You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Di masa kini dan mendatang, fokus penelitian bahan bangunan di seluruh
dunia adalah mencari bahan bangunan yang ringan, tahan lama, mudah digunakan,
ekonomi dan sekaligus lebih ramah lingkungan, hal ini disebabkan karena mayoritas
penggunaan beton yang di pakai saat ini tergolong dapat merusak lingkungan, rata-rata
memiliki berat yang cukup besar, dan pengaplikasiannya untuk paving termasuk kurang
baik sebab menghalangi masuknya air dalam tanah. Penelitian terhadap beton dengan
berat volume yang lebih ringan dari beton normal, disebabkan karena beton tersebut
dapat memberikan keuntungan-keuntungan yang signifikan seperti mereduksi beban
gempa dan pondasi, selain meneliti beton yang memiliki berat lebih ringan, penelitian
dewasa ini juga terfokus pada beton lolos air yang lebih dikenal Pervious concrete
(Porous Concrete). Beton ini merupakan beton dengan material tertentu dengan porositas
tinggi yaitu antara 15-30% rongga udara sehingga mudah untuk dilalui air. Fungsi utama
pervious concrete adalah sebagai perkerasan beton penutup permukaan tanah dengan
tujuan agar dapat air dapat dengan mudah mengalir ke bawahnya, dan dengan demikian
kelebihan air permukaan akan dapat kembali terserap ke dalam tanah, daripada hanya
terbuang ke laut. Namun sayangnya pemanfaatan pervious concrete masih belum optimal
pada kehidupan sehari-hari, hal ini disebabkan kuat tekan yang mungkin bisa dicapai oleh
pervious concrete itu sendiri masih tergolong kecil terutama di Indonesia, yaitu berkisar
3.5 Mpa 28 Mpa. Sehingga perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai komposisi
yang baik untuk beton itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
yaitu :
Bagaimana menentukan komposisi pervious concrete agar menghasilkan
beton yang ramah lingkungan, murah, lebih ringan daripada beton biasa, memiliki kuat
tekan tinggi begitu juga perviousnya ?

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat.

Makalah ini bertujuan untuk menyampaikan analisa dari hasil


pengukuran pervious concrete yang telah di buat penulis. Dari hasil analisa,
perbandingan antara berat semen dan agregat berpengaruh terhadap kuat tekan,
sementara komposisi dan ukuran agregat menjadi penentu porositas. Dengan
menggunakan water cemen ratio sebesar 0,3, serta memanfaatkan iron slag yang
merupakan limbah pabrik besi. Dalam komposisi pervious concrete tersebut,
diharapkan dapat menghasilkan pervious concrete dengan kuat tekan tinggi
namun tetap memiliki kriteria utama pervious concrete yaitu kemampuannya
untuk dilalui air serta ramah lingkungan, sehingga penggunaan pervious concrete
pada kehidupan nyata bisa lebih dioptimalkan.

BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Kegunaan Pervious Concrete
Meskipun beton porus telah digunakan selama lebih dari 50 tahun
dalam berbagai aplikasi, baru-baru ini baik pemborong maupun owner menguji
lebih lanjut mengenai aplikasi dari beton porus ini. Pada masa sekarang ini,
pervious concrete atau yang sering kita kenal dengan beton porus sering
digunakan untuk sistem drainase, media untuk struktur hidrolik, tempat parkir,
lapangan tenis, rumah kaca, dan lain-lain.
2.2 Karakteristik Material
Pada umumnya, material yang digunakan untuk membuat beton porus
adalah agregat kasar yang uniform graded atau berukuran seragam (tidak terlalu
bervariasi), semen, air, admixtures, sedikit agregat halus, dan pada beberapa kasus
ada yang menggunakan serat sebagai bahan campuran.
Pembuatan beton kali ini hanya menggunakan agregat kasar, agregat
halus, semen, air. Tidak ada admixtures yang di gunakan karena dengan adanya
penggunaan admixtures akan menaikkan biaya produksi, dan selain itu butiran
admixtures yang kecil juga akan menyumbat rongga-rongga yang ada sehingga
akan mengakibatkan air susah untuk mengalir.
2.2.1 Agregat Kasar
Agregat kasar ialah agregat yang ukuran butirannya lebih dari 5mm.
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau batu pecah. Kerikil adalah
bahan yang terjadi sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan-batuan dan
berbentuk agak bulat serta permukaannya licin. Sedangkan batu pecah adalah
bahan yang diperoleh dari batu yang dipecah menjadi pecahan-pecahan berukuran
5-70mm. Selain kerikil dan batu pecah, ada juga pemanfaatan limbah slag sebagai
agregat kasar. Contohnya ialah iron slag. Iron slag adalah limbah slag atau kerak
dari besi dan baja yang berbentuk bongkahan-bongkahan kecil yang diperoleh dari
hasil samping pembuatan baja dengan tanur tinggi (Henzewa Bagus, 2011).

Berikut adalah tabel komposisi kandungan material dari iron slag dan
tabel perbandingan kuat tekan menggunakan material kerikil biasa dan iron slag.

Gambar 2.2.1.1 Tabel Komposisi Material Penyusun Iron Slag

Gambar 2.2.1.2 Grafik Perbandingan Kuat Tekan antara Iron Slag dan Kerikil Biasa
(ASA-Refrence Data Sheet 2, 2011)

2.2.2 Agregat Halus


Agregat halus merupakan batuan halus yang tediri dari butiran sebesar
0.14-5 mm yang didapat dari hasil disintegrasi (penghancuran) batuan alam
(natural sand) atau dapat juga dengan memecahnya (artificial sand), tergantung
dari kondisi pembentukan terjadinya. (Henzewa Bagus, 2011)

2.2.3 Semen
Semen merupakan hasil gilingan terak portland yang terdiri dari
kalsium silikat (xCaO.SiO2) yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama
dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium
sulfat (CaSO4.xH2O) dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain (Radianto,
2010). Macam-macam semen yang sering dijumpai di pasaran adalah : PC
(Portland Cement), PPC (Portland Pozzolan Cement), PCC (Portland Composite
Cement). PPC (Portland Pozzoland Cement) ialah semen hidrolisis yang terdiri
dari campuran yang homogen antara semen Portland dengan bahan pozzolan
(Trass atau Fly Ash) halus yang diproduksi dengan menggiling klinker semen
Portland dan bahan pozzolan bersama-sama (Andika Bobi, 2013).
2.2.4 Air
Air dicampur dengan semen akan menjadi sebuah pasta. Kegunaan
dari pasta ini sendiri adalah sebagai materi pengikat antar agregat. Air sangat
berpengaruh dalam kuat tekan beton, karena kelebihan air akan menyebabkan
penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Kekurangan air juga akan membuat
workability rendah yang mengakibatkan beton susah untuk diaduk sehingga
agregat tidak terlapisi oleh pasta secara merata dan akan mengakibatkan tidak
adanya gaya ikat yang kuat antar agregat. Berikut grafik hubungan water-cement
ratio dan kuat tekan beton.

Gambar 2.2.4.1 Grafik hubungan kuat tekan dengan faktor air semen
(Neville dan Brook, 2012).

BAB III
METODE YANG DIGUNAKAN
3.1 Metodologi

Mulai
Studi
Literatur
Persiapan Bahan :
Kerikil Pecah Pasuruan, Iron Slag, Semen , Air,
dan Pasir
Pencucian dan Pengkondisian
Material (SSD)
Komposisi Tiap
Material
Pelaksanaan Mix
Design
Dicetak dalam Silinder
15/30
Pembukaan
Cetakan
Curing Sampai Hari Pengujian 28
Hari

Tes Kuat Tekan 1


Hari
Analisa Kuat
Tekan
Kesimpulan

Selesai

3.2 Metode yang Dipilih


Metode yang digunakan untuk membuat pervious concrete kali ini berbeda
dengan metode DOE pada umumnya. Penentuan komposisi pada metode DOE

didasarkan pada kuat tekannya, namun untuk merancang pervious concrete


penentuan komposisinya melalui volume kerikilnya. Untuk menghasilkan kuat
tekan yang optimal bergantung pada perbandingan agregat dan semen, serta
prosentase pasir atau agregat halus dan admixture yang ditambahkan.
3.3 Koreksi Berat Material
Digunakan iron slag untuk mengganti sebagian material agregat kasar
sebesar 50% dari kebutuhan kerikil agar kuat tekan pervious concrete lebih
optimal. Namun, ada perbedaan antara berat jenis kerikil pecah dengan iron slag.
Berat Jenis Kerikil Pecah Pasuruan : 2,860 kg/m3
Berat Jenis Iron Slag : 3,500 kg/m3
Sehingga, berat iron slag yang ditambahkan untuk mengganti kerikil dibutuhkan
lebih banyak, sesuai perhitungan sebagai berikut :
Berat Jenis Iron Slag
x Berat Kerikil yang Dibutuhkan
Berat Jenis Kerikil
kg
m3
x 7,500 gram=9,178 gram(untuk 1 benda uji)
kg
2,860 3
m
3,500

3.4 Penentuan Komposisi Campuran

Penentuan komposisi campuran didasarkan pada :


1) Concrete Technology Today (CT043 December 2004): Pervious
Concrete Mixture and Properties, PCA (Portland Cement Association)
2) Report Pervious Concrete A Green Material that Helps Reduce

Water Run-Off and Pollution, N. Subramanian


Penentuan komposisi pervious concrete melalui volume kerikil yang
dibutuhkan untuk membuat 3 campuran benda uji silinder (15 x 30).
Didapatkan bahwa 1 benda uji memerlukan kerikil 7,500 gram.

Prosentase antara agregat kasar dengan semen adalah 4 4.5 : 1


(berdasarkan massa) sesuai dengan CT043. Diambil prosentase 4 : 1 untuk

menghasilkan kuat tekan yang optimal.


Prosentase air dengan semen berdasarkan CT043 adalah 0.27 0.30.

Untuk mempermudah proses pengecoran dipakai 0.30.


Prosentase agregat halus (Pasir Lumajang) berdasarkan Report Pervious

Concrete adalah 7% berat total agegat untuk menggantikan agregat total.


Prosentase iron slag karena berat jenis yang jauh lebih besar dari kerikil
pecah Pasuruan, diambil 50% dari agregat total untuk menggantikan
agregat kasar dengan koreksi berat karena perbedaan berat jenis keduanya.

BAB IV
MIX DESIGN

4.1 Alat
-

Timbangan
Sekop
Bekisting 3 buah
Ember
Baskom
Ayakan 3/8 dan

4.2 Bahan
-

Semen
Pasir
Kerikil Pecah Pasuruan (Agregat Kasar)
Air
Iron Slag

4.3 Komposisi Campuran


Agregat Kasar membutuhkan 7,500 gram untuk tiap 1 benda uji silinder 15/30.
Pasir=7 x 7,500 gram=525 gram

Kerikil=

93 x 7,500 gram
=3,488 gram
2

Iron Slag=

Semen=

93 x 9,178 gram
=4,268 gram
2

7,500 gram
=1,875 gram
4

Air =0.30 x 1,875 gram=562.5 gram

Komposisi Material tiap 1 Benda Uji Silinder 15/30 :


Material
Agregat Halus (Pasir)

Berat
525 gram

Safety
Factor*
1.1

Jumlah Material
577.5 gram

10

Agregat Kasar (Kerikil Pecah)


3,488 gram
Iron Slag
4,268 gram
Semen
1,875 gram
Air
562.5 gram
*Dikalikan safety factor agar pada saat pelaksanaan pengecoran, campuran tidak

3,837 gram
4,695 gram
2,062.5 gram
619 gram
kurang saat

dimasukkan ke dalam cetakan / bekisting.

Tabel 4.3. Tabel Komposisi Material Tiap 1 Benda Uji Silinder 15/30
Perbandingan Berat Material :
Semen : Air : Pasir : Kerikil : Iron Slag = 1 : 0.3 : 0.28 : 1.86 : 2.276
4.4 Cara Kerja
1. Ayak kerikil dan iron slag yang dibutuhkan. Ambil yang lolos ayakan 3/8 dan
tertahan di . Kemudian, timbangan masing-masing material (air, semen, pasir,
kerikil, dan iron slag) sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan.
2. Cuci material kerikil dan iron slag, kemudian keringkan. Kondisikan agar
material-material tersebut kering permukaan (SSD).
3. Campur material-material yang dibutuhkan. Dimulai dari pencampuran semen
dengan pasir terlebih dahulu. Campur semen dan pasir sampai merata.
4. Setelah campuran pasir dan air rata, tambahkan air pelan-pelan hingga
campuran tersebut menjadi pasta.
5. Campur agregat kasar dan iron slag, kemudian campur ke dalam pasta semen
pasir.
6. Aduk hingga seluruh permukaan kerikil dan iron slag tertutup oleh pasta.
Waktu pengadukan dijaga agar tidak terlalu lama sehingga menyebabkan pasta
setting (mengeras).
7. Setelah campuran merata, masukkan ke dalam cetakan / bekisting yang telah
diberi pelumas. Campuran dimasukkan perlahan sambil dirojok terutama di
bagian samping dalam bekisting.

11

8. Setelah semua campuran dimasukkan dalam cetakan / bekisting, diamkan


selama 1 hari (24jam).
9. Setelah 1 hari (24jam), buka cetakan. Kemudian, curing beton dengan
memasukkan ke dalam air.
10. Tes beton sesuai dengan waktu yang ditentukan.
4.5 Hasil Uji Kuat Tekan 1 Hari
Berat beton kering = 10,720 gram
Kuat tekan beton umur 1 hari = 13,200 kg (Hasil pengetesan laboratorium)
f ' c 1 hari=

13,200 kg
13,200 kg
kg
=
=74.697 2
2
1
cm
D2 176.715 cm
4
7.622 MPa *

*Percepatan gravitasi (g) 9.8 m2/s.


Konversi ke kuat tekan 28 hari :
kg
cm2
kg
=298.788 2
0.25
cm

74.697
f ' c 28 hari=

30.488 MPa *

Penambahan iron slag sebagai pengganti agregat kasar terbukti dapat


meningkatkan kuat tekan pervious concrete karena berdasarkan studi pustaka
CT043 rentang kuat tekan pervious concrete dengan kerikil biasa hanya mencapai
kuat tekan antara 3.5 MPa 28 MPa pada umur 28hari.

BAB V

12

INOVASI DAN ALASAN PEMILIHAN MATERIAL


5.1 Inovasi
Penggantian 50% agregat kasar dengan iron slag ditujukan untuk
memperbesar kuat tekan pervious concrete. Dimana, menurut Penulis baca
melalui literatur kuat tekan pervious concrete dengan campuran pasir 7%, kerikil
pecah biasa, dan admixture hanya menghasilkan kuat tekan maksimum 28 MPa.
Dengan mengganti agregat kasar dengan iron slag sebesar 50% diharapkan
meningkatkan kuat tekan yang hendak dicapai tanpa mengganggu sifat pervious
yang diinginkan, sehingga beton tetap pervious meskipun 50% agregatnya diganti
dengan iron slag.
Iron Slag memiliki berat jenis jauh lebih besar dari kerikil dan memiliki
sifat kuat tekan yang lebih tinggi dari kerikil pecah karena mengandung senyawa
silica (SiO2) dan kalsium oksida (CaO). Senyawa silica dapat menambah kekuatan
tekan pervious concrete, sedangkan senyawa kalsium oksida membantu
pengikatan beton. Akibat dua senyawa tersebut beton bias bertambah kuat.
Namun, karena penambahan iron slag berat beton menjadi jauh lebih berat
diakibatkan oleh perbedaan berat jenis (specific gravity) antara iron slag dan
kerikil yang besar.
Jadi, dengan mengganti 50% agregat kasar dengan iron slag selain
menjadi lebih kuat, harga beton per m3 dapat ditekan pula, mengingat iron slag
merupakan limbah besi yang didapat secara cuma-cuma (BAB VI). Namun,
dengan penggantian tersebut diharapkan pervious concrete ini tetap porus
(kecepatan aliran air melewati beton tetap sesuai dengan syarat pervious
concrete).
5.2 Alasan Pemilihan Material
Agregat Kasar
Agregat kasar yang dimaksud adalah kerikil. Kerikil yang dipakai adalah
kerikil pecah Pasuruan, karena kerikil pecah Pasuruan terkenal lebih kuat dari
kerikil kerikil biasa (specific gravity = 2.86) dan biasa digunakan untuk
perencanaan perkerasan runway bandara.
13

Pasir
Pasir yang dipilih adalah pasir Lumajang, karena pasir lumajang memiliki
gradasi zona 2 yang paling cocok untuk pembuatan beton pada umumnya.
Air
Air yang digunakan adalah air PDAM dari Laboratorium Teknik Sipil ITS,
karena air PDAM memiliki pH netral 7 yang paling cocok untuk pembuatan
beton pada umumnya
Semen
Semen yang digunakan adalah Semen Portland Pozzoland Cement (PPC)
merk Semen Gresik sesuai yang ditetapkan oleh panitia.
Iron Slag
Iron Slag digunakan untuk mengganti kerikil sebesar 50%, diharapkan dapat
menaikkan kuat tekan beton tanpa mengganggu keporusan pervious concrete.
Sehingga dapat dicapai kekuatan beton yang optimal dan memenuhi standar
pervious concrete.

BAB VI
ANALISA HARGA BETON
6.1 Analisa Harga Satuan Beton per m3

Kerikil Pecah Pasuruan diambil dari Stone Crusher PT Tripalindo Trans

Mix di Pasuruan dengan harga Rp. 105,000.00/ton.


Semen Gresik PPC didapat di toko bahan bangunan seharga Rp.
45,000.00/sak (40 kg).

14

Pasir Lumajang diperoleh dari toko bahan bangunan seharga Rp.

137,000.00/m3 dengan berat jenis 2.72.


Iron Slag diperoleh dari PT Ispat Indo dengan cuma-cuma (gratis).

Kebutuhan Material per m3 :


2

Volume Silinder 15 /30=

Pasir=

D
0.15
t=
0.3=5.301 103 m3
4
4

0.525 kg
kg
=99.03 3
3 3
5.301 10 m
m

Kerikil=

3.488 kg
kg
=657.935 3
3 3
5.30110 m
m

Iron Slag=

Semen=

4.268 kg
kg
=805.065 3
3 3
5.30110 m
m

1.875 kg
kg
=353.678 3
3 3
5.301 10 m
m

Material
Volume
Pasir Lumajang
99.030 kg/m3
Kerikil Pasuruan
657.935 kg/m3
Iron Slag
805.065 kg/m3
Semen
353.678 kg/m3
Harga Beton per m3

Harga per kg
Rp.
51.00
Rp. 105.00
Rp.
0.00
Rp. 1,125.00

Total Harga
Rp.
5,050.53
Rp. 69,083.18
Rp.
0.00
Rp. 397,887.75
Rp. 472,021.46

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
-

Pemakaian iron slag sebagai pengganti agregat sebesar 50% dari total
agregat dapat meningkatkan kuat tekan pervious concrete.
Dengan perbandingan komposisi berat material :
Semen : Air : Pasir : Kerikil : Iron Slag = 1 : 0.3 : 0.28 : 1.86 : 2.276
dapat menghasilkan pervious concrete dengan kuat tekan 7.622 MPa
dalam 1 hari.

15

Dengan komposisi tersebut didapatkan harga pervious concrete sebesar


Rp. 472,021.46. (Harga iron slag dianggap nol karena iron slag
merupakan limbah dari proses tanur tinggi besi yang dalam pembuatan

pervious concrete ini diperoleh secara cuma-cuma.)


Penggantian agregat kasar dengan iron slag membuat pervious concrete
menjadi lebih berat dari pada umumnya.

7.2 Saran
-

Perlu dilakukan studi dan percobaan lebih lanjut untuk menentukan

prosentase iron slag sebagai agregat kasar pengganti kerikil.


Pasir Lumajang dapat diganti dengan limbah tembaga (copper slag),

namun perlu studi lebih lanjut.


Rasio Air Semen (w/c) dapat diperbesar untuk mempermudah pekerjaan
pengecoran (workability).

LAMPIRAN

Foto Seluruh Anggota Tim

Foto Hasil Hasil Pengecoran Beton

16

Proses Curing Beton

Foto Kerikil Pecah Pasuruan

Material Material yang Digunakan

Semen PPC merk Semen Gresik

Proses Pengetesan Beton 1 Hari

17

You might also like