You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

Budget atau anggaran dalam pengertian umum diartikan sebagai suatu rencana kerja
untuk suatu periode yang akan datang yang telah dinilai dengan uang. Kata budget yang
digunakan di Inggris sendiri merupakan serapan dari istilah bahasa Perancis yaitu bouge atau
bougette yang berarti tas di pinggang yang terbuat dari kulit, yang kemudian di Inggris kata
budget ini berkembang artinya menjadi tempat surat yang terbuat dari kulit, khususnya tas
tersebut dipergunakan oleh Menteri Keuangan untuk menyimpan surat-surat anggaran.
Sementara di negeri Belanda, anggaran disebut begrooting, yang berasal dari bahasa Belanda
kuno yakni groten yang berarti memperkirakan.
Di Indonesia sendiri, pada awal mulanya (pada jaman Hindia-Belanda) secara resmi
digunakan istilah begrooting untuk menyatakan pengertian anggaran. Namun sejak
Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, istilah Anggaran Pendapatan dan Belanja dipakai
secara resmi dalam pasal 23 ayat 1 UUD 1945, dan di dalam perkembangan selanjutnya
ditambahkan kata Negara untuk melengkapinya sehingga menjadi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.
Kebijakan makro nasional terutama kebijakan fiskal sangat mempengaruhi Kebijakan
fiskal daerah (yang dilakukan melalui kebijakan transfer ke daerah), di sisi lain kebijakan
fiskal daerah juga dapat mempengaruhi keberhasilan kebijakan makro nasional. Dengan
demikian, agar kebijakan fiskal daerah tetap sejalan dan mendukung kebijakan makro
nasional, maka ketersambungan antara perencanaan dan penganggaran di tingkat daerah
dengan di tingkat nasional mutlak diperlukan.
Selain perencanaan pembangunan daerah, dalam konteks otonomi daerah,
perencanaan anggaran belanja daerah atau perencanaan penganggaran daerah, merupakan
salah

satu

aspek

penting

dalam

menentukan

keberlangsungan

dan kesuksesan

pembangunan daerah. Ini berarti kedua aspektersebut sangat penting dan perlu bersinergi
guna mewujudkan visi dan misi pemerintahn daerah.
Perencanaan dan anggaran pemerintah daerah merupakan suatu realitas pembangunan
daerah yang kaya interaksi sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan, baik politik,
budaya maupun agama. Hal ini menandakan aspek perilaku sangat menonjol dalam
1

perencanaan dan penaggaran pembangunan di daerah. Pendekatan kualitatif digunakan dalam


riset ini untuk mengeksplorasi pemahaman atas fenomena perencanaan dan penganggaran
organisasi sektor publik dengan fokus pengamatan pada bagaimana proses perencanaan dan
penganganggaran pemerintah daerah pada tingkat satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
yang bertanggungjawab dalam perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah.
Kualitas perencanaan dan penganggaran daerah perlu ditingkatkan, mengingat APBD
masih didominasi oleh belanja pegawai. perencanaan dan penganggaran daerah merupakan
cermin dari efektifitas pengelolaan keuangan daerah yang baik untuk menunjang keberhasilan
desentralisasi fiskal.
Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dapat dicerminkan dari peningkatan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, keadilan, pemerataan, keadaan yang semakin maju,
serta terdapat keserasian antara pusat dan daerah serta antar daerah. Hal yang dapat
mewujudkan keadaan tersebut salah satunya apabila kegiatan APBD dilakukan dengan baik.
Dikarenakan pada saat ini pemerintah menggunakan penganggaran bebasis
pendekatan kinerja, maka reformasi anggaran tidak hanya pada aspek perubahan struktur
APBD, namun juga diikuti dengan perubahan proses penyusunan anggaran. APBD pada
dasarnya memuat rencana keuangan daerah dalam rangka melaksanakan kewenangan untuk
penyelenggaraan pelayanan umum selama satu periode anggaran. Tahun anggaran APBD
meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Sesuai dengan pendekatan kinerja yang diterapkan pemerintah saat ini, maka setiap alokasi
APBD harus disesuaikan dengan tingkat pelayanan yang akan dicapai. Sehingga kinerja
pemerintah daerah dapat diukur melalui evaluasi terhadap laporan APBD.

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PERENCANAAN DAN PENGANGARAN SEKTOR PUBLIK
Pada konteks perencanaan daerah, perencanaan merupakan suatu proses penyusunan
visi,

misi

dan

program

dalam rangka

pelayanan

kepada

masyarakat

dengan

mempertimbangkan faktor ketersediaan sumber daya yang dimiliki daerah secara efesien dan
efektif serta mempertimbangkan aspek keberlanjutan dari ketersediaan sumber daya tersebut.
Elemen Perencanaan:
1. Perencanaan sebagai alat untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas, yaitu
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan modal;
2. Perencanaan sebagai alat untuk mencapai tujuan/sasaran

sehingga membutuhkan

sumber daya, dokumen perencanaan, organisasi, anggaran, dsb.;


3. Perencanaan berhubungan dengan masa yang akan datang. Implikasinya

adalah

perencanaan menjadi sangat berkaitan dengan proyeksi/prediksi, penjadwalan


kegiatan, monitoring dan evaluasi.
Proses perencanaan pembangunan Daerah:
1. Proses Politik : Pemilihan langsung dipandang sebagai proses perencanaan karena
menghasilkan rencana pembangunan dalam bentuk Visi, Misi, dan Program yang
ditawarkan Kepala Daerah terpilih selama kampanye.
2. Proses Teknokratik : Perencanaan yang dilakukan oleh perencana profesional, atau
oleh lembaga / unit organisasi yang secara fungsional melakukan perencanaan
3. Proses Partisipatif : Perencanaan yang melibatkan para pemangku kepentingan
pembangunan (stakeholders) antara lain melalui pelaksanaan Musrenbang
4. Proses Bottom-Up dan Top-Down : Perencanaan yang aliran prosesnya dari atas ke
bawah atau dari bawah ke atas dalam hirarki pemerintahan
Ruang lingkup dan prinsip perencanaan pembangunan daerah
Ruang lingkup perencanaan pembangunan daerah meliputi tahapan, tata cara
penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah
yang terdiri atas:

a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) untuk periode 20 tahun;


b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD ) untuk periode 5
tahun;
c. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) untuk periode 1 tahun;
d. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) untuk
periode 5 tahun; dan
e. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) untuk periode 1
tahun
Prinsip-prinsip perencanaan pembangunan daerah adalah:
a. Harus merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan
nasional dan

dikoordinasikan,

disinergikan,

serta

diharmonisasikan

oleh

Perangkat Daerah yang membidangi perencanaan pembangunan Daera ;


b. Dilakukan oleh pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan
berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing;
c. Mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah; dan
d. Dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing
daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional
Anggaran adalah instrumen atau alat utama dari kebijakan fiskal pemerintah
dalam mencapai sasaran-sasaran prioritas pembangunan, terutama dalam penyediaan dan
pemenuhan pelayanan publik guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan
fiskal

merupakan

perekonomian,

penggunaan

termasuk

anggaran

pemerintah untuk

keputusan tentang

pajak

yang

mempengaruhi

dipungut

dan

suatu

dihimpun,

pembiayaan transfer termasuk subsidi, pembelian barang dan jasa oleh pemerintah, serta size
defisit dan pembiayaan, yang mencakup semua tingkat pemerintahan. Pada intinya
kebijakan

fiskal

melibatkan

langkah-langkah pemerintah untuk mengarahkan dan

mengendalikan pengeluaran dan perpajakan, atau


fiskal untuk

mempengaruhi

bekerjanya

sistem

penggunaan
ekonomi

instrumen-instrumen

agar memaksimumkan

kesejahteraan ekonomi.
Penganggaran sector public terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana
untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran organisasi
sector public dimulai ketika perumusan strategi dan perencanaan strategic telah selesai
dilakukan. Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan strategi dan perencanaan
strategic yang telah dibuat. Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran
yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan
4

yang sudah disusun. Anggaran merupakan managerial plan for action untuk memfasilitasi
tercapainya tujuan organisasi.
Aspek-aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik meliputi :
1. Aspek perencanaan;
2. Aspek pengendalian; dan
3. Aspek akuntabilitas public.
Penganggaran sektor publik harus diawasi mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan. Proses penganggaran akan lebih efektif jika diawasi oleh lembaga pengawas
khusus (oversight body) yang bertugas mengontrol proses perencanaan dan pengendalian
anggaran.
Fungsi Anggaran Sektor Publik
Anggaran sector public mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu : (1) sebagai alat
perencanaan, (2) alat pengendalian, (3) alat kebijakan fiscal, (4) alat politik, (5) alat
koordinasi dan komunikasi, (6) alat penilaian kinerja, (7) alat motivasi, dan (8) alat
menciptakan ruang public.
Anggaran sebagai Alat Perencanaan (Planning Tool)
Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi.
Anggaran sector public dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh
pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja
pemerintah tersebut.
Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk :
(a) Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang
ditetapkan,
(b) Merencanakan berbagai program dan kebijakan untuk mencapai tujuan organisasi serta
merencanakan alternative sumber pembiayaannya,
(c) Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun, dan
(d) Menentukan indicator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.
Anggaran sebagai Alat Pengendalian (Control Tool)
Sebagai alat pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan
pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggtungjawabkan
5

kepada public. Tanpa anggaran, pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosanpemborosan pengeluaran. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa presiden, menteri,
gubernur, bupati, dan manajer public lainnya dapat dikendalikan melalui anggaran. Anggaran
sector public dapat digunakan untuk mengendalikan (membatasi kekuasaan) eksekutif.
Anggaran sebagai instrument pengendalian digunakan untuk menghindari adanya
overspending, underspending dan salah sasaran (misappropriation) dalam pengalokasian
anggaran pada bidang lain yang bukan merupakan prioritas. Anggaran merupakan alat untuk
memonitor kondisi keuangan dan pelaksanaan operasional program atau kegiatan pemerintah.
Sebagai alat pengendalian manajerial, anggaran sector public digunakan untuk
meyakinkan bahwa pemerintah mempunyai uang yang cukup untuk memenuhi kewajibannya.
Selain itu, anggaran digunakan untuk member informasi dan meyakinkan legislative bahwa
pemerintah bekerja secara efisien, tanpa ada korupsi dan pemborosan.
Pengendalian anggaran public dapat dilakukan melalui empat cara, yaitu :
a. Membandingkan kinerja actual dengan kinerja yang dianggarkan;
b. Menghitung selisih anggaran (favourable dan unfavourable variances);
c. Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan (controllable) dan tidak dapat
dikendalikan (uncontrollable) atas suatu varians;
d. Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk athun berikutnya.
Anggaran sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal Tool)
Anggaran sebagai alat kebijakan fiscal pemerintah digunakan untuk menstabilkan
ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran public tersebut dapat
diketahui arah kebijakan fiscal pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi-prediksi dan
estimasi ekonomi. Anggaran dapat digunakan untuk mendorong, memfasilitasi, dan
mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat mempercepat pertumbuhan
ekonomi.

Anggaran sebagai Alat Politik ( Political Tool)


Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan keuangan
terhadap prioritas tersebut. Pada sector public, anggaran merupakan dokumen politik sebagai
bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislative atas penggunaan dana public untuk
kepentingan tertentu. Anggaran bukan sekedar masalah teknis akan tetapi lebih merupakan
6

alat politik (political tool). Oleh karena itu, pembuatan anggaran public membutuhkan
political skill, coalition building, keahlian bernegosiasi, dan pemahaman tentang prinsip
manajemen keuangan public oleh para manajer public. Manajer public harus sadar
sepenuhnya bahwa kegagalan dalam melaksanakan anggaran yang telah disetujui dapat
menjatuhkan kepemimpinannya, atau paling tidak menurunkan kredibilitas pemerintah.
Anggaran sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi (Coordination and Communication
Tool)
Setiap uni kerja pemerintahan terlibat dalam proses penyususnan anggaran. Anggaran
public merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerinatahan. Anggaran public yang
disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam
pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu, anggaran public juga berfungsi sebagai alat
komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif. Anggaran harus dikomunikasikan ke
seluruh bagian organisasi untuk dilaksanakan.
Anggaran sebagai Alat Penilaian Kinerja (performance Measurement Tool)
Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada pmberi
wewenang (legislative). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target
anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer public dinilai berdasarkan
berapa yang berhasil ia capai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran
merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja.
Anggaran sebagai Alat Motivasi (Motivation Tool)
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar
bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi
yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai, anggaran hendaknya bersifat
challenging but attainable atau demanding but achievable. Maksudnya adalah target anggaran
hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu
rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.
Anggaran sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik (Public Sphere)
Anggaran public tidak boleh diabaikan oleh cabinet, birokrat, dan DPR/DPRD.
Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi, dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus terlibat
dalam proses penganggaran public. Kelompok masyarakat yang terorganisir akan mencoba
mempengaruhi anggaran pemerintah untuk kepentingan mereka. Kelompok lain dari
7

masyarakat yang kurang terorganisasi akan mempercayakan aspirasinya melalui proses politik
yang ada. Pengangguran, tuna wisma dan kelompok lain yang tidak terorganisasi akan dengan
mudah dan tidak berdaya mengikuti tindakan pemerintah. Jika tidak ada alat untuk
menyampaikan suara mereka, maka mereka akan mengambil tindakan dengan jalan lain
seperti dengan tindakan massa, melakukan boikot, vandalism, dan sebagainya.
1. TIGA PILAR PENGANGGARAN

Penganggaran Terpadu
Penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk
seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan
pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana. Sangat penting untuk memastikan
bahwa investasi dan biaya operasional yang berulang (recurrent) dipertimbangkan
secara simultan. Dualisme

perencanaan

antara

anggaran

rutin

dan anggaran

pembangunan di masa lampau menimbulkan peluang duplikasi, penumpukan, dan


penyimpangan anggaran. Perencanaan belanja rutin dan belanja modal dilakukan
8

secara

terpadu

dalam

rangka

mewujudkan

prestasi pemerintahan yang dapat

memuaskan masyarakat.
Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK)
Penganggaran Berbasis Kinerja mengutamakan upaya pencapaian output (keluaran) dan
outcomes (hasil) atas alokasi belanja

(input) yang ditetapkan. Ditujukan untuk

memperoleh manfaat sebesarbesarnya dari penggunaan sumber daya yang terbatas. Perlu
adanya indikator kinerja dan pengukuran kinerja untuk tingkat satuan kerja (satker).
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM)
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah pendekatan penganggaran berdasarkan
kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan
dalam

perspektif

lebih

dari

satu tahun

anggaran,

dengan

mempertimbangkan

implikasi biaya keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnyayang dituangkan


dalam prakiraan maju (Pasal 1 Butir 5 PP 21/2004). Prakiraan maju adalah perhitungan
kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna
memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi
dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya (Pasal 1 poin 6 PP 21/2004).
2.

JENIS-JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Anggaran sector public dibagi menjadi dua, yaitu :


1. Anggaran Operasional, dan
2. Anggaran Modal.
Anggaran Operasional (operation/recurrent budget)
Anggaran Operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan seharai-hari dalam
menjalankan pemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang dapat dikategorikan dalam
anggaran operasional adalah Belanja Rutin. Belanja Rutin (recurrent expenditure) adalah
pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran dan tidak dapat menambah
asset atau kekayaan bagi pemerintah. Disebut rutin karena sifat pengeluaran tersebut
berulang-ulang ada setiap tahun.
Secara umum, pengeluaran yang masuk kategori anggaran operasional antara lain Belanja
Administrasi Umum dan Belanja Operasi dan Pemeliharaan.
Anggaran Modal/Investasi (capital/investment budget)
9

Anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva
tetap seperti gedung, peralata, kendaraan, perabot, dan sebagainya. Pengeluaran modal yang
besar biasanya dilakukan dengan menggunakan pinjaman. Belanja Investasi/Modal adalah
pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah
asset atau kekayaan pemerintah, dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya
operasional dan pemeliharaannya.
Prinsip-prinsip Penyusunan Anggaran:
1. Keterbukaan. Adanya keterbukaan dalam perencanaan, penyusunan, pelaksanaan
dan pertanggungjawaban anggaran.
2. Periodisitas. Meliputi suatu periode tertentu, biasanya satu tahun anggaran.
3. Pembebanan anggaran pengeluaran dan menguntungkan anggaran penerimaan
4. Fleksibilitas. Anggaran disusun berdasarkan asumsi-asumsi tertentu yang bisa
berubah dikemudian hari.
5. Prealabel. Pengajuan anggaran dan persetujuannya oleh DPR/DPRD harus
mendahului pelaksanaan anggaran.
6. Kecermatan. Anggaran harus diperkirakan secara cermat dan teliti.
7. Kelengkapan atau Universalitas. Semua penerimaan dan pengeluaran dimuat
dalam anggaran.
8. Komprehensif. Anggaran disusun untuk semua aktivitas pemerintah.
9. Terinci. Setiap anggaran diklasifikasikan pada kelompok-kelompok yang telah
3.

ditentukan.
PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dipresentasikan setiap tahun

oleh eksekutif, memberi informasi rinci kepada DPRD dan masyarakat tentang programprogram apa yang direncanakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat,
dan bagaimana program-program tersebut dibiayai. Penyusunan dan pelaksanaan anggaran
tahunan merupakan rangkaian proses anggaran. Proses penyusunan anggaran mempunyai
empat tujuan, yaitu :
1. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiscal dan meningkatkan koordinasi antarbagian
dalam lingkungan pemerintah.
2. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa
public melalui proses pemrioritasan.
3. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.
4. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPRD dan
masyarakat luas.

10

Factor dominan yang terdapat dalam proses penganggaran adalah :


1.
2.
3.
4.

Tujuan dan target yang hendak dicapai


Ketersediaan sumber daya (factor-faktor produksi yang dimiliki pemerintah)
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan target
Factor-faktor lain yang mempengaruhi anggaran, seperti : munculnya peraturan
pemerintah yang baru, fluktuasi pasar, perubahan social dan politik, bencana alam, dan
sebagainya.
Pengelolaan keuangan publik melibatkan beberapa aspek, yaitu aspek penganggaran,

aspek

akuntansi,

aspek

pengendalian,

dan

aspek

auditing. Aspek

penganggaran

mengantisipasi pendapatan dan belanja (revenues and expenditure), sedangkan aspek


akuntansi terkait dengan proses mencatat, mengolah, dan melaporkan segala aktivitas
penerimaan dan pengeluaran (receipts and disbursements) atas dana pada saat anggaran
dilaksanakan. Kedua aspek tersebut dianggap penting dalam manajemen keuangan publik.
Namun, diantara kedua aspek tersebut aspek penganggaran dianggap sebagai isu sentral bila
dipandang dari sisi waktu. Kalau aspek akuntansi lebih bersifat retrospective (pencatatan
masa lalu), maka aspek penganggaran lebih bersifat prospective atau anticipatory
(perencanaan masa yang akan datang). Karena aspek penganggaran dianggap sebagai isu
sentral, maka para manajer public perlu mengetahui prinsip-prinsip pokok yang ada pada
siklus anggaran.

4. KEBIJAKAN HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH (HKPD)


Hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah meliputi:
1. Pemberian sumber-sumber keuangan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan pemerintah daerah;
2. Pengalokasian dana perimbangan kepada pemerintahan daerah;
3. Pemberian pinjaman dan/atau hibah kepada pemerintahan daerah.
Hubungan keuangan antar pemerintahan daerah, meliputi:
1. Bagi hasil pajak dan non-pajak

antara pemerintahan

daerah provinsi dan

pemerintahan daerah kabupaten/kota;


2. Pendanaan urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawab bersama;
3. Pembiayaan bersama atas kerjasama antar daerah;
11

4. Pinjaman dan/atau hibah antar pemerintahan daerah.


Perimbangan keuangan dilakukan melalui transfer/hibah dari Pusat kepada daerah dan
didukung dengan penyerahan sebagian kewenangan perpajakan kepada daerah. Mengingat
bahwa kewenangan perpajakan di daerah masih sangat terbatas, maka dukungan pendanaan
daerah melalui transfer masih lebih mendominasi (untuk saat ini). Sesuai esensi otonomi
daerah, maka sebagian besar dukungan dana dari APBN berbentuk block grants (bebas
digunakan oleh daerah). Block grants juga didukung dengan specific grants, yg berfungsi
untuk mengawal prioritas nasional dan kesetaraan kualitas layanan publik antar daerah.
Selaras dengan peningkatan kebutuhan pendanaan daerah, Pemerintah Pusat terus mendorong
upaya kemandirian pendanaan

melalui penguatan

local

taxing power dan

transfer

diupayakan terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk mendorong ekspansi pembangunan
daerah guna mendorong perekonomian, daerah dapat melakukan pinjaman.

B. SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANNGARAN PEMERINTAH DAERAH


Hubungan Perencanaan Dan Penganggaran Pusat Dan Daerah

12

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara


perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka
panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara
dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Sistem perencanaan pembangunan nasional
bertujuan untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan. Perencanaan pembangunan daerah harus mengacu kepada
rencana pembangunan nasional. Kebijakan fiskal daerah harus sejalan dan mendukung dengan
keempat kebijakan makro nasional. Seluruh kebijakan makro, terutama kebijakan fiskal
mempengaruhi kebijakan transfer ke daerah.

Siklus Penyusunan APBD

13

Tahap proses penyusunan anggaran sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun


2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dimulai dari proses penyusunan
RPJP Daerah yang memuat visi, misi serta arah pembangunan daerah dan ditetapkan dengan
Peraturan Daerah. Setelah RPJP Daerah ditetapkan, tugas selanjutnya adalah Pemerintah
Daerah menetapkan RPJM Daerah yang memuat uraian dan penjabaran mengenai visi, misi
dan program kepala daerah dengan memperhatikan RPJP Daerah dan RPJM Nasional dengan
memuat hal-hal tentang arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah,
kebijakan umum daerah, program serta kegiatan SKPD yang dituangkan dalam renstra dengan
acuan kerangka pagu indikatif. RPJM Daerah ditetapkan dengan peraturan daerah paling
lambat 3 (tiga) bulan sejak kepala daerah dilantik berdasarkan Undang-undang Nomor 25
Tahun 2004 Pasal 19 ayat (3). Setelah itu dilanjutkan dengan penetapan RKPD yang
ditetapkan setiap tahunnya bedasarkaan acuan RPJMD, renstra, renja dan memperhatikan
RKP dengan Peraturan Kepala Daerah sebagai dasar untuk penyusunan APBD. Proses
perencanaan dari RPJP Daerah, RPJM Daerah sampai dengan RKP Daerah sesuai dengan
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2005 berada di BAPPEDA.

Proses selanjutnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 34 dan 35 menyatakan kepala daerah menyusunan
14

kebijakan umum APBD dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara berdasarkan RKPD dengan
memperhatikan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Penyusunan APBD yang
diterbitkan setiap tahunnya. Setelah KUA dan PPAS disepakati dalam nota kesepakatan antara
Kepala Daerah dan Pimpinan DPRD maka kepala Daerah menyusun surat edaran perihal
pedoman penyusunan RKA-SKPD/PPKD dengan pendekatan kerangka pengeluaran jangka
menengah yang direncanakan dan merupakan implikasi kebutuhan dana untuk pelaksanaan
program dan kegiatan tersebut pada tahun berikutnya memuat rencana pendapatan, belanja
untuk masing-masing program dan kegiatan menurut fungsi untuk tahun yang direncanakan,
dirinci sampai dengan rincian objek pendapatan, belanja,. dan pembiayaan, serta prakiraan
maju untuk tahun berikutnya.
RKA SKPD dan RKA PPKD berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2005 Pasal 41 ayat (1) menyatakan RKA-SKPD yang telah disusun oleh kepala SKPD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) disampaikan kepada PPKD dan ayat (2)
RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selanjutnya dibahas oleh tim anggaran
pemerintah daerah.
Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 adalah tim yang dibentuk dengan keputusan kepala daerah dan dipimpin oleh
sekretaris daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan kebijakan kepala
daerah dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari pejabat perencana
daerah, PPKD dan pejabat Iainnya sesuai dengan kebutuhan.
Proses selanjutnya adalah PPKD sesuai dengan aturan perundang-undangan menyusun
rancangan peraturan daerah dan rancangan peraturan kepala daerah untuk disampaikan ke
DPRD dan selanjutnya dibahas serta disepakati bersama yang dituangkan dalam nota
kesepakatan antara kepala daerah dan pimpinan DPRD. Setelah rancangan peraturan daerah
tentang APBD disetujui proses berikutnya adalah tahapan evaluasi ke Gubernur untuk
mendapat persetujuan, tata cara evaluasi dan lainnya telah diatur dalam peraturan perundangundangan.

Hal yang perlu kita pahami adalah bagaimana mekanisme proses penyusunan
anggaran sesuai dengan regulasi yang ditetapkan. Kadangkala instansi di Pemerintah Daerah

15

untuk memahami hal-hal seperti ini masih menggunakan kebiasaan lama sehingga aturan
yang telah ditetapkan sering kali tidak dilaksanakan. Karena proses penyusunan anggaran
tetap dilakukan audit oleh BPKP maupun BPK mengenai mekanisme penganggaran.
Hendaknya semua SKPD memahami SOP tentang mekanisme penganggaran, karena apabila
terjadi sesuatu hal dikemudian hari bisa menjelaskan secara detail. Jangan aturan yang sudah
ada tidak kita laksanakan dan aturan yang tidak ada kita ada-adakan. Untuk lebih lengkapnya
proses penyusunan dapat di lihat pada Permendagri No 13 Tahun 2006 ( Terlampir ).
Proses Perencanaan dan Penganggaran Daerah

Dari gambar diatas dapat kita lihat proses perencanaan dan pengangaran daerah secara
buttomup yang dimulai dari musrenbang desa/kelurahan pada bulan Januari dimana tahapan
ini merupakan salah satu sarana bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya dalam
bentuk pengajuan kegiatan/program. Untuk berikutnya akan dilanjutkan dengan tahapan
musrenbang kecamatan yang dilaksanakan pada bulan Februari baru kemudian dilaksanakan
forum SKPD Penyusunan Renja SKPD Kab/Kota dan Musrenbang Kab/Kota di bulan Maret.
Setelah tahapan musrenbang dilaksanakan maka berikutnya akan ditetapkan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD). Setelah RKPD ditetapkan maka akan dibahas dan dibuat
kesepakatan Kebijakan Umum APBD (KUA) antara Kepala Daerah (KDH) dengan DPR di
bulan Juni. Dan di bulan berikutnya dilakukan pembahasan dan kesepakatan Prioritas dan
16

Plafon Anggaran antara KDH dan DPRD. Setelah tahapan pembahasan dan kesepakatan
dilalui maka dapat di susun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD) dan Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) yang kemudian dibahas dengan DPRD
sehingga mendapat persetujuan. Pada bulan Desember dilakukan evaluasi Rancangan Perda
APBD sehingga Perda APBD tersebut dapat di tetapkan. Dan kemudian barulah di awal tahun
berikutnya APBD bisa dilaksanakan.
Alur Keterkaitan Perencanaan dan Penganggaran Daerah

Bappeda menyusun rancangan awal RPJMD yang memuat visi, misi dan program kepala
daerah. Rancangan awal RPJMD berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan RPJM
Nasional, kondisi lingkungan strategis di daerah. Kemudian SKPD menyusun Rancangan
Renstra-SKPD sesuai dengan rancangan awal RPJMD dan disampaikan kepada Bapppeda.
Bappeda menyempurnakan rancangan awal RPJMD menjadi rancangan RPJMD dengan
menggunakan rancangan Renstra-SKPD sebagai masukan. Kemudian Renstra akan dijabarkan
dalam bentuk Rencana Kerja Tahunan (Renja-SKPD). Setelah RPJMD ditetapkan dengan
peraturan daerah maka selanjutnya akan ditetapkan RKPD yang ditetapkan setiap tahunnya
dengan tetap mengacu pada RPJMD. Berdasarkan RKPD tersebut maka Kepala Daerah dan
DPRD membahas dan menetapkan KUA dan PPAS yang apabila sudah disepakati maka
selanjutnya SKPD akan membuat RKA-SKPD dengan menggunakan rancangan/berpedoman
pada Renja-SKPD dan Bappeda sebagai koordinatornya. Dengan dibuatnya RKA-SKPD
17

maka juga akan terbentuk RABPD. Dimana apabila RAPBD ini sudah di sahkan maka akan
terbentuk APBD. Ketika APBD sudah di sah kan maka akan dijabarkan dalam bentuk
Penjabaran APBD dan DPA SKPD. Dan kegiatan pun bisa dijalankan ketika DPA sudah
diterima oleh SKPD.

18

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka
panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara
dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Sistem perencanaan pembangunan nasional
bertujuan untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan. Perencanaan pembangunan daerah harus mengacu kepada
rencana pembangunan nasional. Kebijakan fiskal daerah harus sejalan dan mendukung dengan
keempat kebijakan makro nasional. Seluruh kebijakan makro, terutama kebijakan fiskal
mempengaruhi kebijakan transfer ke daerah.

SARAN
Hal yang perlu kita pahami adalah bagaimana mekanisme proses penyusunan
anggaran sesuai dengan regulasi yang ditetapkan. Kadangkala instansi di Pemerintah Daerah
untuk memahami hal-hal seperti ini masih menggunakan kebiasaan lama sehingga aturan
yang telah ditetapkan sering kali tidak dilaksanakan. Karena proses penyusunan anggaran
tetap dilakukan audit oleh BPKP maupun BPK mengenai mekanisme penganggaran.
Hendaknya semua SKPD memahami SOP tentang mekanisme penganggaran, karena apabila
terjadi sesuatu hal dikemudian hari bisa menjelaskan secara detail. Jangan aturan yang sudah
ada tidak kita laksanakan dan aturan yang tidak ada kita ada-adakan.

DAFTAR PUSTAKA
19

Bastian, Indra.2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar, Jakarta: Erlangga.


http://bpkad.natunakab.go.id/index.php/2014-05-21-00-44-45/64-anggaran/95-mekanismepenyusunan-anggaran
https://sibukkerjatugas.wordpress.com/2011/12/16/jenis-jenis-anggaran-pemerintah/
https://www.scribd.com/doc/243169800/Siklus-APBN-APBD
http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-content-list.asp?ContentId=87
Mardiasmo. 2012. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta; Andi.
Modul Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Kebijakan Keuangan Daerah Dan Transfer
Ke Daerah, Dana Desa, Dana Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan Tahun Anggaran
2016.
Nasir, Mohamad. 2010. Perubahan Sistem Penganggaran di Indonesia dan Dampaknya pada
Kinerja. Semarang.
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah
Undang Undang Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

20

SISTEM PERENCANAAN DAN


PENGANGGARAN PEMERINTAH
DAERAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Sistem Akuntansi Pemerintahan

DISUSUN OLEH :

Kelompok I
VIRGIANA NINGSIH
ROMADANIATI
MUHAMMAD TAUFIK DASMAR
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS RIAU
2016

21

You might also like