Professional Documents
Culture Documents
BAB IV
ANALISIS ASPEK PANASBUMI
IV.1 Pendahuluan
Energi panasbumi merupakan sumber panasbumi alami di dalam bumi yang
terperangkap pada kedalaman tertentu dan dapat dimanfaatkan secara ekonomis. Energi
panasbumi merupakan hasil interaksi batuan panas dan air yang mengalir di sekitar dan
dapat diperbaharui. Terdapat beberapa persyaratan terbentuknya sistem panasbumi
yaitu:
1. Adanya sumber panasbumi berupa magma atau sisa panas dari batuan terobosan
2. Persediaan air yang cukup dan terjadi sirkulasi dekat sumber panasbumi agar
terbentuk uap air panas
3. Adanya batuan reservoir, berupa batuan porous yang dapat menyimpan uap air
4. Adanya batuan penudung (caprock) yang dapat menahan hilangnya uap air,
berupa batuan kedap, biasanya batulempung teralterasi
5. Adanya rekahan sebagai media transport uap air panas
6. Adanya fluida panas dengan temperatur 45-240 C
HUJAN
KAWAH
HOT SPRINGS
(Bicarbonate waters)
2 - PHASE
VAPOUR DOMINATED RESERVOIR
ARY
OUND
RED B
INFER
C O N D E N S AT E L AY E R
COLD WATER
INFILTRATION
INFERRED
CONVECTING HOT BRINE
( Na Cl)
HOT WATER
+ + + + +
+ +
+ + + +HOT ROCKS
+
+ + + + + + + + + ++ +
+ + + + + ( HEAT
+
+
SOURCE
+
+
+ )
+ +
+ +
+
+
+
+ + + +
+
+
+
+ + + + + +
+
+
+
Gambar 4.1 Model sistem panasbumi relief tinggi dua fasa (Browne, 1989)
54
memungkinkan sistem ini terus berputar. Sedangkan pada sistem tersimpan (storage
system), air akan tersimpan dalam akuifer dan terpanaskan di tempat dan tidak
menunjukkan gejala apapun di permukaan. Pada sistem tertutup terdapat lapisan batuan
yang impermeabel sebagai lapisan penutup.
Pembentukan sistem berputar antara lain membutuhkan: 1. formasi batuan yang
memungkinkan air mengalami sirkulasi, 2. sumber panas, 3. ketersediaan air yang
cukup, 4. ketersediaan waktu dan area permukaan untuk pertukaran panas sehingga
memungkinkan air terpanaskan, 5. terdapat jalur air untuk naik ke permukaan.
Berdasarkan aktivitas volkanik, sistem berputar dibagi menjadi: 1. sistem temperatur
tinggi yang berasosiasi dengan volkanisme resen, 2. sistem temperatur tinggi zona nonvolcanic pada aktivitas tektonik Kenozoik, dan 3. sistem air hangat dekat zona aliran
panas normal.
Daerah penelitian memiliki sistem panasbumi berputar (cyclic system) yang
ditandai oleh hadirnya manifestasi permukaan berupa mata air panas sebagai akibat
aktivitas volkanik resen dengan temperatur tinggi.
55
Satuan Tuff
Satuan ini terdiri dari tuff litik dan tuff kristal yang berada pada kedalaman (mKU) 290293, 320-322, 377-398, 1010-1013, 1077-1088, 1202-1206 . Satuan ini dicirikan oleh
kehadiran mineral primer berupa hornblenda, biotit, K-felspar, kuarsa, dan plagioklas.
Mineral sekunder (ubahan) berupa mineral lempung, kuarsa, oksida besi, pirit, klorit,
epidot, dan kalsit. Berdasarkan kehadiran mineral sekunder (ubahan), satuan batuan
andesit ini mengalami proses alterasi hidrothermal yang sebanding dengan zona alterasi
argillik, filik, dan propilitik.
Satuan Andesit
Satuan ini berada pada kedalaman (mKU) 197-225, 302-320, 322-377, 485-530, 647671, 698-728, 725-755, 825-851, 1611-1611.6. Dicirikan oleh kehadiran mineral primer
berupa plagioklas, piroksen, hornblenda, dan sedikit kuarsa. Mineral sekunder (ubahan)
berupa kuarsa, klorit, epidot, serisit, adularia, kalsit, pirit, oksida besi, dan smektit.
Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang,
Kabupaten Bandung, Jawabarat
56
Berdasarkan kehadiran mineral sekunder (ubahan), satuan batuan andesit ini mengalami
proses alterasi hidrothermal yang sebanding dengan zona alterasi argillik, filik, dan
propilitik.
Satuan Andesit-Basaltik
Satuan ini berada pada kedalaman (mKU) 398-401, 451-454, 557-599, 638-641, 9981010, 1151-1154. Dicirikan oleh kehadiran mineral primer berupa plagioklas dan
mineral opak; mineral sekunder (ubahan) berupa serisit, klorit, kuarsa, pirit, kalsit, dan
oksida besi. Berdasarkan kehadiran mineral sekunder (ubahan), satuan ini mengalami
proses alterasi hidrothermal yang sebanding dengan zona argilik dan filik.
57
analisis berupa grafik posisi derajat dua theta terhadap intensitas dan menunjukkan
bacaan nilai refleksi tiap-tiap mineral (grafik terlampir).
Hasil analisis pada serbuk bor sumur KMJ-X
Pada kedalaman 770 mKU, mineral yang hadir yaitu: kuarsa, smektit (hadir pada
kondisi air dried dan glycolated).
Pada kedalaman 1091-1094 mKU, mineral yang hadir yaitu: kuarsa, klorit, anhidrit,
kalsit, smektit (hadir pada kondisi air dried dan glycolated).
Pada kedalaman 1199-1202 mKU, mineral yang hadir yaitu: kuarsa, klorit, kalsit,
pirit, illit (hadir pada kondisi air dried).
58
Grup Silika
Merupakan grup mineral yang paling stabil pada fluida dengan pH rendah
(biasanya <2) yang biasanya berasosiasi dengan sedikit fasa titanium-iron, seperti
rutile. Dibawah kondisi asam yang ekstrim, opaline silika, kristobalit, dan tridimit
akan bertemu di permukaan di atas level sistem hidrothermal klorida, atau pada
temperatur <1000C (Leach, et. al., 1985). Pada pH fluida yang lebih tinggi, silika
59
amorf akan terbentuk pada temperatur <1000C. Kuarsa hampir selalu hadir pada
temperatur lebih tinggi, sedangkan kalsedon hadir pada temperatur menengah (1002000C), khususnya pada kondisi pengendapa relatif cepat. Perbedaan tipe fasa silika
dipengaruhi kinetika pengendapannya, contohnya silika amorf yang terbentuk pada
temperatur >2000C pada lingkungan pengendapan cepat.
Grup Alunit
Pada kondisi fluida dengan pH >2, mineral alunit akan terbentuk bersama
mineral silika pada kisaran temperatur yang panjang (Stoffregen, 1987, op. cit.,
Leach, 1994). Kehadiran alunit berasosiasi dengan andalusit pada temperatur tinggi
(biasanya
>350-4000C).
Lingkungan
pembentukan
mineral
alunit
dibagi
berdasarkan bentuk kristalnya (Rye, et. al., 1992, op. cit., Leach, 1994), yaitu: 1.
steam-heated alunite, 2. supergene alunite, 3. magmatic alunite, dan 4. magmatic
vein/ breccia alunite.
Grup Kaolin
Mineral pada grup kaolin akan terbentuk pada kondisi fluida dengan pH sekitar
4, dan akan hadir bersamaan dengan mineral grup alunit pada kondisi fluida transisi
(pH sekitar 3-4). Berdasarkan penelitian pada sistem geothermal di Filipina (Leach,
et. al., 1985), diperoleh zonasi pembentukan mineal grup kaolin yang terbentuk
seiring dengan peningkatan kedalaman dan temperatur. Kaolin terbentuk pada
kedalaman dangkal pada temperatur rendah (<150-2500C), dan pirofilit terbentuk
pada kedalaman dan temperatur lebih besar (<200-2500C). Dickite terbentuk pada
zona transisi antara level pembentukan kaolin dan pirofilit. Diaspor hadir bersama
alunit dan/ atau fasa grup kaolin, umumnya hadir pada zona silisifikasi.
Grup Illit
Mineral dari grup illit akan terbentuk pada kondisi fluida dengan pH 5-6, dan
akan hadir bersamaan dengan mineral grup kaolin pada pH 4-5, tergantung dari
temperatur dan salinitas fluida. Smektit hadir pada temperatur rendah (<100-1500C),
illit-smektit hadir pada temperatur 100-2000C, illit pada temperatur 200-2500C, dan
muskovit pada temperatur >2500C. Serisit yang merupakan muskovit halus (finegrained muscovite) dapat berisi mineral illit, dan bertemu pada level transisi antara
illit dan kristal muskovit yang lebih kasar. Mineral smektit yang hadir pada mineral
60
Grup Klorit
Mineral klorit-karbonat dominan hadir pada kondisi fluida mendekati netral, dan
akan hadir bersama mineal grup illit pada kondisi fluida dengan pH 5-6. Interlayer
klorit-smektit hadir pada temperatur rendah, dan berubah menjadi klorit pada
temperatur lebih tinggi.
Grup Kalk-Silikat
Mineral grup kalk-silikat terbentuk pada kondisi fluida dengan pH netral-alkalin.
Zeolit-klorit-karbonat terbentuk pada kondisi dingin, dan pembentukan epidot yang
diikuti amfibol sekunder (aktinolit) terbentuk secara progresif pada temperatur lebih
tinggi. Zeolit merupakan mineral yang sensitif terhadap temperatur, dan hydrous
zeolite hadir mendominasi pada kondisi dingin (<150-2000C), sedangkan hydrated
zeolite seperti laumontit (150-2000C) dan wairakit (200-3000C) hadir secara
progresif pada level lebih dalam dan temperatur lebih tinggi pada sistem
hidrothermal. Mineral epidot hadir sebagai butiran awal kristal pada temperatur
sekitar 180-2200C, dan mengkristal lebih sempurna pada temperatur lebih tinggi
(>220-2500C).
Amfibol
sekunder
(biasanya
aktinolit)
hadir
pada
sistem
61
kaolinit. Zona ini memiliki variasi temperatur tinggi rendah, dan mencakup
ubahan sulfida tinggi (high sulphidation) dan ubahan asam sulfat.
Zona Argilik
Terdiri dari mineral yang terbentuk pada kondisi pH sekitar 4-6 dan temperatur
rendah (>200-2500C). Zona ini dicirikan oleh kehadiran mineral kaolin dan smektit
yang melimpah, serta mineral illit/ illit-smektit yang kadang hadir, dan klorit yang
kadang hadir.
Zona Filik
Mineral pada zona filik terbentuk pada kondisi pH sekitar 4-6 dan temperatur
lebih tinggi (>200-2500C). Zona ini dicirikan oleh kehadiran mineral serisit (atau
muskovit), dan pada temperatur tinggi kadang hadir pirofilit-andalusit, dan kadang
hadir mineral klorit.
Zona Propilitik
Mineral pada zona propilitik terbentuk pada kondisi fluida dengan pH netralalkalin dan temperatur rendah-tinggi. Pada temperatur rendah (<200-2500C) disebut
sebagai zona sub-propilitik, dicirikan oleh
Zona Potasik
Mineral pada zona potasik terbentuk pada kondisi fluida dengan pH netralalkalin dan temperatur tinggi (>300-3500C). Zona ini dicirikan oleh kehadiran
mineral biotit, K-felspar, magnetit, aktinolit, klinopiroksen. Pada kondisi yang
sama, mineralogi skarn dapat terbentuk jika batuan asal (host rock) berupa sedimen
karbonatan yang akan membentuk zona mineral kalk-silikat seperti garnet,
klinopiroksen, dan tremolit.
62
Gambar 4.2 Mineral alterasi yang umumnya hadir pada sistem hidrothermal (Corbett dan Leach,
1998)
63
bagi batuan yang telah mengalami alterasi (perubahan) dan dapat diukur secara
kuantitatif (Browne, 1989). Intensitas alterasi dapat dilihat berdasarkan perhitungan
rasio persentase mineral sekunder (SM) terhadap total mineral (TM) pada tiap
kedalaman (tabel 4.2).
Intensitas Alterasi
Kondisi Batuan
0.01-0.25
(lemah)
0.25-0.50
(sedang)
0.50-0.75
(kuat)
0.75-1
(sangat kuat)
Zona Kuarsa-Epidot-Klorit
Zona kuarsa-epidot-klorit hadir pada interval kedalaman 1100-1611,6 mKU
sebagai ubahan pada litologi berupa andesit, breksi andesit, andesit-basaltik, dan tuff.
Mengacu pada Corbett dan Leach (1998), zona ini sebanding dengan zona alterasi
propilitik. Zona ini dicirikan oleh kehadiran mineral kuarsa yang melimpah, epidot, dan
klorit, sedangkan mineral lain yang hadir sedikit berupa adularia.
64
Mineral kuarsa hadir pada zona ini dan semakin bertambah seiring
bertambahnya kedalaman. Kuarsa terbentuk pada kondisi fluida dengan pH netral, pada
temperatur sekitar 150-3300C. Kuarsa hadir mengisi rekahan sebagai urat dan sebagai
ubahan pada massadasar.
Epidot hadir mulai kedalaman 1100 mKU dan dijadikan sebagai batas dari zona
ini. Epidot terbentuk pada kondisi fluida dengan pH netral pada temperatur 230-3000C.
Epidot hadir sebagai ubahan pada massadasar berupa penggantian (replacement)
mineral plagioklas, dan sebagian kecil hadir mengisi rekahan sebagai urat bersama
kuarsa dan adularia. Kehadiran epidot pada massadasar (pada interval kedalaman 11001611,6 mKU) kemungkinan sebagai akibat interaksi fluida hidrothermal berupa uap
panas dengan batuan asal. Sedangkan kehadiran epidot yang mengisi rekahan (pada
inteval kedalaman 1611-1611,6 mKU), kemungkinan akibat hadirnya fluida
hidrothermal berupa larutan panas yang langsung mengisi rekahan dan mengalami
presipitasi mineral. Kehadiran epidot pada massadasar ini menjadi penciri hadirnya fasa
uap dengan temperatur tinggi pada interval kedalaman 110-1611,6 mKU yang juga
berperan sebagai zona reservoir dalam sistem panasbumi sumur KMJ-X.
Klorit terbentuk pada kondisi fluida dengan pH netral dan temperatur >1200C,
hadir pada interval kedalaman 1100-1202 mKU. Klorit hadir sebagai ubahan pada
massadasar berupa replacement mineral plagioklas. Sebagian klorit juga hadir mengisi
rongga dan mengalami presipitasi.
Adularia hadir sedikit pada interval kedalaman 1611-1611,6 mKU, mengsisi
rekahan sebagai urat bersama kuarsa, dan epidot. Adularia terbentuk pada kondisi fluida
dengan pH mendekati netral-alkalin dan temperatur >1800C. Kehadiran adularia dapat
dijadikan sebagai indikator masuknya sistem panasbumi pada level boiling zone, dan
kehadirannya mengisi rekahan berasosiasi dengan permeabilitas yang baik.
Zona Kuarsa-Serisit-Kalsit
Zona kuarsa-serisit-kalsit hadir pada interval kedalaman 1000-1100 mKU
sebagai ubahan pada litologi berupa andesit-basaltik, breksi andesit, dan tuff. Mengacu
pada Corbett dan leach (1998), zona ini sebanding dengan zona alterasi filik. Zona ini
65
dicirikan oleh kehadiran mineral kuarsa dan serisit yang dominan, kalsit, serta sedikit
mineral illit yang hanya dapat diidentifikasi melalui analisis X-RD.
Mineral kuarsa hadir paling banyak pada zona ini atau disebut juga mengalami
silisifikasi. Kuarsa hadir baik sebagai pengisi rekahan sebagai urat, maupun sebagai
replacement massadasar plagioklas.
Serisit terbentuk pada kondisi fluida dengan pH mendekati netral-asam dan
temperatur >2600C. Serisit hadir sebagai ubahan pada massadasar plagioklas dan juga
pada fenokris mineral primer.
Kalsit dapat terbentuk pada berbagai rentang temperatur, pada kondisi fluida
dengan pH netral. Kalsit hadir sebagai ubahan menggantikan plagioklas.
Zona Kaolin-Smektit-Kuarsa
Zona kaolin-smektit-kuarsa hadir pada interval kedalaman 185-1000 mKU
sebagai ubahan pada litologi berupa andeit, andesit-basaltik, breksi andesit, dan tuff.
Mengacu pada Corbett dan leach (1998), zona ini sebanding dengan zona alterasi
argilik. Zona ini dicirikan oleh kehadiran mineral lempung yang dominan berupa kaolin
dan smektit, serta kuarsa yang hadir semakin bertambah seiring bertambahnya
kedalaman
Kaolin terbentuk pada kondisi fluida dengan pH 4 dan temperatur <150-2500C.
Mineral kaolin dan smektit yang termasuk ke dalam grup illit-kaolin hadir bersamaan
dan dapat ditemukan secara megaskopis (berupa mineral lempung berwarna putih) dan
melalui hasil analisis X-RD. Mineral lempung ini hanya dapat hadir pada kedalaman
yang relatif dangkal, karena semakin bertambahnya kedalaman dan temperatur maka
mineral lempung tersebut akan berubah menjadi illit dan/ atau serisit yang hadir pada
zona alterasi sebanding zona filik.
66
KEDALAMAN
LITOLOGI
PERSENTASE
(mKU)
INTENSITAS ALTERASI
SM / TM
300
Breksi Andesit
5-9
Lemah
400
Andesit-Basaltik
8-18
Lemah
500
Andesit
14-20
Lemah
600
Breksi Andesit
10-15
Lemah
700
Andesit
15-18
Lemah
800
Breksi Andesit
22-55
Lemah-Kuat
900
Breksi Andesit
22-55
Lemah-Kuat
1000
Andesit-Basaltik
20-24
Lemah
1100
Breksi Andesit
15-20
Lemah
1200
Breksi Andesit
28-81
Sedang-Sangat Kuat
1600
Andesit
5-50
Lemah-Sedang
Tabel 4.2 Persentase mineral ubahan sumur KMJ-X (hasil analisis mikroskopis dan
megaskopis)
Zona Kuarsa-Epidot-Klorit
Berdasarkan kehadiran mineral sekundernya, zona ini memberikan kisaran
temperatur pembentukan yang ditunjukkan oleh mineral spesifik berupa epidot yang
terbentuk pada temperatur >200-3000C.
Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang,
Kabupaten Bandung, Jawabarat
67
Zona Kuarsa-Serisit-Kalsit
Berdasarkan kehadiran mineral sekundernya, zona ini memberikan kisaran
temperatur pembentukan yang ditunjukkan oleh mineral spesifik berupa serisit yang
terbentuk pada temperatur >2600C.
Zona Kaolin-Smektit-Kuarsa
Berdasarkan kehadiran mineral sekundernya, zona ini memberikan kisaran
temperatur pembentukan yang ditunjukkan oleh mineral spesifik berupa kaolin dan
smektit yang terbentuk pada temperatur <100-2500C.
68
Membantu dalam interpretasi kedalaman erosi, kehadiran sesar dan gejala tektonik
lainnya yang berpengaruh
Pembuatan
69
frekuensi (histogram terlampir). Inklusi fluida disusun oleh satu fasa baik uap maupun
air dengan Th sebesar 2250C dan nilail salinitas 4.1% wt NaCL.
kondisi temperatur saat ini (Gambar 4.3). Pada kedalaman >1100 mKU, temperatur
purba dicirikan oleh kehadiran mineral epidot dengan kisaran temperatur pembentukan
>200-3000C, sedangkan pada saat pengukuran temperatur sumur diperoleh nilai 2202300C. Pada kedalaman 1000-1100 mKU, temperatur purba dicirikan oleh kehadiran
mineral serisit dengan kisaran temperatur pembentukan >2500C, sedangkan pada saat
pengukuran temperatur sumur diperoleh nilai 100-1500C. Pada kedalaman 180-1000
mKU, temperatur purba dicirikan oleh kehadiran mineral kaolin dan smektit dengan
kisaran temperatur pembentukan <100-2500C, sedangkan pada saat pengukuran
temperatur sumur diperoleh nilai 40-1000C. Dari hasil perbandingan temperatur tersebut
diperoleh nilai penurunan temperatur yang lebih rendah pada saat pengukuran sumur
daripada temperatur purba saat pembentukan mineral sekunder tersebut. Hal ini
menunjukkan kondisi sumber panas yang mulai mendingin.
Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang,
Kabupaten Bandung, Jawabarat
70
Gambar 4.3 Perbandingan temperatur purba dan temperatur pengukuran sumur KMJ-X
Zona Overburden
Zona ini berada pada kedalaman 0-185 mKU, terdiri dari tefra berukuran lapili.
Zona ini hanya berupa lapisan penutup antara bidang permukaan sumur dengan zona
penudung. Intensitas alterasi tergolong lemah dan berdasarkan pengamatan megaskopis
pada zona ini hanya terjadi proses ubahan berupa pelapukan yang memberikan warna
kekuningan sampai coklat pada serbuk bor. Zona overburden menunjukkan kisaran
temperatur 22-340C.
71
Zona Reservoir
Zona ini merupakan tempat tersimpannya uap panas dan dijadikan sebagai target
pemboran sumur panasbumi. Zona reservoir panasbumi dibagi menjadi zona dominasi
uap dan zona dominasi air yang dicirikan oleh kehadiran air dan uapnya. Sumur KMJ-X
memiliki reservoir yang didominasi oleh uap, dicirikan oleh grafik pengukuran
temperatur sumur yang menunjukkan pola konstan pada temperatur maksimum
pembentukan uap atau pada kedalaman >1100 mKU. Zona ini dicirikan oleh kehadiran
mineral bertemperatur tinggi seperti epidot pada zona ubahan kuarsa-epidot-klorit
dengan intensitas alterasi lemah-sangat kuat. Mineral epidot yang hadir pada
massadasar dijadikan sebagai penciri hadirnya uap yang membawa larutan pembentuk
mineral tersebut.
Secara umum daerah penelitian (area panasbumi Kamojang) memiliki sistem
panasbumi dimana kondisi reservoir didominasi oleh uap. Sistem panasbumi dominasi
uap dicirikan oleh kehadiran uap lebih dari 85%. Sistem ini biasanya hadir pada kondisi
yang memiliki aliran panas sangat tinggi tetapi recharge air yang rendah. Gas-gas dekat
permukaan pada reservoir dominasi uap mengalami kondensasi membentuk asam yang
melarutkan batuan di sekitar area mata air. Manifestasi yang hadir pada sistem
panasbumi dominasi uap dicirikan oleh batuan yang mengalami pelarutan, mata air
dengan komposisi asam-sulfat, dan tidak hadirnya air klorida. Mata air dengan pH<6
(asam) hadir diiringi oleh mudspots, geysers, dan fumarol. Manifestasi permukaan di
area panasbumi Kamojang hadir di sebelah Timur laut daerah penelitian (di luar daerah
penelitian) sedangkan pada sumur KMJ-X tidak ditemukan manifestasi permukaan.
Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang,
Kabupaten Bandung, Jawabarat
72
IV.6 Simpulan
Daerah penelitian terletak pada sistem panasbumi relief tinggi yang memiliki sistem
dua fasa (Browne, 1989). Berdasarkan siklus pembentukkannya (Ellis dan Mahon,
1977) daerah penelitian memiliki sistem berputar (cyclic system) bertemperatur
tinggi yang berasosiasi dengan volkanisme resen.
Sumur KMJ-X yang menjadi objek studi khusus dibagi menjadi 5 satuan batuan,
yaitu: satuan tefra lapili, satuan tuff, satuan andesit, satuan andesit-basaltik, dan
satuan breksi andesit.
Zona alterasi pada litologi sumur KMJ-X (Corbett dan Leach, 1998) tediri dari zona
kuarsa-epidot-klorit, kuarsa-serisit-kalsit, dan kaolin-smektit-kuarsa; atau sebanding
dengan zona propilitik, filik, dan argilik.
Sumur KMJ-X dibagi menjadi zona overburden pada kedalaman 0-185 mKU, zona
penudung pada kedalaman 185-1100 mKU (tipe ubahan argilik dan filik), dan zona
reservoir pada kedalaman >1100 mKU (tipe ubahan propilitik).
Sumur KMJ-X memiliki sistem reservoir dominasi uap, dicirikan oleh grafik
temperatur sumur yang menunjukkan pola konstan pada temperatur maksimum
pembentukan uap (2280C). Secara petrografi juga dicirikan oleh kehadiran mineral
epidot yang hadir sebagai ubahan pada sebagian massadasar pada zona reservoir dan
sebagai penciri temperatur tinggi, sedangkan adularia sebagai penciri zona didih
(boiling zone) atau indikator permeabilitas reservoir yang baik.
73
Geologi Dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, daerah Kamojang, kabupaten bandung, Jawabarat
74