Professional Documents
Culture Documents
Abstract
This study aims to find out and analyze (1) the contribution of
Learning
Management
Quality
towards
the
success
of
the
and
achievement
motivation
has
each
significant
PENDAHULUAN
Kemajuan suatu negara tidak akan terlaksana tanpa majunya pola
pikir generasimuda, oleh karena itu, untuk memotivasi generasi
mudaagar bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa, harus tercipta
dunia pendidikan yang merupakan jalan menuju pencerahanyang
diharapkan mampu bersaing dengan dunia luar, semua ini tidak terlepas
dari campur tangan seorang pendidik yaitu guru, guru merupakan sosok
motivator yang menyemangatkan dan membangkitkan gaya hidup
sistem
pendidikan
guru
secara
keseluruhan.
Untuk
mengajar
terbatas,
mampu
menerapkan
berbagai
pembelajaran
yang
nantinya
berkaitan
dengan
kurang,
mahasiswa
kurang
memahami/melaksanakan
tentang
kreativitas
dan
inovasi
dalam
melaksanakan
disepakati
dengan
mempertimbangkan
butir-butir
praktik
pengalaman
lapangan
(PPL)
yang
mengembangkan
serta
mengaktifkan
keterampilan
dan
Kontribusi Kualitas
untuk
mengetahui
kontribusi
kualitas
pengelolaan
Untuk
mengetahui
KontribusiKualitas
Pengelolaan
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan penelitian kuantitatif dengan pendekatan ex-post facto.
Rancangan ini dipilih karena sesuai dengan hakikat masalah yang
diteliti merupakan masalah yang telah terjadi di lapangan. Penelitian
dengan
judul
Kontribusi
Kualitas
Pengelolaan
Pembelajaran,
11
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulan
normalitas
uji
seberan
data
Kolmogorov-Smirnov
dilakukan
(Liliefors
dengan
Significance
linieritas
dimaksud
dimaksudkan
untuk
mengetahui
keberartian koefisein regresi dari model linier antara variable bebas dan
terikat. Pengujian linieritas dilakukan menggunakan uji F dengan
bantuan computer program SPSS 16.0 for Windows. Hasil analisis uji
linieritas garis regresi menunjukkan bahwa untuk F linierity Fhitung
dengan p 0.05 (p=0.000) dan F dev.from linierity Fhitung dengan p
0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
kualitas pengelolaan pembelajaran, kedisiplinan, motivasi berprestasi
dengan keberhasilan praktik pengalaman lapangan (PPL)mempunyai
hubungan yang linier.
Pengujian multikolinieritas dikenakan terhadap sesama variabel
bebas yaitu: skor kualitas pengelolaan pembelajaran (X1), skor
14
15
motivasi
berprestasi
(X3)
terhadap
keberhasilan
praktik
antara
kualitas
pengelolaan
pembelajaran
terhadap
pembelajaran
mempunyai
peranan
penting
dalam
(PPL)
ditentukan
oleh
kedisiplian.
Sehingga
dapat
18
variabel,
diperoleh
hasil
bahwa
kualitas
pengelolaan
antara
kualitas
pengelolaan
pembelajaran
terhadap
pengelolaan
pembelajaran,
kedisiplinan,
dan
motivasi
lebih
lanjut
tentang
berbagai
faktor
yang
diduga
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi
revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
21
Mukhidin.2010.
Peningkatan
Penerapan
Prestasi
Berbagai
Belajar
Pendidikan
Bentuk
Mahasiswa
Motivasi
di
dalam
Universitas
Indonesia.http://jurnal.
upi.edu/penelitianpendidikan/view.
22
23
Abstract
In the use of good and accurate Indonesian language, the
speakers should master some requirements, such as: the use of sentence
patterns, intonation and vocabulary. This study aims to determine the
basic pattern of a single sentence in the Indonesian essay of the fifth
grade students of Elementary School in East Denpasar, academic year
2015/2016.
This study examines a part of the population only. Therefore,
this study is called sample study. The method of subject approach used
in this study is empirical method since the studied symptoms existed
naturally. The data collection is done by test method in the form of
essay production assignment. Once the data is collected, the data
processing using non-statistical methods are qualitative. In this study
using data collection methods with test method in the form of duty
fabricated. Once the data is collected, the data processing is by using
non-statistical qualitative method.
The result shows that; based on the data analysis of 311
students essays, there are found 442 sentence patterns, 361 archetype
24
PENDAHULUAN
Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi antar sesama
manusia dalam suatu masyarakat. Sebagai alat komunikasi, bahasa
digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, dan perasaan atau
keinginan kepada orang lain. Hampir tidak ada kegiatan manusia tanpa
dibarengi dengan kegiatan bahasa.
Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib diberikan
dari jenjang sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Bahasa
Indonesia dikatakan baik jika mudah dimengerti, mudah dipahami,
serta dapat diterima oleh pemakai bahasa itu sendiri. Sedangkan bahasa
Indonesia yang benar jika bahasa itu sesuai dengan kaidah-kaidah atau
aturan-aturan yang berlaku.
Pemakai bahasa dalam menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar dituntut menguasai antara lain : pemakaian pola kalimat,
intonasi dan kosa kata. kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun
dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan
konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final
25
Finoza
kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa lama
lazim disebut jabatan kata dan kini disebut fungsi subjek (S), predikat
(P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa
Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri dari dua unsur yakni subjek
(S) dan predikat (P).
Menurut Widjono (2011:156) jenis-jenis kalimat yaitu pola
kalimat dasar, kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Pola kalimat
dasar sekurang-kurangnya terdiri atas subjek (S) dan predikat (P). Pola
kalimat dasar mempunyai ciri ciri (1) berupa kalimat tunggal (satu S,
satu P, satu O, satu Pel; satu K), (2) sekurang-kurangnya terdiri dari
satu subjek (S) dan satu predikat (P) dan (3) selalu diawali dengan
subjek (S). Apabila kalimat tersebut terdiri atas satu klausa, kalimat
yang terdiri atas satu unsur subjek (S) dan predikat (P)sebagai
konstituennya, maka kalimat tersebut dapat dikatakan sebagai kalimat
tunggal. Putrayasa (2012:1) menyatakan Hal tersebut berarti konstituen
untuk setiap unsur kalimat, seperti subjek dan predikat merupakan satu
kesatuan. Setiap penulisan kalimat diperlukan pola kalimat dasar
berupa kalimat tunggal (satu S, satu P, satu O,satu Pel; satu K), atau
sekurang-kurangnya terdiri dari satu subjek (S) dan satu predikat (P).
Berdasarkan acuan yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik
untuk menemukan bukti nyata kemampuan siswa kelas V dalam menulis
kalimat yang berpola dan berstruktur. Siswa kelas V SD se-Kecamatan
26
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kalimat
Menurut Chaer (2009:44) Kalimat ialah satuan sintaksis yang
disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi
dengan konjungsi bila diperlukan, serta dengan intonasi final. Zainudin
(1992:59) menyatakan bahwa Kalimat ialah kesatuan ujaran yang
terkecil, berintonasi dan mengandung pikiran lengkap serta didukung
dengan situasi. Sukini (2010:54) berpendapat bahwa kalimat adalah
konstruksi sintaksis berupa klausa, dapat berdiri sendiri atau bebas, dan
mempunyai pola intonasi final. Sedangkan Ramlan (2005:21)
berpendapat bahwa susungguhnya yang menentukan satuan kalimat
bukannya banyaknya kata yang menjadi unsurnya, melainkan
intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang
yang disertai nada akhir turun atau naik.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya
antara pendapat ahli yang satu dengan ahli yang lain dalam
memberikan batasan tentang kalimat tidak jauh berbeda. Maka dapat
27
B. Unsur-unsur Kalimat
Menurut Finoza (2009:150) Unsur kalimat ialah fungsi sintaksis
yang dalam buku-buku tata bahasa lama lazim disebut jabatan kata dan
kini disebut peran kata. Peran kata yakni subjek (S), predikat (P), objek
(O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Peran kata tersebut yaitu.
a. Subjek (S)
Menurut Widjono (2011 : 148) subjek atau pokok kalimat
merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan makna
kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat dapat mengaburkan
makna kalimat. Keberadaan subjek dalam kalimat berfungsi : (1)
membentuk kalimat dasar, (2) memperjelas makna, (3) menjadi pokok
pikiran, (4) menegaskan (memfokuskan) makna, (5) memperjelas
pikiran ungkapan, dan (6) membentuk kesatuan pikiran. Ciri-ciri subjek
yaitu : jawaban apa atau siapa, didahului kata bahwa, berupa kata atau
frasa benda (nomina), disertai kata ini atau itu, disertai pewatas yang,
kata sifat didahului kata si atau sang, tidak didahului preposisi : di,
dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut, berdasarkan, dan
lain-lain, tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat
dengan kata bukan, dan subjek kalimat dapat berupa kata dan dapat
pula berupa frasa.
b. Predikat (P)
28
29
d. Pelengkap (Pel)
Finosa (2009 : 154) berpendapat bahwa pelengkap atau
komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat (P). Letak
Pelengkap (Pel) umumnya dibelakang predikat (P) yang berupa verba.
Menurut
Alwi
dkk
(2003
329)
banyak
yang
sering
30
31
apabila kalimat
tersebut terdiri atas satu klausa, kalimat yang terdiri atas satu unsur
subjek (S) dan unsur predikat (P) sebagai konstituennya. Hal itu berarti
bahwa konstituen untuk setiap unsur kalimat, seperti subjek dan
predikat merupakan satu kesatuan (Putrayasa, 2012:1).
D. Pola Kalimat
Menurut Widjono (2011 : 156) kalimat yang jumlah dan
ragamnya begitu banyak, pada hakikatnya disusun berdasarkan polapola tertentu yang amat sedikit jumlahnya. Penguasaan pola kalimat
akan memudahkan pemakai bahasa dalam membuat kalimat yang benar
secara gramatikal. Selain itu, pola kalimat dapat menyederhanakan
kalimat sehingga mudah dipahami oleh orang lain.
E. Pola Kalimat Dasar
Finoza (2009:157) menyatakan bahwa kalimat dasar terdiri dari
atas beberapa struktur yang dibentuk dengan lima unsur kalimat yaitu
subjek (S), predikat(P), objek (O), pelengkap (Pel), keterangan(Ket).
Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya ada enam tipe kalimat
yang dapat dijadikan model pola kalimat dasar bahasa Indonesia yaitu :
32
kalimat dasar tipe S-P, kalimat dasar tipe S-P-O, kalimat dasar tipe S-PPel, kalimat dasar tipe S-P-Ket, kalimat dasar tipe S-P-O-Pel, dan
kalimat dasar tipe S-P-O-Ket.
F. Pola Dasar Kalimat Tunggal
Menurut Zainuddin (1992 : 61) kalimat tunggal ialah kalimat
yang terdiri dari satu pola kalimat. Empat pola dasar kalimat tunggal,
yakni : 1) KB + KB (kata benda + kata benda), 2) KB + KK (kata
benda + kata kerja),
METODE PENELITIAN
Menurut Netra (1974:2) metode penelitian adalah metode yang
dipergunakan dalam kegiatan mengadakan penelitian dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan. Metode yang khusus digunakan dalam
mengadakan penelitian di bidang pendidikan disebut dengan metode
penelitian pendidikan. Metode penelitian adalah cara yang teratur dan
berfikir baik untuk mencapai suatu maksud dan tujuan. Metode
penelitian memiliki peran yang sangat penting bagi peneliti dalam
melaksanakan penelitian, karena metode penelitian merupakan penentu
atau syarat utama bagi seorang penulis dalam melaksanakan penelitian.
Kesalahan dalam memilih metode akan membawa penyimpangan pada
hasil penelitian dan tujuan akhir dari penelitian tidak akan tercapai.
33
mengukur
keterampilan,
pengetahuan,
intelektual,
dan
34
melalui
penugasan.
Data
penugasan
tersebut
lalu
2. Identifikasi
Identifikasi dilakukan untuk melihat pola dasar kalimat tunggal
bahasa Indonesia dalam karangan siswa. Hasil identifikasi bentuk pola
dasar kalimat tunggal dalam karangan siswa disajikan dalam bentuk
karangan siswa. Berdasarkan data yang telah teridentifikasi, penulis
menemukan beberapa pola dasar kalimat tunggal bahasa Indonesia
dalam karangan siswa, walaupun dalam penelitian ini tidak membahas
tentang pola kalimat majemuk, namun penulis menemukan beberapa
kalimat majemuk dalam karangan siswa. Dari 311 karangan siswa
36
190(42,98%)
(K),
3(0,67%)
tipe
Subjek(S)
Predikat(P)
(K),
3(0,67%)
tipe
Subjek(S)
Predikat(P)
pemahaman
tentang
pola
tersebut,
dan
kurang
6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil identifikasi, analisis, dan klasifikasi hasil
karangan siswa di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, dari hasil
analisis data ditemukan beberapa struktur kalimat tunggal bahasa
Indonesia yang terdiri atas 37(8,37%) struktur kalimat tunggal tipe
Subjek (S) + Predikat (P), 190 (42,98%) tipe Subjek (S) + Predikat (P)
+ Objek (O), 13 (2,94%) tipe Subjek (S) + Predikat (P)+ Pelengkap
39
samping
itu
guru
bahasa
Indonesia
hendaknya
lebih
40
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka
Arikunto,Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta : PT.Renika
Chaer,Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta
Finoza,Lamudin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Diksi
Intan Mulia
Netra, Ida Bagus. 1974. Metodologi Penelitian. Singaraja : Biro
Penelitian dan Penerbitan Fakultas Keguruan dan Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Udayana Singaraja.
Putrayasa,Ida Bagus. 2012. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung :
PT. Refika Aditama
Ramlan. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia SINTAKSIS. Yogyakarta : CV.
Karyono
Sukini. 2010. SINTAKSIS Sebuah Panduan Praktis. Surakarta : Yuma
Pustaka.
Widjono. 2011. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo.
Zainuddin. 1992. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonasia. Jakarta :
PT. Rineka Cipta
41
42
A. PENDAHULUAN
Pada jaman yang sudah maju ini, individu dituntut untuk
membekali diri dengan berbagai keahlian dan ilmu pengetahuan agar
dapat bersaing dalam dunia kerja. Keahlian dan ilmu pengetahuan
ini diperoleh melalui pendidikan dan mengikuti proses pembelajaran
yang umumnya dilakukan di sekolah formal. Dalam proses
pembelajaran ini, untuk mengukur dan mengetahui tingkat
keberhasilan siswa, diperlukan sebuah tingkatan prestasi belajar
yang dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pada proses
ini umumnya siswa dituntut untuk memiliki sikap dan motivasi yang
baik agar mendapatkan prestasi belajar yang baik.
Sikap sendiri dapat diartikangejala internal yang berdimensi
efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon
(response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek
orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif,
(Muhibbin Syah, 2012: 150), sedangkan Motivasi belajar adalah
daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan
belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta
pengalamanIskandar, (2012:181).Namun pada kenyataannya sikap
yang ditunjukan siswa sangat berfariasi begitu juga motivasi yang
dimilikinya. Untuk itu penelitian dilakukan untuk mengetahui
hubungan sikap belajar dan motivasi belajar dengan prestasi belajar
dengan mengambil judul Hubungan Sikap Belajar Dan Motivasi
Belajar Dengan Prestasi Belajar IPS Terpadu Siswa SMP NEGERI
3 DENPASAR Tahun Pelajaran 2015/2016.
43
B. LANDASAN TEORI
1. Sikap Belajar
Muhibbin Syah (2013:150), sikap adalah gejala internal yang
berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif
maupun negatif.
Sikap belajar merupakan kecenderungan siswa bereaksi
terhadap pelajaran, secara baik ataupun buruk. Sikap ini merupakan
hasil dari komponen- komponen pembentuk sikap, yang artinya
sikap bukanlah sesuatu yang dibawa siswa sejak lahir, melainkan
dibentuk oleh beberapa faktor.
Konsep sikap belajar berkaitan dengan Teacher Approval (TA)
dan
Education Acceptance (EA). TA berhubungan terhadap
pandangan siswa terhadap guru-guru, tingkah laku mereka di kelas
44
46
48
4. Uji Hipotesis
Hasil analisis product moment bahwa ada hubungan Sikap
Belajar dengan Prestasi Belajar IPS Terpadu (rxy = 0,707 rtabal=
0,195).Bahwa ada hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi
Belajar Bkonomi (rxy = 0,506 rtabel= 0,195).
Hasil analisis regresi menyatakan ada hubungan Sikap Belajar
dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar IPS Terpadu (Freg =
22,905 Ftab = 3,11).SR (Sumbangan Relatif) untuk masing-masing
prediktor yaitu, X1 = 63,605% dan X2 = 36,395%. Efektifitas garis
regresinya = 32,078% yang terdiri dari X1 = 20,403% dan X2=
11,675%.
5. Pembahasan
Dari hasil analisis diperoleh beberapa temuan, diantaranya;
a. Temuan Hubungan Sikap Belajar Dengan Prestasi Belajar.
Temuan ini menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara Sikap Belajar dengan Prestasi Belajar. Hal ini dikarenakan
sikap belajar merupakan reaksi dari siswa terhadap pelajaran.
Dimana sikap ini dibentuk oleh komponen-komponen kognitif
(kesadaran), komponen afektif (perasaan), dan komponen konatif
(prilaku) yang berjalan dengan baik sehingga prestasi belajar
dapat diraih.
b.
Temuan Hubungan Motivasi Belajar Dengan
Prestasi Belajar. Temuan ini menyatakan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar.
Hal ini dikarenakan siswa menunjukan ciri-ciri termotivasi yang
meliputi tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan,
mandiri (senang bekerja sendiri), menunjukan minat terhadap
macam-macam masalah, mempertahankan pendapat serta
keinginan untuk meraih prestasi dan senang memecahkan soalsoal. Dengan motivasi yang baik, maka prestasi belajar yang
didapatpun akan baik juga.
c.
Temuan Hubungan Sikap Belajar dan Motivasi
Belajar dengan Prestasi Belajar. Dengan sikap belajar yang
menjadi reaksi dari komponen pembentuk sikap yang ditunjukan
siswa berbarengan dengan motivasi yang dimilikinya sebagai
motor penggerak dalam bertindak dan melakukan sesuatu, maka
ia akan dapat menghasilkan suatu prestasi belajar. Hal ini
49
50
DAFTAR PUSTAKA
Aswar. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Abdulah.2004. Mengenal Sikap Dalam Berinteraksi. Jakarta :
Alfabeta.
Arikunto.2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ayu Widya Antari Ni Komang. 2013. Hubungan Antara Motivasi
Belajar Dan Minat Belajar Dengan Prestasi Belajar IPS
Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Blahbatu. IKIP PGRI Bali.
Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: C. V ANDI
OFFSET.
Darmanata Putu. 2011. Hubungan antara Sikap Siswa Terhadap
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Sejarah Dengan
Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas VII A Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Tabanan Tahun Pelajaran 2010/2011. IKIP
Saraswati Tabanan.
Dalyono,M. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta:Reneka Cipta.
Djaali.2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Bumiaksara.
Hadi, Sutrisno. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta: ANDI.
Iskandar. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial
(kuantitatif danKualitatif). Jakarta:Gaung Persada Press.
Iskandar. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Referensi.
Muin Idianto. 2006. Sosiaologi SMA untuk II. Jilid 3. Jakarta :
Erlangga.
Purwanto Dadang. 2009. Dunia Psikologi. Jakarta :Erlangga.
Rangkuti Freddy. 2002. Measuring Costumer Stisfaction. Jakarta :
Gramedia
Riyanto, Yatim. 2001. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Surabaya:
SIC.
Robbins Stephen, et al. 2008. Prilaku Organisasi. Edisi 12. Jakarta:
Selemba Empat.
51
52
Oleh
Komang Indra Wirawan,S.Sn.,M.Fil.H
IKIP PGRI Bali
Email: indrawirawan@yahoo.com
Abstract
Siwa Nataraja is to be the embodiment of the cosmic dancer
Siwa as laden with meaning, symbolizing the philosophy and rich
creativity. God Siwa or Siwa Nataraja as dance comes with mystical
movement in an efforts to rotate the world. Every movment of the hand
and the movment the body of his own strength, which can be
interpreted that this dance is the symbol of creation, maintenance and
distruction all existence. God Siwa as a choreografher dance was form
is Nrtyamurti. God Siwa also teaching the art of the all Devas an
humans. Siwa also the yoga teacing, music and jnana. Siwa in the form
of Siwa Nataraja was called Adi Guru or the first guru of art. Siwa in
the form of Siwa Nataraja is the dancing posture, is very beautiful,
rhythmic and exotic-mistique that can must show be the Taksu.
53
A.
PENDAHULUAN
Siwa Nataraja dikenal dalam mitologi Hindu adalah salah satu
aspek dari dewa Siwa sebagai raja dari segala tarian. Siwa Nataraja
sangat banyak disebutkan dalam teks-teks Purana Hindu yang
menjelaskan bahwa Siwa sedang melakukan tarian, dan gerak tariannya
tersebut disebut dengan tarian tandava. Oleh karena gerakanya yang
sangat indah, bahkan sampai menggetarkan kosmik, maka dalam
purana Siwa diberikan galar sebagai raja dari segala jenis tarian
(Siwanata Raja). Tidak saja demikian, tarian Siwa tersebut juga
diidentikan dengan tarian kosmis, yakni sebagai sebuah simbol
penciptaan (upeti), pemeliharaan (sthiti) dan peleburan (pralina)
melalui gerakan ritmik alam.
Donder (2007:273) menjelaskan bahwasanya metafora tarian
kosmis telah menemukan wujudnya yang paling sempurna dalam
Hinduisme pada pahatan tembaga pataung Dewa Siwa yang sedang
menari. Dari sekian banyak manifestasi Siwa, maka yang paling
populer adalah Siwa Nataraja atau Rajanya Para Penari. Lebih jauh
diuraikan Donder (2007), bahwasanya dalam kepercayaan Hindu,
setiap kehidupan merupakan bagian dari proses ritmis yang besar dari
penciptaan dan peleburan atas kematian dan kematian kembali; tarian
Siwa menyimbolkan ritme hidup-mati yang abadi ini yang berlangsung
dalam siklus yang tidak berakhir.
Berdasarkan atas hal tersebut, emiksitas Hindu bahwasanya
Siwa Nataraja tidak saja dimaknai dalam konteks Siwa dalam
manifestasinya sebagai raja penari, tetapi penuh dengan makna filsafati
54
55
Nataraja inilah hendaknya dipuja bagi para pelaku seni, khususnya seni
tari Bali.
Berkenaan dengan hal tersebut, aspek Siwa Nataraja merupakan
aspek Siwa yang memiliki posisi penting dalam dunia kesenian Bali.
Namun demikian, sekiranya tidak banyak praktisi seni tari dan
masyarakat Hindu Bali secara umum memahami lebih dalam teologi,
filsafat dan aspek estetik sosok Siwa Nataraja dalam hubungannya
dengan kesenian tari Bali. Selama ini kajian tentang Siwa Nataraja
hanya sebatas dalam ranah garapan seni, meskipun diungkap secara
filsafat tetapi tidaklah terlalu mendalam. Adapaun aspek Dewa Siwa
sebagai Siwa Nataraja sesungguhnya terkandung ideologi teologis
yang dalam. Demikian pula filsafat yang berhubungan dengan nilai
estetika yang kuat sehingga menjadi sangat penting untuk dipahami
dalam membangkitkan taksu berkesenian, khususnya taksu tari Bali.
Dibia (2012:31) menjelaskan bahwa taksu energi puncak yang
berasal dari Tuhan yang didapat melalui ritual dan olah spiritual. Taksu
juga dapat diartikan sebagai daya pukau, pesona, wibawa dan karisma.
Taksu sangat berperan penting dalam berkesenian, terlebih seni tari.
Taksu merupakan daya kekuatan yang mampu menarik orang-orang
untuk menjadi penikmat kesenian dan membawa seseorang pada
wilayah penyadaran akan hakikat seni melalui keindahan. Pun
demikian pelaku seni, taksu adalah daya magis atau daya spiritual yang
menyebabkan inspirasi berkesenian muncul, dan tentunya kekuatan ini
berasal dari Hyang Siwa Nataraja sebagai sumber segala keindahan.
Berdasarkan hal tersebut, berikut akan dikaji lebih dalam aspek Siwa
56
PEMBAHASAN
1.
Nataraja sangat banyak jumlah ragam varian bentuk, bahan, dan gaya.
Semua bahan dan bentuk serta gaya tersebut berada dalam fase zaman
tertentu
dari
masing-masing
kesenian
India.
Suamba
(2007)
57
58
tertinggi
agar
inspirasi
59
sang
pengawi
mengalir
dan
60
61
Saiva
Siddhanta
melalui
kitab
Agama,
dan
peradaban lembah sungai Sindhu yang pra Weda, kendatipun paham ini
pada awalnya belum maju, sistematik atau mapan seperti sekarang.
Wujud Siwa dalam bentuk Pasupati seperti tergambar dalam materaimateria tanah liat dan benda-benda lain yang terkait dengan pemujaan
kepada Siwa dan dewi ditemukan di Harappa dan Mohenjodaro
memperlihatkan bahwa paham ini memang sudah berkembang jauh
sebelum bangsa Arya datang ke India (Bharata).
Adapun Saivaisme mendasarkan ajarannya pada sebuah ideologi
yang egalitarian. Artinya, Siwa sebagai Tuhan dapat dipuja tanpa
bentuk dan dalam berbagai bentuk atau wujud tertentu. Bentuk yang
paling sering muncul adalah pemujaan kepada Lingga sebagai simbol
Siwa. Siwa sangat identik dengan Lingga, dan secara maknawi, Lingga
adalah simbol suci bahwa Dewa Siwa tidak memiliki tanda atau
karakteristik apapun (Sumba,2007,Maswinara,1999:121). Demikian
juga lingga adalah simbol keabstarakan Siwa sebagai sumber
segalanya, seperti disebutkan dalam teks Bhuwanakosa III.80 sebagai
berikut.
Sakweh ning jagat kabeh, mijil sangkeng bhattara Siwa ika, lina
ring bhattara Siwa ya,...
Terjemahan:
Seluruh alam semesta ini muncul dari Bhattara Siwa (lingga)
yang abstrak, lenyap kembali kepada Bhattra Siwa juga,...(Tim
Penyusun,2005:30).
63
filsafat
ajaran
Siwa juga
64
Dewa
Siwa
dalam
kondisi
nirgunam,
Terjemahan:
65
66
Demikian
juga
Siwa
dalam
kondisi
67
Sifat Bhattara Siwa adalah eka dan aneka. Eka (esa) artinya Ia
dibayangkan bersifat Siwatattwa, Ia Hanya esa, tidak
dibayangkan dua atau tiga. Ia bersifat Esa saja sebagai
Siwakarana (Siwa sebagai Pencipta), tiada perbedaan. Aneka
artinya, Bhattara dibayangkan bersifat caturdha artinya adalah
sthula suksma para sunya (Tim Penyusun,2005:27).
68
untuk
kesejahteraan
dan
70
keselamatan
alam
semesta,
merujuk
pada
makna
keindahan.
Djelantik
(1992:2)
Berdasarkan
hal
tersebut,
estetika
atau
keindahan
71
(kebanaran,
kebajikan
dan
keindahan).
Selanjutnya,
mencapai
penyatuan
kepada
Hyang
Siwa
seyogyanya
penyatuan dengan sang pencipta, yakni sumber dari seni itu sendiri
yakni Sang Hyang Siwa.
4.
restu
sebelum
melakukan
kreativitas
seni.
Di
dalam
hal
kesukaannya
menari
dan
menari.
musik.
Bharata.
Mahabharata
menggambarkan
di
Natyasastranya.,
dalam
(tindakan)
berkesenian
yang
terus
menerus.
Adalah
segala bentuk seni di dunia ini berkembang, oleh karena itu Siwa dipuja
oleh para seniman. Dewa Siwa yang pertamakali melahirkan seni
tersebut. Sebagai pencipta tarian, Siwa berwujud Nrtyamurti. Siwa juga
mengajarkan kesenian kepada Dewa-Dewa dan umat manusia. Siwa
juga disebut Adi Guru atau guru pertama kesenian. Siwa juga sebagai
guru yoga, musik, dan jnana (ilmu pengetahuan). Siwa dalam wujud
Siwa Nataraja adalah Siwa dalam postur menari. Gerakannya sangat
indah, ritmis dan eksostis mistik yang menggetarkan siapa saja yang
menyaksikannya. Gerakannya dalam ritmis tersebut sangat harmonis
dan melahirkan keindahan.
Gerakan dalam Siwa Nataraja adalah juga merupakan
simbolisasi dari Panca Aksara. Panca Aksara membentuk tubuh Siwa,
dan daya spirit akan dikeluarkan dari dalam tubuh fisiknya. Tangan
yang memegang api adalah Na, kaki yang menindih raksasa adalah Ma,
tangan yang memegang kendang adalah Si, tangan kanan dan kiri yang
bergerak adalah Wa, tangan yang memperlihatkan abhaya mudra adalah
Ya. Panca Aksara adalah kekuatan yang dapat menghapus noda dan
dosa. Dengan demikian, pemujaan kepada Hyang Siwa dalam
manifestasinya sebagai Nataraja hendaknya harus dipuja agar
mendapatkan taksu.
Secara konseptual Siwa Nataraja sebagai wujud nyata diterapkan
dalam aktivitas keagamaan di Bali yang selanjutnya mengalir menjadi
bentuk-bentuk kesenian. Gerakan tangan atau mudra tersebut kemudian
berkembang menjadi gerakan-gerakan anggota badan. Pada upacara
yadnya terdengar weda mantra sang sulinggih, suara genta, kidung76
kekawin atau nyanyian sakral, gamelan atau musik, tarian, banten atau
sesajen yang ditata indah pada dasarnya perwujudan rasa seni yang
dipersembahkan kepada Tuhan sehingga terlahir taksu.
C.
SIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan
DAFTAR PUSTAKA
Donder. I Ketut.2007. Kosmologi Hindu Penciptaan, Pemeliharaan,
dan Peleburan Serta Penciptaan kembali Alam Semesta.
Surabaya: Paramita.
77
78
79
Abstract
After almost two centuries the island to avoid the influence of West
Bali can be grown calm, and peaceful under the reign of several kings
without interference or political interference from the powers of a
foreign ruler. Begin at the beginning of the nineteenth century the
Dutch government to pay attention to the island and attempt to gain
political influence in the island through the planting of power in the
kingdom - the kingdom in Bali. At that time in Bali there are nine
kingdoms: the kingdom of Buleleng, Jembrana, Tabanan, Mengwi,
Badung, Gianyar, Bangli, Klungkung and Karangasem. In 1891 after
the Kingdom of Badung can beat the Kingdom Mengwi, in Bali amount
kingdom ended up being eight kingdoms. Efforts Dutch government
ensure influence and power in Bali in the nineteenth century through
the planting of power in the kingdom - the kingdom in Bali received
much opposition from several kingdoms in Bali for business The Dutch
government will threaten the status and powers of the king - the king in
Bali independent and sovereign ,
the problem of how the system of government under the kingdom of
Gianyar before imprealism Influence of the Dutch colonial government,
how the background of the kingdom of Gianyar handed imprealism
kingdom under the Dutch colonial government, the influence of
imperialism run against the policy of the Dutch colonial government in
the kingdom of Gianyar.
The theory underlying this research is the theory of power, conflict
theory and the theory of hegemony. The theory is defined as the power
as an ability to influence the other party in accordance with the will of
the existing holders of power tersebut.Teori conflict analyze events that
occurred in certain parts also led to conflicts in other parts of society.
On the basis of this conflict theory approach, it is expected to explore
80
PENDAHULUAN
Banyak yang mengira bahwa orang orang Eropa khususnya
Belanda mulai memasuki pulau Bali adalah pada awal abad XIX.
Sebenarnya orang Belanda telah mengenal Bali pada akhir abad XVI
yaitu Aernoudt Lintgens seorang pelaut Belanda dalam laporannya
yang mengungkap banyak mengenai pulau Bali dalam perjalanan
mereka pertama kali mengunjungi kawasan Asia.
81
hakekatnya
masing-masing
berdiri
sendiri,
sehingga
abad XIX pulau Bali tidak lagi mendapat perhatian penguasa Barat dan
dapat berkembang sesuai dengan kepribadiannya serta identitasnya
sendiri. Oleh karena itu, sampai awal abad XIX terhindarlah pulau Bali
dari pengaruh kekuasaan asing dan penetrasi politik kekuasaan Barat,
sehingga dengan demikian berhasillah Bali berkembang secara
merdeka dan bebas melalui saluran kebudayaan maupun agama Hindu .
Setelah hampir dua abad lamanya pulau Bali terhindar dari
pengaruh Barat Bali dapat berkembang tentram dan damai di bawah
kekuasaan beberapa raja tanpa gangguan atau campur tangan politik
dari kekuasaan penguasa asing. Mulailah pada awal abad XIX
Pemerintah Belanda menaruh perhatian terhadap pulau Bali dan
berusaha untuk mendapatkan pengaruh politik di pulau Bali melalui
penanaman kekuasaan lewat kerajaan kerajaan yang ada di Bali.
Kerajaan adalah sebuah pusat pemerintahan atau tata pemerintahan di
bawah pimpinan seorang raja dan pemerintahannya bersifat feodal (
Poerwadarminta, 1984 : 740 ). Pada waktu itu di Bali terdapat sembilan
kerajaan yaitu : Kerajaan Buleleng, Jembrana, Tabanan, Mengwi,
Badung, Gianyar, Bangli, Klungkung dan Karangasem. Pada tahun
1891 setelah Kerajaan Badung dapat mengalahkan Kerajaan Mengwi,
jumlah kerajaan di Bali akhirnya menjadi delapan kerajaan. Upaya
Pemerintah Belanda menanamkan pengaruh dan kekuasaannya di Bali
pada abad XIX melalui penanaman kekuasaan lewat kerajaan
kerajaan yang ada di Bali mendapat banyak tentangan dari beberapa
kerajaan di Bali karena usaha Pemerintah Belanda tersebut akan
mengancam kedudukan dan kekuasaan raja raja di Bali yang merdeka
dan berdaulat.
83
Salah satu kerajaan yang ada di Bali pada abad XIX, yang tidak
melakukan perlawanan terhadap Belanda adalah Kerajaan Gianyar
yang terletak di Bali Selatan berbatasan sebelah timur dengan kerajaan
Klungkung, di sebelah utara dengan Kerajaan Bangli dan di sebelah
barat dengan Kerajaan Badung dan Mengwi. Memilih bekerja sama
dengan Pemerintah Belanda. Raja Gianyar pada saat itu berperan
sebagai Stedehouder atau wakil Belanda dalam mengendalikan
pemerintahan di wilayah kerajaan Gianyar ( Sirikan, 1956 : 193 ).
Kerajaan Gianyar memilih bekerjasama dan berlindung di bawah
pemerintah Belanda dengan menjadi Stedehouder Belanda disebabkan
terjadinya konflik, baik intern maupun ekstern di kerajaan Gianyar
sehingga menyebabkan kerajaan Gianyar tidak memiliki pilihan untuk
mengatasi kekacauan serta menciptakan ketenteram di kalangan rakyat,
kecuali dengan meminta perlindungan kepada pemerintah Belanda.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem pemerintahan Kerajaan Gianyar sebelum berada
di bawah imprealisme Pemerintah Kolonial Belanda?
2. Bagaimana
latar
belakang
Kerajaan
Gianyar
menyerahkan
84
LANDASAN TEORI
1. Teori Konflik
Teori konflik menurut Dahrendorf bahwa masyarakat selalu
bermuka dua yaitu: konsensus dan konflik. Dahrendorf melihat konflik
sebagai sebuah kenyataan. Dimana konflik yang terjadi di bagianbagian tertentu juga menyebabkan terjadinya konflik pada bagianbagian masyarakat yang lainnya (Soekanto, 1988 : 79).
Dengan berlandaskan pada pendekatan teori konflik ini, maka
diharapkan dapat menelusuri latar belakang Kerajaan Gianyar
menyerahkan kerajaannya kepada Pemerintah Kolonial Belanda.
Sebelum proses penyerahan terjadi didalam Kerajaan Gianyar terjadi
konflik diantara para manca atau punggawa dengan sistem politik baru
yang diterapkan oleh I Ketut Sara sebagai Patih yang baru. Kebijakan
ini sangat ditentang oleh para manca atau punggawa Kerajaan Gianyar.
Akhirnya, timbul perpecahan didalam Kerajaan Gianyar tersebut. Dari
siniliah konflik mulai timbul dan akhirnya mulai meluas ke masalah
luar Kerajaan Gianyar. Ketegangan yang terjadi antara manca dengan
Patih kerajaan terjadi dimana masing- masing pihak tersebut berusaha
untuk mempertahankan stabilitas Kerajaan Gianyar. Dengan adanya
kebijakan politik baru yang diterapkan oleh I Ketut Sara tersebut
dikatakan akan mengancam integritas dan stabilitas didalam Kerajaan
Gianyar. Dengan semakin meruncingnya konflik didalam Kerajaan
Gianyar, menyebabkan Kerajaan Gianyar mengalami kemunduran,
hanya dengan berlindung di bawah Pemerintah Kolonial Belanda maka
stabilitas di dalam Kerajaan Gianyar dapat dipertahankan.
85
2. Teori Kekuasaan
Kekuasaan diartikan sebagai sebagai suatu kemampuan untuk
mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang
kekuasaan tersebut. Kekuasaan tersebut mencakup baik suatu
kemampuan untuk memerintah dan juga untuk memberi keputusan
keputusan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
tindakan tindakan pihak pihak lainnya.
Kerajaan Gianyar pada abad XIX sebelum berada dalam
Pengaruh Imprealisme Pemerintah Kolonial Belanda bentuk dan
susunan pemerintahannya masih bersifat feodal. Raja memiliki
kekuasaan yang mutlak dan tidak terbatas. Raja adalah penguasa
pemerintahan tertinggi yang juga bertindak sebagai kepala agama dan
hakim tertinggi. Wilayah kerajaan dibagi atas kekuasaan administratif
yang dikepalai oleh seorang punggawa yang biasa ditunjuk diantara
keluarga raja yang terdekat. Para punggawa memiliki kekuasaan yang
luas pula dan membawahi sejumlah penduduk yang dapat dikerahkan
oleh para punggawa itu untuk keperluan pribadinya. Wilayah
administratif yang dikuasai oleh punggawa dibagi lagi atas beberapa
desa yang diperintah oleh seorang pembekel. Desa dibagi lagi atas
beberapa banjar dibawah pimpinan seorang kelian banjar, yang
merupakan unit terkecil dalam susunan administrasi pemerintahan
kerajaan ( Agung Gde, 1989 : 24 ). Seorang raja memiliki kedudukan
dan kekuasaan yang tidak terbatas mengakibatkan pelaksanaan
kekuasaan yang sewenang wenang, namun tidak dapat dipungkiri
bahwa rakyat Bali tetap menghormati rajanya, karena dianggap
memiliki kekuasaan yang dilimpahkan Tuhan kepadanya. Hal ini sesuai
86
3. Teori Hegemoni
Teori hegemoni menurut Gramsci yaitu sebuah sistem pemerintahan
suatu negara yang didasarkan kepada pembentukan atau pembinaan
konsensus melalui kepemimpinan kebudayaan. Praktek hegemoni itu
dilakukan secara terus menerus terhadap kekuatan oposisi untuk mau
memilih sikap konformistik, sehingga menimbulkan disiplin diri untuk
menyesuaikan dengan norma norma yang diputuskan oleh negara
dengan keyakinan bahwa apa yang telah diputuskan negara tersebut
merupakan cara terbaik untuk survive dan meraih kesejahteraan.
Kerajaan Gianyar yang berada dalam Pengaruh Imprealisme
Pemerintah Kolonial Belanda setelah dikeluarkannya Besluit No. 15
pada tanggal 29 Nopember 1900 secara tidak langsung telah berada
dalam satu relasionitas antara Kerajaan Gianyar dengan Pemerintah
Kolonial Belanda. Kebijakan kebijakan yang dikeluarkan Belanda
terhadap Kerajaan Gianyar dalam sosio politis adalah suatu kebijakan
yang telah mengalami suatu konsensus sebelumnya. Segala kebijakan
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Belanda terhadap Kerajaan Gianyar
tidak diperoleh melalui kekerasan, melainkan dengan kesadaran.
Kerajaan Gianyar berada di daerah minus. Pada daerah minus yang
lebih feodal penguasaan hak atas tanah oleh Raja lebih luas dibanding
87
daerah plus yang lebih banyak dikuasai rakyat. Perbandingan hak bagihasil pertanian juga lebih banyak dibanding di daerah plus.
Semua itu sangat memotivasi para Raja untuk tetap berkuasa,
yaitu mempertahankan status pemegang tahta Kerajaan Gianyar telah
menjadi haluan utama pandangan politiknya.
Dengan menjadikan Kerajaan Gianyar sebagai Stedehouder atau
wakil Belanda maka segala kedaulatan sosio-politik-ekonomi-kultural
bisa diraih, baik hasil bumi, kesetiaan dan kepatuhan rakyat, juga
prestise penguasaan diantara kerajaan lain.
METODE PENELITIAN
1. Heuristik ( Metode Pengumpulan Data )
Sebelum diuraikan lebih jauh tentang metode heuristik, terlebih
dahulu dijelaskan tentang pengertian heuristik yaitu prosedur dalam
mencari data serta menemukan jejak- jejak sejarah ( Widja, 1988 : 37 ).
Jejak sejarah yang digunakan dalam penelitian ini berupa
sumber tertulis adalah baik berupa buku- buku, makalah, dsb. Selain itu
juga digunakan sumber tidak tertulis yang diperoleh dari orang orang
yang tidak terlibat langsung dalam peristiwa sejarah maupun yang
terlibat langsung dalam pertempuran. prosedur dalam mencari serta
menemukan jejak jejak sejarah ( Widja, 1988 : 48 ).
Data dari pada penggunaan sumber ialah cita cita mencari
kebenaran tentang kejadian atau peristiwa yang sudah terjadi.
Penggunaan itu harus menghasilkan ketentuan ketentuan tentang
fakta.
88
2. Kritik Sejarah
Dalam sejarah dibedakan antara data dan fakta. Data pada
hakekatnya berupa jejak- jejak sejarah yang masih perlu dikaji dan
belum merupakan kebutuhan gambaran dari peristiwa sejarah,
sedangkan fakta adalah keterangan yang kita peroleh dari jejak- jejak
sejarah atau sumber- sumber sejarah yang telah kita saring dan diuji
dengan proses peristiwa sejarah ( Widja, 1988 : 41 ). Dengan demikian
jejak- jejak sejarah yang diperoleh perlu dievaluasi dengan kritik
sejarah, baik dengan kritik ekstern maupun intern. Hasil yang
diharapkan dalam melakukan kritik ini, agar pengaruh subyektifitas
yang dihimpun dalam sumber-sumber sejarah dapat dihindari dan
mendekati suatu kebenaran secara ilmiah. Dalam penelitian ini
penonjolan peranan seorang
3. Interpretasi
Fakta- fakta sejarah yang telah terwujud belumlah langsung
dimanfaatkan untuk penyusunan cerita sejarah, karena masih ada suatu
langkah metodelogi yaitu interpretasi. Fakta-fakta yang diperoleh perlu
diinterpretasikan sehingga fakta- fakta tersebut dapat dihubung89
4. Historiografi
Hasil interpretasi yang diwujudkan dilanjutkan dengan langkahlangkah penyusunan cerita sejarah yang disebut historiografi. Cerita
sejarah yang disusun menggunakan prinsip- prinsip tertentu seperti
prinsip serialisasi ( cara- cara membuat urutan- urutan waktu peristiwa )
, prinsip kronologis ( cara- cara membuat urutan peristiwa) dan prinsip
kausasi ( hubungan sebab akibat ). Artinya mencari analisa dengan
pertanyaanpertanyaan seperti : Bagaimana peristiwa tersebut bisa
terjadi, Faktorfaktor apa yang mendorong dan menyebabkan
terjadinya peristiwa sejarah, kapan peristiwa itu terjadi, siapa sajakah
tokohtokoh yang terlibat atau berperan dalam peristiwa tersebut dan
lainnya. Selain digunakan prinsipprinsip diatas juga dibutuhkan
kemampuan sastra untuk menyusun cerita sejarah yang menarik.
Selain menggunakan prinsip- prinsip diatas, digunakan juga
fungsi ilmiah serta fungsi spekulatif imajinatif dari sejarah, perlu pula
diperhatikan fungsi sastranya, penyajian dari hasil ilmu dan daya
imajinasi ke dalam cerita sejarah yang menarik ( Widja, 1988 : 48 ).
Merekontruksi masa lalu yang dikaji dan ditulis dalam bentuk
laporan ilmiah peristiwa sejarah dalam hal ini adalah kegiatan terakhir
dalam langkah- langkah atau metodologi dalam penilitian sejarah.
90
HASIL PENELITIAN
1. Sistem Pemerintahan Kerajaan Gianyar Sebelum Berada Di
bawah Imprealisme Pemerintah Kolonial Belanda
Eksistensi dinasti Dewa Manggis tidak akan dapat dipisahkan
dengan keberadaan Alas Bengkel yang kemudian menjadi Desa
Bengkel sebagai tempat tinggal yang begitu banyak memberikan
inspirasi dan keyakinan diri dalam menempuh kehidupan serta
merupakan media yang potensial dalam rangka menggapai obsesi
menuju puncak kekuasaan. Keberadaan dinasti I Dewa Manggis
kirannya perlu diungkap lembaran sejarahnya yang bertitik tolak dari
peranan I Dewa Manggis Kuning yang bermukim di Alas Bengkel
sebagai pendiri dan perintis perjuangan untuk kebesaran dinasti Dewa
Manggis.
Terminologi pemerintahan Kerajaan Gianyar mulai dikenal
semenjak terbentuknya suatu pusat kota yang ditandai oleh berdirinya
istana atau puri yang pada awalnya disebut Geria Anyar dan karena
lafal
pengucapannya
kemudian
menjadi
Gianyar.
Dalam
Raka sebagai Raja Kerajaan Gianyar. Oleh karena itu pada tanggal 22
Desember 1896 ditandatanganilah kontrak antara Dewa Gde Raka dan
Residen Bali dan Lombok yang baru, F.A. Liefrinck, di Gianyar yang
mengakui Dewa Gde Raka sebagai Raja Kerajaan Gianyar. Kontrak
tersebut dikukuhkan oleh Gubernur Jenderal Carel Herman Aart van
der Wijck pada tanggal 18 Mei 1897 (Agung Gde, 1989 : 464 ).
I Dewa Gde Raka, raja baru yang menggantikan I Dewa Pahang
pada tanggal 22 Desember 1896, menghadapi proses konsolidasi yang
sangat berat dan sukar, karena kekacauan politik dan gangguan
keamanan dan ketertiban sejak tahun 1883 menjadi laten yang muncul
lagi pada tahun 1897 dan tahun sesudahnya. Selama masa krisis dan
transisi itu, pada tahun 1897 1899 kehidupan dan kesejahteraan
rakyat Kerajaan Gianyar sangat terganggu dan timbul kesengsaraan
dimana mana. Semuanya mengharapkan agar pada masa yang akan
datang akan tercipta suasana damai dan tentram agar seperti sedia kala.
Sikap bermusuhan dari Dewa Agung di Klungkung dan Dewa Gde
Tangkeban Raja Bangli terhadap Kerajaan Gianyar masih tetap
bergejolak (Sirikan, 1956 : 191).
Dewa Agung di Klungkung tidak dapat menerima Kerajaan
Gianyar sebagai kerajaan yang berdaulat otonom dan berpegang teguh
bahwa Kerajaan Gianyar adalah bagian dari Kerajaan Klungkung
karena penggabungannya pada tahun 1883. Demikian juga Dewa Gde
Tangkeban Raja Bangli, karena pesan ayahnya harus tetap bermusuhan
dengan Kerajaan Gianyar agar dapat mengembalikan wilayah wilayah
Kerajaan Bangli yang masih diduduki oleh Kerajaan Gianyar. Oleh
karena itu, sikap bermusuhan kerajaan kerajaan itu terhadap Kerajaan
93
Dewa
Gde
Raka
adalah
seorang
bangsawan
yang
intern
mempengaruhi
maupun
ekstern
stabilitas
kerajaan.
di
Kerajaan
Untuk
Gianyar
mengakhiri
yang
konflik,
Bidang Politik
Pada tahun 1926 1929 jabatan Residen Bali dan Lombok
dijabat oleh L.J.J. Caron, mulai diadakan perubahan tata politik
pemerintahan di Bali. Perubahan yang dimaksud adalah melakukan
terobosan dari penerapan politik fiskal ke politik Negara. Sejak bulan
Juli 1929 pulau Bali dibagi menjadi delapan daerah landskap
pemerintahan yang diberi nama Negara di bawah pimpinan kepala
kepala pemerintahan pribumi keturunan bekas raja raja di Bali yang
diberi gelar Negara Bestuurder atau penguasa Negara ( Agung Gde,
1989 : 675 ).
Bidang Ekonomi
Bidang ekonomi sebagian besar penduduk Kerajaan Gianyar
bermata pencaharian utama adalah dalam pertanian. Kebijakan
95
yang
akan
lebih
mudah
untuk
mempertahankan
Bidang Sosial
Pada tahun 1900 Kerajaan Gianyar telah berada di bawah
perlindungan Pemerintah Kolonial Belanda, secara tidak langsung
Pemerintah Belanda mulai menerapkan kebijakan kebijakan di
Gianyar, salah satunya dalam bidang sosial.
Kebijakan Pemerintah Belanda dalam bidang sosial yang utama
adalah mengembangkan pendidikan di Gianyar. Pemerintah Belanda
berkeinginan untuk menciptakan dan menerapkan sistem birokrasi
modern di landschap Gianyar. Pemerintah Belanda menyadari untuk
96
Daftar Pustaka
Agung, A.A Gde, 2003. Sejarah Kerajaan Gianyar . Gianyar.
Agung, Ide Anak Agung Gde, 1889. Bali Pada Abad XIX . Yogyakarta
: Gajah Mada Press.
Arsip Nasional R., 1964. Surat Surat Perjanjian Antara Keradjaan
Keradjaan Bali / Lombok dengan Pemerintah Hindia Belanda 1841
s/d 1938. Djakarta : Arsip Nasional R.I.
Caron, L.J.J, 1929. Memorie van Overgave van den Resident van Bali
an Lombok.
Dwipayana, AAGN Ari, 2001. Kelas Dan Kasta.Yogyakarta : Lapera
Pustaka Utama.
Geguritan Uwug Gianyar. Koleksi Gedong Kirtya Singaraja No. Vc.
560/3
Kartodirdjo, Sartono, 1999. Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500
1900 Dari Imperium Ke Emporium. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Kusumayuda, A.A. Gde, 1989. Kerajaan Sukawati Tahun 1711 1771
( Studi Tentang Keruntuhan Kerajaan ).
Mahaudiana, 1968. Babad Manggis Gianyar. Gianyar : A.A Gde
Taman.
Nuryahman, 2007. Kajian Kerajaan Tradisional Di Bali ( Suatu Kajian
Awal Tentang Kerajaan Tabanan, Badung dan Gianyar ).
Departemen Kebudayaan Dan Pariwisata Direktorat Jenderal Nillai
97
98
Ni Wayan Sunita
Abstract
The purpose of the research is to know the influence of the learning
model problem based instruction and thinking style to learning
outcomes mathematics. The research is quasi experimental research
with 2 2 factorial design conducted at FPMIPA IKIP PGRI Bali and
involved a sample of 100 students. The instrument used in this research
was thinking style test and problem-solving test. The data has been
collected was analyzed by using two way Anava. The results showed
that: (1) there are differences in mathematics learning outcomes of
students who followed the teaching problem based learning learning
model with students taking conventional learning model; (2) there are
differences in mathematics learning outcomes of students who have a
reflevive thinking style with students who have a thinking style
implusif; (3) there is no interaction between the learning model and
style of thinking on learning outcomes. In line with the findings of this
99
dengan
hal-hal
yang
abstrak.
Hal-hal
tersebut
serta
mempunyai
pendapat
masing-masing
tanpa
101
METODE
Jenis penelitian ini dapat digolongkan ke dalam penelitian
eksperimen semu (Quasi Experiment), karena tidak semua variabel
dalam penelitian ini dapat dikontrol. Gejala yang akan diselidiki
ditimbulkan terlebih dahulu dengan sengaja dan kepada tiap kelompok
eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu dengan kondisikondisi yang dapat dikontrol (Sugiyono, 2013). Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah desain grup faktorial
2x 2
(Candiasa, 2010).
Model pembelajaran
Gaya Berpikir
Problem Based
Instruction (PBI)
Konvensional
(A2)
(A1)
Refleksif (B1)
A1B1
A2B1
Impulsif (B2)
A1B2
A2B2
mengetahui
lebih
awal
bagaimana
akan mengajar
seharusnya
mereka
103
yang valid dan reliabel. Data hasil penelitian dianalisis secara bertahap
sesuai dengan variabel masing-masing untuk menjawab permasalahan
penelitian. Secara terurut, analisis data yang dilakukan adalah (1)
deskripsi data, (2) uji persyaratan analisis, dan (3) uji hipotesis.
104
Statistik
Data
Mean
Modus
Median
Standar
Deviasi
Varians
Skor
Minimum
Skor
Maksimum
Rentangan
A1
A2
B1
B2
A1B1
A2B1
A1B2
A2B2
76,22
66,66
77,66
65,22
83,08
72,24
69,36
61,08
63
79
67
79
75
71
63
67
79
67
79
75
71
63
12,20
12,09
11,88
11,03
9,13
11,99
11,07
9,49
148, 87
146,229
141,21
121,56
83,41
143,69
122,49
89,99
42
38
46
38
63
46
42
38
100
96
100
92
100
96
92
79
58
54
54
37
50
50
41
79
75
58
105
Kelompok
Sampel
X2hit
X2tabel
Kesimpulan
A1
1,546
12,592
Normal
A2
1,734
12,592
Normal
B1
0,524
12,592
Normal
B2
2,289
12,592
Normal
106
A1B1
2,418
11,070
Normal
A1B2
1,407
11,070
Normal
A2B1
0,828
11,070
Normal
A2B2
1,981
11,070
Normal
dk
1/dk
s2
Log s2
dk*Log s2
dk*s2
24
0,041667
9,13
83,41
1,92
46,11
2001,84
24
0,041667
11,07
122,49
2,09
50,11
2939,76
24
0,041667
11,99
143,69
2,16
51,78
3448,57
24
0,041667
9,49
89,99
1,95
46,90
2159,84
total
96
0,166668
194,90
10550,01
(0,05;3)
107
Ini berarti semua kelompok memiliki varians yang sama atau homogen.
Jadi data hasil belajar matematika mahasiswa berasal dari populasi
yang homogen.
Berdasarkan hasil uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas varians dapat disimpulkan bahwa data dari semua
kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan
mempunyai varians yang sama atau homogen. Oleh karena itu, uji
hipotesis dengan ANAVA dua jalur dapat dilakukan.
Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan melalui metode
statistik dengan menggunakan ANAVA dua jalur. Hasil perhitungan
analisis ANAVA dua jalur dirangkum pada tabel sebagai berikut.
JK
dk
RK
Fhitung
Antar A
2284,84
2284,84
20,791
Antar B
3868,84
3868,84
35,205
40,96
40,96
0,373
Dalam
10550,00
96
109,90
Total
16744,64
99
Interaksi
AxB
Ftabel
3,96
(5%)
3,96
(5%)
Interpretasi
Signifikan
Signifikan
3,96
Tidak
(5%)
Signifikan
-
108
109
mahasiswa
yang
mengikuti
model
pembelajaran
110
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Candiasa, I Made. 2010. Statistik Univariat dan Bivariat Disertai
Aplikasi SPSS. Singaraja: Undiksha Press.
Darmika, I Gusti Ngurah. 2012. Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Instruction Terhadap Prestasi
Belajar IPA Peserta Didik Kelas VII SMP N 4 Abiansemal
Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan). IKIP
PGRI BALI.
111
Widiasarana
Indonesia.
http://www.academia.edu/
6942550/Pembelajaran_Konvensional. (diakses pada tanggal 5
Oktober 2014).
Rusmini. 2012. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Thinking
Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Terhadap Prestasi
Belajar Matematika Peserta Didik Ditinjau Dari Kemampuan
Berpikir Divergen Peserta DidikKelas VII SMP Sapta Andika
Denpasar. Skripsi (tidak diterbitkan). Denpasar: IKIP PGRI
Bali.
Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
112
Sumarsono,
Gathot.
2006.
Penerapan
Model
Problem
Based
113
OLEH
I MADE WETA, S.Pd.
NIP :19611231 198403 1 134
Abstract
This study aims to determine the effect of the application of group
discussion method with Student Worksheet media on (1) improving
student learning activities, (2) improving study results in Math subject.
This research was done in class X SMK N 1 Tegallalang in the second
semester of the school year 2014/2015. This study was conducted
during two cycles; each cycle consisted of four phases of activities,
such as: planning, implementation, observation, and reflection. The
data were collected through observation, note taking and test. The data
were analyzed by using qualitative and quantitative analysis. The result
shows that the application of group discussion method with student
worksheet media can (1) increase the student learning activity of 9,88
to be 13,17, (2) improve learning result completeness of 59% to 86.36.
114
PANDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Memasuki era globalisasi dewasa ini, bangsa Indonesia sangat
memerlukan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas. Untuk
memenuhi hal tersebut salah satu jalan terbaik adalah melalui
pendidikan formal. Kenyataan di dunia pendidikan di Indonesia saat ini
masih banyak perbaikan yang harus dilakukan dalam meningkatkan
mutu pendidikan.
Pencapaian tujuan pendidikan sebagian besar ditentukan oleh
keberhasilan proses belajar mengajar di kelas. Keberhasilan proses
belajar mengajar di kelas dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu
faktornya adalah interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran. Guru
adalah subjek yang sangat berperan dalam membelajarkan dan
mendidik siswa sedangkan siswa merupakan subjek yang menjadi
sasaran pendidikan. Sementara siswa sebagai peserta didik dalam
mengembangkan kemampuannya perlu bimbingan yang maksimal dari
guru.
115
masih
bersifat
konvensional,
hal
ini
dapat
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
117
2.
3.
118
pemerintah
daerah
memiliki
kewenangan
untuk.
tidak
menutup
kemungkinan
bagi
daerah
untuk
Indikator KBM
Diskusi kelompok
Memecahkan masalah
120
untuk
berperan
aktif
dalam -
Mencari informasi
Mencari informasi
Menulis laporan
Berkunjung ke luar
pembelajaran
kelas
2
sumber
belajar
mata
yang Guru
beragam
pelajaran.
menggunakan,
misal :
-
Alat
tersedia/yang
yang
dibuat
sendiri
Guru
kepada
memberi
siswa
Gambar
Studi kasus
Narasumber
Lingkungan
kesempatan Siswa
untuk
mengembangkan ketrampilan
Melakukan
percobaan,
pengamatan,
atau
wawancara
-
Mengumpulkan
data/jawaban
121
Menarik kesimpulan
Memecahkan masalah
Guru
memberi
kepada
siswa
mengungkapkan
Menulis laporan
kesempatan Melalui:
untuk
gagasannya
- Diskusi
- urut
lebih
banyak
mengajukan pertanyaan
terbuka
belajar
dengan - Siswa
dikelompokkan
sesuai
dengan
kemampuan
kemampuan siswa
Siswa
- Bahan
disesuaikan
pelajaran
dengan
kemampuan kelompok
tersebut
- Tugas perbaikan dan
pengayaan
sesuai
diberikan
dengan
kebutuhan
6.
memanfaatkan
pengalaman sendiri
122
7.
siswa
- Guru
memberikan
umpan balik
Depdiknas, 2003:45-47)
Berdasarkan hal tersebut di atas maka digunakan diskusi
kelompok sebagai upaya untuk lebih banyak melibatkan siswa
dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian pelaksanaan KBK
di dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dapat lebih optimal
sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan.
Metode Diskusi Kelompok
Pengertian Metode Diskusi Kelompok
Metode diskusi adalah suatu cara mengajar atas pengkajian
materi melalui pengujian masalah yang pemecahannya sangat terbuka.
Diskusi dapat dilakukan secara kelompok atau klasikal. Suatu diskusi
melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan
masalah (Depdikbud, 1995).
Diskusi kelompok adalah suatu strategi belajar mengajar
dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok
atau dibagi menjadi beberapa kelompok terdiri dari 5 sampai 7 orang
siswa, mereka bekerja sama dalam memecahkan masalah atau
melaksanakan tugas - tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan
123
124
pada
masing-masing
anggota
kelompok
untuk
125
127
128
2.
3.
Mengajak siswa untuk berfikir kreatif, kritis dan mandiri. Selain itu
lembar kegiatan siswa mempunyai beberapa kelemahan antara lain:
a. Siswa yang kemampuannya rendah mengalami kesulitan untuk
mengerjakan LKS
b. Siswa yang perhatiannya kurang baik / tidak sungguh - sungguh
akan memperoleh hasil yang kurang baik.
Dengan menggunakan LKS siswa yang memiliki tingkat
kecerdasan rendah diharapkan merasa dibantu dalam hal ini guru lebih
banyak berperan serta, agar kesulitan belajar siswa dapat diatasi.
Proses Belajar
Pengertian proses dan hasil belajar sesuai dengan apa yang tertuang
dalam kurikulum berbasis kompetensi merupakan kegiatan inti dari
pelaksanaan proses pembelajaran yakni bagaimana tujuan-tujuan
belajar direalisasikan. Proses belajar perlu dilakukan dengan menarik
dan menyenangkan, hal itu menuntut aktivitas aktivitas dan kreatifitas
guru
dalam
menciptakan
lingkungan
yang
kondusif.
Proses
129
diri
sendiri
atau
data
tentang
keberanian
dalam
130
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri siswa
yang dapat digolongkan menjadi dua yaitu :(1) Faktor fisiologi
meliputi kondisi fisiologis umum dan kondisi panca Indra, (2)
Faktor fisiologis meliputi perasaan. sikap, minat, intelegensi dan
motivasi.
2.
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa yang
dapat digolongkan menjadi dua yaitu: (1) faktor lingkungan
meliputi lingkungan alam dan sosial, (2) Faktor instrumental
meliputi kurikulum, program, sarana dan fasilitas serta guru
(tenaga pengajar).
Jadi pada intinya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar itu
datang dari dalam dan dari luar diri siswa sehingga dalam penelitian ini
akan diamati bagaimana kedua faktor tersebut mempengaruhi prestasi
belajar siswa yang tercermin pada aktivitas dan interaksi belajar yang
dilakukan oleh siswa.
132
133
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Tegallalang
dengan subyek penelitian siswa kelas X semester II tahun pelajaran
2014/2015 dan melibatkan guru Matematika alasan pengambilan
subyek di kelas X sebagai berikut: 1) siswa kelas X kurang
bersemangat mengikuti pelajaran kurang interaktif dalam proses
pembelajaran pada semester satu sehingga hasil belajar rendah.
Prosedur Penelitian
Rancangan Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan untuk memperbaiki
kualitas dan prestasi belajar dalam mata pelajaran Matematika Semester
II Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam
bentuk siklus sampai tujuan penelitian dapat tercapai. Tiap siklus terdiri
dari empat kegiatan yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi. Dimana setiap kegiatannya dilakukan secara terus menerus
selama penelitian ini dalam pelaksanaanya terdiri atas dua siklus.
Secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :
134
Fereksi awal
Rencana Tindakan
Tindakan I + Observasi
Wawancara + Evaluasi
Analisis + Refleksi
Rencana Tindakan II
Tindakan II + Observasi
Wawancara + Evaluasi
Analisis + Refleksi
Tahap Perencanaan
Tahap ini dilaksanakan sebelum berlangsungnya proses belajar
mengajar dikelas. Untuk melakukan proses ini akan dilakukan kegiatan
sebagai berikut:
1.
2.
Menyusun tes hasil belajar yang bertujuan sebagai tes umpan balik
guru.
3.
135
4.
5.
kemudian
dilakukan
tindakan
pembelajaran
dengan
136
Tahap Observasi
Observasi alat penilaian untuk mengukur peningkatan proses
belajar mengajar yang meliputi aktivitas dan interaksi belajar serta
prestasi belajar yang ingin dicapai sesuai dengan lembar observasi.
Observasi dilakukan dalam beberapa tahapan. Observasi pertama
dilaksanakan dalam kegiatan orientasi awal, kedua dilaksanakan dalam
tindakan pembelajara siklus I dan observasi selanjutnya akan terns
dilaksanakan sampai tujuan penelitian tercapai. Adapun faktor-faktor
yang diselidiki meliputi: interaksi. partisipasi aktif (aktivitas) siswa.
perilaku siswa yang mungkin timbul atau kendala yang mungkin
terjadi, dan prestasi belajar siswa. Untuk penilaian pada akhir siklus
diadakan evaluasi belajar.
Tahap Refleksi
Tahap refleksi ini dilakukan menjelang berakhirnya kegiatan
pada setiap siklus . Kegiatan refleksi dilakukan untuk memperoleh
umpan balik dan perbaikan serta penemuan unsur-unsur yang
menguatkan pada tiap tindakan pembelajaran. Semua tindakan yang
ada pada pelaksanaan tindakan, observasi dan evakuasi akan dikaji,
137
Jenis data
Aktivitas
Metode
Instrumen
belajar
2
Waktu
berlangsung
Tes akhir belajar
138
x .
XN
. (Arikunto.2002)
Keterangan:
X
139
= Jumlah siswa
analisis
deskriptif
kualitatif.
Adapun
kriteria
Kategori
5<X
Sangat aktif
11,65<X<15
Aktif
Cukup aktif
<X<8,35
Kurang aktif
X<5
Sangat Kurang
aktif
(Arikunto, 2002)
Rata-rata aktivitas siswa yang diperoleh dicocokkan dengan
kriteria penggolongan pada label di atas, kriteria yang digunakan untuk
menyatakan keberhasilan masing-masing siklus apabila aktivitas siswa
minimal termasuk kriteria cukup aktif.
140
Kategori
85-100
Sangat baik
70-84
Baik
55-69
Cukup baik
40-54
Kurang aktif
0-39
xi
n
Keterangan :
X
141
= banyaknya siswa
2) Daya serap: DS =
X
x100 %
N
Keterangan :
DS = Daya serap
X = Jumlah skor
N = banyaknya siswa
Daya serap dikatakan berhasil apabila mencapai > 65%
3)
Ketuntasan belajar : KB =
T
x100 %
N
142
kelompok
yang
hiterogen,
143
Menyusun
rencana
yang
dirancang
untuk
melakukan
2.
3.
4.
5.
144
6.
7.
8.
9.
hubungan
dalam
kelompok,
5)
Aktivitas
siswa
dalam
145
9,88
44 44
88
146
tersebut diketahui bahwa jumlah nilai 284 yang diperoleh oleh seluruh
siswa adalah dengan jumlah siswa 44 orang rata-ratanya adalah 64,65,
daya scrap 64,65% , ketuntasan klasikal 59% menurut kriteria
ketuntasan klasikal pada siklus satu belum tuntas, karena baru
mencapai 59% sedangkan kelas dikatakan tuntas bila mencapai 85%.
Refleksi;
Berdasarkan hasil observasi tindakan yang dilakukan pada
siklus I perlu dilaksanakan perbaikan-perbaikan sehingga hasil yang
diperoleh dapat lebih ditingkatkan. Dan perbaikan yang direncanakan
pada siklus I diterapkan pada siklus II. Adapun perbaikan-perbaikan
untuk dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa pada
siklus II antara lain :
1.
2.
3.
4.
147
Siklus II
Pelaksanaan siklus II merupakan penyempurnaan dan perbaikan
dari siklus I. Hal ini dapat dilihat pada aktivitas dan prestasi belajar
siswa. Sesuai dengan rancangan penelitian tindakan kelas yang telah
dikemukakan maka hasil penelitian dapat disajikan sebagai berikut.
Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan pada siklus II sama dengan siklus I
tetapi pada siklus II peneliti mengadakan perbaikan-perbaikan terhadap
hal-hal yang menyebabkan hasil penelitian kurang optimal. Pada siklus
II ini korngetejisi dasar yang dibahas adalah menyimpulkan isi (daging)
geguritan, dasar ini diajarkan dua kali pertemuan, disertai dengan
penerapan metode diskusi kelompok dengan media LKS.
Pelaksanaan
Hari Kamis tanggal 8 Maret 2015 dilaksanakan tindakan siklus
II. Pelaksanaan tindakan siklus II diadakan beberapa perbaikan
diantaranya adalah dari segi penyampaian materi, metode dan
penggunaan media LKS dalam diskusi kelompok lebih diefektifkan
lagi. Dalam pelaksanaan pembelajaran terlebih dahulu dilaksanakan
apersepsi untuk mengingatkan siswa tentang materi yang sudah dibahas
dengan mengkaitkan materi yang akan dibahas. Selain itu siswa diberi
kesempatan untuk bertanya terhadap hal yang kurang dimengerti, hasil
ini dilakukan untuk memupuk keberanian siswa untuk bertanya dan
148
13,17
44 44
88
149
Prestasi Belajar
Rata-rata
Kategori
Rata-rata
Daya serap
Ketuntasan
9,88
Cukup aktif
64,65
64,65%
59%
150
Prestasi Belajar
Rata-rata
Katagori
Rata-rata
Daya serap
Ketuntasan
13,17
Aktif
71,41
71,41%
86,36
151
152
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.
153
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini.1993, Manajemen Pengajaran secara Manusicnvi.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Depdikbud.1995Perangkat Kegiatan Belajar Mengajar.Jakarta:Dirjen
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah
Derektorat
Pendidikan
Menengah Umum.
Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat
Kurikulum, Balitbang Depdiknas
Dahar, Willis Ratna. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Penerbit
Erlangga Nyoman, Dantes 1989. Psikologi Pendidikan. Singaraja:
FKIP UNUD. Djamarah, Syaiful Bahridan Zain, Aswan. 2002.
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bineka Cipta.
..2003a. Kurikulum 2004. Pedoman Khusus Pengembangan Siiabus
Dan Penilaian Mala Pelajara Bahsa Bali Jakarta: Dirjen
154
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah
Direktorat
Pendidikan
Menengah Umum.
..2003b. Pelayanan Profesional Kurikulum 2004. Kegiatan Belajar
Mengajar Yang Efektif, Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang
Depdiknas.
,.2004a. Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar Sekolah
Menengah Atas. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pendidikan Menengah dan Umum
.2004b. Pedoman Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa dan Skenario
Pembelajaran. Jakata:Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pendidikan Menengah dan Umum
Hamalik, oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti I Negah Tinggen, 1979, Dasar - dasar pelajaran kekawin
Singaraja : PT. Rhika Dewata.
Mulyasa,E.2002.Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik
implementasi, dan Inovasi. Bandung,PT.Remaja Rosdakarya.
Suharsono, Naswan. 1998. Makalah. Disampaikan dalam Seminar
Pendidikan KopertisWilayahVIII.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta.
Aneka Cipata.
Suanartana,PPN dan Nurkancana,Wayan.1975.Evaluasi Pendidikan
Singaraja: FKIP UNUD
155
Wardani.1983.Ketrampilan
Membimbing
Diskusi
Kelompok.
156
ABSTRACT
The low study achievement is often a challenge for teachers in
the implementation of the learning process, especially for materials of
Physical and Health Education with local nature that has been defeated
by technological advances and often ignored by some students. To
overcome the problem, teachers need to apply varied, creative and
innovative learning method; one for example is by applying
cooperative learning model of teams games tournament type.
Related to the problem, the purpose of this study is to determine
the increase of creativity and student learning achievement through
cooperative learning model of teams games tournament type. The
research model is in the form of classroom action research and the
subjects are the students of class XI SMK N 1 Tegallalang, period
2014/2015.
This study was conducted in two cycles, each cycle carried out
four phases of activities, namely: planning, implementation,
observation and evaluation. Finally, there was a reflection in which the
157
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Desentralisasi
pengembangan
merupakan
pendidikan
di
isu-isu
berbagai
aspek
utama
dalam
dan
jenjang
158
159
160
guru
masih
konvensional
dan
menuntun
dalam
yang
kondusif,
161
dengan
menumbuhkan
dan
ditentukan
rumusan
masalah
penelitian
162
1.
Batasan Penelitian
A. Hasil belajar yang dimaksudkan adalah sesuai dengan aspek
penelitian dalam bentuk KBK yakni untuk mata pelajaran
Penjaskes mencakup dua aspek yaitu aspek membaca dan
menulis.
B. Hasil belajar yang diujikan adalah pada standar kompetensi
yaitu mampu mengekspresikan gagasan, pikiran dan perasaan
dalam bentuk tulisan inggris, dengan kompetensi dasar :
2. Asumsi Penilaian
A. Instrumen yang digunakan dalam penelitian sudah
baik karena sudah dilakukan perbaikan secara silang
antara teman yang mengajar Penjaskes, secara
gabungan dan saling tukar menukar Instrumennya.
B. Tentang Pengisian angket untuk motivasi belajar oleh
siswa sudah mencerminkan keadaan dan situasi yang
sebenarnya.
C. Hasil atau skor akhir yang dihasilkan siswa
mencerminkan
hasil
sebenarnya.
163
belajar
yang
nyata
atau
3.
Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan dana asumsi penelitian di
atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalahnya
sebagai berikut :
A. Apakah pembelajaran dengan menggunakan diskusi
kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran Penjaskes kelas XI SMK
Negeri 1 Tegallalang Tahun Pelajaran 2014/2015 ?
B. Apakah pembelajaran dengan diskusi kelompok dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran Penjaskes kelas XI, SMK Negeri 1
Tegallalang Tahun Pelajaran 2014/2015.
Tujuan Penelitian
Dengan berdasarkan latar belakang dan rumusan
masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
A. Untuk meningkatkan kreatifitas belajar siswa kelas XI SMK
Negeri 1 Tegallalang Tahun pelajaran 2014/2015, dalam mata
pelajaran Penjaskes.
B. Untuk meningkatkanhasil belajar siswa kelas XI SMK Negeri
1 Tegallalang Tahun pelajaran 2014/2015, dalam mata
pelajaran Penjaskes.
164
2. Bagi Guru
- Supaya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi guru
dalam menyempurnakan metode pembelajaran dikelas.
Begitu pula untuk menambah pengalaman di bidang
penelitian untuk meningkatkan prestasi belajar pada siswa.
- Dapat
dipakai
sebagai
acuan
dalam
meningkatkan
165
3. Bagi Sekolah
Utamanya Kepada sekolah dapat dipakai sebagai dasar untuk
supervisi kelas sekaligus memberanikan pembinaan bagi guru
untuk memperbaiki metode pembelajaran sehingga akhirnya dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas hasil belajar
siswa.
Siklus I :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMK
Mata Pelajaran
: Penjaskes
Kelas / Semester
: XI / Ganjil
Alokasi Waktu
I. Standar Kompetensi :
Mampu
pikiran
mengekspresikan
gagasan
bentuk tulisan.
II. Kompetensi Dasar
III. Materi Pokok
IV. Tujuan
a. Meningkatkan kretivitas siswa dan prestasi belajar Penjaskes.
b. Siswa mampu menjawab soal-soal dengan baik dan benar.
166
V.
Langkah-langkah Kegiatan:
siswa
bekerja
sesuai
dengan
LKS.
Guru
b.
VII. Evaluasi
- Pretest : Tertulis
- Post test : Uraian
Mengetahui
Kepala SMK Negeri 1 Tegallalang
Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMK
Mata Pelajaran
: Penjaskes
Kelas / Semester
: XI/Ganjil
168
Alokasi Waktu
I.
: Mampu
Standar Kompetensi
mengekspresikan
gagasan
Kompetensi Dasar
III.
Materi Pokok
Tujuan
a. Meningkatkan
kretivitas
siswa
dan
prestasi
belajar
Penjaskes.
b. Siswa mampu menjawab soal-soal dengan baik dan benar.
V.
Langkah-langkah Kegiatan:
1.
2.
3.
Kegiatan Inti:
a. Siswa
dikelompokkan
menjadi
beberapa
169
Kegiatan Akhir
a. Menyimpulkan materi pelajaran
b. Memberikan evaluasi berupa LKS
c. Menilai hasil pekerjaan kelompok siswa
d. Mengumumkan nilai anak yang paling baik
e. Memberikan tugas dirumah (PR).
Sarana
: ruang diskusi
b.
Sumber
: Buku pedoman
VIII. Evaluasi
- Pretest dalam bentuk tertulis
- Post test dalam bentuk uraian
Mengetahui
Kepala SMK Negeri 1 Tegallalang
LANDASAN TEORI
171
Dengan cara guru mengajar sebagai salah satu faktor dari luar
individu sangat terkait dengan metode pembelajaran yang diterapkan
guru didalam maupun diluar kelas. Kesalahan pemilihan metode
pembelajaran
akan
sangat
menghambat
pencapaian
tujuan
yang
diharapkan
dengan
memberikan
reinfarcoment
KEGIATAN
AWAL
SIKLUS I
SIKLUS II
65%
70%
85%
173
2 Menanggapi
jawaban
dari
28%
48%
70%
24%
58%
78%
siswa lain
3 Berkomunikasi dengan guru
NILAI PENJASKES
RATA-RATA
KELAS
SIKLUS I
6,58
SIKLUS II
7,50
PENINGKATAN
0,71 %
174
Perencanaan Siklus II
1. Kegiatan awal :
Dengan melakukan Tanya jawab tentang jenis kata.
2. Kegiatan inti :
- Guna menjelaskan dan memberi contoh jenis kata.
- Siswa mendiskusikan tentang kegunaan kata
- Siswa mengerjakan soal test di buku latihan.
3. Kegiatan akhir :
- Siswa merangkai materi yang disebut dengan kalimat
B.
Tahap Observasi :
Selama proses pembelajaran teman sejawat/supervisor melakukan
pengamatan dan langsung mengisi kolom lembar observasi dari hasil
pengamatan tersebut dapat dipakai mengukur keberhasilan siswa, siswa
dapat mengetahui peningkatan hasil perbaikan pembelajaran apakah
176
Tahap refleksi :
Selesai melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II guru dan
supervisor melakukan refleksi hasil penilaian dan dari hasilnya
mencapai hasil belajar yang mksimal,maka perbaikan pembelajaran
cukup sampai siklus II.
Hasil dari pembahasan dan hasil analisis penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran dapat diamati dari indikator keaktifan siswa di kelas
juga tidak terlepas dari kesungguhan siswa pada saat proses pelajaran
berlangsung, Sehingga dapat dibuatkan grafik prestasinya atau hasil
belajar, (grafik terlampir)
Gambar Grafik Prestasi/hasil Belajar
177
Metode Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kelas XI SMK Negeri 1
Tegallalang Tahun ajaran 2014/2015,yang berjumlah 44 orang terdiri
dari 32 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Adapun alasan
memilih kelas XI dijadikan sebagai subjek penelitian karena kelas ini
dalam mencapai hasil belajar siswa yang telah ditentukan oleh sekolah
(KKM) kelas XI paling rendah diantara kelas yang lainnya.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama satu semester
yakni pada semester ganjil Tahun pelajaran 2014/2015. Karena selama
semester ganjil kelas XImasih ada waktu untuk belajar kegiatan les
tambahan di sekolah. Sehingga dalam pelaksanaan penelitian dapat
dilakukan dengan mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Tabel jadwal kegiatan Penelitian
No
Rencana Kegiatan
Jadwal
Lama
Juli 2014
1 bulan
Agustus s.d
2. Pelaksanaanpenelitiandan
Oktober
pengumpulan data.
178
3 bulan
3. Pengolahan data
November
1 bulan
4. Pembuatan Laporan
Desember
1 bulan
Jumlah
6 bulan (1 Semester)
3. Objek Penelitian
Penelitian dilakukan pada mata pelajaran Penjaskes, meliputi satu
Standar Kompetensi ( SK ) yang dijabarkan menjadi dua Kompetensi
Dasar (KD ). adapun diantaranya sebagai berikut:
4. Prosedur Penelitian
Dalam pelaksanaan Penelitian ini direncanakan berlangsung
selama dua siklus secara berkelanjutan. Alur tindakan setiap siklus
menggunakan model penelitian tindakan kelas, adapun tahapan pada
prinsipnya ada empat tahapan, kegiatan yaitu : perencanaan tindakan
(planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi dan evaluasi
proses tindakan (observation and evaluation ) dan melakukan refleksi
(reflecting), dilakukan secara berulang sampai ada peningkatan
keberhasilan tercapai.
Dalam
pelaksanaan
penelitian
ini
dilakukan
dengan
1.
Tahapan awal
Pada tahapan ini siswa yang sudah dibagi dalam kelompok dengan
beranggotakan 4 sampai 5 orang dari 44 orang siswa dibagi menjadi
delapan
kelompok
sehingga
setiap
kelompok
terdiri
dari
180
hasil
pelaksanaan
dan
pembahasan
terhadap
Pembelajaran
dengan
cara
diskusi
kelompok
dapat
pasif menjadi aktif karena dapat imbas dan pengaruh dari rekanrekannya sehingga metode ini memudahkan Guru Penjaskes dalam
mencapai tujuan yang diharapkan.
B. Saran-saran
Berdasarkan simpulan di atas sejumlah saran yang bisa disarankan
sebagai rekomendasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah
:
181
DAFTAR PUSTAKA
1. Margono s. Metologi penelitian pendidikan Ronela Cipta Semaranu.
1996
2. Ali Musanad. Guru dalam proses belajar mengajar sinar baru ;
Bandung. 1992
3. Winarno Surachman. Metologi pengajaran Jem Mars Bandung. 1980
182
I WAYAN SUGAMA,S.Sn.,M.Sn.
ABSTRACT
Bondres performances in its development is often used as
entertainment solutions at both official and events. Because of the show
of Bondres have good adaptability to all situations and conditions. The
research entitled The Role of Bondres Performance in the Election of
Candidate Mayor and Deputy Mayor of Denpasar on Election Unison
2015, aims to uncover and decipher the above phenomenon that says
show Bondres capable of adapting to all situations and conditions. By
using qualitative research methods and ask two questions: 1) the role of
the show Bondres in the selection of candidates for mayor and deputy
mayor of Denpasar on the elections simultaneously in 2015, which is
dissected by the theory of
functionalism,
and 2)
aesthetic
presence of people to watch that also follow every stage of the event, c)
Bondres as a transmitter of the vision and mission program of the
candidate or the candidate (paslon) that will be carried on the selection
of candidates for mayor and vice mayor to Denpasar. Seen from the
aesthetic value of the aesthetic communication can be found that
Bondres as communicative media that can be enjoyed by the audience.
This is supported by elements that contained in Bondres performances,
including cosmetology,
and
selanjutnya partai
mementaskan
seni
Bali,
seolah-olah
mereka
sudah
187
sangat dekat dengan ketiga bidang seni tersebut terutama seni drama.
Sehingga hasil penelitian tentang pertunjukan bondres dalam pilkada
serentak 2015 di Denpasar sangat berguna bagi mahasiswa.
Kegunaannya misalnya sebagai acuan berpikir dan mencontoh apa yang
dilakukan oleh seniornya di bidang akting dan berdialog dengan
lelucon. dan akhirnya mahasiswa lulusan IKIP PGRI Bali ada
kemungkinan akan menjadi seniman bondres di masa depan, seperti
yang telah dilakukan oleh Sang Made Joni yang lebih dikenal dengan
nama Blauk dalam dunia bondres. Selain itu ada juga Oca, David, dan
Kartono yang telah meramaikan panggung bondres di Bali yang juga
sebagai alumnus IKIP PGRI Bali dari program Sendratasik, Seni
Drama Tari dan Musik.
188
Metode
189
penelitian
kualitatif
mengutamakan
190
192
Dedi
(pemeran
Tompel
dalam
Celekontong
Mas)
mengatakan kita tidak berarti dan akan matah apabila penonton tidak
menghiraukan kita di atas pentas. Apapun yang kita katakan pasti akan
tengal suatu istilah Bali artinya lelucon yang tidak ditertawakan. Lebih
lanjut dikatakan, pabondres mempersiapkan bahan-bahan
yang
dijadikan senjata untuk membuat lucu. Bahan atau materi ini bisa
diambil dari kehidupan sosial, budaya, ekonomi, agama dan politik. .
Dari uraian di atas peranan bondres sebagai penghibur atau
memberikan hiburan pada pertunjukannya yang mampu mendatangkan
penonton, dan selanjutnya menahan penonton tetap tinggal di sana,
serta mendengarkan apa yang disampaikan oleh para pabondrespabondres tersebut adalah pilihan yang benar mempergunakan peranan
bondres sebagai sosialisastor. Siapapun atau group manapun yang ada
dalam pertunjukan bondres hal pertama yang harus dilakukan adalah
menghibur penontonnya.
193
194
yang
195
196
adalah
omnipresent,
yang
berarti
bahwa
197
calon
199
200
201
202
PENDAHULUAN
Pengalaman dalam hubungannya dengan lingkungan, baik
secara kualitatif maupun kuantitatif akan menunjang proses belajar, dan
pada gilirannya akan menentukan tingkat prestasi. Dengan demikian
jelas bahwa di dalam proses belajar gerak ada interaksi antara si pelajar
dengan lingkungan. Kondisi/keadaan yang ada pada diri pelajar
merupakan faktor penting yang perlu dipahami oleh guru.
Penginderaan dan proses perseptual merupakan serangkaian
fungsi yang memproses stimulus yang ditangkap oleh organ indera
sampai stimulus tersebut bisa dimengerti. Indera berfungsi menangkap
stimulus, sedangkan proses perseptual berfungsi mengartikan stimulus.
Proses perseptual meliputi 3 macam fungsi di dalam mengartikan
stimulus, yaitu : penditeksian, pembandingan, dan pengenalan.
Fungsi penditeksian adalah untuk menentukan apakah telah
terjadi stimulus. Fungsi pembandingan adalah untuk menetukan apakah
stimulus yang ditangkap berbeda atau sama dengan stimulus yang
pernah ada. Fungsi pengenalan adalah untuk memahami pola dan sifat
dari stimulus atau mengenali stimulus apa yang ditangkap. Contohnya
pada seseorang yang melihat bola pingpong, indera pelihatnya
menangkap suatu stimulus (mendeteksi bahwa ada sesuatu yang
dilihat). Sesuatu yang dilihat itu kemudian dibandingkan dengan
pengertian-pengertian yang sudah dimiliki. Apabila orang tersebut
sudah tahu/mengerti tentang bola pingpong, maka ia akan langsung
mengenali bahwa apa yang sedang dilihat adalah bola pingpong. Tetapi
203
penginderaan
kinestetik
ditambah
dengan
persepsi
1. Menimbulkan perhatian
Perhatian bisa timbul karena ada dorongan dari dalam diri pelajar
sendiri, dan bisa karena ada dorongan dari luar dirinya. Dorongan dari
dalam diri sendiri bisa berbentuk minat yang besar terhadap objeknya,
yaitu minat untuk mengetahuinya sedangkan dorongan dari luar bisa
berbentuk isyarat-isyarat yang bisa menarik perhatian. Mengenai
isyarat-isyarat yang bisa menarik perhatian pelajar, ada beberapa
macam, yaitu :
a. Isyarat yang bisa dilihat (isyarat visual), misalnya berupa
gerakan tangan. Contohnya adalah guru menunjuk objek
tertentu agar pelajar mengarahkan perhatiannya ke arah objek
tersebut.
b. Isyarat yang bisa didengar (isyarat verbal), misalnya berupa
komando.
Contohnya
adalah
guru
mengatakan
coba
(memory)
merupakan
unsur
penting di
dalam
206
kompleks
dan
komprehensif,
yaitu
menerima
dan
207
209
latihan-latihan
bisa
menampilkan
prestasi
puncaknya?
f. Apakah dalam jangka waktu tertentu pelajar bisa mengulangulang gerakan dengan jumlah ulangan sebanyak mungkin?
g. Apakah prestasi yang dicapai oleh pelajar sesudah berlatih bisa
bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama?
Plateau merupakan gejala yang sering terjadi pada olahragawan
yang berusaha untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Singer
(1980) menjelaskan berdasarkan suatu anggapan bahwa di dalam
mempelajari tugas gerak yang kompleks ada penjenjangan perilaku
yang perlu dikuasai. Mula-mula mempelajari aspek-aspek keterampilan
dasar dan kemudian meningkat pada aspek-aspek keterampilan yang
lebih rumit. Pada saat meningkatkan aspek-aspek yang dipelajari,
pelajar berusaha menerapkan apa-apa yang sudah dikuasai pada situasi
yang baru. Pada saat seperti inilah plateau bisa terjadi, karena
penerapan sesuatu pada situasi baru bisa mengalami hambatan.
Keadaan
terjadinya
mengakibatkan atlet
plateau
menjadi
putus
210
yang
berkepanjangan
bisa
Untuk
211
e. pengetahuan
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
tentang
profil
olahragawan
berprestasi
adalah
tentang
genetika
adalah
pengetahuan
tentang
keturunan. Di dalamnya bisa dipelajari mengenai kecenderungankecenderungan sifat yang bisa menurun kepada keturunan, seberapa
besar kemungkinannya sifat-sifat tertentu bisa menurun. Pengetahuan
tentang hakikat perkembangan gerak meliputi pengetahuan tentang
karakteristik perkembangan yang terjadi sejak seseorang dilahirkan
sampai
pada
usia
tua.
Perkembangan
yang
dikaji
meliputi
terutama
faktor
fisik
212
dan
fisiologis,
serta
DAFTAR RUJUKAN
213
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Indonesia
merupakan
negara
maritim
yang
70
persen
yang
terjadi
di
daratan.
Padahal
dalam
negara kepulauan
angkutan
penumpang
dan
barang.
Dengan
adanya
b. Rumusan
1. Faktor-faktor apakah yang melatarbelakangi berdirinya Pelabuhan
Padangbai, Manggis, Karangasem, Bali ?
2. Bagaimanakah perkembangan Pelabuhan Padangbai, Manggis,
Karangasem, Bali pada bidang sarana dan prasarana periode 20052010 ?
3. Bagaimanakah dampak sosial ekonomi terhadap masyarakat sekitar
di Desa Padangbai, Manggis, Karangasem, Ba
B LANDASAN TEORI
218
yang
para
pemakai
jasanya
dapat
secara
leluasa
219
mempengaruhi
perekonomian
dan
kemakmuran
rakyat
221
2) Teknik Wawancara
Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan
tanya jawab antara responden dengan pewawancara secara langsung.
Dengan tujuan untuk memasuki alam pikiran dan perasaan responden.
Wawancara dilakukan secara bertanya langsung kepada informan yang
mengetahui permasalah penelitian yaitu mengenai Sejarah Pelabuhan
Padangbai, perkembangan sarana dan prasarana pelabuhan periode
2005-2010 dan dampak sosial ekonomi terhadap masyarakat desa
Padangbai Teknik penentuan informan Teknik Proposive Sampling
yaitu memilih informan kunci yang mengetahui Sejarah Pelabuhan
Padangbai. Wawancara ini dikembangkan dengan Teknik Snow Ball.
2. Teknik Studi Dokumen
1). Kritik Sumber
Sumber-sumber sejarah atau data-data mengenai perkembangan
Pelabuhan Padangbai yang telah terkumpul kemudian dikelasifikasikan
sesuai dengan tingkatannya. Data-data yang telah terkumpul disaring
secara
kritis,
terutama
sumber-sumber
sejarah
pertama
(hasil
223
sekitarnya terhadap
kehidupan sosial ekonomi adalah sangat besar. Hal ini terbukti dari
hasil wawancara yang dilakukan peneliti sehubungan dengan kontribusi
yang diberikan. Selama lima tahun terakhir pelabuhan telah
memberikan dampak yang signifikan bagi penduduk khususnya
masyarakat Padangbai. Kontribusi yang diberikan tersebut dapat dilihat
dalam bentuk dua hal yaitu bidang pendidikan dan tingkat pendapatan
yang diperoleh perbulannya oleh penduduk masyarakat Padangbai.
E. SIMPULAN
Pelabuhan Padangbai tidak bisa dilepaskan dengan perspektif
historisnya, bahwa Pelabuhan Padangbai dibangun pada waktu
pendudukan Belanda di Bali pada tahun 1919. Sejak itu nama Desa
Padangbai diganti dengan nama Teluk Padang. Berdasarkan Keputusan
Direksi No. : KD.12/HK.203/ASDP-1994 tanggal 4 mei 1994
225
frekuensi,
percepatan
pelayanan
dan
tentunya
meminimkan penumpukan atau antrean kendaraan khususnya saat harihari tertentu dan perbaikan Dermaga I yang diakibatkan oleh
amblasnya greating disebabkan kroposnya dua buah penyangga bagian
bawah dan patahnya pada bagian penyangga dan 3) Perluasan lahan
parkir diamana sebelum tahun 2005 luas areal parkir pelabuhan
memiliki daya tampung kendaraan untuk golongan V menampung 90
unit dan untuk golongan campuran menampung 200 unit. Tahun 2005
PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) membuatkan parkir alternatif di
luar areal pelabuhan dengan daya tampung kendaraan untuk golongan
V menampung 500 unit dan untuk golongan campuran menampung
1200 unit. Luas keleuruhan areal parkir pelabuhan Padangbai tahun
2008 yaitu 11.200 M2. Berkembangnya Pelabuhan Padangbai mampu
membawa dampak sosial ekonomi
226
DAFTAR PUSTAKA
Budiharsono, Sugeng, 2001. Teknik AnalisisPembangunan Wilayah
Pesisir dan Laut. Jakarta: PT. Ratya Paramita.
Gianto, hery.dkk.1999. Pengoperasian Pelabuhan Laut. Semarang Bali
Pendidikan dan Latihan Pelayaran.
Hull, Terence H. Et,al. 1997. Pelacuran di Indonesia. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan bekerja sama dengan The Ford Foundation.
Heriana. 2008. Sejarah Pelabuhan Celukan Bawang Kecamatan
Gerokgak Kabupaten Buleleng, 1979-2006: Studi Tentang
Sarana dan Prasarana Pelabuhan.
Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT.
Rineka Cipta
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan
Bentang Budaya.
Lawalata, B.Sc. Herman. A. Carel. 1981. Pelabuhan dan Niaga
Pelayaran. Jakarta: Akrasa Baru.
Pageh,I Made. 2005. Sejarah Bahari Indonesia: Sebuah Suplemen
Kuliah Sejarah bahari Indonesia. Singaraja: IKIP Negeri
Singaraja.
Pageh, I Made. 1992. Struktur Sosial dan Kehidupan Sosial Ekonomi
Masyarakat di Sekitar Pelabuhan Temukus Sejak Awal Abad
XIX di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng Bali Laporan
Penelitian, IKIP UNUD Singaraja.
Praktiko Agus Widi. 1997. Perencanaan Fasilitas Pantaidan Laut.
BPPE: Yogyakarta.
227
228
BETE
ABSTRACT
Physical fitness is an integral part of human life. Without
good fitness, people will not be able to do his daily routine very well.
Everyone needs physical fitness: civil servants, Armed Forces, Army,
students, etc. Measurement of physical fitness is made to the new
students to The Faculty Of Sport Education And Healt IKIP PGRI Bali
in 2015 that sex son with consideration for monitoring physical fitness
as a benchmark for the student to pass a physical test or not. The
purpose of this study was to determine the level of physical fitness son
prospective new students to The Faculty Of Sport Education And Healt
IKIP PGRI PGRI Bali in 2015. This study is Sectional Design design
was used taking the overall sample met the inclusion criteria. A total of
85 samples of students aged 18-23 years chosen as research samples
using Quota Sampling techniques. Overall obtain sample test
parameters such as Shutle Run, Push Up and Running 2.4 km. The
study was conducted during one day. Agility components measured
with test parameters Shutle Run, abdominal muscular endurance was
measured with test parameters Push Up, and cardiovascular endurance
was measured with test parameters Running 2.4 km. Results of research
on the Shuttle Run test parameters obtained a mean of 10.95 0.62
seconds with a maximum limit of 13.36 seconds and a minimum of
9.94 seconds. The result of the test parameters Push Up earned a mean
36.16 10.04 beats / min with a maximum limit of 65 times / min and a
229
PENDAHULUAN
Pengukuran kebugaran jasmani bermanfaat sebagai skrining
kesehatan, penentuan dosis latihan dan jenis olahraga yang sesuai serta
evaluasi tingkat kebugaran jasmani (Anonim, 1994). Dengan adanya
evaluasi maka, gambaran kondisi fisik seseorang akan dapat dipantau
dan diterjemahkan dalam suatu data yang bersifat kuantitatif. Data ini
sangat penting untuk bahan evaluasi bagi para instruktur olahraga demi
tercapainya masyarakat yang sehat.
Sejak berdirinya Fakultas Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan IKIP PGRI Bali, para dosen yang menjadi instruktur di
dalam tes pengukuran olahraga secara rutin mengadakan tes kebugaran
jasmani bagi calon mahasiswa baru. Hal ini dilakukan demi
terpantaunya kondisi kebugaran fisik calon mahasiswa baru. Kegiatan
ini sangat penting untuk dilaksanakan mengingat perkuliahan yang
akan dihadapi mahasiswa pada saat perkuliahan nanti sangat berat
secara fisik.
Kegiatan pengukuran kebugaran jasmani bagi calon
mahasiswa baru ini bertujuan untuk mengetahui data dasar komponen
biomotorik mahasiswa. Pengukuran kebugaran jasmani ini terdiri dari
beberapa item yang mengacu kepada kebugaran jasmani (Anonim,
1994).
230
HASIL PENELITIAN
Tabel 1
Data Karakteristik Subjek Penelitian Tingkat Kebugaran Fisik Calon
Mahasiswa Baru Tahun 2015
Karakteristik
n
Rerata
SB
Maximum
Minimum
Umur (th)
85
19,52
0,81
21,85
18,27
TB (cm)
85
169,2
4,15
174,9
160,9
BB (kg)
85
62,9
3,44
67,3
54,1
Subjek
Tabel 2
Data Minimum, Maksimum, Rerata, dan Standar Deviasi Untuk Lari
Bolak-Balik, Daya Tahan Otot, dan Daya Tahan Kardiovaskular Calon
Mahasiswa Baru Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP
PGRI Bali
Tahun 2015
Lari Bolak-Balik
Daya Tahan Otot
Daya Tahan
Kardiovaskular
Valid N (listwise)
N
85
85
85
Minimum Maximum
9.94
13.36
16
65
9.20
19.24
Mean
Std. Deviation
10.9576
.62037
36.16
10.040
13.9252
85
232
2.18193
Tabel 3
Pengelompokan Hasil Pengukuran dengan Norma
No.
Materi
Hasil
Norma
1.
Shutle Run
10,95 detik
Baik Sekali
2.
Push Up
36,16 kali/menit
Kurang
3.
Lari 2,4 km
13,92 menit
Kurang
Dari data di atas dapat dilihat hasil shutle run yang terdapat
pada tabel dan dimasukan ke dalam norma maka angka 10,95 detik
berada pada level Baik Sekali. Hasil push up yang terdapat pada tabel
dan dimasukan ke dalam norma maka angka 36,16 kali/menit berada
pada level Kurang. Sedangkan hasil lari 2,4 km yang terdapat pada
tabel dan dimasukan ke dalam norma maka angka 13,92 menit berada
pada level Kurang.
233
Grafik Hasil Pengukuran Shutle Run, Push Up, dan Lari 2,4 km
Gambar 5.1
Grafik Hasil Pengukuran Shutle Run, Push Up, dan Lari 2,4 km
234
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1994. Pedoman Pengukuran Kesegaran Jasmani. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
Anonim. 2005. Panduan Pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pelajar
dan Sekolah Khusus Olahragawan. Jakarta : Kemenpora RI.
Anonim. 2015. Makalah Kesegaran Jasmani : Pengertian, Fungsi,
Komponen,
Alat
Ukur,
available
from
:
http://www.sarjanaku.com/2011/09/kesegaran-jasmani-pengertianfungsi.html, accesed tanggal 12 Juni 2015.
Ardle, William. 1981. Exercise Physiology Energy, Nutrion, and
Human Performance. Philadelpia.
Budiarto, Eko. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta :
Kedokteran EGC
235
236
237
NI PUTU SRIWINDARI
Program Studi Pendidikan Seni Rupa,
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Bali
E-mail: Putusriwindari1@gmail.com
Abstract
THE EFFECT OF SCHOOL ACCREDITATION, TEACHERS
ACADEMIC QUALIFICATION AND WORK MOTIVATION TO
THE SCHOOL ACHIEVEMENT IN SMP N 2 MENGWI,
BADUNG
238
I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu pranata sosial yang sangat
penting dalam upaya mencerdaskan bangsa bagi terciptanya kehidupan
masyarakat yang maju, demokratis, mandiri, dan sejahtera. Pendidikan
nasional
berfungsi
untuk
mengembangkan
kemampuan
dan
239
Pembaharuan pendidikan
akreditasi
sebagai
salah
satu
kegiatan
pendidikan
nasional
dituntut
untuk
selalu
berupaya
menghadapi
tantangan
zaman.
Oleh
karena
itu,
sekolah riil yang dihadapi oleh sekolah. Dalam hal ini, akreditasi harus
mencakup bidang-bidang kualitatif.
Variabel
X1
X2
X3
Mean
125,77
120,56
128,37
115,91
Median
126,00
120,00
127,00
116,00
Modus
136
117
135
100
Standar Deviasi
10,415
10,791
14,373
16,835
Varians
108,468
116,443
206,573
283,420
Rentangan
42
41
46
62
Skor Minimum
104
97
104
88
Skor Maksimum
146
138
150
150
Jumlah
5408
5184
5520
4984
Statistik
245
246
Bagi Guru
berupaya
meningkatkan
kompotensi
lulusan,
tenaga
247
(4)
pengetahuan
dan
pengalaman
peneliti
dalam
DAFTAR PUSTAKA
248
249
250
ABSTRACT
The main purpose of this research was to find out the
contribution logical-mathematical intellegence, emotional intellegence
and mathematical learning motivation toward mathematical result. The
population of this research was the students in first semester of
mathematics education department FMIPA IKIP PGRI Bali which
found 80 students as sample. The sample was determined by simple
random sampling technique. Data was collected by logicalmathematical intellegence test, emotional intellegence questionnaire
and mathematical learning motivation questionnaire, especially for
mathematical result data was collected by using the studentss quiz
result in pengantar dasar matematika subject. Data was analyzed by
path analysis. The result indicate that (1) the direct contribution logicalmathematical intellegence toward mathematical result is 20,43% and
indirect contribution is 1,45%, so the total contribution logicalmathematical toward mathematical result is 21,88%, (2) the direct
contribution emotinal intellegence toward mathematical result is 36%
and indirect contribution is 7,19%, so the total contribution logicalmathematical toward mathematical result is 43,19%, (3) the
contribution mathematical learning motivation toward mathematical
result is 14,59%, (4) the simultan contribution logical mathematical
intellegence, emotional intellegence and mathematical learning
motivation toward mathematical result by 91% and the rest 9% was
determined by other variable.
Key words: logical-mathematical intellegence, emotional intellegence,
mathematical learning motivation and mathematical result
251
PENDAHULUAN
Pergeseran paradigma saat ini menuntut adanya perubahan
dalam proses pembelajaran. Pembelajaran sebelumnya yang
menitikberatkan pada penyampaian materi dari pendidik ke peserta
didik kini bergeser ke arah partisipasi aktif dari peserta didik. Beberapa
usaha sudah dilakukan untuk mengakomodasi pergeseran paradigma
ini, namun usaha-usaha tersebut masih menitikberatkan faktor-faktor
eksternal, misalnya fasilitas kampus ataupun perubahan kurikulum. Di
lain pihak, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa tidak
hanya berasal dari luar diri siswa (eksternal) melainkan juga
dipengaruhui oleh faktor internal. Menurut Clark (dalam Sudjana,
2000) menyatakan bahwa tingkat prestasi belajar siswa lebih
dipengaruhi oleh faktor internal dari diri siswa sendiri dibandingkan
faktor eksternal, dimana 70% prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh
diri siswa sendiri dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan sekitar siswa.
Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa meliputi:
bakat, motivasi, kecerdasan, minat serta kondisi fisik dan psikis siswa.
Dalam penelitian ini selanjutnya akan diteliti tentang kecerdasan logis
matematis, kecerdasan emosional dan motivasi belajar.
Kecerdasan dalam hal ini tidak hanya terkait dengan
kemampuan kognitif mahasiswa, namun juga terkait dengan
kemampuan psikomotorik serta kemampuan afektif siswa. Namun
masih banyak ditemukan pandangan tradisional yang memandang
bahwa kecerdasan hanya terkait dengan kemampuan akademik. Yang
artinya bahwa keberhasilan seseorang hanya ditentukan oleh
kemampuan akademik. Bertolak dari ketidaksetujuan akan pandangan
ini Gardner melakukan penelitian untuk membuktikan bahwa seseorang
memiliki lebih dari satu kemampuan untuk dikembangkan. Berdasarkan
hal ini dapat dikatakan bahwa tidak ada mahasiswa yang bodoh, yang
ada adalah mahasiswa yang menonjol dalam satu atau berbagai bidang.
Gardner berpendapat bahwa kecerdasan yang seperti didefinisikan
secara tradisional tidak cukup meliputi kemampuan seseorang yang
tampak, dengan kata lain hal ini tidak mampu menginterpretasikan
kemampuan seseorang secara utuh. Selanjutnya Gardner merumuskan
delapan jenis kecerdasan yang salah satunya adalah kecerdasan logis
matematis (logical-mathematic intellegence). Secara teoritis,
kecerdasan logis matematis didefinisikan sebagai kapasitas seseorang
untuk berpikir secara logis dalam memecahkan kasus atau
252
253
254
Range
Minim
um
Maxim
um
Sum
Mea
n
Std.
Deviati
on
Varian
ce
x1
80
36,00
56,00
92,00
6010
,00
75,1
250
8,4003
8
70,56
6
x2
80
38,00
68,00
106,00
7036
,00
87,9
500
9,0398
6
81,71
9
x3
80
38,00
72,00
110,00
7326
,00
91,5
750
9,3087
3
86,65
3
80
38,00
54,00
92,00
5878
,00
73,4
750
9,1055
3
82,91
1
Valid N
(listwis
e)
80
255
256
257
dengan sig. = 0,000), YX2= 0,600 (t = 8,086 dengan sig. = 0,000), YX2
= 0,382 (t = 4,379 dengan sig. = 0,000). Besarnya koefisien determinasi
X1, X2 dan X3 secara simultan terhadap Y sebesar R2X1X2X3Y = 0,910
dan
koefisien
residu
259
Emotional
Intelligence
(Kecerdasan
Emosional,
260
Metakognitif
serta
Apresiasi
Matematika
pada
siswa
kelas
SD
No
Banjar
Jawa).Tesis.Singaraja:undiksha
Sardiman, A M.2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Slameto.2011.Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana.2000.Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Susanto, E.(2009).Siswa dan Matematika.Surabaya:Rineka Cipta
Trisna, J.2013.Kontribusi Bakat Numerik, Kecerdasan Spasial dan
Kecerdasan Logis Matematis Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas V SD Negeri di Kabupaten Buleleng.
Tesis.Singaraja:Undiksha
261
262
263
264