Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Pada bab sembilan ini akan dibahas secara khusus akuntansi untuk transaksi
istishna dan istishna paralel. Pembahasan diawali dengan definisi transaksi
Istishna dan keunggulan penggunaannya dalam bisnis perbankan syariah.
Kemudian akan dibahas tentang ketentuan syari transaksi Istishna dan Istishna
paralel dan dilanjutkan dengan teknik pengakuan dan pengukuran berbagai
transaksi yang terjadi dalam siklus Istishna dan Istishna paralel. Pada bagian
akhir bab ini akan dibahas tentang penyajian transaksi Istishna di laporan
keuangan dan kebijakan pengungkapan transaksi istishna yang dianjurkan oleh
Bank Indonesia. Relevansi bab ini adalah sebagai dasar pengetahuan bagi
mahasiswa dalam menguasai skill akuntansi terkait pengakuan dan pengukuran
berbagai transaksi yang terjadi dalam aktivitas penyaluran dana bank syariah
dengan menggunakan skema Istishna dan Istishna paralel. Penguasaan teori dan
skill terkait pengakuan dan pengukuran transaksi istishna sangat penting dikuasai
oleh mahasiswa, mengingat transaksi ini merupakan skema penyaluran yang akan
banyak diterapkan dalam pengembangan sektor konstruksi. Untuk itu mahasiswa
perlu membaca dengan cermat dan mengerjakan soal latihan pada akhir bab ini
untuk mengevaluasi penguasaan mahasiswa terhadap materi yang dibahas.
Adapun dalam hal pembayaran, transaksi istishna dapat dilakukan dimuka, melalui
cicilan atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang.
Penggunaan akad istishna oleh bank syariah di Indonesia relatif masih minim. Akann
tetapi, seiring dengan makin meningkatnya jenis barang yang baru dibarangsi setelah
adanya pesanan dari pembeli, sangat dimungkinkan akad istishna juga menjadi semakin
meningkat penggunaannya.
9.2. KETENTUAN SYARI DAN RUKUN TRANSAKSI ISTISHNA DAN ISTISHNA PARALEL
9.2.1. Ketentuan Syari Transaksi Istishna dan Istishna paralel
Menurut mazhab Hanafi, istishna hukumnya boleh karena hal itu telah dilakukan
oleh masyarakat muslim sejak masa awal tanpa ada ulama yang mengingkarinya.
Ketentuan syari transaksi Istishna diatur dalam fatwa DSN no 06/DSN-MUI/IV/2000
tentang Jual beli Istishna. Fatwa tersebut mengatur tentang ketentuan pembayaran, dan
ketentuan barang. Oleh karena istishna mirip dengan transaksi salam, maka beberapa
ketentuan salam juga berlaku pada transaksi istishna. Ketentuan-ketentuan tersebut akan
dibahas dalam aspek rukun Istishna berikut.
Transaktor
Transaktor terdiri atas pembeli
memiliki kompetensi berupa akil baligh dan kemampuan memilih yang optimal seperti
tidak gila, tidak sedang dipaksa dan lain yang sejenis. Adapun untuk transaksi dengan
anak kecil, dapat dilakukan dengan izin dan pantauan dari walinya. Terkait dengan
penjual, DSN mengharuskan agar penjual menyerahkan barang tepat pada waktunya
dengan kualitas dan jumlah yang telah disepakati. Penjual diperbolehkan menyerahkan
barang lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan syarat kualitas dan jumlah barang
sesuai dengan kesepakatan dan ia tidak boleh menuntut tambahan harga.
Dalam hal pesanan sudah sesuai dengan kesepakatan, hukumnya wajib bagi
pembeli untuk menerima barang istishna dan melaksanakan semua ketentuan dalam
kesepakatan istishna. Akan tetapi, sekiranya pada barang yang dibarangsi terdapat cacat
atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak
memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad.
Barang
DSN dalam fatwanya menyatakan bahwa ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi
oleh barang yang diperjualbelikan dalam transaksi Istishna. Ketentuan tersebut antara
lain:
1. harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai utang
2. harus dapat dijelaskan spesifikasinya
3. penyerahannya dilakukan kemudian
4. waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan
5. pembeli (mustashni) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan
Dalam PSAK no 104, ditambahkan bahwa barang pesanan juga harus memenuhi kriteria:
1. memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati;
2. sesuai dengan spesifikasi pemesan, bukan barang massal
Akad
Akad Istishna adalah pernyataan dari kedua belah pihak yang berkontrak, dengan cara
penawaran dari penjual (bank syariah) dan penerimaan yang dinyatakan oleh pembeli
(nasabah). Pelafalan perjanjian dapat dilakukan dengan lisan, isyarat (bagi yang tidak
bisa bicara), tindakan maupun tulisan, tergantung pada praktek yang lazim di masyarakat
dan menunjukkan keridhaan satu pihak untuk menjual barang Istishna dan pihak lain
untuk membeli barang Istishna. Menurut PSAK no 104 paragraf 12 Pada dasarnya
istishna tidak dapat dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi:
1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya.
2. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi
pelaksanaan atau penyelesaian akad
9.5. TEKNIS
PERHITUNGAN DAN
PENJURNALAN
TRANSAKSI
ISTISHNA
BAGI
BANK
SYARIAH
9.5.1 Teknis Perhitungan Transaksi Istishna
Ilustrasi teknis perhitungan transaksi Istishna dapat dilihat pada kasus 9.1. berikut:
Kasus 9.1.
Untuk mengembangkan klinik ibu dan anak yang dikelolanya, dr. Ursila berencana menambah
satu unit bangunan seluas 100 m2 khusus untuk rawat inap disebelah barat bangunan utama
klinik. Untuk kebutuhan itu, dr. Ursila menghubungi Bank Berkah Syariah untuk menyediakan
bangunan baru sesuai dengan spesifikasi yang diinginkannya. Setelah serangkaian negosiasi
beserta kegiatan survey untuk menghasilkan desain bangunan yang akan dijadikan acuan
spesifikasi barang, pada tanggal 10 Februari ditandatanganilah akad transaksi istishna
pengadaan bangunan untuk rawat inap. Adapun kesepakatan antara dr. Ursila dengan Bank
Berkah Syariah adalah sebagai berikut:
Harga Bangunan
Lama penyelesaian
Mekanisme pembayaran
: Rp 150.000.000
: 5 bulan (paling lambat tanggal 10 Juli)
: 100% pada saat akad
Untuk membuat bangunan sesuai dengan keinginan dr. Ursila, pada tanggal 12 Februari, Bank
Berkah Syariah memesan kepada PT. Thariq Konstruksi dengan kesepakatan sebagai berikut:
Harga Bangunan
Lama penyelesaian
Mekanisme pembayaran
: Rp 130.000.000
: 4 bulan 15 hari (paling lambat tanggal 25 Juni)
: tiga termin pada saat penyelesaian 20%, 50% dan 100%..
Rekening
Db. Beban pra-akad yang ditangguhkan
Kr. Kas
Kr. Rupa-rupa aktiva non kas
Debet (Rp)
2.000.000
Kredit (Rp)
1.500.000
500.000
Rekening
Db. Aktiva istishna dalam penyelesaian
Kr. Beban pra-akad yang ditangguhkan
Debet (Rp)
2.000.000
Kredit (Rp)
2.000.000
Pada kasus 9.1 misalnya, dr Ursila membayar sebesar 40% dari nilai kontrak yaitu Rp
60.000.000 (40% x Rp 150.000.000) pada tanggal 11 februari 20XA. Jurnal transaksi
pembayaran tersebut adalah sebagai berikut:
Tanggal
11/2/XA
Rekening
Db. Kas
Kr. Hutang istishna pembeli
Debet (Rp)
150.000.000
Kredit (Rp)
150.000.000
d. Saat bank menerima dan membayar tagihan dari penjual (pembuat) barang
istishna
Berdasarkan PSAK no 104 paragraf 104 disebutkan bahwa pembeli mengakui aset
istishna sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual dalam hal ini pembuat barang
dan sekaligus mengakui hutang istisna kepada pembuat barang tersebut. Dalam kasus
9.1, disebutkan bahwa mekanisme pembayaran dilakukan dalam tiga termin yaitu pada
saat penyelesaian 20%, 50% dan 100%.. Misalkan pada tanggal 1 April, PT. Thariq
Konstruksi menyelesaikan 20% pembangunan dan menagih pembayaran termin pertama
sebesar Rp 26.000.000 (20% x Rp 130.000.000) kepada Bank Berkah Syariah. Jurnal
pengakuan penagihan pembayaran oleh pembuat barang adalah sebagai berikut:
Tanggal
1/4/XA
Rekening
Db. Aktiva istishna dalam penyelesaian
Kr. Hutang istishna pembuat barang
Debet (Rp)
26.000.000
Kredit (Rp)
26.000.000
tagihan biasa dibayar melalui debit rekening. Misalkan pembayaran dilakukan satu
minggu setelah tagihan, maka jurnal pembayaran tersebut adalah sebagai berikut:
Tanggal
8/4/XA
Rekening
Db. Hutang Istishna pembuat barang
Kr. Kas/rekening Thariq Konstruksi
Debet (Rp)
26.000.000
Kredit (Rp)
26.000.000
Jurnal sejenis juga dilakukan pada saat penerimaan tagihan dan pembayaran kedua
(penyelesaian 50%) dan ketiga (penyelesaian 100%). Misalkan tagihan kedua diterima
pada tanggal 15 Mei dan diikuti dengan pembayaran oleh bank pada tanggal 22 Mei
20XA. Sedangkan tagihan ketiga diterima tanggal 25 Juni 20XA dan dibayarkan pada
tanggal 2 Juli 20XA. Jurnal untuk transaksi tersebut adalah sebagai berikut:
Tanggal
15/5/XA
22/5/XA
25/6/XA
2/7/XA
Rekening
Db. Aktiva istishna dalam penyelesaian
Kr. Hutang istishna pembuat barang
*(50%-20%) x Rp 130.000.000 = Rp 39.000.000
Debet (Rp)
39.000.000
Kredit (Rp)
39.000.000*
39.000.000
65.000.000
65.000.000
39.000.000
65.000.000*
65.000.000
Tanggal
2/7/XA
Rekening
Db. Persediaan Barang Istishna
Kr. Aktiva istishna dalam penyelesaian
Debet (Rp)
132.000.000
Kredit (Rp)
132.000.000
Perhitungan total aktiva istishna dalam penyelesaian dapat dilihat pada kutipan buku
besar berikut.
BUKU BESAR
Aktiva Istishna Dalam Penyelesaian
Tgl
Keterangan
Jumlah
Tgl Keterangan
Jumlah
10/2
2.000.000
2/7
Penerimaan dari
pembuat barang
132.000.000
1/4
15/5
25/6
26.000.000
39.000.000
65.000.000
Total
Saldo
132.000.000
0
Total
132.000.000
Tanggal
2/7/XA
Rekening
Db. Hutang istishna pembeli
Kr. Persediaan Barang Istishna
Kr. Pendapatan Istishna- kas
Debet (Rp)
150.000.000
Kredit (Rp)
132.000.000
18.000.000
Tanggal
2/7/XA
Rekening
Db. Piutang istishna
Kr. Persediaan Barang Istishna
Debet (Rp)
150.000.000
Kredit (Rp)
132.000.000
Tanggal
Rekening
Kr. Pendapatan Istishna ditangguhkan
2/8/XA
50.000.000
6.000.000
6.000.000
50.000.000
50.000.000
Kredit (Rp)
18.000.000
50.000.000
Debet (Rp)
6.000.000
6.000.000
50.000.000
50.000.000
6.000.000
6.000.000
Adapun pada pembayaran yang bersifat angsuran oleh pembeli akhir selama masa
pembuatan barang istishna, piutang istishna dapat ditagihkan sesuai dengan tingkat
penyelesaian barang. Kasus 9.3 berikut merupakan ilustrasi penggunaan konsep
pembayaran angsuran selama barang dalam proses.
Kasus 9.3.
Mengacu pada kasus 9.1, dengan perbedaan pada mekanisme pembayaran oleh pembeli akhir
dilakukan sepanjang masa pembuatan barang istishna. Misalkan disepakati bahwa
bank
syariah melakukan penagihan pembayaran kepada pembeli akhir pada saat penyelesaian 20%
(tanggal, 50% dan 100%, dan pembeli akhir melakukan pembayaran satu 7 hari setelah
tagihan diserahkan. Dalam hal ini, jumlah tagihan didasarkan pada persentase yang
diselesaikan dikalikan dengan nilai kontrak dengan pembeli akhir (Rp 150.000.000).
Adapun jurnal pada saat pembayaran selama masa pembuatan produk dan jurnal saat
penyerahan barang adalah sebagai berikut:
Tanggal
1/4/XA
Rekening
Db. Piutang istishna
Kr. Termin istishna
Debet (Rp)
30.000.000
Kredit (Rp)
30.000.000*
Tanggal
15/5/XA
25/6/XA
2/7/XA
Rekening
*20% x Rp 150.000.000 = Rp 30.000.000
Debet (Rp)
30.000.000
45.000.000
45.000.000
75.000.000
75.000.000
Kredit (Rp)
30.000.000
45.000.000*
45.000.000
75.000.000*
75.000.000
150.000.000
132.000.000
18.000.000
Berdasarkan PSAK no 104, penyajian rekening yang terkait transaksi Istishna dan
Istishna paralel antara lain:
a. Piutang Istishna, yang timbul karena pemberian modal usaha Istishna oleh bank
syariah.
b. Piutang, yang timbul karena penjual tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam
transaksi Istishna. Rekening ini disajikan terpisah dari piutang Istishna.
c. Hutang Istishna, timbul karena bank menjadi penjual barang Istishna yang
dipesan oleh nasabah pembeli.
9.7. PENGUNGKAPAN
Hal-hal yang harus diungkap dalam catatan atas laporan keuangan tentang transaksi
Istishna dan Istishna paralel antara lain:
1. Rincian piutang Istishna dan hutang Istishna berdasakan jumlah, jangka waktu,
jenis valuta, kualitas piutang dan penyisihan kerugian piutang Istishna.
2. Piutang Istishna dan hutang Istishna kepada penjual (suplier) yang memiliki
hubungan istimewa
3. Besarnya modal usaha Istishna, baik yang dibiayai sendiri oleh bank maupun
yang dibiayai secara bersama-sama dengan bank atau pihak lain
4. Jenis dan kuantitas barang pesanan.
REFERENSI
1. Antonio, Muhammad Syafii, Bank Syariah, dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Tazkia
Cendekia, 2001).
2. Dewan Syariah Nasional - MUI. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional edisi 2.
DSN-MUI dan Bank Indonesia (2003)
3. DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no 59 tentang Akuntansi
Perbankan Syariah. (Jakarta: IAI, 2002)
4. DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah. (Jakarta: IAI, 2007)
5. DSAK IAI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no 104 tentang Akuntansi
Istishna. (Jakarta: IAI, 2007)
6. Harahap, Sofyan S., Wiroso, Yusuf, M. Akuntansi Perbankan Syariah (Jakarta: LPFE
USAKTI, 2004).
7. Ikatan Akuntan Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia,
(Jakarta: IAI, 2003)
8. Wiyono, Slamet., Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah
berdasarkan PSAK dan PAPSI (Jakarta, Grasindo, 2005)
SOAL-SOAL LATIHAN
Bagian A (teori)
1. Jelaskanlah definisi jual beli Istishna!
2. Jelaskan perbedaan antara jual beli istishna dengan jual beli murabahah dan jual beli
salam!
3. Jelaskanlah rukun transaksi istishna
4. Untuk keperluan apakah transaksi istishna sangat cocok untuk digunakan?
5. Jelaskan perbedaan antara istishna dengan istishna paralel
Bagian B (Kasus)
Sebuah bank syariah mendapat pesanan dengan kontrak istishna untuk pembelian 50 unit
rumah untuk korban gempa Bantul tahun 2006 dengan total nilai kontrak Rp
500.000.000, dengan spesifikasi luas bangunan 50m2 bahan batako dan kayu bengkire.
Lama penyelesaian
Mekanisme pembayaran
Untuk pengadaan rumah tersebut, bank bekerjasama dengan PT Bumi Yogya dengan
menggunakan kontrak istishna dengan nilai kontrak Rp 450.000.000 untuk 50 unit
rumah.
Harga Bangunan
: Rp 130.000.000
Lama penyelesaian
Mekanisme pembayaran
Diminta:
Buatlah jurnal yang terkait dengan transaksi Istisna diatas!