You are on page 1of 1

Rancangan

184,0

terhadap PDB
Kebijakan
Pengendalian
Fiskal

Pendapatan Negara
Pendapatan perpajakan
PNBP

Pendapatan
SDA Rp50,3 T

PNBP Lainnya
Rp84,9 T

Rp205,4 T

50 35

830 810

Transfer ke Daerah turun Rp11,9 T dari APBN 2016:

Dana bagi Hasil turun Rp4,7 T -> dampak penurunan pendapatan


negara yang dibagihasilkan Rp28,0 T, dan telah menampung tambahan
kurang bayar DBH Rp23,3 T;

PNBP SDA Migas turun Rp50,2 T dari APBN 2016,


karena penurunan asumsi lifting minyak, ICP dan kurs.
PNBP SDA Nonmigas turun Rp24,4 T dari APBN 2016,
karena penundaan kenaikan tarif royalti batu bara, dan
penurunan harga komoditas batubara kalori rendah, sedang,
dan tinggi, serta penurunan harga komoditas mineral lainnya
seperti emas, perak, tembaga, dan timah.
PNBP Lainnya naik sebesar Rp5,4 T dari APBN 2016 a.l.
kenaikan Pendapatan Penjualan Hasil Tambang, pendapatan
RS pada Kemenhan, dan penerimaan atas restrukturisasi
piutang non pokok Pemerintah pada PDAM.
Pendapatan BLU naik Rp0,8 T dari APBN 2016 karena
adanya perubahan Satker PNBP menjadi Satker BLU pada
Kementerian Ristek Dikti dan Kementerian Perhubungan.

Dana transfer khusus mengalami penurunan Rp8,3 T ->


pengurangan/pemotongan DAK Fisik Rp6,0 T dan Non fisik Rp2,3 T (a.l.
BOK/BOKB Rp1,0 T, TPG Rp1,3 T);
Dana Otsus dan Keistimewaan DIY mengalami kenaikan Rp1,1 T.

Langkah kebijakan Transfer ke Daerah dan Dana Desa, al.:

Pengurangan/pemotongan pagu alokasi DAK Fisik tahun 2016 secara mandiri


(self blocking) oleh daerah.
Penguatan infrastruktur Prov. Papua dan Papua Barat;
Mengoptimalkan Dana Alokasi Umum, Dana Insentif Daerah, dan Dana Desa
->dipertahankan sama dengan pagunya dalam APBN tahun 2016;

Langkah kebijakan pengamanan PNBP, a.l. :

Lifting Gas Bumi


(ribu barel setara
minyak per hari)

APBN
2016

1155 1115

RAPBNP
2016

Pendapatan Negara

1.822,5

1.734,5

Penerimaan Perpajakan
Penerimaan Negara
Bukan Pajak

1.546,7

1.527,1

273,8

205,4

2,0

1,9

Hibah

Belanja Negara

Belanja Pemerintah Pusat


Belanja K/L
Belanja Non K/L
Transfer ke Daerah & Dana Desa
Transfer Ke Daerah
Dana Desa
Keseimbangan Primer

Surplus/Defisit Anggaran

2.095,7

2.047,8

1.325,5
784,1
541,4
770,1

1.289,5

723,2
47,0

711,3
47,0

(88,2)

(121,6)

(273,2)

Pembiayaan Anggaran

Pembiayaan Dalam Negeri


Pembiayaan Luar Negeri

(313,3)

273,2

313,3

272,8

315,9

0,4

(0,2)

APBN
2016
1.325.551,4

743,5
546,0
205,4
758,3

1.289.537,6

RAPBNP
2016

Menahan turunnya lifting migas;


Mengendalikan cost recovery migas;
Mengoptimalkan PNBP Lainnya (K/L), melalui penyempurnaan/revisi
regulasi PNBP.

PEMBIAYAAN ANGGARAN
Pembiayaan anggaran meningkat Rp40,2 T dari APBN 2016

BELANJA NEGARA

Langkah kebijakan pengamanan pembiayaan anggaran, al:

Penerbitan SBN dengan prinsip kehati-hatian dan mempertimbangkan antara


lain biaya dan risiko utang, kondisi dan kapasitas pasar keuangan, dan
kebutuhan kas negara
Pemanfaatan SAL dengan tetap memperhatikan likuiditas Pemerintah.

Belanja Pemerintah Pusat

Belanja Pemerintah Pusat turun Rp36,0 T dari APBN 2016:


Belanja K/L

Rp743,5 T
(turun Rp40,6 T
dari APBN 2016)

Penghematan Belanja K/L, termasuk penyesuaian anggaran pendidikan &


anggaran kesehatan Rp50,0 T;
Tambahan Belanja untuk program prioritas Rp5,8 T;
Pemberian penghargaan K/L Rp0,7 T;

Penghematan
Belanja K/L

Rp 50,0 T

Rp

Penerimaan pembiayaan naik Rp76,9 T, a.l:


SBN neto naik Rp57,8 T
Pemanfaatan SAL Rp19,0 T
Untuk membiayai pelebaran
defisit dan tambahan
pengeluaran investasi Pemerintah

Efisiensi Belanja Operasional, dilakukan antara lain pada:


Belanja Perjalanan Dinas dan Paket Meeting;
Belanja Jasa (listrik, telepon, air, serta daya dan jasa lainnya);
Pembangunan gedung baru (yang masih diblokir).
Efisiensi belanja lainnya, dilakukan antara lain pada:
Belanja jasa seperti: iklan, banner, spanduk;
Kegiatan-kegiatan prioritas dan pendukung yang setelah dikaji ulang
ternyata tidak mendesak/dapat ditunda;
Hasil optimalisasi/sisa dana swakelola;
Honorarium kegiatan;

Rp

Lifting Minyak Bumi


(ribu barel perhari)

Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Rp

Harga MInyak
Mentah (USD/barel)

Penghematan dan efisiensi Belanja K/L;


Mendorong pemanfaatan energi yang berkelanjutan:
Skema penerapan subsidi yang lebih tepat sasaran;
Pengalokasian dana terkait ketahanan energi.

Rp
Rp

5,5 5,5

Kebijakan Belanja Pemerintah Pusat, a.l. :

Rp

Rp

13.900

Pendapatan
BLU Rp36,1 T

penurunan volume belanja negara), a.l disebabkan oleh adanya penghematan belanja
kesehatan melalui K/L dan penurunan DAK nonfisik kesehatan

Rp

4,7 4,0

Rp102,4 T

Rp

5,3 5,3

Anggaran Kesehatan turun Rp2,4 T dari APBN 2016 (sejalan dengan

Rp
Rp

Tingkat Suku
Bunga
SPN 3 Bulan (%)

penurunan volume belanja negara), a.l disebabkan oleh adanya penghematan belanja
pendidikan melalui K/L dan penurunan DAK nonfisik pendidikan

Rp

Nilai Tukar
(Rp/USD)

Rp546,0 T

Rp
Rp

Inflasi (%yoy)

1.174.510,8

penurunan Rp2,6 T
- Bea masuk dan bea keluar dipengaruhi perkembangan ekonomi
yang masih moderat;
- Target cukai naik Rp1,7 T dengan extra effort dan policy measure
(a.l. barang kena cukai baru).

Anggaran Pendidikan turun Rp12,0 T dari APBN 2016 (sejalan dengan

Mengendalikan tax ratio pada kisaran 12% terhadap PDB;


Optimalisasi dan implementasi kebijakan Tax Amnesty;
Optimalisasi penerimaan cukai -> a.l. melalui pengendalian barang kena cukai.

Pendapatan Bagian
Laba BUMN Rp34,2 T

13.500

Penerimaan kepabeanan & cukai mengalami

Penyediaan dana penyangga dalam rangka mendukung ketahanan energi Rp1,6 T

Langkah kebijakan dan policy measure penerimaan perpajakan

PNBP turun Rp68,4 T dari APBN 2016:

Pertumbuhan
ekonomi (%yoy)

audited subsidi pangan Rp1,5 T, subsidi pupuk Rp7,4 T, dan PSO PT Pelni Rp0,047 T;
Tambahan pagu belanja Hibah Rp4,6 T a.l. untuk penghapusan piutang kepada PDAM
Rp3,9 T -> diikuti oleh penyertaan modal daerah (PMD) kepada PDAM untuk menyelesaikan
utang kepada Pemerintah;

Penerimaan pajak nonmigas naik Rp0,2 T dari APBN


tahun 2016
-> dengan extra effort dan langkah kebijakan:
- Kenaikan alamiah penerimaan pajak nonmigas dari
realisasinya dalam APBNP 2015 sekitar 13%;
- Potensi dari kebijakan Tax Amnesty;

Penerimaan Negara Bukan Pajak

Asumsi Dasar
Ekonomi Makro

+/-

Kepabeanan &
Cukai Rp184,0 T

Penerimaan
Perpajakan

Dampak Belanja Negara


Subsidi
Bunga utang

RAPBN
PERUBAHAN
2016

Pajak Non Migas


Rp1.318,9 T

Rp1.527,1 T

(gol. Tarif 900 VA);

Subsidi Non energi meningkat Rp10,4 T a.l. disebabkan oleh tambahan kurang bayar

Penerimaan PPh migas turun Rp17,1 T ->


dipengaruhi rendahnya perkiraan asumsi ICP dan lifting migas;

PPh Migas
Rp24,3 T

2,48%

DAMPAK FISKAL

kebijakan subsidi tetap solar Rp350/liter per 1 Juli 2016;

Subsidi listrik bertambah Rp18,8 T akibat penundaan penerapan subsidi tepat sasaran

Penerimaan perpajakan turun Rp19,6 T dari APBN 2016:

Defisit Terjaga

Policy update -> -belanja prioritas


- subsidi tepat sasaran

Pembayaran bunga utang meningkat Rp6,8 T diakibatkan a.l. dari outstanding utang;
Subsidi BBM & LPG turun Rp23,1 T sejalan dengan kebijakan penghematan dengan

Penerimaan Perpajakan

Perekonomian global yang melemah sepanjang tahun 2015 dan berlanjut hingga triwulan I
tahun 2016 memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap kinerja perekonomian domestik.

Perubahan Baseline -> realisasi APBNP 2015,


policy update

(naik Rp4,6 T dari APBN 2016)

PENDAPATAN NEGARA

APBN
Perubahan
2016
Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro
(Inasi , Nilai tukar Rupiah , ICP , dan
Lifting )

Belanja Non K/L


Rp546,0 T

Pengeluaran pembiayaan naik Rp36,7 T, a.l:


PMN kepada PT PLN naik Rp13,6 T untuk mendukung program 35.000 MW
PMN kepada BPJS Kesehatan Rp6,8 T untuk menjaga kesinambungan
program JKN

Rp

Pembiayaan investasi kepada BLU LMAN Rp16,0 T untuk mendukung


pengadaan tanah dalam rangka pembangunan infrastruktur.

Copyright 2016
Kementerian Keuangan RI
Direktorat Jenderal Anggaran

You might also like