You are on page 1of 13

BAB II

ISI
A. Deskripsi Tanaman
Jeruk Pontianak yang dikenal sebagai jeruk siam atau jeruk keprok ini memiliki ciri
antara lain buahnya berwarna hijau kekuningan, mengkilat, dan permukaannya halus. Ketebalan
kulitnya sekitar 2 mm. Berat tiap buah sekitar 75,6 g. Bagian ujung buah berlekuk dangkal.
Daging buahnya bertekstur lunak dan mengandung banyak air dengan rasa manis yang segar.
Setiap buah mengandung sekitar 20 biji, jeruk siam tumbuh berupa pohon berbatang rendah
dengan tinggi 2 - 8 meter. Umumnya tanaman ini tidak berduri. Batangnya bulat atau setengah
bulat dan memiliki percabangan yang banyak dengan tajuk yang sangat rindang. Ciri khas
lainnya tanaman ini adalah dahannya kecil dan letaknya berpencar tidak beraturan. Daunnya
berbentuk bulat telur memanjang, elips, atau lanset dengan pangkal tumpul dan ujung memncing
seperti tombak. Permukaan atas daun berwarna hijau tua mengkilat sedangkan permukaan bawah
hijau muda. Panjang daun 4-8 cm dan lebar 1,5 - 4 cm. Tangkai daunnya bersayap sangat sempit
sehingga bisa dikatakan tidak bersayap.
Berkat kulitnya yang mudah dikupas dan rasanya yang khas, yang bervariasi dari asam
pada beberapa kultivar sampai sangat manis pada beberapa kultivar lain, sebagian besar jeruk
siam dimakan segar. Selain dimakan jeruk dipergunakan sebagai bahan minuman. Beberapa jenis
jeruk dapat digunakan sebagai obat. Segmen-segmen buah dikalengkan dan sari buahnya
diekstrak dari buah jeruk siam ini. Pektin dan rninyak atsiri diambil dari kulit buah, yang di
Indonesia dijadikan bahan rujak. Sampai saat ini belum ada perusahaan swasta yang mengolah
jeruk menjadi minuman kaleng, sirup jeruk.
Jeruk Pontianak mengandung D-limonene yang sangat baik untuk Mencegah Penyakit
Kanker seperti Kanker Kulit, Payudara, Paru-paru, Lambung, Mulut dan Usus besar. Kandungan
kalium dalam buah jeruk berperan dalam menjaga detak jantung agar tetap seimbang. Sehingga
makan jeruk juga mampu mencegah penyakit Kardiak Aritmia (detak jantung tidak teratur),
memperkuat sistem kekebalan tubuh, ini dikarenakan buah jeruk merupakan sumber Vitamin C,
fungsi vitamin C yaitu merangsang produksi sel darah putih dalam tubuh. Kandungan flavonoid
dalam jeruk berfungsi sebagai mengontol tekanan darah agar tetap stabil. Beta-carotene pada
buah jeruk adalah antioksidan kuat yang melindungi sel dari kerusakan. Selain itu, senyawa

tersebut juga melindungi kulit dari tanda penuaan. Meskipun Jeruk bersifat asam sebelum
dikonsumsi, ternyata buah yang satu ini punya khasiat Menyeimbangkan kadar Tingkat
Keasaman dalam Tubuh. Sama seperti buah lain yang mengandung gula, keistimewaan buah
Jeruk adalah kadar Glikemik Indeks di dalamnya yang hanya berjumlah 40. Tersebut tergolong
rendah, sehingga Jeruk termasuk sumber karbohidrat sehat yang tak akan meningkatkan berat
badan atau kadar gula darah.
B. Deskripsi Penyakit
1. ISK ( Infeksi Saluran Kemih )
Infeksi saluran kemih adalah masalah kesehatan yang serius
mengenai jutaan populasi manusia setiap tahunnya. Infeksi saluran
kemih (ISK) adalah jenis infeksi yang kedua paling banyak ditemukan
setelah infeksi saluran pernafasan.
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus
Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).
Infeksi saluran kemih adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya
mikroorganisme patogenik dalam traktis urinarius, dengan atau tanpa
disertai tanda dan gejala (Brunner & Suddarth, 2002).
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal,
ureter, buli-buli, ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah
istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO)
dalam urin (Sukandar, E., 2004).
Infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri paling sering dijumpai
pada kehamilan (Cunningham., 2005).
Infeksi saluran kemih adalah bila ada pemeriksaan urin, ditemukan
bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml.urin yang diperiksa
harus bersih, segar, dan dari aliran tengah (midstream) atau diambil
dari fungsi suprasimpisis (Saifudin., 2007).
2. Macam - Macam ISK ( Infeksi Saluran Kemih )
Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:
1. Kandung kemih (sistitis)

2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:
1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran
kencing tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada
usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya
mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman
penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap
beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan
shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko
uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter
kandung kencing menetap dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c. Gangguan daya tahan tubuh
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus
spp yang memproduksi urease.
Macam ISK antara lain:
1. ISK Primer
Berdasarkan adanya gejala sistemik, ISK primer dibagi menjadi dua:

a. ISK lokal, diterapi dengan antibiotika lokal.


b. ISK dengan gejala sistemik, diterapi dengan antibiotika sistemik.
Antibiotika yang sering digunakan yaitu amoksisilin.

2. ISK sekunder
ISK ini merupakan akibat dari penyakit atau kelainan yang lain.
ISK

berulang

merupakan

pertanda

dari

ISK

sekunder,

karena

penanganan ISK yang tidak tepat. Penatalaksanaan ISK sekunder


sesuai dengan penyebab ISK tersebut. Penyebab ISK sekunder
biasanya adalah obstruksi saluran kemih (seperti batu saluran kemih,
pembesaran prostat, dan striktur uretra).
3. Etiologi
Organisme penyebab ISK yang paling sering ditemukan adalah
escheriucia (80 % kasus). E. Coli merupakan penghuni normal dari
kolon. Organisme-organisme lain yang juga dapat menyebabkan ISK
adalah: golongan proteus, klebsiela, pseudomonas, enterokokus dan
stophylokokus.
Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral

e. Adanya hambatan pada aliran urin


f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

C. Klasifikasi
Kerajaan / Kingdom

: Plantae

Divisio

: Magnoliophyta

Kelas / Class

: Magnoliopsida

Subkelas

: Rosidae

Bangsa / Ordo

: Sapindales

Family / Suku

: Rutaceae

Genus / Marga

: Citrus

Jenis / Spesies

: Citrus nobilis var. microcarpa

BAB III
METODOLOGI
3.1 ALAT DAN BAHAN
a. Alat
Alat yang digunakan adalah corong pemisah,alat destilasi
b. Bahan
Bahan yang digunakan adalah kulit buah jeruk Pontianak ( Citrus nobilis Lour. var.
microcarpa) segar, Aquadest, Mc. Farland No. 0,5 , kertas saring Whatman No. 1,
Kloramfenikol

30g/disk, antibiotic pembanding, serbuk magnesium (Mg), pereaksi

besi (III) klorida 5 %, kloroform, (CH3Cl), H2SO4 pekat dan Na2SO4 anhidrat.
c. Bakteri Uji
Bakteri pathogen uji yang digunakan pada penelitian ini adalah kultur murni bakteri
Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Eschericia coli ATCC 25922, yang merupakan
koleksi dari Unit Laboratorium Kesehatan (ULK) Pontianak.

3.2 CARA KERJA


1. Pengambilan dan Pengolahan Sampel
Bahan baku jeruk yang telah dikumpulkan disortasi basah
kemudian dicuci dengan air mengalir. Kulit dari buah tersebut dikupas
dan dipotong beberapa bagian. Sampel kulit buah jeruk Pontianak
dikeringanginkan di udara terbuka dan tidak terkena cahaya matahari

langsung. Selanjutnya disortasi kering dan ditimbang serta sampel


disimpan dalam wadah kedap.
2. Penyulingan Minyak dengan Metode Destilasi Uap-Air
Sebanyak 10 kilogram sampel kulit buah jeruk dimasukkan ke alat
destilasi kemudian ditambahkan akuades sampai tanda batas pada
alat. Selanjutnya didestilasi kurang lebih selama 3 - 4 jam yang
dihitung setelah destilat pertama turun. Destilat dipisahkan dalam
corong pemisah. Minyak akan memisah dari air membentuk lapisan
pada permukaan. Air pada bagian bawah dipisahkan dengan membuka
kran corong pemisah. Kemudian minyak yang diperoleh disentrifius
dan ditambahkan Na2SO4 anhidrat. Minyak kemudian ditampung
dalam botol kedap air dan cahaya. Serta disimpan di lemari es pada
suhu 4oC.
3. Skrining Fitokimia
Identifikasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah identifikasi
minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, glikosida, steroid dan
triterpenoid.
4. Uji Aktivitas Antibakteri Metode disc diffusion
Bakteri uji masing-masing diinokulasikan pada media MuellerHinton Agar (MHA). Cakram kertas ukuran 6 mm ditempatkan diatas
permukaan media, kemudian minyak atsiri dengan variasi konsentrasi
yang dibuat diteteskan masing-masing sebanyak 20 L. Kontrol positif
yang digunakan adalah Kloramfenikol 30 g/disk sedangkan kontrol
negatif yang digunakan adalah etanol 95% diteteskan sebanyak 20 L
di atas cakram kertas. Cawan petri diinkubasi pada suhu 37C selama
24 jam kemudian diamati zona hambat yang terbentuk yang
diinterpretasikan dengan melihat daerah bening disekitar cakram yang
menunjukkan bahwa tidak adanya pertumbuhan bakteri (ICMR. 2009).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis terdapat perbedaan nyata pada perlakuan
antar bakteri, berbeda sangat nyata pada perlakuan antar konsentrasi, dan
tidak terdapat interaksi antar faktor bakteri dan konsentrasi terhadap hasil
zona hambat yang diperoleh. Adapun hasil analisis tersebut dapat dilihat
pada Tabel III, Tabel IV dan Tabel V.

Gambar 1. Grafik Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri dari Kulit Buah


Jeruk Pontianak
Keterangan : Minyak atsiri dari kulit buah jeruk Pontianak memiliki aktivitas
antibakteri yang berbeda nyata yakni lebih sensitif terhadap bakteri
Escherichia coli dibandingkan Staphylococcus aureus.

Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia


No
1
2
3
4

Perlakuan
Minyak Atsiri
Alkaloid
Flavonoid
Tanin

Hasil
+
+
-

5
Saponin
+
6
Glokosida
7
Triterpenoid
+
8
Steroid
Keterangan: (+) positif : mengandung golongan senyawa; (-) negatif: tidak
mengandung golongan senyawa.
Tabel 2. Hasil Diameter Zona Hambat

Ket : - = tidak terdapat zona hambat


Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa pada faktor perlakuan antar konsentrasi
terdapat perbedaan sangat nyata. Penjelasan diperkuat kembali dari bentuk plot Non-significant
ranges pada uji analisis lanjutan menggunakan cara LSD (Least Significant Different) yang dapat
terlihat pada (Tabel V). Hasil uji lanjut LSD (Least Significant Different) pada perlakuan
konsentrasi ini dapat menjelaskan adanya perbedaan sangat nyata dengan notasi plot yang
berbeda yakni plot a) untuk kontrol positif, plot (b) untuk konsentrasi 2,5 mg/mL, dan plot (c)
untuk konsentrasi 1,5 dan 0,5 mg/mL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang sangat nyata antara kontrol positif dengan konsentrasi 0,5; 1,5; dan 2,5 mg/mL.
Selanjutnya, pada konsentrasi 2,5 mg/mL menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat
nyata dengan konsentrasi 1,5 dan 0,5 mg/mL. Sedangkan pada plot antara konsentrasi

Uji analisis lanjutan menggunakan cara LSD sehingga dapat menggambarkan perbedaan
notasi plot (a) untuk bakteri Escherichia coli dengan nilai mean lebih tinggi dibandingkan
dengan notasi plot (b) untuk bakteri Staphylococcus aureus. Perbedaan aktivitas tersebut diduga
karena perbedaan dari struktur dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri Gram negatif lebih tipis
dibandingkan dengan bakteri Gram positif. Pada dinding sel bakteri Gram positif tersusun dari
peptidoglikan. Komponen ini memberikan kekuatan yang diperlukan untuk mempertahankan
keutuhan sel. Peptidoglikan pada bakteri Gram positif lebih tebal dibandingkan bakteri Gram
negatif. Peptidoglikan terdiri dari polimer yang dapat larut dalam air.Sedangkan dinding sel
bakteri Gram negative mengandung lipid, lemak atau substansi seperti lemak dalam persentasi
lebih tinggi daripada bakteri Gram positif. Struktur bakteri Gram negative memiliki membran
bagian luar yang menyelimuti lapisan tipis peptidoglikan, struktur luar peptidoglikan ini adalah
lapisan yang mengandung fosfolipid, protein dan lipopolisakarida (LPS). LPS ini terletak pada
lapisan luar dan merupakan cirri atau karakteristik bakteri Gram negatif (Pelczar,1986).

1,5 dan 0,5 mg/mL terdapat kesamaan yakni plot (c) yang menunjukkan bahwa antar konsentrasi
tersebut tidak berbeda secara nyata atau dapat dikatakan memiliki pengaruh yang sama.
Selanjutnya, hasil dari analisis mengenai interaksi kedua faktor pada (Tabel III) menunjukkan

bahwa tidak terdapat interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut terhadap hasil zona hambat
yang

diperoleh.

Hal

tersebut

berdasarkan

hasil

yang

menunjukkan

bahwa

nilai

Fhit(0,8)<Ftab5%(3,24), sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa interaksi antara jenis


bakteri dengan berbagai tingkat konsentrasi tidak memberikan pengaruh yang nyata atau
interaksi antara jenis bakteri dan konsentrasi tidak terjadi di dalam perolehan hasil diameter zona
hambat. Hal itu diduga karena salah satu faktornya adalah kedua bakteri uji memiliki suhu
optimum yang sama. Dimana suhu optimum merupakan suhu pertumbuhan optimum dari bakteri
yang dapat memberikan peningkatan dari kecepatan pertumbuhan serta jumlah sel yang
maksimal untuk pengujian aktivitas antibakteri. Interaksi antar dua faktor ini dikatakan
berinteraksi apabila pengaruh suatu faktor akan berubah pada saat perubahan taraf faktor lainnya
berubah (Gomez dkk, 1995).
Berdasarkan hal tersebut memungkinkan minyak atsiri yang umumnya bersifat lipofilik
akan lebih mudah menembus membran pada bakteri Gram negatif dibandingkan Gram
positif(Mulyani Sri, dkk, 2009). Perbedaan aktivitas antibakteri dari minyak atsiri kulit buah
jeruk Pontianak lebih sensitif pada bakteri Escherichia coli dibandingkan dengan bakteri
Staphylococcus aureus. Aktivitas tersebut diperoleh dari perolehan diameter zona hambat dari
masing-masing variasi konsentrasi dan kontrol positif. Berdasarkan hasil analisis pada faktor
perlakuan antar konsentrasi, diperoleh bahwa terdapat perbedaan sangat nyata. Hal tersebut dapat
dijelaskan dari perolehan nilai Fhit(151,2) > Ftab1%(5,29) pada (Tabel III).

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

You might also like