Professional Documents
Culture Documents
ARTIKEL
Oleh
DINI MAULIA
0821215011
DINI MAULIA
0821215011
ABSTRACT
This research is aimed at finding the constraint of causation in Japanese.
Whereas the problem discussed in this research comprises the causation of
meaning, structure, and logical structure of Japanese within morphological,
syntactic, and lexical levels.
The data used in this research is written one obtained from a Japanese
novel titled Mama Ohanashi Kikasete. The data provision is done under
observational method and its techniques. The analysis of data is done under
distributional methods and its relevant techniques, and the presentation of the data
analysts is conducted under informal, and formal methods, and its techniques.
The causative structure may be formed with both intransitive and transitive
basic verbs, and may be distinguished from the case particle following it.
Morphological causation is mark with sareru, syntactic causation is marked with
lexical form of morau, and lexical causation is mark with jidoushi for intransitive
verb, and tadousi for transitive one.
Keywords: causation, morphological causation, syntactic causation, and lexical
causation
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bagi pembelajar bahasa Jepang, selanjutnya disngkat dengan bJ,
pemahaman mengenai struktur kausatif sering menjadi salah satu kendala dalam
memahami tata
1.2.
novel bJ. Penulis membatasi analisis struktur kausatif penelitian ini pada tataran
kausatif morfologis, sintaktis, dan leksikal. Hal tersebut karena setelah dilakukan
pengamatan dari beberapa novel bJ, penulis menemukan hanya ketiga tataran
inilah yang digunakan dalam membentuk struktur kausatif. Novel yang digunakan
dalam sebagai sumber dalam penelitian ini adalah novel bJ yang berjudul Mama
Ohanashi Kikasete. Novel ini dipilih karena di dalamnya sudah tercakup semua
aspek kausatif yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini.
1.3
Tinjauan Pustaka
Teori untuk mendeskripsikan bentuk kausatif tersebut dikemukakan oleh
Landasan Teori
Untuk melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori di
III.
3.1
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dimulai dengan definisi lengkap mengenai objek penelitian beserta
prinsip-prinsip yang berkaitan dengan hal tersebut, kemudian pelaksanaan
penelitian melalui deskripsi akurat berdasar prinsip yang telah dikemukakan dan
hasil penelitiannya berupa studi deskripsi secara terperinci mengenai hasil analisis.
3.2
terkandung makna kausatif dalam bJ, baik dalam tataran morfologis, sintakstis,
maupun leksikal yang dipakai di dalam novel bJ, sedangkan sampel dalam
penelitian ini adalah struktur kausatif bJ yang diperoleh dari novel Mama
Ohanashi Kikasete karangan Miyoko Matsutani (2002) yang dianggap peneliti
dapat mewakili populasi pemakaian struktur kausatif dalam bJ.
3.3
Sumber Data
Data dalam penelitian ini menggunakan data tertulis yang diperoleh dari
sumber data berupa novel Jepang Mama Ohanashi Kikasete. Beberapa buku teks
pelajaran bJ juga digunakan sebagai sumber pendukung.
3.4
data yang digunakan adalah data tertulis (tulisan). Teknik dasar yang digunakan
adalah teknik baca markah (Sudaryanto, 1993:132). Teknik lanjutan yang
digunakan adalah teknik catat (Sudaryanto, 1993:135).
3.5
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini terdiri dari sembilan bab yang masing-
masingnya terdiri dari beberapa sub bab. Bab I merupakan pendahuluan yang
terdiri dari latar belakang, ruang lingkup dan batasan masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, akonsep teoritis, kajian pustaka, kajian teori,
definisi istilah kunci, kerangka teoritis penelitian, Bab II merupakan landasan
teori, yang terdiri dari tinjauan pustaka, landasan teori, definisi dan istilah kunci
dan model konseptual penelitian. Bab III meliputi metode penelitian, yang terdiri
dari jenis dan desain penelitian, populasi dan sampel, sumber data, metode dan
teknik penyediaan data, metode dan teknik analisis data, metode dan teknik
penyediaan hasil analisis data dan sistematika penulisan. Bab IV merupakan
analisis data, yang meliputi pengkausatifan bJ morfologis, sintaktis, leksikal, dan
struktur logis. Bab V merupakan penutup yang terdiri dari simpulan dan saran.
IV.
4.1
ANALISIS DATA
Seperti yang telah disebutkan pada bagian bab sebelumnya bahwa bJ memiliki
penanda afiks tersendiri dalam memarkahi struktur kausatifnya. Melalui analisis
data dapat digambarkan bagan perubahan valensi serta struktur pembentuk
kalimat kausatif.
Subjek
Objek
Peny (animata) wa/ga Pen (animata) DATIF ni
Verba -saseru
Subjek
Objek
Peny (animata/non-animata) wa/ga Pen (animata/non-animata)
AKUSATIF o Verba -saseru
Subjek
Subjek klausa II
Objek
Objek klausa I
Objek klausa II
Hubungan penyebab dan penerima sebab pada tataran ini, dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Penyebab Animata dan Penerima Sebab Animata
2. Penyebab Animata dan Penerima Sebab Non-Animata
3. Penyebab Non-Animata dan Penerima Sebab Non-Animata
Terdapat tiga hal yang menjadi ciri-ciri bentuk makna yang dihasilkan oleh afiks
saseru, yaitu:
1. Dalam pengkausatifan morfologis bJ, melibatkan unsur paksaan dari pihak
penyebab terhadap pihak penerima sebab. Unsur paksaan tersebut dibagi
atas tiga jenis:
1) merupakan perintah/memerintahkan, dalam hal ini penyebab memberi
perintah dengan mengedepankan keinginnannya tanpa mempertimbangkan
keinginan dari pihak penerima sebab.
2) membuat/menjadikan, makna ini juga menunjukkan terdapatnya
tindakan yang berada di bawah kontrol penyebab tanpa menghiraukan
keinginan penerima sebab.
3) menyuruh, dalam hal ini kadar paksaan sangat minimal, tetapi masih
mengedepankan keinginan dari penyebab, hanya saja dalam struktur ini
penerima sebab tidak terlalu mendapat paksaan ataupun keinginan dari
pihak penyebab.
2. Makna menyarankan, yang mana makna ini mengedepankan keinginaan
penyebab tetapi keputusan tindakan sepenuhnya di bawah keinginan
penerima sebab.
Melalui ciri makna yang dibentuk oleh pengkausatifan sintaktis dapat dilihat
bagaimana budaya Jepang memberlakukan keasantuan melalui struktur bahasa
mereka. Tindakan yang menguntukan dari pihak penyebab kepada penerima sebab,
dipandang dari status sosial penerima sebab dan bentuk tindakan yang diinginkan
menghasilkan bentuk tersendiri dalam sistem pengkausatifan. Itu menunjukkan
bahwa budaya Jepang sangat menghargai pihak yang telah diberi beban oleh
mereka untuk melakukan tidakan yang menguntungkan bagi mereka.
3.2
10
struktur
kausatif
leksikal
tersebut
yang
secara
seragam
11
penyebab dalam struktur ini, karena mekna yang ditunjuk menuntut aktifitas dari
penyebab yang hanya dapat dilakukan oleh penyebab bergolongan animata.
4.3
12
KALIMAT
KLAUSA
INTI
ARG
FN
Ousama ga
ARG
FN
Oujyo o
NUK
NUK
PRED
PRED
VERB
KAUS
waraw-
ase-
NUK
NUK
ta
INTI
KLAUSA
TNS
KALIMAT
KLAUSA
INTI
ARG
FN
Kaasan ga
ARG
FN
NUK
NUK
PRED
PRED
VERB
KAUS
Onna no ko ni tabe-
saseru
NUK
NUK
INTI
KLAUSA
13
KALIMAT
KLAUSA
INTI
ARG
ARG
ARG
FN
FN
FN
Ousama ga
NUK
NUK
PRED
PRED
VERB
KAUS
todoke
sasemashi-
NUK
ta
NUK
INTI
KLAUSA
TNS
KALIMAT
KLAUSA
INTI
ARG
FN
ARG
FN
Meruhiooru gaokaasan ni
ARG
FN
pan
NUK
NUK
PRED
PRED
VERB
KAUS
yai-
te morat-
NUK
ta
NUK
INTI
KLAUSA
TNS
14
KALIMAT
KLAUSA
INTI
ARG
FN
Hansu ga
ARG
FN
NUK
NUK
PRED
PRED
VERB
KAUS
kyojintachi ni tome-
te morau
NUK
NUK
INTI
KLAUSA
KALIMAT
KLAUSA
INTI
ARG
ARG
NUK
PRED
FN
FN
Kamisama ga doubutsutachi o
VERB
atsumete
15
yang dikemukakan oleh Cook (1989:3) the locative use of the Latin ablative
includes ablatives of place-where and place-from-which, as well as ablatives of
time-when and time-within-which. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kasus
lokatif merujuk pada lokasi keberadaan suatu hal.
16
V. PENUTUP
5.1 Simpulan
Melalui analisis data yang telah dilakukan, adapun beberapa hal yang
menjadi kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu:
1. Pengkausatifan bJ meliputi tiga tataran struktur kausatif yang meliputi
tataran morfologis, sintaktis dan leksikal, yang mana ketiganya memiliki
ciri bentuk tersendiri dan menunjukkan perbedaan dari segi makna.
2. Pengkausatifan morfologis hadir dalam bentuk afiksasi verba dengan
sufiks saseru. Akibat dari pengafiksan tersebut akan terjadi pelesapan
silabel yang berubah menurut penggolongan verba dalam bJ.
3. Struktur pengkausatifan morfologis terdiri dari tiga bentuk, yang berbeda
pada posisi penerima sebab. Seperti pengkausatifan leksikal, morfologis
juga menandai penyebab dengan pentopikalan wa atau nominatif ga. Tiga
bentuk yang berbeda ditandai dengan penggunaan partikel kasus datif,
akusatif dan datif akusatif.
4. Pada struktur datif kausatif morfologis, verba dasar transitif dan intransitif
dapat dapat membentuk kausatif struktur ini. Pada struktur akusatif kedua
verba dasar transitif dan intransitif dapat membentuk struktur tetapi pada
verba transiitif menyebabkan pelesapan salah satu argumen sehungga akan
menghasilkan makna implisit. Pada struktur datif akusatif hanya dibentuk
oleh verba dasar transitif.
5. Makna yang dihasilkan oeh pengkausatifan morfologis adalah makna
menjadikan/membuat,
memaksa,
memerintahkan/
menyuruh,
17
sintaktis
memiliki
bentuk
yang
sama
dengan
kemudian verba
18
19
5.2 Saran
Analisis yang dilakukan oleh penulis merupakan analisis pengkausatifan
pada data tertulis. Data ini merupakan bentuk baku dan dianalisis guna
mendapatkan suatu bentuk yang dapat dijadikan pedoman dalam pemahaman
bentuk pengkausatifan bJ. Akibat keterbatasan waktu penelitian, beberapa hal
masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengkausatifan bJ ini.
20
DAFTAR PUSTAKA
Acckerman, Farrel dan Gert Webelhuth. 1998. A Theory of Predicates. California:
CSLI Publication.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chino, Naoko. 1996. Japanese Verbs at a Glance. Tokyo: Kodansha International.
Comrie, B. 1989. Language Universals and Linguistic Typology. Oxford: Basil
Blackwell Publisher Limited.
Cook, Walter. A. 1989. Case Grammar Theory. Washington: Georgetown
University Press.
Erizal. 2005. Analisis Kesalahan Gramatikal dalam Karangan Bahasa Jepang
Mahasiswa STBA Harapan Medan. Tesis. Universitas Sumatera Utara.
Goddard, Cliff. 1998. Semantic Analysis: A Practical Introduction. USA: Oxford
University Press.
Harley, Heidi. 2006. On The Causative construction. University Of Arizona.
Imai, Shingo. 1998. Logical Structure and Case Marking in Japanese. Tesis.
Buffalo: State University of new York.
Jufrizal. 2007. Hipotesis Sapir-Whorf dan Struktur Informasi Klausa
Pentopikalan Bahasa Indonesia. Jurnal Linguistika. Universitas Negri
Padang.
______2007. Tipologi Gramatikal Bahasa Indonesia. Padang: UNP Press.
Kuroda, Y. 1965. Causative Form in Japanese. Belanda: Springer.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Makino, Seiichi dan Michio Tsutsui. 2002. A Dictionary of Basic Japanese
Grammar. Japan: The Japan Times.
Masahiro. 2008. Tata Bahasa Jepang. Penerbit Media Abadi: Yogyakarta.
Matsumoto, Setsuko dan Hoshino Keiko. 1993. Nihongo Nouryoku Shiken. Japan:
Unicom.
21
22
23