You are on page 1of 7

TUGAS KOROSI

TEORI KOROSI BASAH, SHE

DISUSUN
O
L
E
H
APRIYANUL ARYWAN D (F1C 011 012)

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
Universitas Mataram

2016

I.PENDAHULUAN
A.Korosi
Korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan logam atau berkarat.
Definisi korosi adalah proses degradasi/deteorisasi/perusakan material yang terjadi disebabkan
oleh lingkungan sekelilingnya. Beberapa pakar bersikeras definisi hanya berlaku pada logam
saja, tetapi para insinyur korosi juga ada yang mendefinisikan istilah korosi berlaku juga untuk
material non logam, seperti keramik, plastik, karet. Sebagai contoh rusaknya cat karet karena
sinar matahari atau terkena bahan kimia, mencairnya lapisan tungku pembuatan baja, serangan
logam yang solid oleh logam yang cair (liquid metal corrosion).
Adapun definisi korosi dari pakar lain :
a. Perusakan material tanpa perusakan mekanis.
b. Kebalikan dari metalurgi ekstraktif.
c. Proses elektrokimia dalam mencapai kesetimbangan termodinamika suatu sistem. Jadi korosi
adalah merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungan (air, udara, tanah) yang
berusaha mencapai keseimbangan. Sistem ini dikategorikan setimbang bila logam telah
membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil (berenergi paling rendah). Adapun
proses korosi yang terjadi, di samping oleh reaksi kimia biasa, maka yang lebih umum adalah
proses elektro kimia. Yang dimaksud dengan lingkungannya dapat berupa udara dengan sinar
matahari, embun, air tawar, air laut, air danau, air sungai dan tanah yang berupa tanah pertanian,
tanah rawa, tanah kapur dan tanah berpasir/berbatu-batu Korosi disebut juga suatu penyakit
dalam dunia teknik, walaupun secara langsung tidak termasuk produk teknik. Studi dari korosi
adalah sejenis usaha pengendalian kerusakan supaya serangannya serendah mungkin dan dapat
melampaui nilai ekonomisnya, atau jangan ada logam jadi rongsokan sebelum waktunya.
Caranya adalah dengan pengendalian secara preventif supaya menghambat serangan korosi. Cara
ini lebih baik daripada memperbaiki secara represif yang biayanya akan jauh lebih besar

B.Klasifikasi Korosi
Korosi dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Salah satu metode dalam pembagian
korosi adalah korosi oksidasi dan korosi elektro kimia. Pembagian lain dari klasifikasi korosi
adalah korosi temperatur rendah dan korosi temperatur tinggi. Adapun pembagian yang sering
digunakan adalah wet corrosion and dry corrosion, dalam penulisan ini penulis akan membahas
teori korosi basah, standar hidrogen elektroda (SHE)
II.PERMASALAHAN
Apa itu korosi, khusus nya korosi basah..?
Apa saja faktor yang menyebabkan korosi basah..?
III.PEMBAHASAN
Korosi adalah reaksi kimia antara logam dan lingkungannya yang berakibat mengalirnya
arus listrik. Lingkungan yang dimaksud adalah lingungan yang berair, tetapi ini tidak berarti
bahwa korosi tidak terjadi bila air tidak ada. Banyak reaksi korosi dapat berlangsung di
lingkungan yang dikatakan kering. Selain itu ingat bahwa korosi dapat terjadi di udara karena
kandungan uap air, serta bahan-bahan ionik cukup untuk menyebabkan korosi seperti bila logam
direndam dalam air. Keberadaan air dan bahan ionik saling menunjang: arus hanya dapat
diangkut melalui air oleh ion-ion bebas, sementara air menyebabkan terurainya padatan ionik
menjadi ion-ion bebas yang dibutuhkan. Sebagai contoh untuk menunjukan bahwa arus listrik
mengalir dalam larutan hanya bila larutan itu mengandung ion-ion, misalnya larutan natrium
klorida berpelarut air, seandainya ion-ion tidak ada, seperti pada spiritus putih, atau hanya sedikit
sekali pada air murni, aliran arus tidak ada dan karena itu aliran listrik tidak terbentuk.
Menurut jenis reaksinya korosi dibagi menjadi dua yaitu korosi kimia atau biasa disebut
korosi kering (Dry Corrosion) dan korosi elektrokimia biasa disebut koros basah (Aqueous
Corrosion / wet corrosion). Wet corrosion terjadi ketika ada fasa cair yang terlibat dalam proses
korosi. Korosi ini biasanya melibatkan larutan berair atau elektrolit. Contoh yang sering dijumpai
adalah korosi besi karena berada dilingkungan berair. Dry corrosion terjadi karena tidak adanya
fasa cair atau fasa diatas titik embun dari lingkungan. Penyebab dari korosi ini adalah uap air dan
gasgas yang ada di lingkungan sekitarnya. Korosi ini paling sering dikaitkan dengan suhu yang
tinggi. Sebagai contoh serangan korosi pada baja akibat dimasukan di dalam tungku pembakaran.

Sel elektrokimia dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari dua elektroda
yang terpisah minimal oleh satu macam fasa elektrolit, seperti yang digambarkan pada gambar 1.
Umumnya diantara kedua elektroda dalam sel elektrokimia tersebut terdapat perbedaan potensial
yang terukur. Contoh sel elektrokimia misalnya sel Galvani, sel Daniel, baterei. Penulisan notasi
struktur suatu sel elektrokimia mengikuti beberapa kaidah berikut :
: menunjukkan adanya perbedaan fasa
: dipisahkan oleh suatu jembatan garam
, : dua komponen yang berada dalam fasa yang sama
Fasa teroksidasi dituliskan terlebih dulu, baru diikuti fasa tereduksi dengan notasi :
elektrodelarutan larutan elektrode
Contoh penulisan suatu sel elektrokimia : Zn (s)Zn2+(aq), Cl- (aq)AgCl (s)Ag (s)

Artinya Zn dan Zn2+ berada dalam fasa yang berbeda yaitu Zn (s) dan Zn 2+ (aq) demikian pula
untuk Cl- (aq), AgCl(s) dan Ag (s). Sedangkan tanda koma (, ) memperlihatkan bahwa kedua
elektroda berada dalam satu elektrolit yang sama yaitu ZnCl2 (aq).

Notasinya dapat dituliskan sebagai : Zn(s)Zn2+ (aq) Cu2+ (aq) Cu (s)

Artinya Zn dan Zn2+ berada dalam fasa yang berbeda yaitu Zn (s) dan Zn 2+ (aq) demikian pula
untuk Cu (s) dan Cu2+ (aq). Sedangkan tanda memperlihatkan bahwa kedua elektroda
dipisahkan oleh jembatan garam.
2. Sel Galvani
Sel Galvani terdiri dari dua buah elektroda dan elektrolit. Elektroda ini dihubungkan oleh
penghantar yang dapat mengangkut elektron ke dalam sel maupun ke luar sel. Elektroda ada
yang terlibat langsung dalam reaksi sel, namun ada pula yang tidak berperan dalam reaksi sel
yang disebut dengan elektroda inert. Reaksi kimia berlangsung di permukaan elektroda. Anoda
adalah elektroda di mana terjadi reaksi oksidasi, sedangkan elektroda di mana terjadi reaksi
reduksi adalah Katoda. Setiap elektroda dan elektrolit dapat bereaksi membentuk setengah sel.
Reaksi elektroda adalah setengah reaksi yang terjadi pada setengah sel. Yang termasuk setengah
reaksi adalah reaksi yang memperlihatkan kehilangan elektron atau reaksi yang memperlihatkan
perolehan elektron.
Contoh :
Oksidasi Zn : Zn (s) Zn2+ (aq) + 2 eReduksi Cu 2+ : Cu 2+ (aq) + 2 e- Cu (s)
Kedua setengah sel bila dihubungkan akan membentuk sel elektrokimia lengkap. Reaksi kimia
yang terjadi pada sel Galvani atau sel volta berlangsung secara spontan.
3. Pengukuran Daya Gerak Listrik (DGL) Sel
Besarnya daya gerak listrik antara dua elektroda dapat diukur dengan voltmeter atau multimeter.
Namun cara ini tidak teliti karena akan ada arus dari sel yang melalui voltmeter dan akan
menyebabkan perubahan DGL yang diukur. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk
mengukur DGL secara teliti adalah Potensiometer.
Menggunakan cara yang telah disebutkan di atas, yang dapat diukur adalah beda
potensial antara dua buah elektroda. Tidak mungkin mengukur potensial suatu elektroda tunggal.
Sehingga yang disebut dengan satu sistem sel pasti terdiri dari dua elektroda. Untuk mengukur
potensial suatu elektroda tertentu maka diperlukan elektroda lain yang disebut sebagai elektroda
pembanding. Dengan demikian beda potensial kedua elektroda dapat diukur, karena besarnya
potensial elektroda pembanding sudah diketahui dengan pasti, maka besarnya potensial elektroda
yang ingin diketahui dapat dihitung.

Sebagai elektroda pembanding dipilih elektroda hidrogen standar yang berdasarkan


perjanjian potensialnya berharga nol volt ( 0 Volt). Suatu elektroda yang dicelupkan ke dalam
larutan yang mengandung ionnya dengan keaktifan berharga satu (a= 1) dan diukur dengan
elektroda pembanding elektroda hidrogen standar pada suhu 25 oC disebut potensial elektroda
standar.
Elektroda hidrogen standar
Elektroda ini terdiri atas logam platina yang dicelupkan ke dalam suatu larutan asam
( yang mengandung ion H+) dengan konsentrasi 1,0 M (dan koefisien keaktifan a = 1) dan dialiri
gas hidrogen pada tekanaan 1 atm seperti pada gambar 3.

Gambar 3. Elektroda Hidrogen standar


Reaksi yang terjadi pada elektroda platina adalah reduksi ion H+ menjadi gas hidrogen: 2H+ (aq)
+ 2 e H2 (g)
Elektroda platina digunakan hanya bila sistem setengah sel bukan logam. Fungsi elektroda
platina adalah sebagai penghubung logam inert dengan sistem H2 H+, dan sebagai tempat gas
H2 teradsorpsi di permukaan.

Korosi logam dalam lingkungan berair terjadi oleh mekanisme elektro kimia yang
melibatkan pelarutan logam sebagai ion (misal: Fe Fe2+ + 2e). Elektron berlebih yang
dihasilkan dalam elektrolit mereduksi ion hidrogen (khususnya dalam larutan asam) sesuai
reaksi: 2H+ + 2e H2 sehingga gas keluar dari logam, atau membentuk ion hidroksil dengan

mereduksi oksigen yang larut sesuai reaksi: O2 + 4e + 2H2O 4OH-Jadi laju korosi
berhubungan dengan aliran elektron atau arus listrik. Pada (Gambar 4) diperlihatkan sel aerasi
diferensial ion Fe2+ masuk ke larutan dari anoda dan ion OH- dari katoda, dan apabila keduanya
bertemu mereka membentuk ferohidroksida Fe(OH)2. Namun, bergantung pada aerasi, oksidasi
mungkin menghasilkan Fe(OH)3 karat-merah Fe2O3.H2O atau magnetit-hitam Fe3O4. Proses
seperti ini penting bilamana air, khususnya air laut memenuhi celah (crevice) yang terjadi selama
pemakaian, manufaktur atau disain. Pada korosi jenis ini, pemasukan oksigen ke daerah katodik
besar, sering terjadi serangan lokal yang gawat di daerah anoda yang kecil sehingga membentuk
sumuran, goresan, celah, dan sebagainya.

Gambar 4: Korosi besi oleh aerosi differensial

Korosi di kilang Petrokimia dapat diklasifikasikan menjadi korosi suhu rendah, dianggap
terjadi di bawah suhu 2600C (5000F). Korosi suhu rendah ini mengharuskan adanya air sebagai
elektrolitnya.

Daftar Pustaka
Hiskia Ahmad, 1992, Elektrokimia dan Kinetika Kimia , Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Muhamad Daud Pinem, korosi dan rekayasa permukaan , Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin,
Politeknik Negeri Medan .
Endang Widjajanti, ELEKTROKIMIA
Novia Sestika Rizki, Reaksi Redoks
Teknik Material Dan Metalurgi FTI-ITS

You might also like