You are on page 1of 4

Rangkuman Pertemuan 3

Teori Akuntansi Keuangan


Chapter 4 Godfrey: A Conceptual Framework

Kelompok 10
Christy Vania Rosabel1306378741
Raudah Iftitah Mulikh

1306379233

I Gede Anjas Putra Astina

1306379271

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Indonesia
Depok
2016

LO 1 The Role of a Conceptual Framework


Kerangka konseptual dalam akuntansi bertujuan untuk memberikan teori akuntansi yang
terstruktur. Pada level tertingginya, menyatakan apa lingkup dan tujuan dari pelaporan keuangan.
Pada level selanjutnya, mengidentifikasi dan mendefinisikan karakteristik kualitatif dari
informasi

keuangan

(seperti

relevance,

reliability,

comparability,

timeliness,

dan

understandability), serta elemen-elemen dasar dalam akuntansi (aset, liabilitas, ekuitas,


pendapatan, pengeluaran, dan profit). Pada level di bawahnya, berisi prinsip-prinsip dan
peraturan mengenai pengakuan dan pengukuran elemen-elemen dasar dan jenis informasi yang
akan ditampilkan dalam laporan keuangan.
Sering terjadi argumen bahwa agar sah, maka diperlukan metodologi ilmiah dibalik
kerangka tersebut. Metodologi ilmiah diperlukan untuk menentukan prinsip dan peraturan
pengukuran akuntansi apa yang digunakan. Sebagai contoh, FASB mendefinisikan kerangka
konseptual sebagai sistem yang koheren dan konsisten.
Banyak akuntan masih mempertanyakan apakah kerangka konseptual memang
dibutuhkan, karena tanpanya, mereka dapat bertahan selama ini, walaupun banyak masalah telah
timbul akibat tidak adanya teori secara umum. Praktik-praktik yang tidak konsisten dinilai
merupakan salah satu sumber masalah. Karena tidak adanya teori akuntansi yang diterima secara
umum, rekomendasi dari badan yang berwenang dinilai hanyalah sebagai solusi acak dan
sementara saja.
Manfaat dari adanya kerangka konseptual menurut standard setters Australia
diantaranya:

Reporting requirements akan lebih konsisten dan logis karena berakar dari konsep yang

teratur.
Penghindaran reporting requirements akan lebih sulit karena adanya ketentuan-ketentuan

yang saling melengkapi.


Badan-badan yang membuat requirements tersebut akan lebih berakuntabilitas dalam

tindakannya.
Kebutuhan akan standar akuntansi yang spesifik akan berkurang, serta meminimalisasi

risiko terjadinya over-regulation.


Auditor serta penyusun laporan keuangan akan lebih baik dalam memahami financial
reporting requirements.

Pengaturan requirements akan lebih ekonomis karena isu-isu tidak akan didebatkan
kembali karena adanya perbedaan pandangan.

LO 2 Objectives of Conceptual Frameworks


Kedua kerangka IASB dan FASB memandang tujuan utama dari pelaporan keuangan
adalah untuk mengomunikasikan informasi keuangan kepada penggunanya. Informasi tersebut
dipilih berdasar pada kegunaannya dalam proses pengambilan keputusan terkait ekonomi. Tujuan
tersebut dinilai dapat tercapai dengan melaporkan informasi yang berguna dalam membuat
keputusan ekonomi, berguna dalam menilai prospek arus kas, serta berisi sumber daya
perusahaan yang dimiliki, klaim terhadapnya, dan perubahannya.
Maka dari itu, tugas akuntan lah untuk memilih informasi apa yang akan disalurkan,
sehingga diperlukan hierarki kualitas yang membuat informasi berguna. Karakteristik kualitatif
yang utama adalah relevance, reliability, comparability, timeliness, dan understandability (aspekaspek dari kualitas tersebut diantaranya materiality, faithful representation, substance over form,
neutrality, prudence, dan completeness).
FASB memiliki tujuh pernyataan konsep, sedangkan IASB hanya memiliki satu, yaitu,
the Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements, yang
dikeluarkan oleh IASC. Framework tersebut berfungsi sebagai acuan IASB dalam
mengembangkan standar-standar akuntansi serta untuk menyelesaikan isu-isu akuntansi.
Pernyataan konsep tersebut menjadi penghubung antara franework tersebut, dengan standar
akuntansi, serta interpretasi dari standar tersebut. Karena itu, dalam pengembangan atau revisi
framework tersebut sangat diperhatikan oleh unsur yang berwenang.
LO 3 Developing a Conceptual Framework
Perkembangan kerangka konseptual dipengaruhi oleh dua isu, yaitu:
pendekatan principles vs rules-based terhadap standard setting
informasi untuk pengambilan keputusan dan pendekatan decision-theory
A. Principles-based and Rule-based Standard Setting
Kerangka konseptual memiliki peran penting dalam proses standard setting
karena kerangka konseptual memberikan kerangka dalam pengembangan badan standar
yang koheren berdasarkan prinsip-prinsip yang konsisten. IASB menargetkan untuk

membuat principles-based standard sehingga ia berpedoman kepada kerangka


konseptual.

Walaupun IASB menergetkan untuk menjadi principles-based standard

setter, standar yang ia buat, seperti IAS 39, dikritisi bahwa terlalu rule-based. Menurut
Nobes, alasan standar menjadi terlalu rule-based adalah karena standar tersebut tidak
konsisten dengan kerangka konseptual standard setter. Walaupun begitu, standar yang
rule-based memiliki beberapa keuntungan seperti comparability dan verifiability yang
lebih meningkat untuk auditor dan regulator, serta menurunkan kesempatan untuk
melakukan earnings management (dengan pengecualian).
Standar akuntansi di US dikatakan sebagai rule-based karena memiliki banyak
informasi mendetail terkait treatment yang harus diikuti untuk mematuhi standar
akuntansinya. Semenjak adanya Sarbanes-Oxley Act 2002, menetapkan pendekatan
principles-based sebagai tujuan FASB dalam program konvergensi IASB/FASB. Karena,
tidak adanya kesamaan pendekatan akan membuat konvergensi dan pembuatan standar
yang dapat digunakan di kedua yurisdiksi lebih sulit. Kedalaman dan kompleksitas dari
GAAP mengarahkan IASB untuk membuat standar yang diperuntukkan bagi UKM (IFRS
for SMEs) yang dapat digunakan oleh entitas yang dimana kepatuhan terhadap full set
IFRS dianggap tidak cost effective.
B. Information for Decision Making and the Decision-Theory Approach
LO 4
LO 5

You might also like