You are on page 1of 3

1.

Bhakti Marga Yoga


Kata bhakti artinya cinta kasih. Jadi Bhakti Marga Yoga adalah suatu proses atau cara mempersatukan
atman dengan Brahman atas dasar sujud bhakti yang tulus ikhlas, dan cinta kasih yang mendalam
kepada Sang Hyang Widhi Wasa yang bisa diaplikasikan melalui pelaksanaan Tri Sandya,
mempersembahkan sesaji sesuai dengan kemampuan umat masing-masing. Seorang yang
melaksanakan ajaran Bhakti Marga Yoga disebut dengan sebutan bhakta adalah orang yang penuh cinta
kasih secara tulus ikhlas yaitu cinta kepada Tuhan, cinta alam semesta, dan cinta terhadap semua
ciptaan Tuhan. Dalam ajaran Catur Marga Yoga, berdasarkan dari caranya memgwujudkan ada dua
tingkatan bhakti, yaitu Para bhakti dan Apara bhakti. Jika diuraikan , kata para artinya utama. Jadi Para
bhakti adalah perwujudan rasa bhakti terhadap Hyang Widhi yang utma yang biasa dipraktekkan oleh
orang-orang yang pengetahuannya tinggi dan kesuciannya sudah meningkat.
Ciri-ciri bhakta yang melaksanakan para bhakti antara lain sedikit terlibat dalam ritual tetapi banyak
mempelajari Tattwa Agama dan kuat/berdisiplin dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama sehingga
dapat mewujudkan Trikaya Parisudha dengan baik dimana Kayika (perbuatan), Wacika (ucapan) dan
Manacika (pikiran) selalu terkendali dan berada pada jalur dharma. Bhakta yang seperti ini banyak
melakukan Drwya Yadnya (ber-dana punia), Jnana Yadnya (belajar-mengajar), dan Tapa Yadnya
(pengendalian diri). Sedangkan kata apara artinya tidak utama. Jadi Apara bhakti adalah perwujudan rasa
bhakti terhadap Hyang Widhi tidak utama yang biasanya dipraktekkan oleh orang-orang yang belum
mempunyai tingkat kesucian yang tinggi. Ciri-ciri bhakta yang melaksanakan apara bhakti antara lain
banyak terlibat dalam ritual (upacara Panca Yadnya) serta menggunakan berbagai simbol (niyasa).
2. Karma Marga Yoga
Kata karma artinya perbuatan. Jadi Karma Marga Yoga adalah suatu proses mempersatukan atman
dengan Brahman melalui kerja atau perbuatan tanpa ikatan, tanpa pamrih, tulus dan ikhlas, penuh
dengan amal kebajikan dan pengorbanan.
Dalam Bhagavadgita tentang Karma Yoga dinyatakan sebagai berikut:
Tasmad asaktah satatam karyam karma samacara, asakto hy acaran karma param apnoti purusah.
Artinya ;
Oleh karena itu, laksanakanlah segala kerja sebagai kewajiban tanpa terikat pada hasilnya, sebab
dengan melakukan kegiatan kerja yang bebas dari keterikatan, orang itu sesungguhnya akan mencapai
yang utama.
Seorang yang melaksanakan ajaran Karma Marga Yoga disebut dengan sebutan karmin adalah orang
yang selalu bekerja tanpa pamrih, mengutamakan pengabdian dan pengorbanan seperti dalam agama
hindu ada slogan mengatakanrame ing gawe sepi ing pamrih yang artinya berbuat baik tanpa pernah
berpikir mengharapkan suatu balasan.
Dalam ajaran Karma Marga Yoga, berdasarkan ikatan karma yang terdiri dari dua bagian yaitu Karma
Nirwitta dan Karma Prawritha. Karma Nirwitta adalah perbuatan yang bebas dari harapan atau hasil.
Sedangkan Karma Prawritha adalah perbuatan/karma yang masih terikat oleh hasil atau imbalan.
Seorang karmin melaksanakan perbuatan yang tulus ikhlas akan menerima pahala yang berlipat ganda.
Hidupnya akan berlangsung dengan tenang dan bahagia serta mencapai kesucian lahir bhatin.
3. Jnana Marga Yoga
Kata jnana artinya kebijaksanaan filsafat (pengetahuan). Jadi Jnana Marga Yoga adalah suatu proses
penyatuan atman dengan Brahman melalui ilmu pengetahuan suci dan filsafat pembebasan diri dari
ikatan-ikatan keduniawian. Seorang yang melaksanakan ajaran Jnana Marga Yoga disebut dengan
sebutan jnanin adalah orang yang memiliki ilmu pengetahuan suci untuk mencapai kebenaran yang
sempurna. Dengan ilmu pengetahuan suci orang akan sanggup melepaskan diri dari ikatan karma.
4. Raja Marga Yoga
Raja Marga Yoga adalah suatu proses penyatuan atma dengan Brahman melalui pengendalian diri,
pengendalian pikiran dan pengekangan diri dengan mendalami tapa,brata,yoga dan semadhi. Tapa dan
brata merupakan suatu latihan untuk mengendalikan emosi atau nafsu yang ada dalam diri kita ke arah
yang positif sesuai dengan petunjuk ajaran kitab suci. Sedangkan yoga dan samadhi adalah latihan untuk

dapat menyatukan atman dengan Brahman dengan melakukan meditasi atau pemusatan pikiran.
Seorang yogi akan dapat menghubungkan dirinya dengan kekuatan rohani melalui Astanga Yoga yaitu
delapan tahapan yoga untuk mencapai moksa. Astanga Yoga diajarkan oleh Maha Rsi Patanjali
dalam bukunya yang disebut Yoga Sutra Patanjali. Adapun bagian-bagian dari ajaran astangga yoga
yang dimaksud adalah sebagai berikut;
a. Yama
Merupakan suatu bentuk larangan yang harus dilakukan oleh seorang dari segi jasmani. Misalnya,
dilarang membunuh (Ahimsa), dilarang berbohong (Satya), pantang mengingini sesuatu yang bukan
miliknya (Asteya), pantang melakukan hubungan seksual (Brahmacari) dan tidak menerima pemberian
dari orang lain (Aparigraha).
b. Nyama.
Merupakan pengendalian diri yang lebih bersifat rohani. Misalnya Sauca (tetap suci lahir batin), Santosa
(selalu puas dengan apa yang datang), Swadhyaya (mempelajari kitab-kitab keagamaan) dan Iswara
Pranidhana (selalu bhakti kepada Tuhan).
c. Asana
Merupakan sikap duduk yang benar, teratur dan disiplin.
d. Pranayama
Merupakan yaitu pengaturan napas, yang menghasilkan ketenangan dan kemantapaan pikiran serta
kesehatan yang baik dengan melalui tiga jalan yaitu puraka (menarik nafas), kumbhaka (menahan nafas)
dan recaka (mengeluarkan nafas).
e. Pratyahara
Merupakan yaitu mengontrol dan mengendalikan indriya dari ikatan obyeknya, sehingga orang dapat
melihat hal-hal suci.
f. Dharana
Merupakan konsentrasi pikiran pada suatu objek atau cakra dalam Istadevata.
g. Dhyana
Merupakan pemusatan pikiran yang tenang, tidak tergoyahkan kepada suatu obyek.
h. Samadhi
Merupakan penyatuan atman (sang diri sejati dengan Brahman). Bila seseorang melakukan latihan yoga
dengan teratur dan sungguh-sungguh ia akan dapat menerima getaran-getaran suci dan wahyu Tuhan.
2.3 Implementasi Ajaran Catur Marga Yoga dalam Kehidupan Hindu
1. Bhakti Marga Yoga
a. Pelaksanaan Tri Sandya dan Yadnya Sesa.
Jalan yang utama untuk memupuk perasaan bakti ialah rajin menyembah Tuhan dengan hati yang tulus
ikhlas dengan melaksanakan Tri Sandhya yaitu sembahyang tiga kali dalam sehari, pagi, siang, dan sore
hari serta melaksanakan yandnya sesa/ngejot setelah selesai memasak. Dalam kehidupan sehari -hari
sebagai upaya dalam mewujudkan rasa bhakti sekaligus mendekatkan diri kehadapanya hendaknya
melaksanakan puja tri sandya tersebut dengan tulus dan iklas.
b. Pelaksanaan Pada Hari-Hari Keagamaan
Implementasi Bhakti Marga Yoga juga dapat dilihat pada hari-hari keagaman hindu, seperti hari
saraswati, tumpek wariga dan tumpek uye. Hari saraswati adalah hari turunnya ilmu pengetahuan dengan
memuja dewi yang dilambangkan sebagai ilmu pengetahuan yaitu Dewi saraswati. Hari saraswati ini
jatuh pada hari Saniscara Umanis Watugunung dan diperingati setiap 210 hari. Pada hari ini semua
pustaka terutama Weda dan sastra-sastra agama dikumpulkan sebagai lambang stana pemujaan Dewi
Saraswati untuk diberikan suatu upacara.
Sedangkan Tumpek Wariga merupakan upacara untuk menghormati keberadaan tumbuh-tumbuhan
sebagai mahluk hidup didunia atau dikenal dengan istilah ngotonin sarwa entik-entikan. Sementara
Tumpek Uye atau Tumpek Kandang upacara dalam
menghormati keberadaan hewan atau binatang yang hidup di dunia yang sering dikenal dengan istilah

ngotonin sarwa ubuhan.


Keduanya jatuh tepat setiap 210 hari dalam perhitungan hindu. Dalam konsep Tri Hita Karana
penghormatan kehadapan ida sang hyang widhi wasa atas pengadaan hewan dan tumbuhan ini
dilakukan dengan tulus dan iklas. Dengan kata lain melaksanakan upacara tumpek ini adalah realisasi
dari konsep Tri Hita Karana alam kehidupan. Jika semua itu sudah kita lakukan dengan rasa tulus dan
iklas berarti kita telah melaksanakan ajaran bhakti marga yoga.
2. Jnana Marga Yoga
a. Ajaran Brahmacari
Brahmacari adalah mengenai masa menuntut ilmu dengan tulus ikhlas. tugas pokok kita pada masa ini
adalah belajar dan belajar. Belajar dalam arti luas, yakni belajar dalam pengertian bukan hanya membaca
buku. Tetapi lebih mengacu pada ketulus iklasan dalam segala hal. Contohnya: rela dan iklas jika
dimarahi guru atau orang tua.
b. Ajaran Aguron-Guron
Merupakan suatu ajaran mengenai proses hubungan guru dan murid. Namun istilah dan proses ini telah
lama dilupakan karena sangat susah mendapatkan guru yang mempunyai kualifikasi tertentu dan juga
sangat sedikit orang menaruh perhatian dan minat terhadap hal ini. Maka untuk memenuhi kualifikasi
tertentu, hendaknya seorang guru mencari sekolah yang mempunyai kurikulum yang membawa
kesadaran kita melambung tinggi melampaui batas-batas senang dan sedih, bahagia dan derita, lahir dan
mati.
c. Ajaran Catur Guru
Ajaran Catur Guru Bhakti senantiasa relevan sepanjang masa, sesuai dengan sifat agama Hindu yang
Sanatana Dharma . Aktualisasi ajaran Guru Bhakti atau rasa bhakti kepada Catur Guru dapat
dikembangkan dalam situasi apapun, sebab hakekat dari ajaran ini
adalah untuk pendidikan diri, utamanya adalah pendidikan disiplin, patuh dan taat kepada sang Catur
Guru dalam arti yang seluas-luasnya.
4. Raja Marga Yoga.
a. Ajaran Astangga Yoga
Astangga yoga merupakan delapan anggota dari raja yoga yang terdiri dari Yama, Niyama, Asana,
Pranayama, Pratyahara, Dharana, Dhyana, dan Samadhi adalah delapan anggota (anga) dari Rajayoga
iyama membentuk disiplin etika yang memurnikan hati.
b. Catur Brata Penyepian
Hari raya nyepi Sesuai dengan hakekat Hari Raya Nyepi di atas maka umat Hindu wajib melakukan tapa,
yoga, dan semadi. Brata tersebut didukung dengan Catur Brata Nyepi sebagai berikut :
Amati Agni, tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu,
Amati Karya, yaitu tidak melakukan kegiatan kerja jasmani, melainkan meningkatkan kegiatan
menyucikan rohani,
Amati Lelungan, yaitu tidak berpergian melainkan mawas diri.
Amati Lelanguan, yaitu tidak mengobarkan kesenangan melainkan melakukan pemusatan pikiran
terhadap Ida Sang Hyang Widhi.

You might also like