Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan
(gigitan) nyamuk Anopheles spp. Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki endemisitas tinggi.
Malaria maupun penyakit yang menyerupai malaria telah diketahui ada
selama lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Malaria dikenal secara luas di daerah
Yunani pada abad ke-4 SM dan dipercaya sebagai penyebab utama berkurangnya
penduduk kota. Penyakit malaria sudah dikenal sejak tahun 1753, tetapi baru
ditemukan parasit dalam darah oleh Alphonse Laxeran tahun 1880. Untuk
mewarnai parasit, pada tahun 1883 Marchiafava menggunakan metilen biru
sehingga morfologi parasit ini lebih mudah dipelajari. Siklus hidup plasmodium di
dalam tubuh nyamuk dipelajari oleh Ross dan Binagmi pada tahun 1898 dan
kemudian pada tahun 1900 oleh Patrick Manson dapat dibuktikan bahwa nyamuk
adalah vektor penular malaria.
Pada tahun 1890 Giovanni Batista Grassi dan Raimondo Feletti adalah dua
peneliti Italia yang pertama kali memberi nama dua parasit penyebab malaria pada
manusia, yaitu Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae. Pada tahun 1897
seorang Amerika bernama William H. Welch memberi nama parasit penyebab
malaria tertiana sebagai Plasmodium falciparum dan pada 1922 John William
Watson Stephens menguraikan nama parasit malaria keempat, yaitu Plasmodium
ovale.
Penyakit malaria hingga kini masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat dunia yang utama. Malaria menyebar di berbagai negara,
terutama di kawasan Asia, Afrika,dan Amerika Latin. Di berbagai negara, malaria
bukan hanya permasalahan kesehatan semata. Malaria telah menjadi masalah
sosial-ekonomi, seperti kerugian ekonomi, kemiskinan dan keterbelakangan.
Melihat dari berbagai definisi yang telah disebutkan diatas maka kami
sangat tertarik untuk melakukan pengujian guna untuk mengidentifikasi dan
mengetahui morfologi dari sel darah merah dan komponen disekitarnya. Untuk
BAB II
Metodologi Penelitian
A. Landasan Teori
Pewarnaan Giemsa (Giemsa Stain) adalah teknik pewarnaan untuk
pemeriksaan mikroskopis yang namanya diambil dari seorang peneliti malaria
yaitu Gustav Giemsa. Pewarnaan ini digunakan untuk pemeriksaan sitogenetik
dan untuk diagnosis histopatologis parasit malaria dan parasit lainnya.
Prinsip dari pewarnaan giemsa adalah presipitasi hitam yang terbentuk
dari penambahan larutan metilen biru dan eosin yang dilarutkan di dalam metanol.
Pewarnaan giemsa digunakan untuk membedakan inti sel dan morfologi
sitoplasma dari sel darah merah, sel darah putih, trombosit dan parasit yang ada di
dalam darah. Pewarnaan giemsa adalah teknik pewarnaan yang paling bagus
digunakan untuk identifikasi parasit yang ada di dalam darah (blood-borne
parasite).
Kelebihan dari pewarnaan
18 buah.
Gametosit mengisi hampir seluruh eritrosit. Mikrogametosit berinti
besar dalam pewarnaan Giemsa akan berwarna merah muda
sedangkan sitoplasma berwarna biru. Makrogametosit berinti padat
Plasmodium falciparum
Penyakit,malaria tropika, malaria falciparum, malaria subtertiana, malaria
tertiana maligna. Penyebaran, terutama di daerah tropik.
Morfologi dan siklus hidup dalam tubuh manusia. Stadium pra-eritrositer
berlangsung 6 hari. Skizon hati besarnya 60 m mengandung +- 40.000 merozoit.
Stadium di luar eritrosit sampai sekarang belum ditemukan, relaps pada malaria
tropika dianggap sebagai reduksen. Siklus dalam eritrosit berlangsung 36-48 jam
dan tidak sinkron. Eritrosit yang di hinggapi parasit tidak membesar warnanya
biru lembayung. Dalam eritrosit tampak titik-titik Maurer. Bentuk cincin kecil 2
m, bisanya besar jumlahnya. Sering terdapat bentuk accole dan infeksi multipel,
inti menonjol serta sering pula terdapat 2 inti pada sebuah cincin. Pada darah
perifer biasanya hanya terdapat bentuk cincin dan gametosit. Jika trofozoit
membesa,eritrosit yang dihinggapi menjadi lekat; akibatnya terbentuk sumbatan
didalam kapiler alat-alat dalaman yang aliran darahnya lambat. Oleh karena itu,
bentuk trofozoit lanjut dan bentuk skizon tidak terdapat dalam darah tepi, kecuali
pada infeksi berat.Pigmen pada Palsmodium falciparum cepat menggumpal
walaupun skizon masih muda. Biasanya skizon matang mengisi 2/3 eritrositnya
dan mengandung 8-24 buah merozoit. Gametogoni. Gametosit berbentuk
pisang,makrogametosit lebih langsing daripada mikrogametosit.
Dalam tubuh nyamuk Ookista dalam nyamuk mengandung 10-12 butir
pigmen. Masa tunas ekstrinsik berlangsung 12-14 hari.
Plasmodium falciparum biasanya ditemukan pada :
Gametosit
berbentuk
pisang,
makrogametosit
inti
kompak
intinya menyebar.
Sitoplasma eritrosit terdapat terdapat bercak-bercak merah yang
tidak teratur disebut titik Maurer.
4. Bak Pewarna
5. Oil Emerse
6. Pipet tetes
b. Alat
1. Preparat Plasmodium vivax
2. Preparat plasmodium Falciparum
3. Darah EDTA
4. Metanol
5. Cat Giemsa
6. Aquadest/Air
7. Alkohol/Swab Alkohol
8. Tissue
C. Prosedur Kerja
Sediaan Hapusan
1. Teteskan 1-2 tetes darah EDTA dibuat sediaan hapus darah tipis pada
objek glass dengan menggunakan cover glas
2. Tunggu sampai sediaan apus kering (kering anginkan)
3. Fiksasi dengna methanol, biarkan kering sendiri/
4. Genangi sediaan apus dengan larutan giemsa dan diamkan selama 1015 menit
5. Cuci dengan air mengalir sampai cat tercuci semua, keringkan
anginkan
6. Periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x
Tetesan Tebal
1. Teteskan 2-3 tetes darah EDTA, dibuat sediaan lingkaran pada objek
glass menggunakan cover glass
2. Tunggu sampai sediaan tetes tebal kering (kering anginkan)
3. Genangi sediaan tetes tebal dengan laurtan giemsa dan diamkan
selama 5-10 menit.
4. Cuci dengan air mengalir sampai cat tercuci semua, keringkan
anginkan.
5. Periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x
Metode Kasset
1. Ambil Sedikit darah EDTA
2. Letakan pada kasset malaria
3. Teteskan 2-3 tetes buffer kedalam kasset
4. Teteskan darah EDTA kedalam kasset
5. Tunggu hingga 15 menit
6. Amati Hasilnya (jika terbentuk 2 garis maka positif, jika terbentuk
1 garis maka negatif)
8
BAB III
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil Pengamatan
No Jenis
1
Bentuk
Gambar
Plasmodium
Plasmodium
Vivax
Plasmodium
Falciparum
Eritrosit yang
terinfeksi oleh parasit ini mengalami pembesaran dan pucat karena kekurangan
hemoglobin. Tropozoit muda tampak sebagai cincin dengan inti pada satu sisi.
Terdapat bintik-bintik merah yang disebut titik Schuffner pada eritrosit yang
terinfeksi parasit ini. Sedangkan pada plasmodium falciparum, hanya bentuk
tropozoit dan gametosit pada darah tepi dan eritrosit yang terinfeksi tidak
mengalami pembesaran.
B. Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan untuk mengamati dan memahami teknik
pengecatan giemsa yang baik serta melakukan pengamatan plasmodium dan dapat
membedakan bentuk shizon, tropozoit, dan gamet dari masing-masing jenis
plasmodium. Pewarnaan giemsa (giemsa stain) adalah teknik pewarnaan untuk
pemeriksaan mikroskopis yang namanya diambil dari seorang peneliti malaria
yaitu gustav giemsa. Pewarnaan ini digunakan untuk membedakan inti sel dan
morfologi sitoplasma dari sel darah merah, sel darah putih, trombosit dan parasit
yang ada di dalam darah. Pewarnaan giemsa adalah teknik pewarnaan yang paling
bagus digunakan untuk identifikasi parasit yang ada di dalam darah (blood-borne
parasite).
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus
plasmodium. Ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan malaria,
yaitu plasmodium falciparum dengan masa inkubasi 7-14 hari, plasmodium vivax
dengan masa inkubasi 8-14 hari, plasmodium oval dengan masa inkubasi 8-14
hari, dan plasmodium malaria dengan masa inkubasi 7-30 hari. Parasit-parasit
tersebu ditularkan pada manusia melalui gigitan seekor nyamuk dari genus
anopheles. Gejala yang ditimbulkan antara lain adalah demam, anemia, panas
dingin, dan keringat dingin. Untuk mendiagnosa seseorang menderita malaria
adalah dengan memeriksa ada tidaknya plasmodium pada sampel darah. Namun
10
18 buah.
Gametosit mengisi hampir seluruh eritrosit. Mikrogametosit berinti
besar dalam pewarnaan Giemsa akan berwarna merah muda
sedangkan sitoplasma berwarna biru. Makrogametosit berinti padat
11
inti
kompak
intinya menyebar.
Sitoplasma eritrosit terdapat terdapat bercak-bercak merah yang
tidak teratur disebut titik Maurer.
12
13
BAB IV
Hasil Pengamatan
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan pewarnaan tebal dan tipis yang telah kami
lakukan, kami dapat menarik kesimpulan bahwa pada pewarnaan tebal, tipis
maupun pemeriksaan menggunakan kaset. Adalah untuk menunjukan tampakan
dari plasmodium vivax maupun falcifarum yang dapat dilihat dalam mikroskop
dengan perbesaran 100 kali, sedangkan jika kita ingin menggunakan kaset, hanya
dengan melihat hasilnya kita sudah dapat tahu bahwa seseorang mengidap malaria
dengan plasmodium vivax, falciparum ataupun seseorang yang normal.
14