Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Sarah Nadya Roosana
G99142104
A.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. H
Umur
: 2 bulan
Pekerjaan
:-
Agama
: Islam
Alamat
: Pabongan, Karanganyar
Tanggal masuk
: 11 April 2016
: 013353xx
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Kuning di seluruh tubuh
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merupakan konsulan dari TS pediatri dengan kolestasis
ekstrahepatal dd intrahepatal.
Alloanamnesis didapatkan dari ibu dan ayah pasien dengan
keluhan utama tampak kuning sejak usia 1 bulan, semakin lama semakin
bertambah kuning, awalnya kuning tampak di mata kemudian di seluruh
badan. BAB lancar dengan frekuensi 1-2 kali/hari, konsistensi lunak dan
berwarna putih (seperti dempul). BAB berwarna putih di alami pasien
sejak lahir. BAK berwarna gelap seperti teh juga dialami pasien sejak
lahir. Ibu pasien juga mengeluhkan perut pasien yang membesar sejak
satu bulan yang lalu, nafsu makan pasien menurun, dan lebih sering
rewel dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien tidak disertai demam,
mual muntah dan batuk pilek.
Sebelumnya anak telah dibawa berobat ke RS PKU Surakarta
namun tidak ada perbaikan, kemudian pasien berobat ke klinik dokter
dan dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi dengan keterangan prolong ikterik.
: disangkal
Riwayat operasi
Riwayat trauma
Riwayat mondok
Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: belum diketahui
: disangkal
: disangkal
5. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir dari ibu G3P2A0 pada usia kehamilan 39 minggu lahir
secara normal pervaginam di bidan. Saat lahir APGAR 7-8-9, ketuban
jernih, tidak berbau, pasien menangis kuat (+)
Panjang badan
: 48 cm
: 4000 gram
6. Riwayat Kehamilan
Riwayat Ibu ANC
Riwayat keguguran
Riwayat Ibu sakit saat hamil
Riwayat konsumsi jamu saat hamil
Riwayat sakit kuning saat hamil
7. Riwayat Imunisasi
Pasien belum pernah mendapatkan imunisasi sejak lahir.
C.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Temperature
: 36,3 C
Heart Rate
: 130x/ menit
Saturasi O2: 98 %
3. Kulit :
Kulit
tampak
ikterik,
kering
(-),
hiperpigmentasi (-)
4. Kepala
: mesocephal
5. Mata : konjungtiva anemis (-/-), air mata (+/+),
sklera ikterik (+/+)
6. Telinga
9. Leher
10. Thoraks
11. Jantung
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
b. Palpasi
c. Perkusi
: sonor/ sonor
d. Auskultasi
13. Abdomen
a. Inspeksi
dinding dada
b. Auskultasi
c. Perkusi
: timpani
d. Palpasi
14. Genitourinaria
15. Ekstremitas
Oedema
- - -- - -
D.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium darah (11/4/2016)
1. Pemeriksaa
2. Hasil
3. S
4. Rujuka
t
u
a
n
5. Hematologi
Rutin
9. Hemoglobin
6.
10. 9.4
7.
8.
11. g
12. 9.4
13.0
d
13. Hematokrit
17. Leukosit
14. 27
18. 11.1
L
15. %
19. r
i
16. 28 42
20. 5.0
19.5
b
u
/
21. Trombosit
22. 612
l
23. r
i
24. 150
450
b
u
/
25. Eritrosit
26. 2.97
l
27. j
u
28. 3.10
4.30
t
a
/
l
29. Indeks
Eritrosit
33. MCV
30.
31.
32.
34. 89.2
35. /
36. 80.0
u
37. MCH
38. 31.6
m
39. p
41. MCHC
42. 35.5
g
43. g
/
d
96.0
40. 28.0
33.0
44. 33.0
36.0
101.
Pemeri
ksaan
102.
Hasil
103.
Satua
105.
Hemato
106.
n
107.
logi
109.
PT
110.
111.
13.8
104.
ujukan
108.
112.
detik
1
0.0
15.0
113.
APTT
114.
36.0
115.
116.
detik
2
0.0
40.0
117.
INR
118.
119.
120.
121.
Kimia
1.130
122.
123.
124.
Klinik
125.
Glukosa
126.
127.
128.
darah sewaktu
129.
SGOT
119
130.
mg/dl
131.
0 80
132.
<
133.
SGPT
130
134.
u/l
135.
136.
137.
Bilirubi
129
138.
u/l
139.
140.
n total
8.37
31
<
34
mg/dl
0
.00
1.00
141.
Albumin
142.
143.
144.
145.
Elektrol
3.7
146.
g/dl
147.
.8 5.4
148.
it
149.
Natrium
150.
151.
152.
darah
153.
133
Kalium
darah
157.
darah
154.
4.4
Chlorida
158.
108
mmol
29
/l
155.
147
mmol
/l
159.
156.
.6 6.1
98 106
mmol
/l
5.
6. Pemeriksaan urinalisa (13/4/2016)
7. Pemeriksaan
8. Has
il
9. Sa
10. Rujukan
tu
11. Makroskopis
15. Warna
12.
16. Kun
an
13.
17.
19. Kejernihan
ing
20. Cle
21.
22.
ar
24.
28. 1.01
25.
29.
26.
30. 1.015-
31. Ph
35. Leukosit
4
32. 6.0
36. Neg
33.
37. /uI
1.025
34. 4.5-8.0
38. Negatif
39. Nitrit
atif
40. Neg
41.
42. Negatif
43. Protein
atif
44. Neg
45. m
46. Negatif
atif
g/
48. Nor
dl
49. m
mal
g/
52. Neg
dl
53. m
atif
g/
56. Nor
dl
57. m
mal
g/
60. Neg
dl
61. m
atif
g/
64. Neg
dl
65. m
atif
g/
47. Glukosa
51. Keton
55. Urobilinogen
59. Bilirubin
63. Eritrosit
14.
18.
50. Normal
54. Negatif
58. Normal
62. Negatif
66. Negatif
67. Mikroskopis
71. Eritrosit
75. Leukosit
68.
72. 8.5
76. 0.2
dl
69.
73. /uI
77. /
70.
74. 0-8.7
78. 0-12
L
P
79. Epitel
80. 1-2
squamous
B
81. /
82. Negatif
L
P
83. Epitel
84. -
transisional
B
85. /
86. Negatif
L
P
88. -
B
89. /
90. Negatif
L
P
91. Silinder
95. Hyaline
92.
96. 0
B
93.
97. /
94.
98. 0-3
L
P
99. Granulated
100.
K
101.
103.
Lekosit
104.
/LPK
105.
106.
gatif
Ne
107.
Bakteri
108.
/LPK
109.
110.
gatif
0.0
Kristal
12257.1
112.
/uI
113.
-2150.0
114.
0.0
Yeast
0.3
116.
/uI
117.
0-0.00
118.
0.0
like cell
119.
Small
0.0
120.
/uI
121.
122.
111.
115.
102.
Ne
-0.0
0.0
10
round cell
123.
Mukus
0.0
124.
/uI
125.
127.
0.00
128.
/uI
129.
vitas
Kondukti
3.9
m5/c
126.
-0.0
0.0
0-0.00
129.1
32.0
m
130.
131.
USG Abdomen (Hepar), Lien, Pankreas, Ginjal (12/4/2016)
132.
11
133.
12
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
Kesimpulan:
Hepatosplenomegali
Tak tampak GB di fossa GB sesuai gambaran atresia bilier
13
145.
14
146.
147.
15
148.
149.
16
150.
151. Kesimpulan :
152. Hepatosplenomegali
153. GB dan sistema bilier tidak tervisualisasi sesuai gambaran atresia
bilier
154.
E.
ASSESMENT
155.
Atresia bilier
156.
F.
PLANNING
1.
2.
3.
4.
Awasi KUVS
157.
158.
1. Informed Consent
2. Daftar OK IBS
17
LAPORAN OPERASI
2. Tim Operasi
162.
163.
164.
Perawat : Kusnanto
3. Tim Anestesi
165.
166.
167.
Perawat : Sugeng
168.
Jenis Anestesi : GA
4. Diagnosa Pre-operasi:
169.
Atresia bilier
6. Nama Tindakan:
171.
Kassai Prosedur
7. Prosedur:
18
Operasi selesai
172.
173.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
176.
A. Embriologi dan Anatomi Traktus Biliaris
177.
50cc. Bagian fundus umumnya menonjol sedikit ke luar tepi hati, di bawah
lengkung iga kanan, di tepi lateral m. Rektus abdominis. Sebagian besar
korpus menempel dan tertanam di dalam jaringan hati. Kandung empedu
tertutup seluruhnya oleh peritoneum viseral, tetapi infundibulum kandung
empedu tidak terfiksasi ke permukaan hati oleh lapisan peitoneum.3,4
179.
180.
184.
B. Metabolisme Bilirubin
20
185. Bilirubin
berasal
dari
pemecahan
hemoglobin
di
sistem
21
187.
188.
22
D. Epidemiologi
193.
sebagian besar penulis berpendapat bahwa atresia bilier adalah akibat proses
inflamasi yang merusak duktus bilier, bisa karena infeksi atau iskemi.5
196. Patofisiologi atresia bilier juga belum diketahui dengan pasti.
Berdasarkan gambaran histopatologik, diketahui bahwa atresia bilier terjadi
karena proses inflamasi berkepanjangan yang menyebabkan duktus bilier
ekstrahepatik mengalami kerusakan secara progresif. Pada keadaan lanjut
proses inflamasi menyebar ke duktus bilier intrahepatik, sehingga akan
mengalami kerusakan yang progresif pula.5
23
proksimal paten.
199. IIa. Obliterasi duktus hepatikus komunis (duktus bilier komunis,
duktus sistikus, dan kandung empedu semuanya normal).
200. IIb. Obliterasi duktus bilier komunis, duktus hepatikus komunis,
duktus sistikus. Kandung empedu normal.
201. III. Semua sistem duktus bilier ekstrahepatik mengalami obliterasi,
sampai ke hilus.
202. Tipe I dan II merupakan jenis atresia bilier yang dapat dioperasi
(correctable), sedangkan tipe III adalah bentuk yang tidak dapat dioperasi
(non-correctable). Sayangnya dari semua kasus atresia bilier, hanya 10%
yang tergolong tipe I dan II. 5
203.
204. Gambar Klasifikasi Atresia Bilier
205.
F. Gambaran klinik
206. Atresia biliaris lebih banyak ditemukan pada bayi perempuan, lahir
dengan berat lahir normal dan cukup bulan, serta pertumbuhan normal pada
awal terjadinya penyakit. Terdapat ikterus berkepanjangan, feses akolik, dan
apabila sudah lanjut dapat dijumpai gagal tumbuh, pruritus, dan
24
213.
214.
1) Pemeriksaan laboratorium
215. a) Pemeriksaan rutin
216. Pada setiap kasus kolestasis harus dilakukan pemeriksaan
kadar
komponen
bilirubin
untuk
membedakannya
dari
25
Serum
bilirubin
(total
dan
langsung):
hiperbilirubinemia
Tingkat
aminotransferase
tidak
terlalu
membantu
dalam
Serum alpha1-antitrypsin with Pi typing: Serum alpha1antitrypsin dengan Pi mengetik: defisiensi Alpha1-antitrypsin
adalah warisan yang paling umum penyakit hati yang hadir
dengan kolestasis neonatal. PiZZ fenotipe abnormal, seperti yang
ditetapkan oleh elektroforesis, terkait dengan kolestasis neonatal
di sekitar 10% dari subyek.6
27
2) Pencitraan
221. a) Pemeriksaan ultrasonografi
222. Akurasi diagnostik USG 77% dan dapat ditingkatkan bila
pemeriksaan dilakukan dalam 3 fase, yaitu pada keadaan puasa, saat
minum dan sesudah minum.5
223. Bila pada saat atau sesudah minum kandung empedu
berkontraksi, maka atresia bilier kemungkinan besar (90%) dapat
disingkirkan. Dilatasi abnormal duktus bilier, tidak ditemukannya
kandung empedu, dan meningkatnya ekogenitas hati, sangat
mendukung diagnosis atresia bilier. Namun demikian, adanya
kandung empedu tidak menyingkirkan kemungkinan atresia bilier,
yaitu atresia bilier tipe I/distal. 5
224. b) Sintigrafi hati
225. Pemeriksaan sintigrafi sistem hepatobilier dengan isotop
Technetium 99m mempunyai akurasi diagnostik sebesar 98,4%.
Sebelum
pemeriksaan
dilakukan,
kepada
pasien
diberikan
28
membedakan
antara
atresia
bilier
dengan
kolestasis
membantu
pengambilan
keputusan
untuk
melakukan
29
234. Bila diameter duktus 100- 200 u atau 150- 400 u maka
aliran empedu dapat terjadi. 5
235.
a. Idiopatik
242.
243.
30
b. Anatomik
c. Kelainan metabolisme5
250.
251.
252.
2)
Kelainan
metabolisme
lipid:
penyakit
Wolman,
3)
Kelainan
metabolisme
karbohidrat:
galaktosemia,
fruktosemia, glikogenosis IV
254.
255.
d. Hepatitis
1) Infeksi (hepatitis pada neonatus), antara lain: TORCH,
Sindrom Donahue
260.
31
264.
32
277.
278. Gambar Prosedur Kasai
279.
280. Di negara maju dilakukan transplantasi hati terhadap
penderita atresia bilier tipe III yang telah mengalami sirosis. 5
281.
J. Prognosis
33
34
288.
DAFTAR PUSTAKA
289.
290.
1. Juffrie M, Mulyani NS (editor). Modul Pelatihan Kolestasis. UKK GastroHepatologi IDAI, Jakarta. 2009
2. Chardot C. Biliary atresia. Orphanet encyclopedia, 2005. Downloaded from
http://orpha.net/data/patho/GB/ uk-biliaryatresia.pdf. Accessed on 11 Juni
2016
3. Sjamsuhidajat R, Jong WJ. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Kedua. EGC. 2005.
Jakarta
4. Oddsdottir M, Hunter JG. Gall blader and extrahepatic billiary system in
Schwartzs manual Of Surgery Eigth Edition. Brunicardi FC, Andersen DK,
Biliar TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE (Eds). The Mc-Graw Hill
Companies. 2006. USA
5. Ringoringo P. Atresia Bilier.
Diunduh
dari
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15AtresiaBilier086.pdf/15AtresiaBilie
r086.html. Tanggal : 11 Juni 2016
6. Steven SM. Atresia Bilier: Diagnosis Diferensial dan Hasil Pemeriksaan.
Downstate, 2009. Diunduh dari : www.emedicine.com. Tanggal : 18 Juni
2016
291.
35