Professional Documents
Culture Documents
Versi Umum
Angka kematian ibu kabupaten.
Insidensi malaria kabupaten.
Versi Khusus
Jumlah desa yang masih memiliki kematian karena proses
persalinan.
Jumlah kecamatan yang masih memiliki kema-tian karena
proses persalinan.
Persentase sekolah yang bebas tuberkulois
Haruskah kita menggunakan angka-angka kepen-dudukan? Dalam
praktik, tidak semua angka-angka mudah dipahami pembuat
keputusan di kabupaten. Kadang-kadang bahkan angka-angka itu
menjadi tidak berarti karena dianggap sudah biasa. Bahkan
kadang angka-angka itu mudah salah dibuat karena penduduk
yang menjadi dasar pembagi angka itu tidak jelas besar dan spesifikasinya. Sebagai respon terhadap keadaan seperti itu, tidak
yang ingin diungkapkan, (2) kondisi pendahulu dari item itu, atau
(3) informasi kualitatif yang terkait dengan unit analisis. Jika tidak
memiliki informasi tentang jumlah penduduk dan yang
mengalami kematian atau penyakit, maka kita bisa menggunakan
informasi tingkat di atasnya. Kita sudah biasa memiliki
rumahtangga sebagai unit analisis. sebagai contoh, persentase
keluarga yang memiliki air bersih. Tetapi kita juga bisa membuat
indikator, persentase desa yang memiliki keluarga dengan air
bersih 75%. Asumsi indikator itu, jika suatu desa memiliki
keluarga dengan air bersih 75% maka itu dianggap sesuai dengan
target yang dicanangkan oleh pemerintah.
Konsep Pendukung> Analisis Situasi
Analisis Masalah
Fasilitator membahas masalah dan menjelaskan cara membuat
diagram masalah. Ia juga meminta peserta menuliskan masalah
yang akan diatasi dalam kartu indeks, dan menempelkan kartu
indeks tersebut di tengah papan tulis atau flipchart. Memberi
instruksi kepada peserta untuk menulis-kan variabel-variabel
tidak langsung yang dianggap dapat menyebabkan masalah tadi
pada kartu indeks. Variabel tidak langsung merupakan variabel
proses yang nantinya akan diintervensi. Variabel tidak langsung
terdiri atas variabel medis seperti komplikasi, ketrampilan,
ketersediaan obat, dan variabel nonmedis seperti pengetahuan,
sikap, perilaku masayarakat, pendidikan, atau geografi. Ambil
contoh tentang kematian balita karena diare. Tugas fasilitator
adalah menekankan bahwa kematian balita bukan karena balita
tersebut sakit diare atau karena campak, melainkan karena
rujukan yang terlambat atau pemberian oralit yang tidak tepat.
Sehingga intervensi yang akan dilakukan adalah mengatasi
rujukan atau pemberian atau pun penyediaan oralit, dan bukan
terhadap diare atau campak.
Kemudian fasilitator memberikan instruksi untuk menentukan lagi
variabel yang menyebabkan keadaan pada nomor 3 dan
menempelkan pada papan tulis. Proses ini dilakukan secara terus
Dulu kita mencari faktor risiko yang lebih banyak pada level
individu (ciri-ciri orang) atau kondisi-kondisi sosial dan lingkungan
yang lebih proksimal. Sekarang kita mencari kondisi-kondisi (ciri
masyarakat) yang terkait dalam proses pembentukan penyakit,
yang lebih distal. Dari beberapa faktor risiko yang teridentifikasi,
mahasiswa harus mencari satu yang dianggap masuk akal
ditindaklanjuti dalam POA. Untuk itu, dari faktor risiko yang dipilih
itu, mahasiswa mencari bentuk-bentuk kebijakan, program, atau
strategi yang selama ini pernah dilakukan baik di daerah itu, di
daerah lain, maupun di negara lain (literatur riview). Bentukbentuk aksi ini dibahas sebagai opsi-opsi yang terbuka untuk
dilaksana-kan di masyarakat. Namun demikian, opsi-opsi ini harus
dianalisis kesesuaiannya dengan kondisi lokal puskesmas. Atas
dasar pertimbangan sumber yang ada di puskesmas dan
masyarakat, mahasiswa mengusulkan satu opsi untuk dijadikan
POA. Yang penting di sini adalah mahasiswa selalu mendokumentasi fakta yang dapat ia gunakan sebagai bukti agar aksi
yang diusulkan itu masuk akal untuk kondisi lokal.
Masalah dalam Sistem Kesehatan
Petugas kesehatan kerap membuat diagram masalah dengan cara
menyalahkan pihak lain. Yang paling sering adalah kita
menyalahkan masyarakat lambat merujuk atau pengetahuan
masyarakat masih rendah. Atau, peserta kerap mengisi kotak
masalah dengan diagnosis seperti atonia uteri. Sudah barang
tentu hal itu tidak salah karena salah satu penyebab kematian
jika dilihat dari diagnosis kedokteran adalah atonia uteri. Pada
tahap itu biarkan peserta menye-lesaikan diagram kecuali ia
menyadari kemudian. Pada waktu presentasi kelompok, peserta
bisa belajar. Meski demikian, kita membuat diagram untuk
muncul dalam satu tabel. Jika itu terjadi kita harus mendorong
peserta untuk menggiringkan isi dari kotak-kotak itu ke dalam
kondisi yang menjadi sasaran tembak. Jumlah kotak dalam
diagram tidak perlu banyak. Yang penting adalah rincian dari
masalahnya.
Konsep Pendukung> Analisis Masalah
Penetapan Masalah
Diagram masalah menyajikan banyak kondisi yang dianggap
penting untuk diatasi atau dipecahkan. Di setiap pemecahan
masalah selalu terjadi keterbatasan sumber. Karena itu biasanya
perencana memilih masalah-masalah yang lebih prioritas. Dalam
pemilihan prioritas ini sudah barang tentu idealnya adalah
mencari titik-titik kritis dari komponen diagram yang jika kita
lakukan intervensi akan berdampak paling besar. Titik kritis dapat
dinilai setelah kita memetakan banyak masalah dan
membandingkan manfaat dari jika kita menintervensi satu kotak
daripada kotak yang lain. Pengangkatan salah satu atau beberapa
masalah sebagai sesuatu yang akan dipecahkan dapat ditentukan
beberapa keadaan.
Jika banyak uang atau dalam situasi dana tersedia, semua hal
bisa diangkat sebagai masalah yang akan dipecahkan. Jika dana
terbatas, masalah harus dipilih berdasarkan prioritas. Jadi jelas
bahwa pertimbangan dalam membuat prioritas biasanya adalah
jumlah dana yang tersedia. Apa yang bisa dikerjakan oleh
sejumlah dana yang tersedia itu. Masalah-masalah yang akan
memakan biaya besar otomatis akan tersingkir sebagai titik yang
akan diintervensi. Biasanya juga, masalah-masalah yang bersifat
input seperti dana kurang, tidak ada tenaga, atau tidak ada alat,
juga bisa tidak mendapat prioritas karena pengadaannya
membutuhkan waktu dan proses yang panjang. Yang kemudian
kerap dipakai sebagai prioritas adalah apa yang bisa dilakukan
oleh kondisi yang ada dan oleh tenaga yang ada. Penyuluhan
kemudian menjadi bagian yang dianggap gampang. Cara
konservatif di atas ini tentu saja menjadi berbeda jika tujuan
Menguraikan Masalah
Rencana Kegiatan
Dalam menyusun kegiatan, peserta harus memas-tikan kegiatan
strategis yang membedakan program saudara dari program yang
ada. Jika tidak ada contoh dari situasi yang di dekat mereka,
peserta diminta mempelajar program-program sejenis yang ada
di Indonesia maupun di luar negeri. Mereka diminta untuk
melakukan analisis tentang faktor-faktor kegagalan dan
Rincian Kegiatan
Terdiri dari pembayangan rincian kegiatan, perkiraan waktu,
orang yang diminta untuk menye-lesaikan kegiatan itu, sumber
yang terkait, dan biaya. Kegiatan harus dibuat rinci agar dapat
menggambarkan keseluruhan kegiatan dan dapat dipakai untuk
mendeteksi kemajuan kegiatan. Kegiatan yang rinci memudahkan
penempatan waktu dalam kerangka waktu yang kita miliki. Setiap
kegiatan harus dipertimbangkan sebagai suatu jaringan kegiatan.
Oleh karena itu, letak satu kegiatan dalam kerangka waktu akan
menentukan keberhasilan misi pokok dari suatu perencanaan.
Nama Kegiatan. Merumuskan secara singkat payung besar dari
rincian kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Biasanya
merupakan tujuan akhir dari suatu misi perencanaan.
Hasil Kegiatan. Setiap kegiatan memiliki harapan hasil yang
khusus. Perencana harus mengetahui persis maksud dari setiap
langkah yang diambil. Sebagai contoh, untuk kegiatan yang akan
dilakukan adalah pertemuan awal dengan camat, bupati dan
unsur LSM, hasil yang diharapkan berupa dokumentasi
persetujuan dan catatan tentang alasan-alasan mereka dalam hal
menghendaki atau tidak menghendaki sebuah program.
Waktu. Tidak mungkin membuat kegiatan tanpa melihat
kerangka waktu. Setiap perencanaan mem-butuhkan kalender
umum yang menjadi pertimbangan dasar apakah suatu waktu
tertentu bisa dipakai untuk melakukan suatu kegiatan. Diary dari
seorang perencana harus menjadi pegangan pokok. Kadangkadang kita bahkan harus melakukan kontak dengan pihak-pihak
lain agar waktu kegiatan dapat disepakati.
Pelaksana Kegiatan. Orang yang diminta untuk menyelesaikan
tugas adalah orang yang bisa diandalkan untuk menyelesaikan
tugas itu. Ia bukan sekadar petugas yang seharusnya melakukan
hal itu dalam organisasi. Staf dalam birokrasi biasanya telah
memiliki tugas tertentu, tetapi terserah pengelola program
apakah hendak menggunakan mereka atau tidak, tergantung
pada penilaian kinerja orang itu. Kadang-kadang, mengambil
pekerja khusus yang full-timer untuk menyelesaikan suatu tugas
keadaan saat ini dari daerah yang menjadi acuan atau model
yang menjadi bechmark sebagai cita-cita pembangunan daerah.
Jika masalah itu kompleks, maka sasaran itu ditentukan lebih ke
arah proses daripada outcome. Kita tidak perlu khawatir
membuat kenaikan angka dalam indikator autcome, tetapi
indikator input dan proses bisa meningkat lebih tinggi.
Sesungguhnya justru perbaikan dalam input dan proses lebih
utama sebagai indikator sasaran daripada yang outcome.
Fasilator perlu meminta peserta menelaah apakah pertimbanganpertimbangan seperti itu relevan dan mau dipakai bagi penentuan
sasaran program mereka. Mintalah peserta mempelajari lagi
diagram masalah, tabel analisis sitasi, dan gagasan intervensi
agar mereka bisa memilih indikator yang masuk akal yang dapat
mengukur hasil intervensi.
Dalam penentuan sasaran kita bisa juga menekan-kan pada
indikator sosial dan ekonomi yang kita anggap penting untuk
membantu pencapaian target pada outcome dan sistem
peayanan. Hal ini bahkan diperlukan untuk menekankan kondisi
pendukung yang berada di luar bidang kesehatan dan menjadi
tanggung jawab Bupati atau Walikota untuk mendorong
perubahan di sektor di luar kesehatan. Mendorong kepala daerah
melakukan hal ini membantu arti keberhasilan sebuah program di
dinas kesehatan bagi penduduknya.
Pendekatan alternative menentukan target
Dalam konteks biaya yang terbatas, target bisa diturunkan pada
tingkat administrasi yang lebih rendah. Kta selalu bisa membuat
target tingkat kabupaten atau kota. Jika kita mengambil
kecamatan sebagai ukuran targenya maka hal itu akan lebih
menggairahkan masyarakat untuk mencapaiknya. Sebagai
contoh, persentase kecamatan atau kelurahan yang memiliki
target tertentu bisa dipakai.Pertimbangan tingkat keberhasilan
program di keca-matan atau kelurahan bisa juga digunakan.
Dalam waktu setahun, kita bisa menekankan kelurahan-kelurahan
yang tidak terlalu buruk untuk bisa mencapai target nasional. Kita
bisa mempertimbangkan kelurahan dengan kinerja lebih buruk
untuk menjadi target peruabahan pada tahun-tahun berikutnya.
Dengan cara ini, kita mengerjakan sesuatu yang ringan terlebih
INDIKATOR
INSTRUMENT DALAM SISTEM INFORMASI PUSKESMAS
SP2TP
PROSES PEREKAMAN / DOKUMENTASI KEGIATAN DAN
HASIL KEGIATAN YANG DI LAKSANAKAN OLEH PELAKSANA
PROGRAM DI PUSKESMAS.
DIBUAT BERDASARKAN JUKLAK DAN JUKNIS KEGIATAN
PROGRAM
MERUPAKAN BAGIAN TAK TERPISAHKAN DARI MANAJEMEN
KINERJA
PELAKSANAANNYA MELEKAT PADA MASING-MASING
KEGIATAN PROGRAM
SIMPUS
SISTEM YANG MENGINTEGRASIKAN SELURUH PENCATATAN
DAN PELAPORAN DI PUSKESMAS.
MENGOLAH DAN MENGANALISIS DATA HASIL PENCATATAN
KEGIATAN DAN CAKUPAN KEGIATAN
MERUPAKAN BAGIAN TAK TERPISAHKAN DARI MANAJEMEN
PUSKESMAS
PENGELOLAANNYA MELEKAT PADA MANAJEMEN
PENYELENGGARAAN PUSKESMAS
TATANAN SP2TP PELAKSANA KEGIATAN KOORDINATOR /
WASSOR PELAPORAN KEGIATAN PENCATATAN VALIDASI
DATA PETUGAS SIMPUS PENGOLAHAN DATA HASIL
PENGHITUNGAN HASIL PENGUKURAN HASIL PENGAMATAN
VARIABEL TERPILIH PENDUKUNG INDIKATOR KEABSAHAN
KETEPATAN KEBENARAN CLEANING SHORTING TABULATING
DATA PUSKESMAS
Profil PUSKESMAS
TINGKAT KESULITAN WILAYAH KERJA
LETAK STRATEGI
KOMPOSISI DEMOGRAFI
BESARAN SASARAN
BEBAN KERJA
KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PROGRAM
BEBAN TUGAS
KINERJA PUSKESMAS
PENDATAAN
METODE PENGUMPULAN DATA
SENSUS MELALUI PENDEKATAN SELF ASSESMENT
SAMPEL
TOTAL CAVERAGE
PENGUMPUL DATA
TENAGA PUSKESMAS
PEIODE PENGUMPULAN DATA
TAHUNAN
UNIT ANALISIS
PUSKESMAS
VALIDASI
SUMBER PEMBIAYAAN
VITAL STATISTIK
KELAHIRAN
KEMATIAN
KAWIN / CERAI
PERPINDAHAN
VARIABEL
LUARAN
RATIO PUSKESMAS PERKOTAAN
RATIO PUSKESMAS BIASA DAN PUSKESMAS
METROPOLITAN
LUARAN
PROPORSI
KONDISI WILKER PUSKESMAS
LUARAN
PROPORSI
KONDISI WILKER PUSKESMAS
Manfaat :
Terkait dengan pengembangan program dan model
pelayanan puskesmas
Letak Administrasi Ibu Kota kec. Ibu Kota Kab. Ibu Kota
Prop. Kota Metro. 4 5 6 7 Letak Geografis Kepulauan
Pantai Rawa pantai Dataran Rendah Berbukit Pegunungan
Dataran rendah
Daerah berbukit
Daerah pegunungan
Daerah rawa-rawa
Daerah Pantai
Kepulauan
Formula penilaian : Kepulauan Pantai Rawa-rawa Dataran
Rendah Berbukit Pegunungan Jumlah Jumlah Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah Desa Jiwa KK Desa Jiwa KK Desa Jiwa
KK Desa Jiwa KK Desa Jiwa KK Desa Jiwa KK 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 - - - - - - - - - 227
828,319 233,423 - - - 44 142,110 45,090
PEMBOBOTAN :
BOBOT TINGKAT KESULITAN :
KEPULAUAN : 40
RAWA-RAWA : 20
PEGUNUNGAN : 15
PANTAI : 10
BERBUKIT : 10
DATARAN RENDAH : 5
JUMLAH : 100
Bobot ditentukan sesuai dengan argumentasi /
berdasarkan kriteria yang telah ada
PERHITUNGAN BOBOT TERTIMBANG :
242.18570.421414.40162.76472.8532
3.92206.2150.2039.03127.3938.23193
.45188.50157.10231.18378.80270.761
408.23151.61183.82160.58107.16221.
19349.4550.95179.642.1649.5426.78P
APUAKALTIMKALBARRIAUKALTENGNADS
UMSELIRJABARSUMUTJAMBIJATIMSULTE
NGJABARSULSALKALSELJATENGSUMBAR
NTTNTBSULTRALAMPUNGMALUTMALUKU
SULBARSULUTBABELGORTALBALIBANTE
NKEPRIDKIBENGKULUDIY90009001800
MilesIndoprov_poly.shp0-110110-240
240-380380-590590-1410
Terima Kasih Sekian Kurang dan lebihnya mohon
dimaafkan