You are on page 1of 29

MAKALAH

TUGAS INDIVIDU ANAK


INFANT OF DRUG ADDITIVE MOTHER

Disusun oleh :
DITA FLORANITA

P.17420111010

2012/2013
Politeknik Kesehatan Kementerian Semarang
Jurusan Keperawatan Program Studi DIII Keperawatan Semarang
Jl. Tirto Agung Banyumanik Semarang 50268 Telp./Fax 024-7460274

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan yang kuasa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan bentuk sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam pembelajaran kebutuhan dasar manusia.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepanya bisa menjadi lebih baik.
Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu penulis harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 30 Januari 2013


Penyusun
Makalah

ii

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses luar biasa yang akan dialami oleh
setiap wanita normal. Dimana si Ibu bertanggung jawab untuk melindungi si calon
bayi dari segala bentuk ancaman baik ancaman dari dalam maupun dari luar.
Misalnya pada Ibu yang ketergantungan obat, alkohol maupun nikotin.
Penyalahgunaan dan ketergantungan zat yang termasuk dalam katagori
NAPZA pada akhir-akhir ini makin marak dapat disaksikan dari media cetak
koran dan majalah serta media elektrolit seperti TV dan radio. Kecenderungannya
semakin makin banyak masyarakat yang memakai zat tergolong kelompok
NAPZA tersebut, tidak terkecuali pada ibu hamil

Penyebab banyaknya pemakaian zat tersebut antara lain karena kurangnya


pengetahuan masyarakat akan dampak pemakaian zat tersebut serta kemudahan
untuk mendapatkannya. Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya ibu
hamil, dalam penggunaan NAPZA tersebut juga berakibat fatal terhadap si janin
(calon bayi). Hal ini terlihat jelas dengan semakin meningkatnya angka kematian
bayi baru lahir dan BBLR, dengan riwayat si Ibu ketergantungan obat.
Peran penting tenaga kesehatan dalam upaya menanggulangi
penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA di rumah sakit khususnya upaya
terapi dan rehabilitasi sering tidak disadari, kecuali mereka yang berminat pada
penanggulangan NAPZA (DepKes, 2001).
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di atas, maka perlunya peran serta tenaga
kesehatan khususnya tenaga keperawatan dalam membantu masyarakat yang di
rawat di rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
masyarakat. Untuk itu dirasakan perlu perawat meningkatkan kemampuan
merawat klien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yaitu asuhan
keperawatan klien penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA (sindrom putus
zat).
Para ahli memperkirakan bahwa 15-21% wanita hamil menggunakan obatobatan terlarang. Kebanyakan mereka menggunakan lebih dari satu jenis zat tidak
murni yang menimbulakn efek merugikan pada ibu dan atau janin. Sering kali
wanita yang menggunakan obat-oabtan dengan sendirinya telah berisiko karena
kondisi kesehatan ibu buruk begitu juga status nutrisinya dan adanya penyakit
menular. Dengan demikian risiko yang timbul akibat penggunaan obat tertentu
tidak terhitung.
Variabel yang memungkinkan janin akan mendapat pengaruh akibat
penggunaan zat tertentu antara lain : lama waktu individu terpajan obat atau zat,
dosis, tingkat kekronisan dan intraksi penggunaan berbagai obat. Kemampuan
larut dalam lemak, ukuran molekul, kapasitas ikat protein, tingkai ionisasi, cara
pengangkutan ke plasenta, struktur plasenta dan aliran darah, serta gradien pH ibu
atau janin, semua ini mempengaruhi jumlah obat yang diterima dijanin. Kapasitas
janin untuk metabolisme dan mengekskresi obat lebih rendah daripada kapasitas
ibu. Dengan demikian dosis obat yang masuk kedalam tubuh ibu dan obat lebih
lama berada di dalam tubuh janin dibanding di dalam tubuh ibu.
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengaruh zat adiktif pada ibu hamil
2. Mengatahui dampak yang terjadi pada janin yang terlahir dari seorang ibu
yang dipengaruhui obat
3. Mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat pada kasus
ibu hamil dengan ketergantungan.

BAB II
TEORITIS

A. Pengertian
Ketergantungan obat adalah kebutuhan secara psikologis terhadap
suatu obat dalam jumlah yang makin lama makin bertambah besar untuk
menghasilkan efek yang diharapkan
Menurut WHO merupakan gabungan berbagai bentuk penyalahgunaan
obat dan didefenisiskan sebagai suatu keadaan psikis maupun fisik yang
terjadi karena interaksi suatu obat dengan organisme hidup. Hal ini

termasuk reaksi perilaku dan selalu terpaksa menggunakan obat secara


periodik untuk mengalami efekpsikis dan mencegah efek yang tidak enak
karena kehilangan obat tersebut.
B. Jenis-jenis zat adiktif
Berikut adalah obat obatan yang dapat menyebabkan janin ketagihan:
1. Sedativa
Golongan yang paling sering digunakan adalah benzodiazepin dan
barbiturat serta metabolitnya dapat melalui plasenta. Kadarnya sama
dengan kadar dalam darah ibu selama 5-10 menit setelah pemberian
intravena. Kadar pada neonatus lebih besar 1-3 kali dibandingkan dalam
serum ibu. Pemakaian dengan dosis 30-40 mg perhari dalam waktu lama
akan menyebabkan komplikasi pada bayi baru lahir.
Terdapat 2 sindroma mayor komplikasi janin akibat penggunaan
diazepam:
-floopy infant syndrome: terdiri atas hipotonia, letargi, kesulitan
mengisap.
-withdrawal syndrome: terdiri atas pertumbuhan janin terhambat,
tremor, iritabilitas, hipertonus, diare, muntah, menghisap dengan kuat.
a.

Heroin

Mempunyai kemampuan menstimulasi sejumlah reseptor spesifik


pada susunan saraf pusat. Reseptor mu (bertanggung jawab pada tingkat
supraspinal yang menyebabkan analgesia, euforia,depresi pernafasan, dan
ketergantungan fisik), reseptor kappa (bekerja pada spinaldan
menyebabkan miosis dan sedasi) dan reseptor sigma (efek perangsangan
jantung, disforia, dan halusinogenik).
2. Kokain
Kokain adalh obat vasoaktif dan dapt menyebabkan masalah pada
bayi secara sekunder karena kerusakan plasenta atau melalui efek
langsung pada pembeuluh darah janin. Ada 2 jenis kokain: murni berupa

serbuk putih dan yang telah dicampur dengan soda kue/ sodium karbonat
kemudian direbus sampai airnya menguap dan tinggal kerak cokelat jenis
in lebih adiktif dan berbahaya. Kokain dengan cepat diabsorpsi dan
masuk dalam darah serta menghasilkan efek dalam 6-8 menit. Adiksi
kokain mengganggu psikologik, dan sulit diobati. Kokain diabsorbsi
dengan cepat pada semua membran mukosa dan menghambat reuptake
presinaps dari katekolaminpada neuron terminal. Akumulasi ini
menyebabkan peningkatan tonus simpatis dan vasokontriksi serta
menimbulkan euforia, peningkatan denyut jantung, hiperglikemia,
hiperpireksia, dan midridiasis. Vasokontriksi koroner akan
mengakibatkan spasme, angina pektoris, infark miokard akut, aritmia
jantung , dan bahkan kematian mendadak. Dapat pula terjadi perdarahan
subarakhnoid bila sebelumnya ada stroke hemoragik, dan nekrosis usus.
Komplikasi maternal dapat berupa hipertensi maligna , iskemia
janutng, infark miokard bahkan kematian. Bayi pemakaian kokain
dengan berat badan lahir rendah beresiko mengalami perdarahan
intraventrikuler dan keterlambatan penanganan. Ibu hamil pengguna
kokain beresiko terjadi terjadi ketuban pecah dini 20%, pertumbuhan
janin terhambat 25-30%, persalinan kurang bulan 25%, perawatan
mekonium dalam air ketuban 20% dan solusio plasenta 6-10%.
3. Alkohol
Fetal alcohol syndrome = FAS untuk menggambarkan gejala yang
berhubungan dengan pemekaian alkohol yang berat berupa: defisiensi
pertumbuhan pre dan postnatal, gangguan sistem saraf pusat
yangberpengaruh terhadap kecerdasan dan perilak, muka yang khas
ditandai dengan posisi telinga yang rendah dan tidak paralel, philtrum
yang khas yang ditandai pendek dan datar, muka yang panjang, kepala
kecil, hidung pendek, malformasi organ terutama pada jantung berupa
defek septum, dapat pula terjadi hipoplasia ginjal, divertikulum buli-buli,

dan gangguan traktus urogenitalis yang lain, serta deformitas anggota


gerak.
a. Jenis Dan Kadar Minuman Beralkohol:
1) Bir
Merupakan hasil fermentasi karbohidrat yang berasal dari tumbuhtumbuhan. Mengandung alkohol sebesar 3-6%
2) Wine
Dihasilkan dari fermentasi sari buah anggur. Sari buah lain yang juga
bisa digunakan adalah buah pir, apel, beri dan bunga dandelions.
Mengandung alkohol sebesar 10-14%
3) Liquor
Minuman beralkohol yang dibuat dengan proses penyulingan lalu
digabungkan dengan aroma dan cita rasa lain seperti jeruk. Biasanya
mengandung gula dan alkohol 30-35%
4) Vodka
Dikenal sebagai minuman tradisional Rusia. Biasanya merupakan
hasil penyulingan dari fermentasi bubur gandum. Mengandung 40%
alkohol.
5) Rum
Dihasilkan dari penyulingan berbagai produk fermentasi gula tebu.
Umumnya yang dicampur untuk pembuatan rum adalah sirup gula dan
air. Kadar alkoholnya 40-75%.
6) Gin
Merupakan hasil penyulingan dari fermentasi biji-bijian. Biasanya
cita rasa didapat dengan mencampurkan juniper berries (sejenis buah
beri). Memiliki kadar alkohol 40-45%
7) Brandy

Minuman beralkohol ini dihasilkan dari penyulingan wine dari


anggur. Kandungan alkoholnya adalah 40-50%
8) Wiski
Sejenis liquor yang merupakan hasil penyulingan dari bubur bijibijian. Kadar alkoholnya 40-50%.
4. Metamfetamin
Metabolit aktif metamfetamin ialah: amfetamin, suatu stimulan SSP
bentuk bubuk metamfetamin dikenal sebagai SPEED dan METH.
Angka melahirkan bayi prematur dan memiliki neonatus yang mengalami
retardasi pertumbuhan intrauterin dal lingkar kepala yang kecil , lebih
tinggi dibandingkan kelompok wanita yang tidak menggunakan obat
(oro,dikson 1987) pola perilaku neonatus berubah ditandai dengan
perilaku tidur yang abnormal, perilaku minum yang buruk, tremor dan
hipertonia. Gejala putus obat dapat diatasi dengan fenobarbital atau
tingtur alkohol opium (paregoric)
5. Mariyuana
Mariyuana merupakan obat terlarang yangpaling umum digunakan
selama masa hamil, dapat dihisap dalam rokok, pipa, pipa air, atau
dicampur kedalam makanan.obat ini menimbulkan keracunan
(intosikasi) dan sensori tinggi (melayang). Mariyuana dengan mudah
dapat menembus plasenta dan dapat meningkatkan kadar monoksida
dalam darah ibu, yang dapat menurunkan oksigen dalam darah janin.
6. Fenisiklidin
Fenisiklidin adalah obat sintesis yang dikenal dengan berbagai nama
(peace pil, angle dust, hog). Beberapa efeknya menyerupai skizofrenia,
para penggunanya dapat dimasukan keunit psikiatri. PCP cenderung
digunakan dalam berbagai kombinasi alkohol, kokain dan mariyuana,
efek khusus pada kehamilan, janin dan neonatus belum di identifikasi.
7. Tembakau

Hampir semua komplikasi pada plasenta dapat ditimbulkan oleh


rokok meliputi abortus, solusio plasenta, insufisiensi plasenta, berat
badan lahir rendah, dan plasenta previa. Hal ini akan meningkatkan
kematian neonatus dan sindroma kematian kematian bayi mendadak.
Perempuan yang merokok kehamilan trisemester keua dan tiga
mempunyai resiko yang sama bila merokok selama kehamilan. Bayi yang
lahir dari seorang perokok bukan hanya mempunyai BBLR, tetapi juga
ukuran panjang tubuh, kepala dan dada yang lebih kecil, pH tali pusat
yang rendah dan menunjukan lebih banyak kelainan pada pemeriksaan
neurologik.
C. Proses terjadinya masalah
Proses terjadinya masalah penyalahgunaan dan ketergantungan zat
memfokuskan pada zat yang sering disalahgunakan individu yaitu: opiat,
amfetamin, canabis dan alkohol.
1. Rentang Respons Kimiawi
Perlu diingat bahwa pada rentang respons tidak semua individu yang
menggunakan zat akan menjadi penyalahgunaan dan ketergantungan zat.
Hanya individu yang menggunakan zat berlebihan dapat mengakibatkan
penyalahgunaan dan ketergantungan zat.
Penyalahgunaan zat merujuk pada penggunaan zat secara terus
menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat
menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit.
Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat.
Toleransi berarti bahwa memerlukan peningkatan jumlah zat untuk
memperoleh efek yang diharapkan (Stuart dan Sundeen, 1995; Stuart dan
Laraia, 1998).
2. Perilaku
3. Faktor penyebab.
Faktor penyebab pada klien dengan penyalahgunaan dan
ketergantungan NAPZA meliputi:

a. Faktor biologic
1) Kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan alcohol
2) Perubahan metabolisme alkohol yang mengakibatkan respon
fisiologik yang tidak nyaman
b. Faktor psikologik
1) Tipe kepribadian ketergantungan
2) Harga diri rendah biasanya sering berhub. dengan penganiayaan
waktu masa kanak kanak
3) Perilaku maladaptif yang diperlajari secara berlebihan
4) Mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit
5) Sifat keluarga, termasuk tidak stabil, tidak ada contoh peran yang
positif, kurang percaya diri, tidak mampu memperlakukan anak
sebagai individu, dan orang tua yang adiksi
c. Faktor sosiokultural
1) Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap pengguna obat
2) Ambivalens sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan
berbagai zat seperti tembakau, alkohol dan mariyuana
3) Sikap, nilai, norma dan sanksi kultural
4) Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil dan keterbatasan
kesempatan.
D. Penatalaksanaan untuk Semua Wanita Hamil Penyalahgunaan Zat
1.

Karena janin dapat mengalami kerusakan yang bermakna sebelum


ibu mengetahui bahwa dirinya hamil, idealnya perawat memberikan
pendidikan dan dukungan sebelum kehamilan terjadi.
2.
Identifikasi wanita yang menyalahgunakan zat dengan menelusuri
riwayatnya serta tanda dan gejala fisik serta hasil pemeriksaan
laboratorium. Kaji riwayat penggunaan obat, termasuk obat-obatan
yang digunakan, dosis, rute, waktu penggunaan , frekuensi penggunaan,
durasi penggunaan, gejala putus zat, penggunaan jarum apakah jarum
digunakan dalam keadaan steril.
3.
Rujuk wanita ke program prenatal yang dirancang khusus untuk
memenuhi kebutuhan wanita kecanduan, jika memang tersedia,
termasuk program penyalahgunaan zat, serta berbagai layanan sosial
dan hukum. Rujuk ke kelompok swabantu, misal Alcholics Anonymous.

4.

Bina hubungan saling percaya untuk memastikan bahwa wanita akan


terus menerima perawatan prenatal bahkan jika ia terus menggunakan
obat-obatan.
5.
Beri konseling tentang risiko penyalahgunaan zat pada dirinya dan
janinnya. Beri penguatan tentang hal ini setiap kali ia melakukan
kunjungan prenatal. Beri konseling tentang manfaat mengurangi
penggunaan obat selama masa hamil: IUGR dapat diperbaiki dan efek
obat pada perkembangan otak akan diminimalkan sepanjang massa
hamil. Anjurkan puasa obat, atau bahkan mengurangi dosis sedikit demi
sedikit.
6.
Putus narkotik selama kehamilan dapat menyebabkan persalinan
prematur. Gejala putus barbiturate yang tidak dikontrol dapat berakibat
fatal bagi ibu dan janin. Kecanduan kokain, aklohol, amfetamin dan
bartiburat ditangani melalui penatalaksanaan putus zat terkendali dan
sistem rawat-inap. Sedangkan penanganan kecanduan tembakau,
mariyuana, transquilizer minor dilakukan melalui penatalaksanaan
putus zat dengan sistem rawat jalan.
7.
Beri konseling nutrisi untuk mencegah ketosis dan menyediakan
kalori, vitamin, dan protein.
8.
Perawatan prenatal berkelanjutan : Lakukan penapisan infeksi
menular seksual, hepatitis, dan HIV. Lakukan secara periodik untuk
penyalahgunakan banyak obat. Pantau komplikasi: IUGR
(ultrasonografi dasar dan periodik), persalinan prematur dan
preeklampsia. Gunakan alternative untuk mendukung upaya yang
dilakukan wanita: antidepresan untuk depresi, akupunktuk, biofeedback
dan konseling yang membahas isu seputar wanita penyalahguna zat, dan
rujuk untuk mendapat layanan sosial, perawatan anak, dan bantuan
hukum dan pekerjaan. Lakukan observasi terhadap depresi atau gagasan
bunuh diri juga tanda penganiayaan fisik. Kenali sumber yang tersedia
untuk membantu para wanita.
9.
Jika wanita menggunakan suatu obat yang dapat menyebabkan gejala
putus zat pada neonatus atau jika ia dicurigai menggunakan banyak
obat, upayakan wanita tersebut melangsungkan persalinan dirumah
sakit dengan staf yang berpengalaman mengenali dan menangani gejala
putus zat.
10. Berikan penatalaksanaan nyeri yang tepat selama persalinan dengan
menggunakan analgesik dan anestesia sembil dengan sangat hati-hati

memperhatika respon ibu untuk memampukannya meningkatkan


kenyamanan tanpa pemberian obat berlebihan.
11. Bantu ibu dalam membuat keputusan apakah ia perlu menyusui
dengan tetap mempertimbangkan risiko dan keuntungannya. Menyusui
dikontaindikasikan jika ibu kecanduan obat. Perilaku berisiko lain dapat
membuat bayi terpajan HIV atau hepatitis melalui ASI.
12. Intervensi jangka panjang bagi wanita dan anaknya dibutuhkan untuk
mendukung gaya hidupnya yang sudah berubah.
E. Riwayat Penggunaan Zat Adikif
1.
Alkohol
Riwayat
Sebuah kuisoner singkat dapat digunakan untuk mengkaji asupan
alkohol secara tidak langsung dengan menayakan toleransi wanita
terhadap aklohol. Untuk menidentifikasi wanita yang berisiko dapat
menggunakan tes TWEAK berisi poin-poin berikut:
a. Toleransi: Berapa gelas yang mampu Anda minum? (wanita yang
menjawab lebih dari satu hingga dua gelas menunjukan toleransi dan
asupan yang berlebihan).
b. Worry (kekhawatiran) : Apakah pasangan (atau orang tua) Anda pernah
mengkhawatirkan atau mengeluh tentang kebisaaan minum Anda?.
c. Eye-orener (pembuka mata) : Apakah Anda pernah minum pagi-pagi
sekali untuk menenangkan saraf atau untuk menghilangkan rasa
melayang atau pusing?.
d. Amnesia : Pernahkan Anda terjaga di pagi hari setelah malam
sebelumnya Anda minum dan menemukan bahwa Anda tidak lagi ingat
hal-hal yang terjasi sore sebelumnya?.
e. Kut/cut down (menghentikan) : Pernahkah Anda pernah merasa bahwa
Anda harus menghentikan kebisaaan minum Anda?
Komplikasi pada Ibu
Kesuburan menurun seiring peningkatan asupan aklohol.
Defisiensi tiamin dan vitamin lain terjadi pada penyalahgunaan aklohol.
Tanda putus aklohol antara lain: gemetar, iritabilitas, dan delirium
tremens yaitu suatu kondisi mengancam nyawa yang terlihat sebagai
aktivitas saraf simpatis berlebih, demam, enselopati, halusinasi visual,
kejang, dan persalinan prematur pada wanita hamil.

Komplikasi Kehamilan
Perdarahan pada trimester pertama dan kedua yang terjadi 3 kali
atau sering, infeksi dan abrupsio plasenta yang terjadi dengan
peningkatan frekuensi. Risiko abortus spontan pada trimester pertama
dan kedua meningkat dan aborsi habitual yang terjadi 2 kali atau sering.
Komplikasi Janin/Neonatus
Sindrom putus aklohol pada janin (fetal aklohol syndrome/FAS)
yang merupakan penyebab retardasi mental yang paling sering terjadi
pada neonatus erat berkaitan dengan asupan aklohol pada dua bulan
pertama kehamilan. FAS ditetapkan sebagai diagnosis jika janin
memperlihatkan 1 tanda dari setiap kategori yaitu IUGR, keterlibatan
SSP dan dismorfologi wajah (mikrosefalus, mikroftalmia, fisura
palpebral pendek, tulang hidung datar, dagu kecil, lipatan pada
epikantus, perkembangan filtrum yang buruk, bibir atas tipis atau area
maksilar yang datar). Kurang lebih 30-40% bayi juga mengalami defek
jantung, defek minor pada tangan dan kaki, defek tuba neural dan
kelainan kongenital lain.
Sindrom Alkohol-Janin (FAS)
Adalah sekumpulan masalah yang mempengaruhi anak-anak yang
dilahirkan oleh wanita pecandu alkohol. Sindrom lengkap terjadi pada 1
atau 2 dari setiap 1000 kelahiran.
FAS ditandai dengan retardasi pertumbuhan sebelum dan setelah
kelahiran. Kelainan pada jantung dan anggota gerak dan karateristik
wajah tak lazim seperti hidung yang pendek dan tak turun, pendataran
tulang rahang atas dan mata berbeda terjadi pada anak dengan FAS.
Anak ini mungkin mempunyai masalah perilaku, kerusakan bicara dan
kerusakan fungsi motorik kasar. FAS diperingkatkan sama seperti
kelainan tabung saraf dan sindron Down sebagai penyebab utama
retardasi mental pada bayi.
Fakta Lain tentang Penggunaann Alkohol
Minum obat dengan alkohol meningkatkan risiko kerusakan pada
janin. Obat yang menyebabkan masalah terbesar termasuk analgetik,
antidepresan, dan antikonvulsan.

Beberapa peneliti merasa yakin bahwa banyak mengkonsumsi


alkohol oleh ayah si bayi sebelum atau pada saat terjadinya konsepsi
juga dapat menyebabkan FAS pada bayi. Konsumsi alkohol oleh ayah
bayi juga berhubungan dengan retardasi pertumbuhan intrauterin.
Pengaruh Alkohol saat Laktasi
Alkohol akan mengurangi reflek pengeluaran susu dan dapat
mengubah rasa susu. Kadar aklohol dalam serum darah ibu dan air susu
ibu setara. Metabolit aklohol yang diyakini sebagai penyebab utama
toksisitas alkohol adalah asetaldehid dan zat ini tidak dalam air susu
ibu. Bayi dari ibu menyusui yang merupakan peminum berat aklohol
terbukti mengalami keterlambatan pertumbuhan motorik kasar pada
usia 1 tahun, kendati tidak diketahui apakah ini menunjukan bahwa ia
mengkonsumsi aklohol selama hamil atau laktasi atau tidak.
Penatalkasanaan Khusus untuk Wanita yang Pernah Menggunakan atau
Saat Ini Menggunakan Aklohol
Lakukan penapisan untuk mendeteksi hepatitis-terkait aklohol,
pankreatitis dan neuropati. Beri suplemen berupa cairan atau vitamin
lain. Wanita penderita pankreatitis diabetes dan penyakit hati harus
sama sekali bebas aklohol karena dapat menimbulkan risiko khusus
pada janin mereka.
2. Amfetamin
Stimulan SSP yang diberikan IV atau peroral menyebabkan spasme
pembuluh darah utero-plasental, yang menyebabkan persalinan
prematur, abrupsio plasenta dan IUGR. Efek anoreksia obat-obatan
dapat berperan terhadap terjadinya malnutrisi. Wanita yang
menggunakan obat-obatan ini bisaanya lama kelamaan memiliki
toleransi terhadap obat ini yaitu menjadi hiperaktif dan sering paranoid
dan mengalami halusinasi. Wanita yang kecanduan amfetamin selama
masa hamil bisa mengalami hipertensi, takikardia, proteinuria,
persalinan prematur, dan absupsio plasenta. Gejala putus zat muncul
sebagai letargi dan depresi berat.
Komplikasi pada Janin/Neonatus
Efek pada janin yang dikaitkan dengan penggunaan amfetamin
antara lain: bibir sumbing, defek jantung, penurunan lingkar kepala,

atresia biliarins, prematuritas, hiperbilirubinemia yang memerlukan


transfusi darah tukar, perdarahan di otak, bintik mongolia, murmur
sistolik, testis tidak turun, pelbagai masalah kognitif visual (memproses
hal yang dilihat), kesulitan belajar, dan perubahan perilaku.
Pertumbuhan anak laki-laki bisa terakselerasi sedangkan pada anak
perempuan bisa melambat. Begitu juga akselerasi pubertas dapat terjadi
pada anak laki-laki, sementara anak perempuan muncul terlambat.
Penatalkasanaan Khusus untuk Wanita yang Pernah Menggunakan atau
Saat Ini Menggunakan Amfetamin
Nasehatkan petugas yang melakukan anestesi pasien diketahui
telah menggunakan amfetamin supaya mereka bisa mengobservasi
adanya aritmia jantung pada pemberian anestesia obstetrik.
3.
Rokok
Patofisiologi
Rokok mengandung lebih dari 2500 zat kimia teridentifikasi
termasuk karbonmonoksida, amonia, aseton formaldehid, sianida
hidrogen, piren dan vinil klorida. Di dalam tubuh nikotin melepas
asetilkolin, epineprin, dan hormon antideuritik yang menyebabkan
takikardia, peningkatan curah jantung, vasikonstriksi perifer,
peningkatan takanan darah, perubahan metabolisme lemak dan
karbohidrat. Karbonmonoksida menembus perifer barrier plasenta dan
berikatan dengan hemoglobin sehingga terjadi penurunan oksigenasi
pada darah janin.
Kompikasi pada Ibu
Merokok meningkatkan risiko penyakit paru obstruktif menahun,
kanker serviks, infertilitas, awitan menopause lebih dini, dan kehamilan
ektopik. Merokok merupakan penyebab 29% dari keseluruhan kasus
kanker bertanggung jawab terhadap 55% kematian akibat masalah
kardiovaskular pada wanita berusia kurang dari 65 tahun. Gejala putus
zat meliputi perasaan sangat ingin merokok, gelisah, ansietas, marah,
kesulitan berkonsentrasi, insomnia, depresi nafsu makan dan berat
badan meningkat, sakit kepala, konstipasi, flatulesi, luka pada mulut,
haus, batuk dan serak, kongesti sinus, kram tungkai dan penurunan
frekuensi denyut jantung. Gejala ini dapat muncul dalam beberapa jam
dan dapat bertahan selama berhari-hari bahkan berbulan-bulan.

Komplikasi Selama Masa Hamil


Abortus spontan dan komplikasi pada plasenta meningkat karena
merokok selama masa hamil. Hal ini disebabkan plasenta dan ketuban
mengalami percepatan degenerasi. Merokok juga dapat menyebabkan
risiko lahir mati lebih tinggi.
Merokok dapat mengurang berat lahir bayi rata-rata sebesar 200
gram. Risiko BBLR menjadi lebih besar ketika usia meningkat.
Merokok setelah usia 35 tahun meningkatkan risiko IUGR 5 kali lipat.
Wanita yang berusia lebih tua dan merokok memiliki kemungkinan
melahirkan prematur lebih besar daripada wanita berusia lebih muda
merokok.
Hal terbaik yang harus dilakukan ialah berhenti merokok sama
sekali sebelum dan selama kehamilan. Jika Anda tidak dapat berhenti
merokok secara total, kurangi jumlah rokok yang Anda hisap untuk
membantu mengurangi risiko.
Efek Merokok pada Janin
Wanita hamil yang merokok mengurangi pasokan oksigen janin
sampai sebanyak setengahnya karena karbon monoksida pada asap
rokok dalam aliran darah ibu dan toksin dalam asap rokok
mempersempit pembuluh darah. Merokok dapat merusak plasenta dan
memperlambat pertumbuhan bayi.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang perokok mempunyai berat
badan lahir lebih rendah dar bayi lainnya. Meningkatkan angka kejadian
kelainan membaca telah teridentifikasi pada anak-anak yang dilahirkan
dari ibu yang merokok selama kehamilan, hiperaktivitas (sindrom
disfungsi otak minimal) juga merupakan kondisi umum pada anak-anak
yang dilahirkan dari ibu yang merokok.
Jika wanita merokok selama kehamilan, zat yang ia hirup
mengganggu penyerapan tubuh terhadap vitamin B, vitamin C dan
asam folat serta meningkatkan risikonya terhadap komplikasii yang
berhubungan dengan kehamilan. Merokok mempunyai hubungan
dengan kehamilan. Merokok mempunyai hubungan dengan kelainan
kelahiran tertentu, termasuk sumbing langit-langit, kelainan jantung dan
kelainan neural tube (tabung saraf), seperti spina bifida.
Risiko Pajanan Asap Rokok Terhadap Ibu

Asap rokok orang lain dapat menyebabkan seorang ibu memiliki


risiko melahirkan bayi BBLR 2 kali lipat. Hal ini ditemukan pada suatu
studi. Studi lain menemukan bahwa berat bayi berkurang sebesar 192
gram. Peneliti telah menemukan kadar nikotin yang signifikan dalam
rambut neonatus yang terpajan terhadap asap pasif selamanya
sedikitnya 3 jam sehari selama masa kehamilan.
Efek Positif Berhenti Merokok
Dalam 12 jam setelah berhenti merokok, kadar karbon monoksida
dan nikotin menurun sangat cepat, sedangkan jantung dan paru mulai
memperbaiki kerusakan disebabkan oleh asap rokok. Dalam jangka
panjang, risiko kanker yang mengancam nyawa dan penyakit jantung
menurun. Pada suatu studi ditemukan bahwa bayi dan ibu yang berhenti
merokok selaama masa hamil memiliki berat lahir 92 gram lebih besar
dari pada ibu lain yang tidak mengurangi rokok. Kehamilan
berlangsung satu minggu lebih lama pada ibu yang berhenti merokok.
Kendati berhenti merokok pada minggu ke 16 mencegah banyak efek
merugikan bahkan berhenti merokok pada trimester ketiga ketika bayi
sudah mengalami banyak pertumbuhan sangat menguntungkan.
Risiko Merokok Selama Laktasi
Bayi yang terpajan asap rokok akan terkena infeksi saluran
pernapasan atas dan ostitis. Menyusui juga dapat memberi perlindungan
terhadap peningkatan risiko sindrom kematian bayi mendadak (SIDS)
diantara bayi yang terpajan asap rokok. Nikotin diserap dalam dosis
lebih besar dari saluran nafas dibanding ASI. Oleh karena itu, berhenti
tidaknya ibu merokok akan bermanfaat baginya jika ia menyusui
bayinya. Merokok dapat menurunkan volume ASI karena merokok
menekan kadar prolaktin dan oksitosin. Wanita merokok cenderung
menyapih bayinya lebih awal. Ajarkan ibu untuk tidak merokok dalam
ruang yang sama dengan bayi dan untuk puasa rokok selama 2 jam
sebelum meyusui bayinya. Nikotin yang dialirkan dalam ASI sesuai
dengan jumlah dosis yang dikonsumsi ibu.
Penatalksanaan Khusus untuk Wanita yang Merokok
CDC merekomendasikan supaya nilai untuk hemoglobin dan
hematokrit dinaikan untuk kelompok perokok. Tentukan zat gizi yang
hilang akibat merokok, antara lain seng, karoten, kolesterol, vitamin

B12, zat besi, asam amino, vitamin C dan folat mendapat penggantian
yang cukup dalam vitamin prenatal yang diprogramkan.
Terapi Penghentian Merokok
Tawarkan terapi penghentian merokok. Tawarkan penggantian
nikotin jika ibu merokok lebih dari 15 batang rokok sehari dan
sebelumnya pernah mengalami gejala putus rokok, yang membuatnya
tidak kembali merokok. Kemungkinan terapi penghentian merokok
ditetapkan jika manfaatnya melebihi risiko penggantian nikotin dan
pada saat yang bersamaan ibu tetap merokok. Kadar nikotin dalam
serum akan lebih rendah pada terapi penggantian nikotin dibanding
dengan ibu tetap merokok. Penggantian tersebut meliputi:
a. Permen karet nikotin
Tersedia tanpa resep dalam dosis 2 dan 4 mg. Dua miligram
digunakan untuk mengganti dua rokok. Permen karet dikunyah
selama beberapa detik sampai terasa pedas, ditempel dipipi
sampai sensasinya hilang kemudian ulangi. Permen karet ini
bertahan sampai 30 menit. Setelah satu hingga dua bulan wanita
tersebut dapat menyapihnya dengan mengurangi satu unit
dosis/minggu. Bisa terjadi iriasi mulut.
b.
Koyo nikotin
Menyebabkan kadar nikotin menjadi konstan, tersedia tanpa
resep dengan kekuatan yang bervariasi lima hingga 22 mg. Koyo
ditempel setiap pagi dan diamkan selama 16-24 jam/hari. Perokok
ringan dapat menggunakan koyo 16 jam, sedang perokok berat
dapat menggunakan koyo 24 jam, menyapih secara bertahap
hingga ke dosis yang lebih rendah dimulai pada minggu kedua
hingga keempat. Efek sampingnya meliputi iritasi kulit dan
gangguan tidur.
c.
Semprot nikotin melalui hidung
Memungkinkan kadar nikotin yang paling cepat (dalam 10
menit), tetapi menyebabkan tingkat ketergantungan yang lebih
besar dan efek sampingnya lebih banyak (iritasi hidung dan
tenggorok). Satu kali semprot dilakukan perhidung 1-2x/jam
dengan dosis tidak lebih dari 24 jam. Penyapihan
direkomendasikan
selama
bulan
ke-3
penggunaan.
Dikontaindikasikan pada wanita penderita asma dan gangguan
nasal, sinus dan bronkitis kronis.

4.

Kokain
Kokain dikonsumsi peroral, IV, atau subkutan dan dihirup atau
dihisap. Kokain menyebabkan peningkatan kadar darah yang sangat cepat
dan euforia yang membuat kecanduan. Kokain meningkatkan kadar
epineprin dan norepineprin yang menyebabkan takikardia, peningkatan
tekanan darah, vasokonstriksi, kebutuhan untuk tidur berkurang dan
penurunan aliran darah uteroplasenta.
Kompikasi Penggunaan Kokain pada Ibu
Dapat meliputi gangguan pada jantung dan paru, rintis kronis,
perforasi septum nasal, stroke, iskemia usus, hipertermia dan kematian
mendadak.
Komplikasi pada Kehamilan
Meliputi kerusakan oksigenasi janin, hipertensi pada janin, abortus
spontan (sering), pecah ketuban dini 20%, kelahiran prematur 25%,
IUGR 25-30 %, cairan amnion bercampur mekonium 29%, lahir mati
dn infark plasenta, insufisiensi atau abrupsio, kegagalan kongenital
(jantung, otak), dan manifestasi pada SSP. Bayi yang terpajan narkotik
memiliki peningkatan risiko SIDS.
Gejala Putus Zat Neonatal
Terjadi pada bayi pecandu kokain. Gejalanya meliputi: iritabilitas,
sering gemetar, masalah saluran cerna, ketidakmampuan menghisap,
dan berbagai masalah pernapasan.
Penatalaksanaan Khusus Untuk Wanita Yang Pernah Menggunakan Kokain
Detoksifikasi diindikasikan.
5.

Heroin
Heroin adalah suatu narkotik yang disuntikan, yang dikaitkan
dengan komplikasi maternal yang timbul akibat suntikan, antara lain:
pembentukan abses, hepatitis dan infeksi HIV. Perubahan paru kronis
kadang terjadi setelah kerusakan berulang akibat materi partikulat yang
masuk melalui intravena dan kontaminasi zat-zat pengisi atau oleh
jamur, bakteri atau virus (termasuk HIV) di dalam obat.

Tanda dan Gejala Putus Heroin Dini pada Wanita


Meliputi: gelisah, rinorea, piloereksi, sering menguap, iritabilitas,
lakrimasi, midriasis, pengeluaran keringat berlebihan, muntah dan
diare. Tanda yang muncul dikemudian antara lain kram abdomen dan
uterus, nyeri pada tulang dan otot serta iritabilitas otot.
Komplikasi kehamilan
Selama kehamilan penggunaan heroin dikaitkan dengan persalinan
prematur, korioamnionitis, peningkatan insidensi preeklamsia,
perdarahan dan lahir mati. Kendati heroin tidak meningkatkan risiko
kelainan kongenital, IUGR, penurunan lingkar kepala, keterlambatan
perkembangan yang ringan, serta ganggguan perilaku meningkat.
Gejala Putus Heroin pada Neonatus
Dialami bayi bari lahir dari ibu pecandu yang dimulai sejak 48 jam
hingga 6 hari. Gejala meliputi tangisan melengking, penerimaan
makanan bayi terhadap makanan buruk, muntah, diare dan kadang
kejang.
Penatalaksanaan Khusus untuk Wanita yang Telah Mengguakan Heroin
Detoksifikasi harus dilakukan setelah kehamilan. Rujuk wanita
hamil tersebut untuk rumatan metadon, untuk mengalihkan pasien dari
gaya hidup beresiko tinggi, menghindari dosis berlebih dan pajanan
kontaminan serta mencegah timbulnya gejala putus zat. Gunakan
antagonis narkotik, misal Narcan, Talwin, Stadol dan Nubain disertai
kewaspadaan guna menghindari janin mengalami putus zat tang dapat
menyebabkan abortus spontan. Catatan: heroin akan menyebabkan
hasil tes kehamilan positif-palsu.
6.

Mariyuana
Satu dari tiga wanita menggunakan mariyuana selama bertahuntahun di usia subur mereka. Dampak kebiasaan menghisap mariyuana
pada paru sama dengan kebiasaan merokok, bahkan lebih berat, yang
menyebabkan bronkitis dan peningkatan kadar karboksihemoglobin.
IUGR, letargi, hipotonia, respons tumpul terhadap stimulus, refleks
neonatus yang lebih rendah terhadap cahaya, peningkatan refleks Moro,
tremor, ketidakmaturan sistem visual, dan keterlambatan perkembangan
saraf telah dilaporkan dialami oleh bayi dari pengguna mariyuana berat.

7.

Metadon
Metadon adalah suatu narkotik opiat sintesis dengan waktu paruh
yang lebih panjang daripada heroin. Metadon digunakan untuk
penatalaksanaan wanita hamil pecandu opiat dengan tujuan mencegah
atau mengurangi gejala putus zat dan keadaan sangat menginginkan
obat, untuk mencegah mereka menggunakan kembali obat-obatan
adiktif dan menormalkan setiap fungsi fisiologs yang terganggu akibat
penggunaan obat tertentu. Namun hal ini terhambat karena banyak
wanita yang menggunakan metadon menggunakan berbagai zat lain.
Hal ini mengakibatkan angka kelahiran prematur, persalinan yang
cepat, abrupsio plasenta dan keluarnya mekonium jauh lebih tinggi
diantara ibu yang menggunakan metadon dibanding diantara mereka
yang meenggunakan heroin.
Metadon dimetabolisasi lebih cepat daripada heroin selama masa
hamil dan beberapa wanita dapat mengalami gejala putus zat. Gejala
putus zat meliputi : hiperaktivitas janin, persalinan prematur, atau
kematian janin. Heroin dapat mengurangi gejala-gejala ini.
Neonatus berisiko mengalami trombositosis dalam 4 bulan pertama
kehidupan. Sedang semua anak yang terpajan narkotik memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk mengalami SIDS.
Sindrom putus zat pada neonatus terjadi pada 30-90 % bayi dari
ibu pecandu opiat. Gejalanya sama dengan gejala yang timbul akibat
gejala putus heroin. Gejala putus metadon berlangsung lebih lama
(hingga 3 minggu) karena waktu paruh metadon lebih lama.

Penatalaksanaan Khusus untuk Wanita yang Menggunakan Metadon


Sasaran penatalaksanaan metadon adalah mengupayakan supaya
pasien pada akhirnya menggunakan metadon sampai kadar kurang lebih
20-40 mg/hari. Hindari manipulasi dosis pada trimester ketiga karena
ada risiko gejala putus zat pada janin. Lakukan penapisan obat secara
periodik. Karena gejala putus zat dapat muncul setelah pasien keluar
dari rumah sakit, informasikan ibu atau orang yang membantunya
tentang tanda dan gejala yang dapat timbul. Catatan: Metadon akan
menyebabkan tes kehamilan positif palsu.
8.
Sniffing (Huffing)
Menghirup (sniffing) pelarut organik misalnya: cat semprot, lem,
bensin, tiner atau toluen akan mnyebabkan komplikasi maternal, antara
lain: asidosis tubular ginjal, cedera pada paru dan aritmia jantung.

Selama kehamilan, kelahiran prematur, IUGR dan kematian janin dapat


terjadi.
Penatalaksanaan Khusus untuk Wanita yang Menghirup Pelarut dan Zat
Lain
Tokolisis beta-mimetik dikontraindikasikan pada pasien-pasien ini
karena obat-obatan ini menigkatkan efek obat-obatan yang dihirup.

BAB III
Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Prinsip pengkajian yang dilakukan dapat menggunakan format
pengkajian di ruang psikiatri atau sesuai dengan pedoman yang ada di masingmasing ruangan tergantung pada kebijaksanaan rumah sakit dan format
pengkajian yang tersedia. Adapun pengkajian yang dilakukan meliputi :
1. Perilaku .
2. Faktor penyebab dan faktor pencetus.
3. Mekanisme koping yang digunakan oleh penyalahguna zat meliputi:
a. penyangkalan (denial) terhadap masalah
b. rasionalisasi
c. memproyeksikan tanggung jawab terhadap perilakunya
d. mengurangi jumlah alkohol atau obat yang dipakainya.
e. Sumber-sumber koping (support system) yang digunakan oleh klien
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi kurang volume cairan dan perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan: efek penggunaan obat-obatan
psikoaktif.
2. Resiko tinggi cedera terhadap diri sendiri, janin, atau bayi baru lahir yang
berhubungan dengan efek sensori obat
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gaya hidup dehidrasi dan
malnutrisi metode pemberian obat / efek obat
4. Kurang perawatan diri, mandi, higyene yang berhubungan dengan efek zat
5. Penyangkalan (denial) yang berhubungan dengan kurang pemahaman
tentang proses penyakit, efek obat psikoaltif pada janin yang bertumbuh
dan kehamilan
6. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan sistem pendukung
yang kurang, harga diri rendah, tidak adanya mekanisme sehat untuk
mengenali dan mengungkapkan kemarahan
7. Resiko tinggi kekerasan berhubungan dengan mempertahankan kebiasaan
menggunakan obat, efek zat yang digunakan.
C. Intervensi
1. Dx: Resiko tinggi cedera terhadap diri sendiri, janin, atau bayi baru lahir
yang berhubungan dengan efek sensori obat
Hasil yang diharapkan:
persalinan pasien yang prematur akan disupresi
intervensi:

a. Memantau terapi tokolisis melalui IV .


b.Memantau status ibu dan janin akibat pemberian terapi.
c. Menganjurkan bumil untuk mengambil keputusan melakukan tirah
baring, dan menjaga kebersihan.
d. Menyiapkan kepulangan pasien : memberi penyuluhan tentang
pemberian obat oral dan cara mengenali tanda persalinan prematur, apa
dan bagaimana melaporkannya: sumber orang yang dapat dihubungi
saat diperlukan.
Rasional:
a. Pemantauan ketat penting untuk menentukan keefektifan dan megenali
tanda dini toksisitas
b. Menunjukan penghargaan terhadap kemampuan pasien mengambil
keputusan sehingga ia akan merasa lebih kuat
c. Pengetahuan memberikan dasar dalam mengambil keputusan :
merupakan proses yang membantu dalam mengembangkan
keterampilan koping yang baru; kepercayaan perawat dapat membantu
pasien dalam mengembangkan harga diri, yang bisa membantu pasien
melewati sisi hidupnya yang lain.
Evaluasi:
a. Persalinan prematur disupresi tanpa terjadi toksisitas
b. Pasien mampu mematuhi tirah baring
c. Pasien minum obat oral sesuai instruksi, persalinan pre term tidak
terjadi.
2. Dx: Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan sistem
pendukung yang kurang
Hasil yang diharapkan:
a. Pasien akan mengungkan sikap positif terhadap dirinya.
b. Pasien akan meneruskan kehamilannya sampai cukup bulan tanpa
menggunakan kokain
Intervensi:
a. Mendorong klien untuk mengenali kekuatan dirinya.
b. Membantu mengembangkan strategi penyelesaian masalah.

c. Menggali sumber untuk mengurangi penggunaan zat


Rasional:
a. Mengurangi ketergantungan pada dominasi teman sebay ayang tidak
tepat.
b. Mendorong keterlibatan klien dalam rencana perawatan dan
pelaksanaan aktivitas
Evaluasi:
a. Klien mampu menggunakan pernyataan positif saya .
b. Klien membantu mengembangkan rencana perawatan yang tepat untuk
kelahiran aterm.
c. Klien hadri dalam progam rehabilitasi, mendiskusikan masalah dengan
perawat di klinik/ perawat kesehatan masyarakat, dan tetap bebas dari
obat selama sisa masa hamilnya.
3. Dx : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan: efek
penggunaan obat-obatan psikoaktif
Hasil yang diharapkan:
Ibu dan janin akan mempertahankan nutrisi yang ade kuat
Intervensi
a. Memberi si Ibu konsultasi tentang konsultasi wanita hamil dan janin.
b. Bersama-sama mengembangkan rencana makan yang meliputi jadwal,
lingkungan, dan jenis makanan yang disukai/ tidak disukai
Rasional
a. Klien kurang memahami kebutuhan nutrisi selama hamil.
b. Penyalahguna zat sering sekali lupa makan / lupa makanan
kesukaannya
Evaluasi
a. Status nutrisi pasien dan asupan makanannya sesuai denagn
kehamilannya trimester ketiga.
b. Pasien menjalankan rencana makan dan memasukan makanan
kesukaan dalam pilihan makanan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penyalahgunaan dan ketergantungan zat yang termasuk dalam katagori
NAPZA pada akhir-akhir ini makin marak. Kecenderungannya semakin makin
banyak masyarakat yang memakai zat tergolong kelompok NAPZA tersebut,
tidak terkecuali pada ibu hamil.

Penyebab banyaknya pemakaian zat tersebut antara lain karena kurangnya


pengetahuan masyarakat akan dampak pemakaian zat tersebut serta
kemudahan untuk mendapatkannya. Kurangnya pengetahuan masyarakat
khususnya ibu hamil, dalam penggunaan NAPZA tersebut juga berakibat fatal
terhadap si janin (calon bayi). Hal ini terlihat jelas dengan semakin
meningkatnya angka kematian bayi baru lahir dan BBLR, dengan riwayat si
Ibu ketergantungan obat.
Peran

penting

tenaga

kesehatan

dalam

upaya

menanggulangi

penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA di rumah sakit khususnya upaya


terapi dan rehabilitasi sering tidak disadari, kecuali mereka yang berminat
pada penanggulangan NAPZA (DepKes, 2001).
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di atas, maka perlunya peran serta
tenaga kesehatan khususnya tenaga keperawatan dalam membantu masyarakat
yang di rawat di rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan masyarakat. Untuk itu dirasakan perlu perawat meningkatkan
kemampuan merawat klien dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yaitu asuhan keperawatan klien penyalahgunaan dan
ketergantungan NAPZA (sindrom putus zat).
B. Saran
Penulis harapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua untuk
ilmu yang lebih membangun. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang positif dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto, I.JBuku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6, EGC, Jakarta:


1995
Bobak, Lowdermig, Jensen. Buku Keperawatan Maternitas Edisi 4, EGC,
Jakarta:2004
Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3, EGC: 1995
Glade B. Curtis.1997.Kehamilan di Atas Usia 30.Penerbit Arcan: Jakarta
Sinclair, Constance.2003. Buku Saku Kebidanan. EGC: Jakarta
http://www.saskschools.ca/~psychportal/Psych30/EjournalPrenatal/influences_on_prenatal.htm
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15734273
http://teratogenmarijuana.pbworks.com/

You might also like