You are on page 1of 36

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Islam sebagai agama akhir yang tetap mutakhir, mempunyai system sendiri yang bagian
bagiannya saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Intinya adalah tauhid
yang berkembang melalui akidah, syariah dan akhlak melahirkan berbagai aspek ajaran Islam.
Kecintaan kepada Allah, ikhlas beramal hanya karena Allah, serta mengabdikan diri dan tawakal
sepenuhnya kepada-Nya, merupakan nilai keutamaan yang perlu diperhatikan dan di utamakan
dalam menyempurnakan cabang-cabang keimanan. Sesungguhnya amalan lahiriah berupa ibadah
mahdhah dan muamalah tidak akan mencapai kesempurnaan, kecuali jika didasari dan diramu
dengan nilai keutamaan tersebut. Sebab nilai-nilai tersebut senantiasa mengalir dalam hati dan
tertuang dalam setiap gerak serta perilaku keseharian.
Sebagai salah satu kerangka dalam Islam, Iman kepada Tuhan merupakan faktor utama
dalam melaksanakan peribadatan, istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun,
yaitu setiap yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh
manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam AlQuran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah dapat menjadi Bendabenda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah.
Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:


Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan terhadap Allah.
Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Ketuhanan dalam Islam

2.1.1 Ketuhanan dalam Islam


Lafal Ilahi yang artinya Tuhan, menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan dari
dipentingkan manusia, misalnya dalam surat Al Furqon : 43 yang artinya : Apakah engkau
melihat orang yang meng-ilahkan keinginan-keinginan pribadinya?
Di dalam Al-Quran surat Al Baqarah : 163 menegaskan, Dan Tuhanmu, Tuhan Yang
Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ilah yang
dituju ayat diatas adalah Allah SWT, yang menurut Ulama Ilmu Kalam Ilah disini bermakna al
Mabud, artinya satu-satunya yang diibadati/ disembah. Sedang Al Maududi member makna Al
Mahbub, Al Marhub, Al Matbu, yang dicintai, yang disenangi, diikuti. Inilah yang disebut
Tauhid Uluhiyah, bahwa Allah SWT satu-satunya Tuhan yang diibadahi, dicintai, disenangi, dan
diikuti. Dikenal tiga konsep tauhid seperti yang sudah disebutkan salah satunya Tauhid
Uluhiyyah, Tauhid Rububiyyah, Tauhid asma wa sifat.
Allah SWT menfirmankan dalam Al-Quran surat Thoha : 14, yang artinya :
Sesungguhnya Aku Allah. Tidak ada Tuhan selain Aku (Allah), maka beribadahlah hanya
kepada-Ku (Allah), dan dirikanlah salat untuuk mengingat-Ku.
Kalimat Tauhid keesaan secara komprehensif mempunyai pengertian sebagai berikut :

La Kholiqo illa Allah


La Roziqo illa Allah
La Hafidha illa Allah
La Malika illa Allah
La Waliya illa Allah
La Hakima illa Allah
La Ghoyata illa Allah
La Mabuda illa Allah

:
:
:
:
:
:
:
:

Tiada Pencipta selain Allah


Tiada Pemberi rizqi selain Allah
Tiada Pemelihara selain Allah
Tiada Penguasa selain Allah
Tiada Pemimpin selain Allah
Tiada Hakim selain Allah
Tiada Yang Maha menjadi tujuan selain Allah
Tiada Yang Maha disembah selain Allah

Lafal Al-ilah pada kalimat tauhid menurut Ibnu Taimiyah meiliki pengertian yang dipuja
dengan cinta sepenuh hati, tunduk kepadaNya merendahkan diri di hadapanNya, takut, dan
2

mengharapkan kepada Nya, berserah hanya kepada Nya ketika dalam kesulitan dan kesusahan,
meminta perlindungan kepada Nya, dan menimbulkan ketenangan jiwa di kala mengingat dan
terpaut cinta denganNya, ini yang disebut Tauhid Rububiyah.
Tauhid Asma wa sifat adalah pengakuan dan keyakinan bahwa Allah memiliki nama-nama
yang baik (asmaul husna) dan sifat-sifat Allah. Sebagian kalangan memberikan tambahan
pembahasan selain tiga konsep tauhid ini dengan konsep Tauhid Mulkiyyah (Hakimiyyah) adalah
pengakuan dan keyakinan bahwa aturan (hukum) Allah saja yang layak untuk mengatur
kehidupan manusia ini.
2.1.2 Pemikiran Umat Islam
Sehubungan pemikiran Umat Islam terhadap Tuhan melibatkan beberapa konsepsi keesaan Tuham, diantaranya konsepsi Aqidah dan Tauhid.
2.1.2.1 Konsep Aqidah
Aqidah berakar dari kataaqada-yaqidu-aqdan aqidatan yang berarti simpul, ikatan
perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi aqidah yang berarti keyakinan relevensi antara
arti kata aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul kokoh dalam hati, bersifat mengikat
dan mengandung perjanjian. Secara terminologis terdapat beberapa definisi aqidah antara lain:
Menurut Hasan al-Bana dalam kitab majmuah ar-rasa, il Aqaid (bentuk jamak dari aqidah)
adalah beberapa perkara wajib diyakini kebenarannya oleh hati dan mendatangkan ketentraman
jiwa menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan.
a) Istilah Aqidah Dalam Al-Quran
Di dalam al-Quran tidak terdapat satu ayat pun yang secara literal menunjuk pada istilah
aqidah. Namun demikian kita dapat menjumpai istilah ini dalam akar kata yang sama (aqada)
yaitu; aqadat, kata ini tercantum pada ayat:
Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu bapak dan karib kerabat, kami
jadikan pewaris-pewarisnya dan (jika ada) orangorang yang kamu telah bersumpah setia dengan
mereka, maka beri kepada mereka bahagiannya, sesungguhnya Allah menyaksikan segala
sesuatu (Q.S An-Nisa; 33)
3

b) Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah. Meminjam sistematika Hasan al-Banna ruang lingkup
pembahasan aqidah meliputi:
1. Iyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan (Tuhan/Allah),
seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, perbuatan dan lain-lain.
2. Nubuwat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan
Rasul, termasuk pembicaraan mengenai Kitab-Kitab Allah, Mukjizat, keramat dan
sebagainya.
3. Ruhaniyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, setan, Roh dan lain sebagainya.
4. Samiyyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat
samiy yakni dalil naqli berupa al-Quran dan as-sunah, seperti alam barzakh, akhirat,
azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan seterusnya.
c) Sumber Aqidah Islam
Sumber aqidah Islam adalah al-Quran dan as-Sunnah artinya apa saja yang disampaikan
oleh Allah dalam al-Quran dan Rasulullah dalam Sunnahnya wajib di imani, diyakini dan
diamalkan. Akal pikiran sama sekali bukan sumber aqidah, tetapi merupakan instrumen yang
berfungsi untuk memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba
kalau diperlukan membuktikan secara Ilmiah kebenaran yang disampaikan oleh al-Quran dan asSunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran penuh bahwa kemampuan akal sangat
terbatas, sesuai dengan terbatasnya kemampuan mahluk Allah.
Akal tidak dapat menjangkau masail ghabiyah (masalah-masalah ghaib), bahkan akal
tidak akan sanggup menjangkau sesuatu yang terikat oleh ruang dan waktu. Misalnya akal tak
akan mampu menunjukan jawaban atas pertanyaan kekekalan itu sampai kapan berakhir? Atau
akal tidak sanggup menunjukan tempat yang tidak ada didarat dilaut atau diudara dan tidak ada
dimana-mana. Karena kedua hal tersebut tidak terikat oleh ruang dan waktu. Akal hanya perlu
membuktikan jujurkah atau bisakah kejujuran si pembawa risalah tentang hal-hal ghaib itu bisa
dibuktikan secara ilmiah oleh akal pikiran.
1. Cara Menetapkan Aqidah
Allah Swt. telah memutuskan dan menetapkan untuk memberikan keterangan-keterangan
disekitar masalah-masalah yang wajib diimani antara lain yang terkandung dalam rukun Iman.
4

Allah telah menggariskan persoalan tersebut dengan jelas dan menuntut agar manusia
mempercayainya. Iman yang dimaksud itu adalah Itiqad dengan kebulatan hati yang sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya serta berlandaskan dalil atau alasan. Itiqad semacam itu
tentunya tidak dapat diperoleh dengan dalil-dalil sembarangan, melainkan dengan dalil-dalil
yang pasti dan tampa dicampuri keraguan. Oleh karena itu Ulama sepakat untuk menetapkan
aqidah berdasarkan tiga macam dalil.
1. Dalil Aqli, dalil ini dapat diterima apabila hasil keputusannya dipandang masuk akal atau
logis dan sesuai dengan perasaan, tentunya yang dapat menimbulkan adanya keyakinan
dan dapat memastikan iman yang dimaksudkan. Dengan menggunakan akal manusia
merenungkan dirinya sendiri dan alam semesta, yang dengannya ia dapat melihat bahwa
dibalik semua itu terdapat bukti adanya Tuhan Pencipta yang satu.
2. Dalil Naqli, dalil naqli yang tidak menimbulkan keyakinan dan tidak dapat menciptakan
keimanan sebagai yang dimaksud, dengan sendirinya dalil ini tidak dapat digunakan
untuk menetapkan aqidah. Oleh sebab itu Syekh Mahmud Syaltut mengajukan dua syarat
yang harus dipenuhi oleh dalil naqli tersebut dapat menanamkan keyakinan dan
menetapkan Aqidah.Pertama; dalil naqli itu pasti kebenarannya. Kedua; pasti atau tegas
tujuannya. Ini berarti bahwa dalil itu harus dapat dipastikan benarbenar datang dari
Rasulullah tanpa ada keraguan sedikitpun.
3. Dalil Fitrah adalah hakekat mendasari kejadian manusia. Fitrah ini merupakan perasaan
keagamaan yang ada dalam jiwa dan merupakan bisikan batin yang paling dalam. Dan
kesucian ini akan tetap terpelihara manakala manusia selalu membersihkan jiwanya dari
tekanan kekuatan pengaruh nafsu.
2.1.2.2. Konsep Tauhid
1. Tauhid sebagai poros Aqidah Islam.
Ajaran Islam tidak hanya memfokuskan iman kepada wujud Allah sebagai suatu
keharusan fitrah manusia, namun lebih dari itu memfokuskan aqidah tauhid yang merupakan
dasar aqidah dan jiwa keberadaan Islam. Islam datang disaat kemusyrikan sedang merajalela
disegala penjuru dunia. Tak ada yang menyembah Allah kecuali segelintir umat manusia dari
golongan Hunafa, (pengikut nabi Ibrahim as) dan sisa-sisa penganut ahli kitab yang selamat dari
pengaruh tahayul animisme maupun paganisme yang telah menodai agama Allah. Sebagai
5

contoh bangsa arab jahiliyah telah tenggelam jauh kedalam paganisme, sehingga Ka bah yang
dibangun untuk peribadatan kepada Allah telah dikelilingi oleh 360 berhala dan bahkan setiap
rumah penduduk makkah ditemukan berhala sesembahan penghuninya.
2. Pentingnya Tauhid Tauhid sebagai intisari Islam adalah esensi peradaban Islam dan esensi
tersebut adalah pengesaan Tuhan, tindakan yang mengesakan Allah sebagai yang Esa, pencipta
yang mutlak dan penguasa segala yang ada. Keterangan ini merupakan bukti, tak dapat
diragukan lagi bahwa Islam, kebudayaan dan peradaban memiliki suatu esensi pengetahuan yaitu
tauhid.
3. Tingkatan Tauhid
Tauhid menurut Islam ialah tauhid I,tiqadi-ilmi (keyakinan teoritis) dan Tauhid amali-suluki
(tingkahlaku praktis). Dengan kata lain ketauhidan antara ketauhidan teoritis dan ketauhidan
praktis tak dapat dipisahkan satu dari yang lain; yakni tauhid bentuk makrifat (pengetahuan),
itsbat (pernyataan), Itiqad (keyakinan), qasd (tujuan) dan iradah (kehendak). Dan semua itu
tercermin dalam empat tingkatan atau tahapan tauhid yaitu;
a. Tauhid Rububiyah
Secara etimologis kata Rububiyah berasal dari akar kata rabb. Kata rabb ini sebenarnya
mempunyai banyak arti antara lain menumbuhkan, mengembangkan, mencipta, memelihara,
memperbaiki, mengelola, memiliki dan lain-lain. Secara Terminolgis Tauhid Rububiyah ialah
keyakinan bahwa Allah Swt adalah Tuhan pencipta semua mahluk dan alam semesta. Dia-lah
yang memelihara makhluk-Nya dan memberikan hidup serta mengendalikan segala urusan. Dia
yang memberikan manfaat, penganugerahan kemuliaan dan kehinaan. Tauhid Rububiyah ini
tergambar dalam ayat al-Quran antara lain QS. al-Baqarah 21-22
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum
kamu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan
itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui.
b. Tauhid Mulkiyah
6

Kata mulkiyah berasal dari kata malaka. Isim failnya dapat dibaca dengan dua macam cara:
Pertama, malik dengan huruf mim dibaca panjang; berarti yang memiliki, kedua, malik dengan
huruf mim dibaca pendek; berarti, yang menguasai. Secara terminologis Tauhid Mulkiyah adalah
suatu keyakinan bahwa Allah swt., adalah satu-satunya Tuhan yang memiliki dan menguasai
seluruh mahluk dan alam semesta.
c. Tauhid Uluhiyah
Kata Uluhiyah adalah masdar dari kata alaha yang mempunyai arti tentram, tenang,
lindungan, cinta dan sembah. Namun makna yang paling mendasar adalah abada, yang berarti
hamba sahaya (abdun), patuh dan tunduk (ibadah), yang mulia dan agung (al-ma bad), selalu
mengikutinya (abada bih). Tauhid Uluhiyah merupakan keyakinan bahwa Allah swt., adalah
satu-satunya Tuhan yang patut dijadikan yang harus dipatuhi, ditaati, digungkan dan dimuliakan.
Hal ini tersurat dalam QS. Thaha: 14
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan
dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku
d. Tauhid Ubudiyah
Kata ubudiyah berasal dari akar kata abada yang berarti menyembah, mengabdi, menjadi
hamba sahaya, taat dan patuh, memuja, yang diagungkan (al-ma bud.) Dari akar kata diatas,
maka diketahui bahwa Tauhid Ubudiyah adalah suatu keyakinan bahwasanya Allah Swt.
Merupakan Tuhan yang patut disembah, ditaati, dipuja dan diagungkan. Tiada sesembahan yang
berhak dipuja manusia melainkan Allah semata.
Tauhid Ubudiyah tercermin dalam ayat dibawah ini: Hanya kepada Engkaulah kami
beribadah dan hanya kepada Engkau ( pula ) kami mohon pertolongan Pemikiran terhadap
tuhan melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam atau Ilmu Ushuludin dikalangan umat Islam, timbul
sejak wafatnya Nabi Muhamad saw.,. Secara garis besar ada aliran bersifat liberal, tradisional
dan ada pula bersifat diantaranya. Kedua corak pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran
ilmu ketuhanan dalam islam

2.2 Cara Beriman yang Islami


7

Kata iman berasal dari bahasa Arab, yaitu amina-yukminu imanan, yang secara
ethimologi berarti yakin atau percaya. Dalam surat Al-Baqarah 165, yang berbunyi Alladziina
aamanuu Asyaddu hubban illaah yang artinya orang yang beriman sangat luar biasa cintanya
kepada Allah SWT.
Dalam hadits dinyatakan bahwa iman adalah hati membenarkan, lisan mengucapkan dan
dikerjakan dalam kehidupan sehari- hari (tashdiiqun bil qolbi waiqraru bil lisan wa amalu bil
arkan) dan iman dalam Islam termaktub dalam rukun iman sedangkan aplikasinya dalam rukun
Islam.
2.2.1 Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah adalah meyakini dan membenarkan keberadaan Allah SWT. Allah
adalah Zat Mahatinggi, Maha Tunggal, serta tiada sekutu bagi-Nya. Dia-lah yang menciptakan
seluruh alam beserta isinya, yang menghidupkan dan yang mematikan. Dia azali (telah ada sejak
awal) tanpa ada permulaan dan baqa (kekal) tanpa ada akhir. Senantiasa disifati dengan sifat-sifat
kebesaran. Adanya alam beserta seluruh isinya adalah bukti adanya Allah sebagai yang
menciptakannya. Mustahil ala mini ada tanpa ada yang menciptakannya. Bukti- bukti tersebut
telah jelas tersebut dalam Al-Quran.
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu ia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang
(masing- masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah
hak Allah. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam. (QS Al-Araf [7]:54)
Iman kepada Allah meliputi tiga bagian, tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, tauhid asma
dan sifat Allah. Tauhid rububiyah adalah hakikat keimanan seorang muslim yang menyangkut
keberadaan Allah sebagai Pencipta segala sesuatu. Tauhid uluhiyah adalah keyakinan baha Allah
adalah Tuhn yang satu dan tiada sekutu bagi-Nya. Dia-lah Tuhan yang berhak disembah.
Sedangkan tauhid asma dan sifat Allah adalah keyakinan terhadap nama-nama Allah beserta
sifat-sifat-Nya.

Allah memiliki 99 nama yang gung (Al-Asma Al-Husna) sebagai mana tertera dalam
surat Al-Araf ayat 180
Hanya milik Allah al-asma al-husna. Bermohonlah kepada- Nya dengan menyebut asma alhusna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut)
nama-nama-Nya, nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan. (QS Al-Araf [7]:180)
2.2.2 Iman Kepada Malaikat
Secara etimologi, kata malaikat berasal dari bahasa Arab, yaitu malaikah yang merupakan
kata jamak dari malakun, artinya risalah atau utusan. Adapun menurut istilah, malaikat
merupakan makhluk Allah yang diciptakan dari nur (cahaya) dan bersifat gaib, selalu taat dan
patuh terhadap semua perintah Allah SWT, serta tidak pernah sekalipun melakukan kedurhakaan
terhadap Allah SWT.
Iman kepada malaikat artinya meyakini dan mempercayai adanya malaikat sebagai
makhluk dan utusan Allah. Beriman kepada malaikat merupakan rukun iman kedua yang
hukumnya wajib. Hal ini sesuai dengan Al-Quran Surah Al-Baqarah [2] ayat 285.

Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikatmalaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.

Berdasarkan firman Allah tersebut, manusia harus beriman kepada malaikat, baik dalam
hati maupun diwujudkan dalam perbuatan. Malaikat yang diciptakan Allah jumlahnya banyak
dan memiliki tugas yang berbeda satu sama lain. Adapun malaikat yang dapat diketahui yaitu
sebagai berikut :
Malaikat
Jibril

Tugasnya
Menyampaikan wahyu
9

Mikail
Israfil
Izrail
Munkar
Nakir
Raqib
Atid
Malik
Ridwan

Membagikan rezeki
Meniup sangkakala
Mencabut nyawa
Menanyai manusia di alam barzah
Menanyai manusia di alam barzah
Mencatat amal kebaikan manusia
Mencatat amal keburukan manusia
Menjaga neraka
Menjaga surge

Malaikat merupakan hamba Allah SWT yang terbuat dari nur (cahaya) dan selalu
mematuhi perintah Allah SWT, berbeda dengan setan yang merupakan makhluk Allah yang
selalu durhaka. Di antara semua makhluk Allah SWT yang paling baik, paling sempurna
kejadiannya, dan paling mulia adalah manusia, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Isra
[17] ayat 70 yang artinya :
Dan sungguh Kami telah memulikan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di
laut., dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik- baik dan Kami lebihkan mereka di atas
banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.
Penghayatan iman kepada Malaikat tidak hanya dipahami dan diyakini, tetapi harus
diamalkan dalam perilaku atau perbuatan sehari-hari. Perilaku yang mencerminkan iman kepada
malaikat :
1. Rajin beribadah dan beramal saleh
Hal ini disebabkan keyakinan bahwa malaikat akan mencatat semua amal salehnya.
2. Menjaga hubungan baik dengan sesama makhluk Allah
Hal ini disebabkan sifat kasih sayangnya kepada sesame, seperti kasih saying malaikat
kepada orang orang saleh
3. Memiliki semangat belajar dan etos kerja yang tinggi
Hal ini disebabkan harapan kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat
4. Selalu berdzikir kepada Allah

10

Hal ini disebabkan penghayatan terhadap malaikat yang senantiasa berdzikir dan
bertasbih kepada Allah SWT baik pada siang maupun malam hari.
5. Memiliki sikap waspada
Hal ini disebabkan kesadaran bahwa Allah SWT dan malaikat selalu mengawasi dan
mencatat setiap perbuatan baik yang zahir maupun yang batin.

2.2.3 Iman Kepada Kitab-Kitab Allah


Kitab menurut bahasa mempunyai arti tulisan, sedangkan menurut istilah, kitab adalah
wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada umatnya
sebagai petunjuk dan pedoman petunjuk hidup. Suhuf menurut bahasa berarti lembaran
sedangkan suhuf menurut istilah adalah wahyu yang disampaikan kepada rasul akan tetapi tidak
wajib disampaikan kepada manusia.
Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT adalah meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa
Allah SWT memiliki kitab-kitab yang diturunkan-Nya kepada para Nabi dan Rasul-Nya; yang
benar-benar merupakan kalam (firman, ucapan)-Nya. Kitab-kitab itu adalah cahaya dan petunjuk
dari Allah SWT. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT:

Yang artinya: Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauhjauhnya. (QS. An-Nisa: 136).
Kitab-kitab Allah SWT ada 4, yaitu :
1.

Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa AS berbahasa Ibrani

11

2.

Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS berbahasa Qibti

3.

Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS berbahasa Suryani

4.

Kitab Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berbahasa Arab

A.

Beriman bahwa kitab-kitab tersebut benar-benar datang dari sisi Allah


Allah berfirman:

Yang artinya: Katakanlah (wahai orang-orang yang beriman), Kami beriman kepada Allah
dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada; Ibrahim, Ismail,
Ishaq, Yaqub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang
diberikan kepada Nabi-nabi dari Rabb-nya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara
mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya. (QS. Al-Baqarah : 136)

B.

Beriman terhadap nama-nama kitab di antara kitab yang diketahui namanya


adalah:

a.

Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud


Kitab Zabur adalah kumpulan firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Daud as
sebagaimana firman Allah:

12

yang artinya: Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan
Sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami
berikan Zabur kepada Daud. (QS. Al-Isra: 55)
Kitab Zabur berisi kumpulan mazmur, yakni nyanyian rohani yang dianggap suci (Inggris:
Psalm) yang berasal dari Nabi Daud as. 150 nyanyian yang terkumpul dalam kitab ini berkisah
tentang seluruh peristiwa dan pengalaman hidup Nabi Daud as. mulai dari mengenai
kejatuhannya, dosanya, pengampunan dosanya oleh Allah, sukacita kemenangannya atas musuh
Allah, kemuliaan Tuhan, sampai kemuliaan Mesias yang akan datang. Jadi kitab ini sama sekali
tidak mengandung hukum-hukum atau syariat (peraturan agama), karena Nabi Daud as.
diperintahkan oleh Allah SWT mengikuti peraturan yang dibawa oleh Nabi Musa as.
Secara garis besarnya, nyanyian rohani yang disenandungkan oleh Nabi Daud as. terdiri dari
lima macam:
1.

Ratapan dan doa individu

2.

Ratapan-ratapan jamaah

3.

Nyanyian untuk raja

4.

Nyanyian liturgy kebaktian untuk memuji Tuhan

5.

Nyanyian perorangan sebagai rasa syukur

b.

Taurat yang diberikan kepad Nabi Musa

Kitab Taurat adalah kumpulan firman-firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Musa
as. Kitab ini berlaku hanya bagi Nabi Musa As dan Bani Israil. Allah berfirman:

13

yang artinya: Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu
petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku.
(QS. Al-Isra: 2)
Isi pokok kitab ini adalah Sepuluh firman atau Perintah (Ten Commandements) Allah SWT yang
diterima

oleh

Nabi

Musa

as

ketika

berada

di

puncak

gunung

Thursina.

Sepuluh Firman atau Perintah yang mencakup asas-asas akidah (keyakinan) dan asas-asas
syariat (kebaktian) itu termuat dalam kitab Keluaran pasal 20: 1-17 dan Kitab Ulangan pasal 5:
1-21. Sepuluh Perintah Allah SWT tersebut sebagai berikut:
1.

Keharusan mengakui ke-Esa-an Allah dan mencintai-Nya.

2.

Larangan menyembah patung atau berhala, sebab Alllah SWT tidak dapat diserupakan
dengan makhluk-makhluk-Nya baik yang ada di langit, di darat, maupun di air.

3.

Perintah menyebut nama Allah SWT dengan hormat.

4.

Perintah memuliakan hari Sabat (sabtu).

5.

Perintah menghormati ayah-ibu.

6.

Larangan membunuh sesama manusia.

7.

Larangan berbuat cabul (mendekati zina).

8.

Larangan mencuri.

9.

Larangan berdusta (menjadi saksi palsu).

10.

Larangan berkeinginan memiliki atau menguasai barang orang lain dengan cara yang
tidak benar.

c.

Shuhuf (lembaran-lembaran) Nabi Ibrahim dan Nabi Musa


14

Sebagaimana firman Allah:

yang artinya: Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu.
(Yaitu) Shuhuf Ibrahim dan Musa. (QS. Al-Ala:18-19)
d.

Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa

Injil adalah kitab yang berisi firman-firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Isa as.
(Yesus Kristus), putra dari Maryam. Allah berfirman:

yang artinya: Dan Kami iringkan jejak mereka (para Nabi Bani Israil) dengan Isa putera
Maryam, yang membenarkan (kitab) yang sebelumnya, yaitu kitab Taurat. Dan Kami telah
memberikan kepadanya Kitab Injil yang didalamnya terdapat petunjuk dan cahaya (yang
menerangi), dan membenarkan (kitab) yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi
petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertaqwa. (QS. Al-Maidah: 46).
e.

Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

Al-quran menurut bahasa berarti bacaan. Adapun menurut istilah adalah kalam Allah SWT yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai mukjizatnya dan bagi yang membacanya
merupakan ibadah. Sebagaimana firman Allah:

15

yang artinya: Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala
sesuatu (sebagai) petunjuk dan rahmat, serta (sebagai) kabar gembira bagi orang-orang yang
berserah diri. (QS. An-Nahl: 89)
Di antara kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah tersebut, yang paling agung adalah AlQuran karena tidak ada kitab yang serupa dengannya. Allah berfirman:

yang artinya: Katakanlah, Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa Al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya,
sekalipun sebagian mereka menjadi membantu dengan sebagian yang lainnya. (QS. Al-Isra:
88)
Dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama lain yang
digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri. Berikut adalah nama-nama tersebut dan
ayat yang mencantumkannya:
Al-Kitab
Al-Furqan (pembeda benar salah)
Adz-Dzikr (pemberi peringatan)
Al-Mau'idhah (pelajaran/nasihat)
Al-Hukm (peraturan/hukum)
Al-Hikmah (kebijaksanaan)
Asy-Syifa' (obat/penyembuh)
Al-Huda (petunjuk)
At-Tanzil (yang diturunkan)
Ar-Rahmat (karunia)
Ar-Ruh (ruh)
Al-Bayan (penerang)
Al-Kalam (ucapan/firman)
Al-Busyra (kabar gembira)
An-Nur (cahaya)
Al-Basha'ir (pedoman)
Al-Balagh (penyampaian/kabar)
Al-Qaul (perkataan/ucapan)
Hikmah Beriman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT Dalam menerapkan hikmah beriman kepada
kitab-kitab Allah SWT, imlementasinya sebagai berikut:
16

a.

Beriman kepada Allah SWT hukumnya adalah wajib. Harus melakukan, tidak boleh

meninggalkan. Orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah akan mendapatkan balasan dari
Allah SWT berupa ganjaran.
b.

Menjadikan Al Quran sebagai pedoman hidup dimana Al Quran merupakan

penyempurna dari kitab-kitab terdahulu. Orang-orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah
akan membuktikan keimanannya selalu sesuai dengan ajaran Allah SWT, sehingga dalam
hidupnya akan mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.
c.

Memberikan kemantapan dalam menjalani keislaman. Al Quran adalah firman Allah

SWT dan mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai bukti
kerasulannya dan sampai akhiruz zaman tetap terjaga kemurniannya. Fungsi beriman kepada
Kitab-kitab Allah SWT di antaranya agar manusia :
o
Mendapatkan petunjuk hidup agar tidak tersesat dan memperoleh kebahagiaan dunia dan
akhirat.
o

Mendapatkan

penjelasan

Dapat

Mendapat kabar gembira dengan surge sebagai imbalan perbuatan baik dan peringatan

dengan neraka sebagai imbalan perbuatan buruk.


Menjadikan
kitab
Allah
sebagai
dasar

Mendapatkan sumber informasi dunia metafisik yang tidak dapat dijangkau oleh akal

membedakan

tentang
antara

persoalan-persoalan
yang

hak

dan

hidup

manusia.

yang

pengambilan

batil.

keputusan.

pikiran manusia.
1. Membenarkan semua yang dikabarkan dalam kitab tersebut yang belum dirubah Jika AlQuran mengabarkan sesuatu yang tidak dinasakh atau kabar yang terdapat dalam kitab-kitab
lainnya yang dibenarkan oleh Al-Quran, maka kita harus membenarkan kabar tersebut.
2. Mengamalkan hukum-hukum yang belum dihapus dengan ridha
Seluruh kitab terdahulu ajarannya telah dihapus oleh Al-Quran. Sebagaimana firman Allah:

17

yang artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu
ujian terhadap kitab-kitab yang lain tersebut. (QS. Al-Maidah : 48)
Batu ujian artinya sebagai penentu hukum atas kitab-kitab sebelumnya. Oleh karena itu kita tidak
diperbolehkan untuk mengamalkan hukum dan ajaran yang terdapat dalam kitab-kirab terdahulu,
kecuali yang telah disahkan dan dibenarkan oleh Al-Quran. (Syarhu Tsalatsatil Ushul)

2.2.4 Iman Kepada Rasul


Nabi dalam bahasa Arab berasal dari kata naba. Dinamakan Nabi karena mereka adalah
orang yang menceritakan suatu berita dan mereka adalah orang yang diberitahu beritanya (lewat
wahyu). Sedangkan kata rasul secara bahasa berasal dari kata irsal yang bermakna membimbing
atau memberi arahan. Definisi secara syari yang masyhur, nabi adalah orang yang mendapatkan
wahyu namun tidak diperintahkan untuk menyampaikan sedangkan Rasul adalah orang yang
mendapatkan wahyu dalam syariat dan diperintahkan untuk menyampaikannnya.
Beriman kepada Nabi dan Rasul termasuk ushul (pokok) iman. Oleh karena itu, kita
harus mengetahui bagaimana beriman kepada Nabi dan Rasul dengan pemahaman yang benar.
Syaikh Muhammad ibn Sholeh Al Utsaimin menyampaikan dalam kitabnya Syarh Tsalatsatul
Ushul, keimanan pada Rasul terkandung empat unsur di dalamnya. Perlu diperhatikan bahwa
penyebutan empat di sini bukan berarti pembatasan bahwa hanya ada empat unsur dalam
keimanan kepada nabi dan rasul-Nya.
1.

Mengimani bahwa Allah benar-benar mengutus para Nabi dan Rasul. Orang yang
mengingkari walaupun satu Rasul sama saja mengingkari seluruh Rasul. Allah taala
berfirman:
18

yang artinya: Kaum Nuh telah mendustakan para rasul. (QS. Asy-Syuaraa:105). Walaupun
kaum Nuh hanya mendustakan nabi Nuh, akan tetapi Allah menjadikan mereka kaum yang
mendustai seluruh Rasul.
2.

Mengimani nama-nama Nabi dan Rasul yang kita ketahui dan mengimani secara global
nama-nama Nabi dan Rasul yang tidak ketahui. Akan datang penjelasannya.

3.

Membenarkan berita-berita yang shahih dari para Nabi dan Rasul.

4.

Mengamalkan syariat Nabi dimana Nabi diutus kepada kita. Dan penutup para nabi
adalah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang beliau diutus untuk seluruh
umat manusia. Sehingga ketika telah datang Nabi Muhammad SAW, maka wajib bagi
ahlu kitab tunduk dan berserah diri pada Islam.

Iman kepada para Rasul artinya meyakini bahwa Allah mengutus pada setiap umat seorang Rasul
yang menyeru mereka untuk menyembah Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan mengingkari
segala sesembahan selain Allah. Perbedaan antara Nabi dan Rasul adalah bahwa Nabi adalah
seorang laki-laki yang diberikan kepadanya wahyu untuk mengamalkan syariat sebelumnya dan
berhukum dengan syariat

tersebut. Adapun Rasul adalah seorang laki-laki yang diberikan

wahyu kepadanya untuk mengamalkan syariat yang baru untuk disampaikan kepada kaumnya.
Iman kepada Rasul mencakup empat unsur, antara lain:
1.
Beriman bahwa risalah mereka benar-benar dari Allah
Barangsiapa yang mengingkari kebenaran risalah salah satu di antara para Rasul, maka berarti ia
telah mengingkari seluruh risalah para Rasul. Allah berfirman: Kaum Nuh telah mendustakan
para Rasul. (QS. Asy-Syuara : 105). Mereka dinyatakan oleh Allah mendustakan para Rasul,
padahal tidak ada Rasul di zaman tersebut selain Nabi Nuh.
Beriman terhadap nama-nama Rasul yang diketahui namanya, adapun yang tidak diketahui
namanya maka beriman secara global Di antara rasul yang diketahui namanya adalah:
a. Nuh AS
b. Ibrahim AS
c. Musa AS
d. Isa AS
e. Muhammad SAW
19

Allah berfirman:

yang artinya: Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari para Nabi dan dari
engkau (wahai Muhammad) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah
mengambil dari mereka perjanjian yang teguh. (QS. Al-Ahzab: 7). Dan masih banyak para
Rasul yang tidak diketahui namanya. Sebagaimana firman Allah:

yang artinya: Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang Rasul sebelum engkau, di
antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak
Kami ceritakan kepadamu. (QS. Al-Mumin : 78).
1.
Membenarkan ajaran dan berita yang mereka sampaikan
Allah berfirman: Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. (QS. Al-Hasyr: 7).
2.

Mengamalkan syariat Rasul yang diutus kepada kita, yaitu Rasulullah Muhammad SAW

Allah berfirman:

yang artinya: Maka demi Rabb-mu, mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan engkau
(wahai Muhammad) sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan. Kemudian
mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap apa yang engkau putuskan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. An-Nisa: 65).

20

Tugas Para Rasul


Allah mengutus pada setiap umat seorang Rasul. Walaupun penerapan syariat dari tiap
Rasul berbeda-beda, namun Allah mengutus para Rasul dengan tugas yang sama.
Beberapa diantara tugas tersebut adalah:
1.
Menyampaikan risalah Allah taala dan wahyu-Nya.
2.
Dakwah kepada Allah subhanahu wa taala.
3.
Memberikan kabar gembira dan memperingatkan manusia dari segala kejelekan.
4.
Memperbaiki jiwa dan mensucikannya.
5. Meluruskan pemikiran dan aqidah yang menyimpang.
6. Menegakkan hujjah atas manusia.
7. Mengatur umat manusia untuk berkumpul dalam satu aqidah.
Sifat-sifat Para Rasul :
1.

Sifat Wajib

Sifat wajib bagi rasul adalah sifat yang harus dan wajib dimiliki oleh para rasul. Sifat-sifat wajib
ini adalah:
a. Siddiq, artinya benar atau jujur. Segala sesuatu yang diterima oleh rasul dari Allah wajib
dikatakan dengan benar dan jujur.
b. Amanah, artinya dapat dipercaya. Seorang rasul harus dapat dipercaya untuk menyampaikan
seluruh pesan yang diperintahkan oleh Allah swt. sama seperti aslinya, tanpa ditambah atau
dikurangi.
c. Tablig, artinya menyampaikan. Maksudnya menyampaikan semua wahyu yang diterima dari
Allah walaupun mereka menghadapi halangan dan rintangan yang berat.
d. Fatanah, artinya cerdik dan bijaksana. Seorang rasul haruslah cerdik, karena hanya orang
cerdik yang dapat memimpin dan membimbing umat.
2.

Sifat Mustahil

Sifat mustahil bagi rasul adalah sifat yang mustahil dimiliki oleh para rasul. Sifat mustahil
adalah kebalikan dari sifat-sifat wajib bagi rasul. Sifat-sifat mustahil bagi rasul adalah:
a. Kizib, artinya berbohong atau dusta.
b. Khianat, artinya tidak dapat dipercaya.
21

c. Kitman, artinya menyembunyikan atau tidak menyampaikan.


d. Baladah, artinya bodoh atau dungu.
Sifat-sifat di atas mustahil dimiliki oleh para rasul. Jika rasul memiliki sifat-sifat tersebut, maka
dakwah yang disampaikan kepada umatnya tidak akan berhasil, bahkan akan gagal semua.
3. Sifat Jaiz
Sifat jaiz bagi rasul adalah sifat-sifat yang diperbolehkan bagi mereka, yaitu kebolehan berupa
sifat-sifat manusiawi yang dimiliki manusia pada umumnya. Sifat-sifat ini disebut sifat basyariah
atau sifat kemanusiaan, seperti rasul makan, minum, tidur, beristri, sedih, dan gembira.

2.2.5 Iman Kepada Hari Akhir


Pengertian iman kepada hari akhir (kiamat) secara umum adalah mempercayai dan
menyakini bahwa seluruh alam semesta dan segala seisinya pada suatu saat nanti akan
mengalami kehancuran dan mengakui bahwa setelah kehidupan ini akan ada kehidupan yang
kekal yaitu akhirat.
Pengertian iman kepada hari akhir/kiamat terbagi dua yaitu pengertian iman kepada hari
akhir menurut bahasa dan pengertian hari akhir menurut istilah. Pengertian iman kepada hari
akhir menurut bahasa (etimologi) adalah percaya akan datangnya hari akhir/kiamat.
Sedangkan Pengertian iman kepada hari akhir menurut istilah (terminologi) adalah mempercayai
dan menyakini akan adanya kehidupan yang kekal dan abadi setelah kehidupan ini.

A.

Macam-Macam Hari Akhir/Kiamat

Hari akhir/kiamat terbagi atas 2 jenis atau macam. Macam-macam hari akhir/kiamat adalah
sebagai berikut:

Kiamat Sugra (Kiamat Kecil) : Pengertian kiamat sugra adalah kejadian hancurnya
jagat raya dengan skala kecil, Misalnya tanda-tanda kiamat sugra adalah kematian,
bencana alam seperti, tsunami, gempa bumi, banjir, gunung meletus, , dan sebagainya.
22

Setelah seseorang mati, rohnya akan berada di alam Barzah atau alam kubur, alam barzah
adalah alam antara dunia dan akhirat. Kiamat sugra sering terjadi dilingkungan kita yang
merupakan suatu teguran Allah swt.

Kiamat Kubra (Kiamat Besar) : Pengertian kiamat kubra adalah kejadian hancurnya
alam semesta beserta isinya atau hancurnya alam semesta seluruhnya termasuk semua
penghuni-penghuninya, seperti manusia, hewan, tumbuhan dan tanda dimulainya
kehidupan di akhirat serta Manusia akan mempertanggung jawabkan segala amal
perbuatannya yang pernah dibuat sewaktu hidup. Tanda-tanda kiamat kubra adalah
munculnya dajjal, matahari terbit dari barat, turunnya ya'juj dan ma'juj.

B.

Tanda-Tanda Hari Akhir/Kiamat

Tanda-tanda hari akhir/kiamat terbagi atas 2 yaitu :


1. Tanda-Tanda Kecil/ Kiamat Kecil
Tanda-tanda kecil hari akhir/kiamat sebagai berikut...

Diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir

Banyaknya terjadi bencana alam, misalnya gempa bumi, tanah longsor, dan lain-lain

Banyaknya jumlah kaum perempuan dibanding laki-laki

Adanya golongan besar yang saling membunuh, namun sama-sama mengakui dirinnya
untuk memperjuangkan agama islam.

Fitnah yang merajalela dengan menimpa kehidupan manusia

Banyaknya jumlah pembunuhan disebabkan hal yang sepele atau kecil.

Segala hal atau urusan dipegang oleh bukan ahlinya.

Manusia tidak memperdulikan lagi ilmu agama


23

Adanya Laki-laki telah menyerupai wanita atau sebaliknya

Timbulnya pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan

Merajalelanya kemaksiatan

Minuman keras yang merajalela.

2. Tanda-Tanda Besar/Kiamat Besar

Al-Qur'an tidak dianggap lagi sebagai pedoman hidup, melainkan hanya sekadar bahan
bacaan biasa

Munculnya Ya'juj dan Ma'juj, yaitu bangsa yang gemar dengan membuat kerusakan
dibumi.

Banyak manusia yang menjadi kufur dan murtad.

Munculnya dajjal. Makhluk penyebar fitnah yang membuat manusia meninggalkan


agama islam.

C.

Matahari terbit dari barat dan terbenam dari arah timur.


Fungsi Iman Kepada Hari Kiamat

Fungsi iman kepada hari kiamat adalah sebagai berikut:

Menyadari bahwa alam seisinya akan hancur lebur maka setiap orang muslim harus
banyak melakukan amal kebaikan serta menjauhi segala amal perbuatan yang tidak baik
atau menjauhi larangan Allah swt.

Mengingat bahwa hidup di dunia ini merupakan sawah ladang kehidupan alam akhirat
atau merupakan jembatan untuk menuju ke alam akhirat maka kita harus membelanjakan
atau menginfakkan sebagian harga untuk menghindari diri dari sifat rakus, tamak, dan
kikir.

24

Berani dan tidak takut mati karena membela agama, serta menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam.

D.

Tidak iri terhadap kenikmatan yang diperoleh orang lain.

Dapat menenteramkan jiwa orang yang mendapat perlakukan kurang adil


Peristiwa-Peristiwa Setelah Hari Akhir/Kiamat

Peristiwa-peristiwa yang akan dialami oleh manusia di hari akhir adalah sebagai berikut:
1. Yaumul Barzah : Barzakh secara bahasa berarti pembatas atau dinding. Pengertian yaumul
barzah aadlah hari penantian manusia di alam kubur setelah meninggal. Barzah batas atau
perantara antara alam dunia dan alam akhirat. Di alam inilah manusia akan menunggu hari
kebangkitan. Kejadian-kejadian yang akan dihadapi manusia di alam barzah adalah pertanyaan
dari malaikat Munkar dan Nakir, Manusia akan diperiksa amal perbuatannya dan keimanannya
ibadahnya

oleh

malaikat

Munkar

dan

Nakir,

Nikmat

dan

siksa

kubur.

2. Yaumul Ba'as : Pengertian Yaumul Ba'as adalah hari bangkitnya seluruh makhluk dari
kuburnya, sejak manusia pertama hingga berakhir. Penegasan Allah SWT terhadapnya hari
kebangkitan terdapat dalam Q.S. An Nahl ayat 38, artinya : "Mereka bersumpah dengan nama
Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh : "Allah tidak akan membangkitkan orang yang
mati". (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang
benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (Q.S. An Nahl :38). dan
Surat Yaasin ayat 51, artinya : " Dan ditiuplah sasangkala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan
segera di kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. (Q.S. Yaasin :51).
3. Yaumul Hasyr (Hari berkumpulnya manusia) : Pengertian Yaumul Hasyr adalah fase
manusia digiring ke suatu tempat yang bernama Padang Mahsyar setelah kebangkitan dari
kubur. Allah SWT berfirman : "Dan kami kumpulkan mereka, maka kami tidak meninggalkan
mereka seorang pun". (Q.S. Al Kahli : 47).

25

4. Yaumul Hisab (Hari Perhitungan) : Pengertian Yaumul Hisab adalah hari manusia dihisab,
dihitung dan ditimbang amal perbuatannya selama dunia akhirat. Allah SWT berfirman : "Kami
akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah yang dirugikan seseorang
barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti kami mendatangkan
(pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan. "(Q.S. Al-Anbiya : 47).
5. Yaumul Jaza' (Hari Pembalasan) : Pengertian yaumul jaza' adalah hari ketika Allah SWT
memberi keputusan kepada manusia.
6. Surga dan Neraka : Surga adalah tempat yang penuh dengan berbagai kenikmatan, yang
disediakan Allah bagi orang-orang yang bertakwa, Sedangkan Neraka adalah tempat yang penuh
dengan berbagai siksaan, yang disediakan Allah bagi orang-orang yang durhaka.
E.

Hikmah Beriman Kepada Hari Akhir/Kiamat

Hikmah beriman pada hari akhir (hari kiamat), antara lain sebagai berikut:

Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT Mahakuasa dan Maha adil.

Memberikan dorongan untuk membiasakan diri dengan sikap dan perilaku terpuji
(akhlaqul-karimah) dan menjauhkan diri dari sikap serta perilaku tercela (akhlaqulmazmumah)

Memberi dorongan untuk bersikap optimis dan tawakal, serta sabar meskipun tertimpa
berbagai kemalangan.

2.2.6 Iman Kepada Takdir


Qadha` secara bahasa adalah ketetapan hukum, firman Allah, Dan telah Kami tetapkan
terhadap bani Israil dalam kitab itu. (QS. Al-Isra`: 4).
Secara istilah qadha adalah perkara yang Allah tetapkan pada makhlukNya dalam bentuk
penciptaan, peniadaan atau perubahan.

26

Qadar secara bahasa adalah takdir (ukuran, kadar dan ketentuan), firman Allah,
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (Al-Qamar: 49). Firman
Allah, Lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan. (QS.
Al-Mursalat: 23).
Iman kepada qada dan qadar yaitu percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah swt telah
menentukan segala sesuatu yang akan terjadi untuk mahluknya (qada dan qadar ) .
Setiap manusia , telah di ciptakan dengan ketentuan ketentuan dan telah di atur nasibnya sejak
zaman azali.
A.

Macam -macam Takdir

Ada dua macam takdir yaitu takdir Mualaq dan takdir mubran.
1.Takdir Muallaq
Dalam Bahasa Arab, muallaq artinya sesuatu yang digantungkan. Takdir muallaq berarti
ketentuan Allah SWT yang mengikutsertakan peran manusia melalui usaha atau ikhtiarnya dan
hasil akhir menurut kehendak dan ijin dari Allah SWT. Allah SWT. berfirman :
Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS. ar-Rad : 11)
Takdir muallaq yaitu takdir yang masih dapat di rubah dengan usaha atau ikhtiar sebagai
contohnya: seseorang yang ingin kaya maka harus bekerja, orang yang menginginkan pandai
maka harus belajar.

Firman Allah swt dalam QS.Ar-Radu ayat 11:

27

2. Takdir Mubran
Dalam bahasa Arab, mubran artinya sesuatu yang sudah pasti, tidak dapat dielakkan. Takdir
mubram merupakan ketentuan mutlak dari Allah SWT yang pasti berlaku atas setiap diri
manusia, tanpa bisa dielakkan dan tanpa ada campur tangan atau rekayasa dari manusia.
Takdir mubran yaitu takdir yang tidak dapat di rubah lagi ,walaupun sudah berikhtiar .Contohnya
adalah kematian seseorang .
Firman Allah swt dalam QS.Al-Araf ayat 34 :

B.

Ciri Beriman Kepada Qadha dan Qadar

1. Selalu menyadari dan menerima kenyataan.


Iman kepada qadha dan qadar dapat menumbuhkan kesadaran yang tinggi untuk menerima
kenyataan hidup. Karena yang terjadi adalah sudah pada garis ketentuan Allah pada hakekatnya
bencana atau rahmat itu semata-mata dari Allah SWT. Firman Allah SWT :
Artinya : Katakanlah: Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Allah
menghendaki bencana atasmu, atau menghendaki rahmat untuk dirimu dan orang-orang
munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah. (QS. al-Ahzab
: 17)
2. Senantiasa bersikap sabar.
28

Orang yang beriman kepada qadha dan qadar akan senantiasa menerima segala sesuatu dengan
penuh kesabaran, baik dalam situasi yang sempit atau susah dan tetap bersabar dalam situasi
senang atau bahagia. Dengan demikian orang yang beriman kepada takdir Allah SWT senantiasa
dalam keadaan yang stabil jiwanya.
Artinya : Apakah manusia itu mengira mereka akan dibiarkan, sedang mereka tidak diuji
lagi ?. (QS. al-Ankabut : 2)
3. Rajin dalam berusaha dan tidak mudah menyerah.
Agar seseorang terus giat berusaha ia pun yakin bahwa segala hasil usaha manusia selalu
diwaspadai, dinilai, serta diberi balasan. Firman Allah:
Artinya : Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan di perlihatkan (kepadanya).
Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan
bahwasannya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (QS an-Najm : 39-42)
4. Selalu bersikap optimis, tidak pesimis.
Keyakinan terhadap Qadha dan Qadar dapat menumbuhkan sikap yang optimis tidak mudah
putus asa. Karena ia yakin walau sering gagal, pasti suatu saat akan berhasil sehingga tidak akan
berputus asa. Firman Allah SWT :
Artinya : dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah berputus
asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS. Yusuf : 87)
5. Senantiasa menerapkan sikap tawakal.
Tawakal (berserah diri0 kepada Allah SWT akan tumbuh pada diri seseorang jika ia meyakini
bahwa segala sesuatu telah dikehendaki Allah. Allah Maha bijaksana sehingga menurut
keyakinannya Allah tidak mungkin menyengsarakannya. Allah sumber kebaikan sehingga tidak
mungkin Allah menghendaki hamba-Nya kepada keburukan. Firman Allah SWT :

29

Artinya : Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu. Tidak ada satu
binatang melata pun, melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku
di atas jalan yang lurus. (QS. Hud : 56).
C.

Fungsi Iman Kepada Qada dan Qadar


1. Mendekatkan diri kepada Allah SWT ( Q.S. Al Hadid ayat 22 )
2. Mendidik manusia untuk senantiasa berusaha / ikhtiar ( Q.S. Ar Radu ayat 11 dan An
Najm ayat 39 42 )
3. Mendidik manusia untuk senantiasa sabar dan tawakal ( Q.S. Al Baqarah ayat 155 156
dan Ali Imran ayat 159 )
4. Mendidik manusia untuk tidak besikap sombong /takabur ( Q.S. Lukman ayat 18 )

2.3 Konsekuensi Keimanan


Iman tidak cukup hanya sekadar pengakuan, tetapi juga harus dibuktikan dengan
konsekuensi yang menjadi tuntutan iman. Al-Quran menyebutkan paling tidak ada 6 (enam)
konsekuensi iman yang harus dibuktikan, yaitu:
1. Al-Yaqiin (Keyakinan yang mantap).
Keyakinan yang mantap tanpa ada keraguan sedikit pun terhadap Allah dan ajaran yang
diturunkan-Nya merupakan konsekuensi iman yang utama. Allah berfirman,

yang artinya: Sesungguhnya orang-orang Mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad
30

dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. mereka itulah orang-orang yang benar. (Qs. alHujuraat: 15).
2. At-Tasliim (berserah diri).
Apa yang ada di langit dan di bumi sudah berserah diri kepada Allah, karena itu setiap Mukmin
harus pula berbuat demikian. Allah berfirman yang artinya:

yang artinya:Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal
apa yang di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa,
dan

hanya

kepada-Nya

mereka

dikembalikan?

(Qs.

Ali-Imran:

83)

3. As-Samu wa At-Thaaatu (Dengar dan Taat).


Seorang Mukmin harus mendengar seruan Allah dan harus menaatinya. Ini merupakan kunci
keberuntungan. Allah SWT berfirman:

yang artinya:Hanya ucapan orang-orang Mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah
dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata,Kami
mendengar dan kami taat. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Qs. An-Nuur: 51)
4. Ittibaaul Manhaj (Mengikuti Sistem).
Allah swt memiliki sejumlah aturan hukum (syariat) bagi manusia untuk diikuti dan ditaati,
dalam rangka terciptanya harmoni kehidupan. Allah berfirman:

31

Artinya: Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari
agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang
tidak mengetahui. (Qs. Al-Jaatsiyah: 18)
5. Adamul Haraj (tidak merasa berat).
Keimanan yang mantap membuat seorang Mukmin tidak merasa berat untuk menerima apa yang
menjadi ketentuan Allah SwT sebagaimana firman-Nya,

Artinya: Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau
(Muhammad) sebagaimana hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga)
kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan,
dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (Qs. An-Nisaa: 65)
6. Adamul Khiyarah (Tidak Memilih-Milih).
Bila seorang Mukmin sudah merasa tidak berat dengan ketentuan Allah swt, tentu dia tidak akan
memilih peraturan lain, apalagi yang bertentangan dengan nilai-nilai islam. Allah SWT
berfirman:

yang artinya: Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang Mukmin dan perempuan yang Mukmin,
32

apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain)
bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka
sungguh, dia

telah

tersesat, dengan

kesesatan

yang

nyata. (Qs. Al-Ahzaab:

36)

Beriman tanpa beramal shalih, hasilnya HAMPA. Beramal shalih tanpa beriman, PERCUMA.
IMAN adalah pondasi dan AMAL SHALIH adalah implementasi. Semoga dengan memahami
konsekuensi iman kita semakin termotivasi untuk meningkatkan iman yang menjadi bekal hidup
dunia akhirat. Amin.

33

BAB III
KESIMPULAN
Konsep ketuhanan dalam islam terdiri dari dari tauhid, aqidah, dan keimanan. Macam
macam konsep tauhid yaitu Tauhid (esa) merujuk kepada upaya membangun pengakuan dan
keyakinan bahwa hanya ada satu (esa, ahad) Tuhan, yaitu Allah SWT dengan segala
konsekuensinya. Aqidah adalah beberapa perkara wajib diyakini kebenarannya oleh hati dan
mendatangkan ketentraman jiwa menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan
keragu-raguan. Iman berasal dari kata amana : keyakinan) mengacu kepada upaya membangun
keyakinan terhadap pemikiran pokok yang meliputi keyakinan kepada Allah, Malaikat, Kitab,
Rasul, Hari Akhir, dan Takdir (qada dan qadar).
Sebagai umat islam kita harus meyakini ke enam rukun iman yang ada, dengan
penghayatan iman maka akan didapatkan konsekuensi keimanan seperti seorang mukmin akan
menyandarkan dirinya hanya kepada Allah dalam melakukan apapun perbuatan di dunia, akan
menerima secara menyeluruh semua perintah dan menjauhi larangan Allah dan Rasul-Nya, dan
akan bersungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan di dunia.

34

DAFTAR PUSTAKA
Ilmy, Bachrul. 2007. Pendidikan Agama Islam untuk Kelas XII. Jakarta : Grafindo Media
Pratama.
Muhammad Ali, Maulana. 1977. Islamologi Panduan Lengkap Memahami Ajaran Islam,
Rukun Iman, Hukum, dan Syariat Islam. Jakarta : CV Darul Kutubil Islamiyah.
Naim Yasin, Muhammad. 2001. Yang Menguatkan Yang Membatalkan Iman Kajian Rinci
Dua Kalimah Syahadah. Jakarta : Gema Insani Press.
Pengertian
Iman
kepada
Hari
Akhir,
diakses
dari
website
(http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-iman-kepada-hari-akhir-kiamat.html)
pada tanggal 9 Juni 2016.
Syamsuri. 2007 Pendidikan Agama Islam 3 untuk SMA Kelas XII. Penerbit:
Erlangga,

Jakarta.

Toto Suryana, Dkk, 1996. Pendidiakan Agama Islam. Bandung : Tiga Mutiara.

35

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Ketuhanan dalam Islam
2.1.1 Ketuhanan dalam Islam
2.1.2 Pemikiran Umat Islam
2.2 Cara Beriman yang Islami
2.2.1 Iman Kepada Allah
2.2.2 Iman Kepada Malaikat
2.2.3 Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
2.2.4 Iman Kepada Rasul
2.2.5 Iman Kepada Hari Akhir
2.2.6 Iman Kepada Takdir
2.3 Konsekuensi Keimanan
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

36

You might also like