You are on page 1of 8

MODEL PERSEDIAAN DETERMINISTIK

(Analisis Sensivitas dan EOQ

Backorder)
ANALISIS SENSITIVITAS DALAM EOQ
Analisis sensitivitas digunakan untuk menentukan bagaimana pengaruh perubahan atau
kesalahan data dalam parameter terhadap EOQ. Jika perubahan dalam parameter model EOQ
cukup besar tetapi sensitif terhadap perubahan tersebut. Jika terjadi perubahan parameter
sangat kecil dalam model EOQ, tetapi pengaruh cukup besar terhadap EOQ, dapat dikatakan
bahwa model EOQ sensitif terhadap perubahan tersebut. Model EOQ mengasumsikan bahwa
total kebutuhan R, biaya simpan H, dan biaya pesan C dapat ditentukan secara pasti. Kesalahan
manajemen dalam menentukan ketiga parameter tersebut dapat saja terjadi, yang berarti dapat
mempengaruhi EOQ dan biaya variabel. Bagian ini akan menganalisis pengaruh kesalahan
dalam mengestimasi ketiga parameter tersebut.
Analisis sensitivitas dapat dimanfaatkan dalam berbagai cara, yaitu:
1. Semua parameter yang digunakan dalam keputusan persediaan diperkirakan, kemudian
diinginkan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kesalahan dalam estimasi terhadap
keputusan dan biaya. Analisis sensitivitas dapat menyatakan apakah prosedur estimasi
cukup memadai.
2. Parameter dalam model EOQ berubah karena waktu, analisis sensitivitas dapat membantu
dalam memutuskan apakah perlu merevisi keputusan persediaan dengan memasukkan nilai
baru.
3. Kondisi yang menentukan batas kapasitas, efisiensi transportasi, atau pengepakan. Analisis
sensitivitas dapat digunakan untuk menentukan pengaruh biaya tersebut dengan melakukan
penyesuaian.
Dalam sistem pemesanan jumlah tetap, jumlah pemesanan dapat meminimumkan total
biaya variabel per tahun. Secara matematik dirumuskan sebagai berikut: Q* 2CR H ,
dalam rumus tersebut total biaya variabel (TVC) per tahun tidak termasuk dalam biaya
pembelian, dan diasumsikan pula bahwa tidak ada diskon dan kekurangan persediaan.
TVC (Q) = Biaya Pesan + Biaya Simpan
= CR/Q + HQ/2
TVC(Q*) = CR/Q* + HQ*/2 = HQ* ..........................................................................(3.6)
Jika diasumsikan bahwa kesalahan dalam parameter R, H, dan C masing-masing disebut
XR, XH, dan XC, maka model EOQ nya adalah :
Q

2CR X C X R
Q*
H
XH

Q* X C X R X H
XC XR

XH
XH

.........................................................

(3.7)

Q Q* XC X R

1
Q*
XH

= Jumlah pemesanan koreksi kesalahan .....................................

(3.8)
I

Dimana :
Q = Jumlah pemesanan dengan parameter kesalahan
Q* = Economic Order Quantity (EOQ)
XR = estimasi permintaan / permintaan aktual
= faktor kesalahan kebutuhan
XC = estimasi biaya pesan / biaya pesan aktual
= faktor kesalahan biaya pesan
XH = estimasi biaya simpan / biaya simpan aktual = faktor kesalahan biaya simpan
Untuk menentukan sensitivitas total biaya variabel per tahun akibat adanya kesalahan
dalam penentuan parameter, dapat dilakukan dengan cara memasukkan faktor kesalahan dalam
rumus sebagai berikut:
TVC (Q ) TVC (Q*) X C X R X H
.............................................................................................
(3.9)
TVC (Q ) TV (Q*) TVC (Q*) X C X R X H TVC (Q*)

TVC (Q*)
TVC (Q*)

X C X R X H 1

= TVC koreksi kesalahan ..........................................

(3.10)
Jika semua faktor kesalahan sama dengan 1, maka TVC koreksi kesalahan adalah nol (0).
Hal ini berarti perubahan dari TVC(Q*) terlepas dari pengaruh parameter (C, R, atau H).
Pengaruh kesalahan estimasi dari faktor C, R, atau H terhadap TVC diperlihatkan dalam Tabel
1 berikut ini.
Tabel 3.1 Pengaruh Kesalahan Estimasi C, R, dan H Terhadap TVC(Q*)
Faktor Kesalahan (Xi)
Kesalahan Dalam TVC(Q*)
(%)
0.1
-68.4
0.2
-55.3
0.3
-45.2
0.4
-36.8
0.5
-29.3
0.6
-22.5
0.7
-16.3
0.8
-10.6
0.9
-5.1
1.0
0.0
1.2
9.5
1.4
18.3
1.6
26.5
1.8
34.2
2.0
41.4
2.2
48.3
2.4
54.9
2.6
61.2
2.8
67.3
3.0
73.2
4.0
100.0

Xi = (perkiraan i / aktual i), dimana i adalah salah satu


diantara ketiga paramter dan tidak ada kesalahan dalam
parameter yang lain. Dengan kata lain, jika i adalah
kesalahan dalam estimasi C, maka R dan H tidak terjadi
kesalahan.
Sebagai contoh, jika biaya pemesanan terjadi kesalahan 40% bagian atas (Xc = 1,4), maka
hanya terjadi penambahan dalam total biaya variabel (TVC) sebesar 18,3%. Jika estimasi biaya
pesan terjadi kesalahan 40% bagian bawah (X C = 0,6), maka hanya terjadi penambahan dalam
total biaya variabel sebesar 22,5%.
Untuk menentukan sensitivitas dari total biaya variabel per tahun dalam model EOQ,
dapat dilakukan dengan cara memasukkan faktor kesalahan ke dalam formulasi sebagai berikut:
TVC(Q*) = CR/Q* + HQ*/2 = HQ* ....................................................................(3.11)
TVC(Q) = CR/Q* XQ + HQ* XQ /2 ....................................................................(3.12)
Dimana : XQ = estimasi EOQ / aktual EOQ = EOQ faktor kesalahan
Koreksi kesalahan dalam total biaya variabel adalah sebagai berikut:

TVC (Q ) TVC (Q*) CR / Q * X Q HQ * X Q / 2 HQ

TVC (Q*)
HQ *

X 2Q 2X Q 1
2X Q

X Q 1 2
2X Q

................................................................(3.13)

= TVC koreksi kesalahan


Jika EOQ faktor kesalahan sama dengan 1, maka TVC koreksi kesalahan sama dengan nol (0)
dan TVC(Q) = TVC(Q*).
Pengaruh kesalahan dalam EOQ atas sensitivitas TVC(Q*) dapat dilihat dalam Tabel 2.
Sebagai contoh, jika jumlah pemesanan terjadi kesalahan lebih besar dari 0,5 atau lebih kecil
dari 2,0 (0,5Q* = Q = 2Q*), maka TVC tidak akan lebih dari 25% lebih tinggi atau lebih rendah
dari aktualnya. Jika EOQ mengalami kesalahan 40% bagian atas (X Q = 1,40), berarti secara
teoritikal hanya 13,4% pengaruhnya terhadap kenaikan total biaya variabel. Gejala ini secara
umum menyebabkan estimasi yang lebih tinggi (over estimated) lebih kecil pengaruhnya
terhadap kenaikan biaya jika dibandingkan dengan estimasi yang lebih rendah (under
estimated)
Tabel 3.2 Pengaruh Kesalahan Estimasi Q* Terhadap TVC(Q*)
Faktor Kesalahan
Kesalahan Dalam TVC(Q*)
EOQ(XQ)
(%)
0.1
405.0
0.2
160.0
0.3
81.7
0.4
45.0
0.5
25.0
0.6
13.4
0.7
6.4
0.8
2.5
0.9
0.6
1.0
0.0
1.2
1.7
1.4
5.7
1.6
11.3
1.8
17.8
2.0
25.0
I

2.2
2.4
2.6
2.8
3.0
4.0

32.8
40.9
49.3
57.9
66.7
112.5

CONTOH SOAL
Dalam sistem pemesanan jumlah tetap, estimasi dan aktual setiap parameter diperlihatkan
dalam tabel berikut ini.
Parameter
R
H
C

Estimasi
1000 unit
Rp 10,Rp 50,-

Aktual
2000 unit
Rp 20,Rp 25,-

a. Bagaimana pengaruh kesalahan biaya simpan terhadap TVC(Q*) ?


b. Bagaimana pengaruh biaya simpan dan biaya pesan terhadap Q* ?
c. Bagaimana pengaruh biaya simpan dan biaya pesan terhadap TVC(Q*) ?
XR = estimasi permintaan / permintaan aktual
= 1000 / 2000 = 0.50
XC = estimasi biaya pesan / biaya pesan aktual
= 10 / 20 = 0.50
XH = estimasi biaya simpan / biaya simpan aktual = 50 / 25 = 2.00
a.

TVC (Q ) TVC (Q*)

TVC (Q*)

b.

Q Q* XC X R
2,00(0,50)

1
1 0,414 atau 41,4%
Q*
XH
0,50

c.

TVC (Q ) TVC (Q*)

TVC (Q*)

X C X R X H 1 1(1)0,50 1 0.293 atau 29,3%

X C X R X H 1

2,00(0,50)(0,50) 1 0.293 atau 29,3%

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa pengaruh kesalahan biaya simpan terhadap
biaya variabel adalah 29,3%. Secara bersamaan pengaruh ketiga parameter mengakibatkan
kelebihan estimasi terhadap Q* adalah sebesar 41,4% dan TVC(Q*) dibawah estimasi sebesar
29,3%.
MODEL BACKORDER
Dalam model dasar EOQ diasumsikan tidak diperkenankan adanya backorder. Pada
bagian ini akan dipelajari model persediaan yang mengizinkan adanya rencana backorder.
Backorder terjadi ketika permintaan pelanggan tidak dapat dipenuhi dari persediaan yang ada
dan pelanggan menyetujui untuk menunggu pengiriman pesanan berikutnya. Hal ini berarti
perusahaan tidak akan kehilangan penjualan. Dalam beberapa bisnis, backorder mungkin
jarang terjadi atau tidak pernah terjadi, sebab dapat menghilangkan penjualan apabila
pelanggan tidak bersedia menunggu pengiriman berikutnya. Jika backorder terjadi maka untuk
I

setiap unit item yang didatangkan secara mendadak akan menanggung biaya sebesar K rupiah
per tahun.
Biaya K rupiah tersebut terdiri dari dua komponen yaitu tambahan biaya untuk
melakukan pemesanan kembali dan biaya dari nama baik pelanggan, meskipun biaya nama
baik ini sulit untuk dihitung. Biaya tambahan untuk melakukan pemesanan kembali biasanya
lebih tinggi, karena menggunakan penanganan khusus, pengiriman lebih cepat, tenggang waktu
lebih pendek, harga lebih mahal dan lain sebagainya. Jika tidak ada biaya untuk melakukan
backorder, perusahaan tidak akan memiliki persediaan. Tetapi jika backorder menggunakan
biaya cukup besar, perusahaan tidak akan pernah melakukan backorder.
Dalam Gambar 4 ditunjukkan tingkat persediaan dalam model backorder, dimana
kekurangan persediaan adalah J unit dan persediaan maksimum adalah M atau Q J. Jika
permintaan per hari adalah R maka persediaan maksimum hanya dapat memenuhi permintaan
selama M/R hari. Setelah itu backorder terjadi, sebab permintaan tidak dapat dipenuhi dari
persediaan. Jumlah maksimum backorder adalah sebesar J unit, dan siklus persediaan akan
menjadi Q/R hari. Sebelum tingkat persediaan mencapai J unit, pemesanan dilakukan untuk
menerima sebesar Q unit dan tingkat persediaan akan naik sebesar Q unit dari J hingga titik M.
Jumlah J unit pertama dalam pemesanan digunakan untuk memenuhi permintaan konsumen
yang belum terpenuhi.
Persediaan
M
Lt

Lt

ROP

ROP

M/R

M/R

0
Pemesanan

Q-J Pemesanan
Terima Pemesanan

Satu Siklus

Gambar 3.4 Persediaan Model Backorder


1. Total Biaya Tahunan (TAC)

RC
H Q J 2 KJ 2

2Q
2Q'
Q

TAC PR

atau ...................................................................(3.14)

RC
H ( M ) 2 K (Q M ) 2

2Q
2Q
Q

TAC PR

.....................................................................

(3.15)
TAC = (Biaya Pembelian) + (Biaya Pesan) + (Biaya Simpan) + (Biaya Backorder)
Dimana :
R = Jumlah Unit Kebutuhan Per Tahun
P = Biaya Pembelian Per Unit Atau Harga Beli Per Unit
C = Biaya Pesan Setiap Kali Pemesanan
H = Biaya Simpan Per Unit Per Tahun
Q = Jumlah Unit Setiap Kali Pemesanan
J = Jumlah Unit Maksimum Backorder
I

K = Biaya backorder Per Unit Per Tahun


M = Maksimum Persediaan Backorder

2. Kebijakan Optimum
Q*

2 RC
H

H K
.....................................................................................................(3.16)
K

HQ *
................................................................................................................(3.17)
H K
KQ *
.........................................................................................................(3.18)
Q * J*
H K

J*

M*

2 RC
H

K
KH

, atau ..........................................................................................(3.19)

M* = Q* - J* ..............................................................................................................(3.20)
Dengan mengganti Q dan J dengan Q* dan J* atau dengan mengganti Q dan M dengan Q*
dan M* maka :

RC HQ*J* KJ*
TAC PR
Q* Q*2 Q*2

22
atau .................................................................(3.21)

RC H(M*)2 K(Q*M*)2
TAC PR
Q* 2Q* 2Q*

....................................................................(3.22)

3. Siklus optimum = Q*/R


4. Frekuensi pemesanan optimum per tahun F* = R/Q*
5. Reorder point B = RL/N J*
Dimana : L = Lead Time
N = Jumlah Hari Operasi Per Tahun
I

CONTOH SOAL
Total permintaan per tahun 500 unit, harga per unit Rp 5.000, biaya pemesanan Rp 15.000,
biaya simpan rata-rata Rp 150.000 per unit per tahun, dan biaya backorder diperkirakan Rp
6.250 per unit. Dalam satu tahun diasumsikan 250 hari kerja, dan tenggang waktu pemesanan 5
hari. Bagaimana menentukan kebijakan persediaan optimum?
Pertama harus dilakukan identifikasi nilai setiap parameter model yaitu, R = 500 unit per
tahun, C = Rp 15.000 setiap kali pemesanan, H = Rp 150.000 per unit, K = Rp 6.250 per unit
per tahun, dan lead time (L) = 5 hari.
Q*

J*

2 RC
H

2(500)(15.000)
150.000

6250 150.000
50 unit
6250

HQ *
150.000(50)

48unit
H K 150.000 6250

Q * J*
M*

H K

KQ *
6.250(50)

2 unit
H K 150.000 6250

2RC
K

H
K H

atau

2(500 )(150.000 )
6.250
2 unit
150.000
6.250 150.000

atau M* = Q* - J* = 50 - 48 = 2 unit
RL
500(5)
B
J*
48 38 unit
N
250
Jumlah maksimum backorder adalah Q* - M = 50 2 = 48 unit, dan bagian waktu dimana
perusahaan tidak mengalami kekurangan adalah K/(K + H) = 6250/(6250 + 150000) = 0.04.
Berarti 4% dari permintaan dipenuhi dari persediaan yang ada ditangan dan 96% dipenuhi
dengan backorder.

RC HQ*J* KJ*
TAC PR
Q* Q*2 Q*2

22

TAC 500(5000)

500(15000) 150000(50 48) 2


6250( 48) 2

50
2(50)
2(50)

atau

RC H(M*) K(Q*M*)
TAC PR
Q* 2Q* 2Q*

TAC 500(5000)

5000(15000) 150000( 2) 2
6250(50 2) 2

50
2(50)
2(50)
I

= Rp 2.800.000/tahun

= Rp 2.800.000/tahun

atau TAC = PR + KJ* = 500(5000) + 6250(48) = Rp 2.800.000/tahun


Apabila perusahaan tetap menjalankan kebijakan membeli sebesar EOQ, maka :
EOQ Q

2 RC

2(500)(15000)
= 10 unit
150000

Total biaya persediaan minimum adalah


TAC 500(5000)

500(15000) 15000(10)

= Rp 4.000.000,- per tahun


10
2

atau TAC = PR + KQ = 500(5000) + 150000(10) = Rp 4.000.000/tahun


Dari hasil perhitungan total biaya persediaan minimum atau TAC, terdapat empat komponen
biaya yang relevan: (1) biaya pembelian, (2) biaya pemesanan Rp 150.000 per tahun, (3) biaya
penyimpanan Rp 6.000 per tahun, dan (4) biaya backorder Rp 144.000 per tahun, dan total
biaya (TAC) Rp 2.800.000,- per tahun. Dengan kebijakan backorder tersebut total biaya turun
sebesar Rp 4.000.000 Rp 2.800.000 = Rp 1.200.000,-. Penurunan biaya tersebut
menunjukkan bahwa kebijakan backorder lebih menguntungkan. Kebijakan persediaan
backorder tersebut dapat dibuat grafiknya seperti terlihat dalam gambar dibawah ini.
M = 2 unit
0

19

38

Waktu

Q* =50
B = -38

Q*-M=48

J*= 48

Terima pesanan
Satu siklus=25 hari

Gambar 3.5 Grafik solusi persoalan Backorder

You might also like