan untuk membandingkan kedua grup dari variabelvariabel distribusi yang berkesinambungan. Variabel-variabel kategorik dibandingkan
menggunakan uji statistik chi-square, atau dengan Fishers exact test jika nilai
ekspektasi pada sel dalam tabel 2x2 ada yang kurang dari 5.

3. Hasil
Sedikit lebih rendah dari 10% dari 317 (9,5%, n=30) pasien dengan GKB
melaporkan adanya riwayat gangguan bipolar pada anggota keluarga derajat pertama.
Sementara mayoritas pasien berjenis kelamin perempuan, pasien dengan riwayat
gangguan bipolar dalam keluarga lebih banyak yang perempuan (Tabel 1). Tidak
terdapat perbedaaan pada status pernikahan, tingkat pendidikan, atau usia.
Tingginya tingkat komorbiditas diagnostik mengkarakteristikkan kedua grup.
Kurang lebih sekitar dua per tiga pasien dalam kedua grup memiliki 3 atau lebih
gangguan Aksis I. tidak terdapat perbedaan antara kedua grup pada gangguan Aksis I
atau II secara khusus (Tabel 2).
Kami membandingkan frekuensi tiap patokan GKB pada kedua grup (Tabel
3). Tidak ada perbedaan tingkat kriteria yang muhngkin paling berhubungan dengan
gangguan bipolarketidakseimbangan afektif, impulsifitas, perilaku bunuh diri.

Pasien-pasien dengan riwayat keluarga positif secara signifikan lebih sedikit


melaporkan adanya kemarahan yang berlebihan atau tidak pada tempatnya.
Pasien-pasien dengan riwayat keluarga positif secara signifikan lebih banyak
melaporkan peningkatan nafsu makan dan kelelahan. Tidak ada perbedaan pada
tingkat keparahan depresi secara umum pada CGI-S (3,01,0 vs. 2,81,0, t=0,95,
n.s.). Selain itu juga tidak terdapat perbedaan skor Global Assesment Functioning
(GAF) di antara kedua grup di saat evaluasi 946,89,1 vs. 46,69,1, t=0,10, n.s.),
dan riwayat rawat inap atas indikasi psikiatri, upaya bunuh diri, masa pengangguran
karena alasan psikiatrik selama 5 tahun sebelum evaluasi, dan tingkat fungsi sosial
saat ini dan di masa remaja pada SADS. Tidak ada perbedaan pada kelima subskala
Childhood

Trauma

Questionnaire.

Tabel 1
Karakteristik demografis pasien psikiatrik rawat jalan dengan gangguan kepribadian
borderline dengan dan tanpa riwayat keluarga dengan gangguan bipolar.
Gangguan

Riwayat
dengan

keluarga Riwayat

keluarga

gangguan negatif (n=287)

bipolar ( n=30)
N
%

Laki-laki

10,0

86

30,0

Perempuan
Pendidikan

20

90,0

201

70,0

Lebih rendah dari SMA 4

13,3

28

9,8

Tamat SMA

18

60,0

214

74,6

Tamat kuliah
Satus pernikahan

26,7

45

15,7

30,0

64

22,3

Jenis Kelamin

Menikah

5,36

,02

3,09

,21

9,19

,10

Tinggal

bersama 5

16,7

31

10,8

seseorang
Menjanda

3,3

0,3

Berpisah

3,3

13

4,5

Bercerai

20,0

38

13,2

Tak pernah menikah

8
Rerata

26,7
SD

140
Rerata

48,8
SD

35,8

13,5

31,8

10,0

1,59

,12

Usia

4. Diskusi
Riwayat keluarga dengan gangguan bipolar telah dipertimbangkan sebagai
indikator gangguan spektrum bipolar pada pasien yang tidak melaporkan adanya
riwayat episode manik atau hipomanik [15,16]. Beberapa ahli menganggap GKB
sebagai bagian dari spektrum bipolar, meski tinjauan atas kaitan GKB-bipolar telah
mencapai kesimpulan yang kontras berbeda [10-13]. Pada studi ini kami memeriksa
apakah riwayat keluarga dengan gangguan bipolar pada pasien GKB berhubungan
dengan indikator lain gangguan spektrum bipolar. Kami menemukan beberapa
perbedaan antara pasien-pasien GKB dengan dan tanpa riwayat gangguan bipolar
pada keluarga.
Jika riwayat gangguan bipolar positif pada keluarga adalah penanda gangguan
spektrum bipolar, kami mungkin berekspektasi bahwa indikator-indikator gangguan
bipolar lainnya dapat mengkarakterisasi kelompok ini. Akan tetapi, kami tidak
menemukan perbedaan pada kriteria GKB yang mungkin lebih mirip dengan
gangguan bipolar seperti ketidakseimbangan afektif dan impulsifitas. Kami tidak
menemukan perbedaan pada tingkat kecemasan, penggunaan zat tertentu, atau
gangguan pengendalian impuls yang telah ditemukan meningkat pada pasien dengan
gangguan bipolar [31]. Kami tidak menemukan perbedaan pada ide bunuh diri atau
riwayat upaya bunuh diri. Dan kami tidak menemukan tingkat trauma masa kanak-

kanak atau gangguan stress pasca trauma yang lebih tinggi pada pasien dengan
riwayat keluarga dengan gangguan bipolar positif. Satu-satunya perbedaan yang kami
temukan yang mendukung hipotesis spektrum bipolar ialah lebih tingginya
peningkatan nafsu makan pada pasien dengan riwayat keluarga positif. Peneliti lain
telah menemukan bahwa gejala vegetative yang berbalik lebih sering terjadi pada
pasien dengan gangguan bipolar [32-34]. Secara umum, hasil yang kami peroleh
mengesankan bahwa riwayat keluarga dengan gangguan bipolar yang positif pada
pasien-pasien dengan GKB perlu dianggap sebagai bukti bahwa pasien menderita
gangguan bipolar occult (tersembunyi). Sementara studi ini tidak menganalisis
pengobatan, implikasinya adalah bahwa keberadaaan riwayat gangguan bipolar dalam
keluarga pasien dengan ganggguan kepribadian borderline tidaklah cukup untuk
menjamin pemberian pengobatan dengan obat-obat penstabil mood.
Keterbatasan studi ini perlu dipikirkan. Besar sampel pasien dengan riwayat
gangguan bipolar pada keluarga yang positif relatif kecil, dengan demikian penemuan
yang paling negatif mungkin terjadi akibat kurangnya kekuatan statistik untuk
mendeteksi perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Namun demikian,
tidak terdapat bukti yang menunjukkan bahwa adanya tren yang tak signifikan yang
mendukung validitas riwayat keluarga yang positif sebagai penanda gangguan
spektrum bipolar.
Saat kami memeriksa sejumlah indikator gangguan spektrum bipolar seperti
tingkat kecemasan dan gangguan penggunaan zat-zat tertentu dan gambaran
vegetative berbalik dari depresi, kami memiliki keterbatasan dalam investigasi hanya
pada fenomena yang dapat diobservasi. Kami tidak memeriksa validator penting
lainnya seperti perjalanan penyakit longitudinal atau respons terapi. Mungkin bahwa
pasien dengan riwayat keluarga dengan gangguan bipolar memiliki respons superior
terhadap pengobatan dengan obat penstabil mood atau lebih cenderung untuk
membentuk episode manic atau hipomanik selama follow-up longitudinal. Selain itu

juga, kami tidak bisa membandingkan kedua grup dalam hal biomarker (penanda
biologis) untuk gangguan bipolar karena saat ini masih belum ada.
Riwayat keluarga dengan gangguan bipolar dipastikan dengan menggunakan
metode penilaian riwayat keluarga. Kami tidak secara langsung mewawancarai
anggota keluarga derajat pertama pasien. Dibandingkan dengan wawancara langsung
terhadap anggota keluarga, metode riwayat keluarga memiliki sensitifitas rendah dan
spesifisitas tinggi [35,36]. Sementara metode riwayat keluarga tidak sevalid
wawancara langsung terhadap anggota keluarga, laporan lain dari kelompok kami
telah menunjukkan bahwa metode pemastian informasi seperti ini berguna sebagai
validator diagnostik [37,38]. Terlebih lagi, klinisi biasanya menggunakan pendekatan
riwayat keluarga untuk memancing informasi tetnang riwayat psikopatologi pada
keluarga, karena itu hasil ini lebih relevan untuk praktik klinis pada umumnya.
Akhirnya, studi ini diselenggarakan pada satu lokasi dimana mayoritas pasien
berkulit putih, tamatan sekolah menengah atas, dan memiliki asuranasi kesehatan.
Bagaimanapun, tidak jelas mengapa riwayat keluarga dengan gangguan bipolar
menjadi indikator spektrum bipolar yang kurang valid dalam sampel kami
dibandingkan dengan sampel dengan karakteristik demografis yang berbeda.

Tabel 2
Frekuensi gangguan Aksis I dan Aksis II DSM-IV pada pasien psikiatrik rawat jalan
dengan gangguan kepribadian borderline dengan dan tanpa riwayat keluarga dengan
gangguan bipolar.

Gangguan

Riwayat

Riwayat

keluarga

keluarga

dengan

negatif

gangguan

(n=287)

bipolar ( n=30)
N
%

Gagguan depresi mayor

19

63,3

187

65,2

,04

,84

Gangguan distimik

10,0

37

12,9

,21

1,00

Gangguan depresi lain


Gangguan cemas

20

66,7

198

69,0

,07

,79

Panik dengan/tanpa agorafobia

11

36,7

75

26,1

1,53

,22

Fobia spesifik

11

36,7

65

22,6

2,93

,09

Fobia sosial

14

46,7

137

47,7

,01

,91

Gangguan stress pasca trauma

26,7

75

26,1

,00

,95

Gangguan obsesif kompulsif

16,7

34

11,8

,59

,39

Gangguan cemas menyeluruh

10

33,3

89

31,0

,07

,79

Gangguan cemas lain


Gangguan penyalahgunaan zat-zat

27

90,0

241

84,0

,76

,60

13,3

55

19,2

,61

,44

3,3

39

13,6

2,59

,11

5
5
6
1

16,7
16,4
20,0
3,3

77
41
43
7

26,8
14,3
15,0
2,4

1,46
,12
,52
,09

,23
,78
,43
,55

63,3

191

66,6

,13

,72

Gangguan mood

Penyalahgunaan/ketergantunga
n alkohol
Penyalahgunaan/ketergantunga
n obat
Penyalahgunaan zat lain
Gangguan makan
Gangguan somatoform
Gangguan pengendalian impuls

Tiga atau lebih gangguan Aksis 19


I
Gangguan kepribadiana
Paranoid

11,1

26

16,8

,38

,74

Skizoid

0,0

1,3

,24

1,00

Skizotipal

0,0

1,9

,36

1,00

Antisosial

0,0

12

7,7

1,50

,62

Histrionic

0,0

3,2

,60

1,00

Narsistik

0,0

5,8

1,10

,60

Menghindar

22,2

38

24,5

,05

1,00

Bergantung

11,1

14

9,0

,08

,68

Obesif-kompulsif

16,7

15

9,7

,85

,36

Gangguan kepribadian lain

44,4

82

52,9

,46

,50

gangguan 3

16,7

29

18,7

,05

1,00

Dua

atau

lebih

kepribadian
penilaian semua gangguan kepribadian DSM-IV diselenggarakan pada 18 pasien

dengan riwayat keluarga positif dan 155 dengan riwayat keluarga negatif

Tabel 3
Kriteria gangguan kepribadian borderline pasien psikiatrik rawat jalan dengan
gangguan kepribadian borderline dengan dan tanpa riwayat keluarga dengan
gangguan bipolar.
Kriteria

Riwayat
dengan

Takut ditinggalkan
Instabilitas

keluarga Riwayat

keluarga

gangguan negatif (n=287)

bipolar ( n=30)
N
%
11
36,7
25
83,3

N
95
220

%
33,1
76,7

,16
,69

,69
,41

interpersonal
Gangguan identitas
20
Perilaku impulsif
16
Perilaku
bunuh 17

66,7
53,3
56,7

208
189
154

72,5
65,9
53,7

,45
1,86
,10

,50
,17
,75

diri/melukai diri
Instabilitas afektif
Kekosongan kronis
Marah berlebihan

93,3
76,7
66,7

267
220
245

93,0
76,7
85,4

,00
,00
6,93

1,00
1,00
,02

28
23
20

Disosiasi transien
15
50,0
146
50,9
,01
,93
Fishers exact test of significance dilaporkan jika sel memilih nilai ekspektasi kurang
dari 5. Semua tes signifikan berupa t-tailed.

Tabel 4
Frekuensi gejala depresi pada pasien psikiatri rawat jalan dengan gangguan
kepribadian borderline dengan atau tanpa riwayat keluarga dengan gangguan bipolar.
Gejala

Riwayat
dengan

keluarga Riwayat

gangguan negatif (n=287)

bipolar ( n=30)
N
%
Mood depresi
24
80,0
Kehilangan minat atau 21
70,0
rasa senang
Gangguan

keluarga

N
202
174

%
70,4
60,6

1,23
1,01

,27
,32

nafsu

makan/berat badan
Penurunan

nafsu 9

30,0

105

36,6

,51

,48

nafsu 10

33,3

52

18,1

4,0

,05

berat 9

30,0

55

19,2

1,98

,16

berat 6

20,0

42

14,6

,61

,43

makan
Peningkatan
makan
Penurunan
badan
Peningkatan
badan
Gangguan tidur
Insomnia

16

53,3

167

58,2

,26

,61

Hipersomnia

23,3

50

17,4

,64

,45

Perubahan psikomotor

Agitasi psikomotor

13

43,3

83

26,2

2,67

,10

Retardasi

23,3

54

18,8

,36

,55

26

86,7

192

66,9

4,94

,03

tak 21

70,0

174

60,6

1,01

,32

19

63,3

155

54,0

,95

,33

19

63,3

192

66,9

,16

,69

11

36,7

128

44,6

,69

,41

13

43,3

159

55,4

1,59

,21

16,7

91

31,7

2,91

,09

psikomotor
Lelah
Perasaan
berharga/rasa

tak
salah

berlebih
Perasaan
berharga
Rasa salah berlebih
Konsentrasi/indesisi
Berkurangnya
konsentrasi
Indesisif
Mati/pikiran bunuh diri
Pikiran mati

Ide, rencana, atau 5


usaha bunuh diri

You might also like