Professional Documents
Culture Documents
sumardiyono99@yahoo.co.id
Abstrak
Tujuan: Untuk membantu pekerja mengatasi gangguan muskuloskleletal yang disebabkan karena
sikap kerja yang tidak ergonomis khususnya pekerja wanita bagian pola di industri batik.
Metode: Jenis penelitian eksperimental Quasi. Sampel yang digunakan 25 orang semuanya wanita
diambil dari populasi sejumlah 40 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling. Untuk
menguji perbedaan gangguan muskuloskleletal sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomis
digunakan analisis statistik paired t-test.
Hasil: Diperoleh hasil yang signifikan (t = 16.74; p = 0.000), berarti ada perbedaan rata-rata skor
keluhan muskuloskleletal sebelum dan sesudah tenaga kerja menggunakan kursi ergonomis.
Simpulan: Kursi ergonomis bermanfaat untuk menurunkan gangguan muskuloskleletal pada pekerja
industri batik, khususnya bagian pola.
Kata Kunci
1. PENDAHULUAN
Ergonomi
adalah
penyesuaian
tugas
pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah
untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.
Upaya
yang
dilakukan
antara
lain
menyesuaikan ukuran sarana kerja dengan
dimensi tubuh agar sesuai dengan ukuran
tubuh pekerja. Selain itu, ergonomis dapat
didefnisikan juga hubungan antara manusia
dengan
lingkungan
kerjanya,
yaitu
keseluruhan alat perkakas dan bahan yang
dihadapi, organisasi atau metoda kerjanya,
dan sekitar lingkungan kerjanya (Suyatno
,1985).
Pada pekerja industri batik, khususnya
bagian pola, maka pekerja yang bekerja
menggunakan sarana kerja berupa dingklik
dengan
ukuran
pendek,
sehingga
menyebabkan pekerja harus membungkuk
selama bekerja. Helendar (1994), menyatakan
bahwa pekerja yang bekerja dangan cara
tradisional dengan sikap kerja duduk dengan
posisi membungkuk dalam waktu lama akan
menyebabkan keluhan pada joint angle.
Pada survei awal sebelum dilakukannya
penelitian menunjukkan bahwa pada pekerja
bagian pola di industri batik Dewi Ratih
Masaran Sragen, bekerja dengan sikap paksa
yaitu dengan sikap duduk dan membungkukuk
selama bekerja. Sehubungan dengan hal
tersebut, peneliti akan meneliti pemakaian
kursi ergonomis berdasarkan hasil rancangan
(design) ilmu antropometri.
Pulat (1992) menyatakan, antropometri
adalah pengukuran dimensi tubuh atau
Sumardiyono
O1
(X)
O2
Keterangan :
O1
: Kelompok sampel sebelum diberi
perlakuan
(X)
: Perlakuan
O2
: Kelompok sampel sesudah diberi
perlakuan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar isian data, untuk mengetahui
identitas sampel penelitian; kursi kerja
ergonomis hasil rancangan, untuk memberikan
perlakuan kepada subjek penelitian; dan
Nordic Body Map, untuk mengetahui keluhan
muskloskleletal pada subjek penelitian. Untuk
menentukan adanya pengaruh pemberian
kursi kerja yang ergonomis terhadap keluhan
muskuloskleletal uji statistik paired t-test.
Nordic Body Map merupakan salah satu
cara untuk menilai tingkat keparahan (severity)
sistem muskuloskleletal. Nordic Body Map
menggunakan lembar kerja berupa peta tubuh
(body map) dengan metode sangat sederhana,
mudah dipahami, murah dan memerlukan
waktu yang sangat singkat (+ 5 manit) per
individu.
Observer
dapat
langsung
mewawancarai atau menanyakan kepada
responden, pada otot-otot skleletal bagian
mana saja yang mengalami gangguan
kenyerian atau sakit, atau dengan menunjuk
langsung pada setiap otot skleletal sesuai
yang tercantum dalam lembar kerja kuesioner
Nordic Body Map.
Sumardiyono
Total
Skor
Individu
28 49
Tingkat
Risiko
Tindakan Perbaikan
Rendah
50 70
Sedang
71 91
Tinggi
92
112
Sangat
Tinggi
3. HASIL PENELITIAN
Sesuai dengan teknik pengambilan sampel
yang digunakan, penelitian ini menggunakan
sampel sebanyak 25 orang tenaga kerja
wanita. Dari 25 orang sampel tersebut, diukur
ukuran
antropometri
tubuhnya
yang
berhubungan dengan perancangan kursi kerja,
meliputi tinggi lutut duduk, jarak lekuk lutut
sampai garis punggung, lebar pinggul, dan
tinggi punggung. Semua sampel penelitian
diwawancarai keluhan muskuloskleletal yang
dialami selama melakukan pekerjaan dengan
panduan nordic body map. Wawancara
dilakukan
sebelum
dan
sesudah
menggunakan kursi hasil rancangan penelitian
berdasarkan data ukuran antropometri tenaga
kerja, dengan dasar pengukuran tinggi lutut
duduk (persentil 5%), jarak lekuk lutut sampai
garis punggung (persentil 5%), lebar pinggul
(persentil 95%), dan tinggi punggung (persentil
5%), serta perhitungan mengenai kelonggaran.
Sumardiyono
Deskripsi Dingklik
Dingklik merupakan tempat duduk pekerja
batik tulis bagian pola. Dalam melaksanakan
pekerjaannya, pembatik tulis
melakukan
pekerjaan dengan posisi kerja yang tidak
ergonomis dan monoton, yaitu bekerja dengan
posisi duduk menggunakan dingklik seperti
pada gambar berikut.
Gambar 1. Dingklik
Dimensi ukuran dingklik sebagai berikut :
a) panjang dingklik rata-rata = 317.1 mm
b) lebar dingklik rata-rata = 255.6 mm
c)
tinggi dingklik rata-rata = 142.3 mm
d) Sandaran = tidak ada
Deskripsi Posisi Kerja Sebelum Memakai
Kursi Ergonomis
Jarak antar pekerja kurang dari 2 meter, dengan
alasan menghemat biaya untuk penyediaan
kompor dan wajan. Satu kompor dan wajan
digunakan oleh 3 - 4 tenaga kerja, sehingga
membatasi gerak tenaga kerja. Selain itu
pekerjaan membatik tulis menyebabkan tenaga
kerja melakukan gerakan yang monoton dengan
posisi kerja duduk yang tidak ergonomis dalam
bekerja selama 7 jam sehari dan keadaan
tersebut telah berlangsung bertahun-tahun
sesuai dengan masa kerja masing-masing
tenaga kerja. Posisi duduk tenaga kerja seperti
pada gambar berikut ini.
302
Nilai
Minimal
Nilai
Maksimal
Rata-rata
Persentil
5%
Persentil
95%
Tinggi
Lutut
Duduk
(mm)
Jarak
Lekuklutut Garis
Punggung
(mm)
Lebar
Pingg
ul
(mm)
Tinggi
Punggun
g (mm)
335.0
306.0
291.0
301.0
397.0
455.0
384.0
446.0
360.8
414.2
338.7
390.9
338.4
379.4
299.2
353.4
379.8
448.0
379.8
424.8
1
2
3
4
Tinggi
Panjang
Lebar
Sandaran
1.
2.
3.
4.
Ukura
n
Kursi
Tinggi
Kursi
Perse
ntil
Ukuran
(mm)
5%
338.4
Panja
ng
kursi
Lebar
Kursi
Tinggi
Sanda
ran
5%
379.4
95%
379.8
5%
353.4
Sumardiyono
Dingklik
(mm)
Kursi
Kerja
Gambar a
Kebutuhan
meluruskan
kaki sebagai
penopang
kain pola (50.0 mm)
No.
146.1
62.3
124.2
-
Kelonggaran
(mm)
288.4
379.4
379.8
353.4
142.3
317.1
255.6
Tidak
ada
Selisih
(mm)
Gambar b
Gambar 3. Posisi duduk pekerja sebelum dan
sesudah memakai design kursi hasil rancangan
Tabel 5.
No.
1.
Gambar A
Dingklik terlalu
pendek, kaki tidak
bisa relaksasi
2.
Panjang dingklik
terlalu pendek,
sehingga tungkai atas
(paha) tertekan,
sehingga
Gambar B
Tinggi kursi sesuai
tinggi lekuk lutut,
sehingga posisi kaki
lebih rileks.
Pangjang kursi sesuai
panjang tungkai atas
dan alas duduk
empuk, sehingga
paha tidak tertekan.
303
3.
4.
5.
menghambat
peredaran darah
Lebar dingklik terlalu
sempit, sehingga
pantat tidak bisa
terkover di dingklik.
Dingklik tanpa
sandaran, sehingga
melelahkan.
Deskripsi
Keluhan
Muskuloskleletal
Sebelum Memakai Design Kursi Ergonomis
Hasil Rancangan
Deskripsi total skor keluhan muskuloskleletal
yang dirasakan tenaga kerja sebelum
memakai kursi ergonomis tersaji pada tabel
berikut.
Tabel 6. Deskripsi Total Skor Keluhan
Muskuloskleletal
Sebelum
Menggunakan
Kursi
Hasil
Rancangan
No.
1
2
3
4
5
6
Deskripsi Statistik
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Rentang nilai
Standar Deviasi
Modus
Rata-rata
Nilai (mm)
52
73
21
5.152
62
66.04
Deskripsi
Keluhan
Muskuloskleletal
Sesudah Memakai Design Kursi Ergonomis
Hasil Rancangan
Deskripsi total skor keluhan muskuloskleletal
yang dirasakan tenaga kerja sesudah
memakai kursi ergonomis tersaji pada tabel
berikut.
Tabel 7. Deskripsi Total Skor Keluhan
Muskuloskleletal
Sesudah
Menggunakan
Kursi
Hasil
Rancangan
No.
1
2
3
4
5
6
Deskripsi Statistik
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Rentang nilai
Standar Deviasi
Modus
Rata-rata
Sumardiyono
Nilai (mm)
40
66
26
5.694
44
46.8
No.
1
Variabel
Keluhan
muskuloskleletal
sebelum
menggunakan
kursi ergonomis
Keluhan
muskuloskleletal
sesudah
menggunakan
kursi ergonomis
t
16.740
p
0.000
Hasil
Signifikan
305
2. Penyuluhan
pentingnya
upaya
kesehatan kerja bagi pengusaha dan
tenaga kerja.
REFERENSI
i.
Ahmad Watik Pratiknya. 2004. Dasardasar
Metodologi
Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Manajemen
PT
Raja
Grafindo
Persada.
ii.
Annis, J.F. & McCoville, J.T., 1996.
Anthropometry, dalam Battacharya, A.
& McGlothlin, J.D. eds. Occupational
Ergonomic. Marcel Dekker Inc. USA.
Pp:1-46.
iii.
Dewi Ratih, 2011. Batik Tulis Dewi
Ratih.
http://batiktulisdewiratih.blogspot.
com/2011_04_01_archive.html
iv.
Grandjean, 1993. Fitting the Task to
the Man. 4th ed. Taylor & Francis Inc.
London.
v.
Helander, M. 1995. A guide to the
ergonomics of manufacturing. London:
Taylor and Francis Ltd.
vi.
Lemasters GK, Atterbury MR, BoothJones AD, Bhattacharya A, OllilaGlenn N, Forrester C, Forst L., 1996.
Prevalence
of
work-related
musculoskeletal disorders in active
union carpenters. Occup Environ Med
55(6):421-427.
vii.
Pemda Sragen, 2010. Batik Sragen
Berobsesi
Tembus
Pasar
Mancanegara.
http://infosragen.blogspot.com/2010/06/batiksragen-berobsesi-tembus-pasar.html
viii.
Pratomo,A.W. 2007. Hubungan antara
Kursi Kerja dengan timbulnya Keluhan
Nyeri Pinggang Pada Pekerja Tenun
Kain Sarung Di ATBM (Alat Tenun
Bukan Mesin) Desa Beji Kecamatan
Taman Kabupaten Pemalang Tahun
2006. Semarang : Skripsi Fakultas
Ilmu Keolahragaan UNNES.
ix.
Pulat, BM. 1992. Fundamental of
Industrial Ergonomic. Prectise Hall
Englewood Cliffs New Jersey
x.
Purwanti D, 2008. Hubungan Antara
Ergonomi Kerja Terhadap Timbulnya
Gangguan Kesehatan Akibat Kerja
pada Pekerja di PG KREMBOONG
Sidoarjo. Thesis. Malang : Universitas
Muhamadiyah Malang.
xi.
Subagyo,
S.
2010.
Pengaruh
Ergonomis Stasiun kerja terhadap
Keluhan otot-otot skeletal Pekerja lakilaki Kantor
Adminitrasi Dokumen
Building PT Krakatau Steel Cilegon.
Sumardiyono
xii.
xiii.
xiv.
306