You are on page 1of 7

Disfungsi trombosit adalah suatu keadaan dimana trombosit terdapat dalam

jumlah normal tetapi tidak dapat berfungsi secara normal, yaitu untuk
mencegah perdarahan. Disfungsi trombosit ditemukan pada beberapa
penyakit tertentu. http://medicastore.com/penyakit/775/Disfungsi_Trombosit.html
BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Hemostasis dan pembekuan darah adalah serangkaian komplek reaksi yang
mengakibatkan pengendalian perdarahan melalui pembentukan bekuan trombosit
dan fibrin pada tempat cedera. Pembekuan disusul oleh resolisi atau lisis bekuan
dan regenerasi endotel. Pada keadaan hoemostatis , hemostatis dan pembekuan
melindungi indifidu dari perdarahan massif sekunder akibat trauma. Dalam keadaan
abnormal, dapat terjadi perdarahan atau trombosit dan penyumbatan cabang-cabang
vascular, yang dapat mengganggu system tubuh lain nya.
Pada kelainan tertentu pembentukan pembekuan darah terhambat hal ini aapatv
dipengaruhi berbagai hal. Sehingga menyebabkan klien mengalami perdarahan
secara terus menerus sehingga kekurangan volume plasma darah sehingga klien
dapat mengalami shock hipovolemik. Berbagai komplikasi dapat terjadi karena
terganggunya pembentukan darah, pasien dapat mengalami sianosi, karena
terganggunya perfusi jaringan.
Dalam makalah ini penulis membahas tentang konsep teori tentang disfungsi
perdarahan dan pembekuan serta asuhan keperawatannya.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah
yaitu sebagai berikut :

1. Apa Pengertian dari Disfungsi perdarahan dan pembekuan darah?


2. Apa Etiologi dari Disfungsi perdarahan dan pembekuan darah?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada Disfungsi perdarahan dan pembekuan darah?
4. Apa saja manifestasi dari Disfungsi perdarahan dan pembekuan darah?
5. Bagaimankah penatalaksanaan nya ?
7. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Disfungsi perdarahan
dan pembekuan darah?

1.3 Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem
Hematologi & Imunologi yang berjudul Askep Disfungsi perdarahan dan
pembekuan darah. Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab
pertanyaan yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun
pembaca tentang konsep skoliosis serta proses keperawatan dan pengkajiannya.

BAB II
KONSEP DASAR TEORI

2.1

Pengertian
Disfungsi perdarahan dan pembekuan adalah terjadinya kelainan dalam

pembentukan pembekuan darah dimana hal ini berhubungan dengan trombosit dan
faktor-faktor pembekuan darah. Abnormalitas yang merupakan predisposisi
seseorang mengalami perdarahan dapat disebabkan oleh pembuluh darah, trombosit,
dan setiap faktor koagulasi plasma, fibrin atau plasmin. Beberapa klien mempunyai
defek pada berbagai tempat secara bersamaan. Perdarahan dapat merupakan
manifestasi atau defek koagulasi primer seperti pada hemofilia, dapat terjadi sekuler
akibat penyakit lain (seperti pada sirosis, gagal ginjal, atau leukimia), atau akibat
pengobatan (overdosis natrium warfaring).
2.2

Etiologi
Kelainan patofisiologis hemostasis dan pembekuan darah bias disebabkan oleh
defisiensi salah satu faktor pembekuan dan kelainan jumlah trombosit. Perdarahan
hebat dapat terjadi akibat defisiensi vitamin K, hemofilia serta trombositopenia.
Selain itu kelainan dapat terjadi akibat adanya bekuan yang terbentuk secara
abnormal seperti pada keadaan tromboembolus pada manusia.

2.3

1.

Perdarahan hebat akibat defisiensi vitamin K

2.

Hemofilia

3.

Trombositopenia.
Patofisiologi
Homeostatis adalah cara tubuh untuk mengentikan perdarahan pada pembuluh

darah yang mengalami cedera.


Hal ini melibatkan 3 proses utama:
1.Konstriksi (pengkerutan) pembuluh darah
2.Aktivitas trombosit (partikel berbentuk seperti sel yang tidak teratur, yang
terdapat di dalam darah dan ikut serta dalam proses pembekuan)

3.Aktivitas faktor-faktor pembekuan darah (protein yang terlarut dalam plasma).


Hemostasis adalah penghentian perdarahan oleh sifat fisiologis vasokontriksi
dan koagulasi (Dorland, 2006). Hemostasis dan koagulasi juga dapat didefinisikan
sebagai serangkaian kompleks reaksi yang menyebabkan pengendalian perdarahan
melalui pembentukan trombosit dan bekuan fibrin pada tempat cidera(Price, S A
dan Wilson, L M .2006).
Abnormalitas yang merupakan predisposisi seseorang mengalami perdarahan
dapat disebabkan oleh pembuluh darah, trombosit, dan setiap faktor koagulasi
plasma, fibrin atau plasmin. Beberapa klien mempunyai defek pada berbagai tempat
secara bersamaan. Perdarahan dapat merupakan manifestasi atau defek koagulasi
primer seperti pada hemofilia, dapat terjadi sekuler akibat penyakit lain (seperti
pada sirosis, gagal ginjal, atau leukimia), atau akibat pengobatan (overdosis natrium
warfaring).
Kelainan Patofisiologi Hemostasis dan Pembekuan darah
Kelainan patofisiologis hemostasis dan pembekuan darah bias disebabkan oleh
defisiensi salah satu faktor pembekuan dan kelainan jumlah trombosit. Perdarahan
hebat dapat terjadi akibat defisiensi vitamin K, hemofilia serta trombositopenia.
Selain itu kelainan dapat terjadi akibat adanya bekuan yang terbentuk secara
abnormal seperti pada keadaan tromboembolus pada manusia.
a. Perdarahan hebat akibat defisiensi vitamin K
Akibat kekurangan vitamin K, seseorang otomatis akan mengalami penurunan
protombin, faktor VII, faktor IX, dan faktor X. Hampir seluruh faktor pembekuan
dibentuk di hati. Oleh karena itu penyakit-penyakit hati seperti hepatitis, sirosis,
acute yellow tropy dapat menghambat system pembekuan sehingga pasien
mengalami perdarahan hebat. Vitamin K diperlukan untuk pembentukan faktor
pembekuan yang sangat penting yaitu protombin, faktor IX, faktor X dan faktor
VII. Vitamin K disintesis terus dalam usus oleh bakteri sehingga jarang terjadi

defisiensi. Defisiensi vitamin K dapat terjadi pada orang yang mengalami gangguan
absorbsi lemak pada traktus gastrointestinalis. Selain itu disebabkan juga karena
kegagalan hati mensekresi empedu dalam traktus intestinalis akibat obstruksi
saluran empedu.
b. Hemofilia
Hemofilia adalah kecenderungan perdarahan yang hampir selalu terjadi pada
pria yang disebabkan defisiensi faktor VIII yang dikenal dengan nama hemofilia A
atau hemofilia klasik. Faktor tersebut diturunkan secara resesif melalui kromosom
wanita. Oleh karena itu hampir seluruh wanita tidak pernah menderita hemofilia
karena paling sedikit satu dari duaa kromosom X nya mempunyai gen-gen
sempurna. Tetapi bila salah satu kromosom X nya mengalami defisiensi maka akan
menjadi carier hemofilia. Perdarahan pada hemofilia biasanya tidak terjadi kecuali
mendaapat trauma. Faktor pembekuan VIII terdiri dari dua komponen yang
terpisah. Komponen yang kecil sangat penting untuk jalur pembekuan intrinsic dan
defisiensi komponen ini mengakibatkan hemofilia klasik. Tidak adanya komponen
besar dari faktor pembekuan VIII menyebabkan penyakit willebrand.
c. Trombositopenia.
Trombositopenia berarti trombosit dalam system sirkulasi jumlahnya sedikit.
Penderita trombositopenia cenderung mengalami perdarahan seperti pada hemofilia.
Tetapi perdarahannya berasal dari kapiler kecil bukan dari pembuluh yang besar
seperti pada hemofilia. Sehingga timbul bintik-bintik perdarahan pada seluruh
jaringan tubuh. Kulit penderita menampakkan bercak-bercak kecil berwarna ungu
yang disebut dengan trombositopenia purpura. Sebagian besar penderita
trombositopenia mempunyai penyakit yang dikenal dengan trombositopenia
idiopatik yang berarti tidak diketahui penyebabnya. Jumlah trombosit dalam darah
dapat berkurang akibat adanya abnormalitas yang menyebabkan aplasia sum-sum
tulang. Penghentian perdarahan dapat dicapai dengan memberikan tranfusi darah
segar. Prednison dan azatioprin yang bersifat menekan pembentukan antibodi
bermanfaat bagi penderita trombositopenia idiopatik.

2.4

Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda kelaina perdarahan dapat bermacam macam, tergantung pada
tipe defek nya. Riwayat penyakit yang teliti dapat membantu menegakkan
diagnosis. Abnormalitas sistem vaskular menyebabkan perdarahan lokal yang
biasanya ke kulit. Oleh karena trombosit terutama bertanggung jawab terhadap
penghentian perdarahan pada pembulh kecil, maka klien dengan angka trombosit
yang rendah akan mengalami petekie, biasanya bergerombol, terlihat di kulit dan
membran mukosa.
Trauma mengakibatkan memar yang eksesif, tapi bukan hematoma besar yang
tidak terkontrol.
Semua drainase dan eksresi seperti fases, urine, muntahan, dan drainse lambung
diobservasi adanya perdarahan yang jelas tampak maupun yang tersembunyi. Kulit
diobserfasi adanya petekie dan ekomosis atau memar, didung dab gusi dikaji pula
adanya perdarahan, nyeri pinggganng dan abdomen dan sendi harus segera
dilaporkan karna dapat menunjukan adanya perdaraha dalam. Selain itu, klien harus
diawasi dengan ketat akan adanya hipovolemia (volume darah kurang) yang
ditandai dengan hipotensi, takikardi dan pucat. ( buku Asuhan keperawatan klien
dengan gangguan sistem kardiovaskula dan hematologi. Arif mutaqin Penerbit
salemba medika 2009 jakarta)

2.5

Penatalaksanaan
Transfusi trombosit dan komponen plasma hanya diberikan jika keadaan pasien
sudah sangat buruk dengan trombositopenia berat dengan perdarahan masif,
memerlukan tindakan invasif, atau memiliki risiko komplikasi perdarahan.
Terbatasnya syarat transfusi ini berdasarkan pemikiran bahwa menambahkan
komponen darah relatif mirip menyiram bensin dalam api kebakaran, namun

pendapat ini tidak terlalu kuat, mengingat akan terjadinya hiperfibrinolisis jika
koagulasi sudah maksimal. Sesudah keadaan ini merupakan masa yang tepat untuk
memberi trombosit dan komponen plasma, untuk memperbaiki kondisi perdarahan.
Satu-satunya terapi medikamentosa yang dipakai ialah pemberian antitrombosis,
yakni heparin. Obat kuno ini tetap diberikan untuk meningkatkan aktivitas
antitrombin III dan mencegah konversi fibrinogen menjadi fibrin. Obat ini tidak
bisa melisis endapan koagulasi, namun hanya bisa mencegah terjadinya
trombogenesis lebih lanjut. Heparin juga mampu mencegah reakumulasi clot setelah
terjadi fibrinolisis spontan. Dengan dosis dewasa normal heparin drip 4-5 U/kg/jam
IV infus kontinu, pemberian heparin harus dipantau minimal setiap empat jam
dengan dosis yang disesuaikan. Bolus heparin 80 U tidak terlalu sering dipakai dan
tidak menjadi saran khusus pada jurnal-jurnal hematologi.

Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi
9.Jakarta : EGC
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC

You might also like