You are on page 1of 28

PEDOMAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MULOK

SD NEGERI PASIRGUNUNG SELATAN 1


KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK

Disusun untuk dijadikan Pedoman Kegiatan Pembelajaran Muatan Lokal bagi peserta didik
SD NEGERI PASIRGUNUNG SELATAN 1 UPT Pendidikan TK/SD Kecamatan Cimanggis Kota Depok

Oleh :
Kepala Sekolah, Dewan Guru, dan Komite Sekolah
SD NEGERI PASIRGUNUNG SELATAN 1

PEMERINTAH KOTA DEPOK


DINAS PENDIDIKAN
UPT PENDIDIKAN TK / SD KECAMATAN CIMANGGIS
SD NEGERI PASIRGUNUNG SELATAN 1
2015

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

i
ii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B.

Landasan

C.

Tujuan

1
2
2

D. Ruang Lingkup
II.

MUATAN LOKAL
A.

Pengertian

B.

Konsep Pengembangan

C.

Acuan Pengembangan

D.

Ruang Lingkup Muatan Lokal

E.

Implementasi

F.

Penilaian

G.

Pelaporan

4
5
6
6
7
7
8
9

III. LANGKAH AWAL PENYUSUNAN MUATAN LOKAL


A.

Identifikasi Kondisi dan Kebutuhan Daerah

B.

Identifikasi Potensi Satuan Pendidikan

C.

Identifikasi Jenis Muatan Lokal

9
10
12
13

D. Kerjasama dengan Unsur Lain

13

IV. PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL

14

A.

Rambu-rambu Pengembangan Muatan Lokal

B.

Menentukan Mata Pelajaran Muatan Lokal

C.

Penyusunan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

D. Pengembangan Silabus

14
14
16
17

E. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

ii

18

F. Pengembangan Penilaian

22

V. PENUTUP

28

DAFTAR PUSTAKA

30

LAMPIRAN
Lampiran 1 Contoh analisis penenuan muatan lokal
Lampiran 2 Contoh SK dan KD muatan lokal
Lampiran 3 Contoh Silabus Muatan Lokal
Lampiran 4 Contoh RPP Muatan Lokal

iii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang memiliki keanekaragaman multikultur
(adat istiadat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah, dll.) merupakan ciri khas
yang memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa. Keanekaragaman tersebut harus dilestarikan dan
dikembangkan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia melalui upaya
pendidikan. Pengenalan keadaan lingkungan, sosial, dan budaya kepada peserta didik
memungkinkan mereka untuk lebih mengakrabkan diri dengan lingkungannya. Pengenalan dan
pengembangan lingkungan melalui pendidikan diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas
sumber daya manusia yang pada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik.
Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya program muatan lokal dalam Standar Isi dilandasi
kenyataan bahwa Indonesia terdiri atas berbagai daerah dengan beranekaragam kondisi geografis,
sumber daya alam, dan masyarakat (sumber daya manusia) dengan latar belakang sejarah dan
kebudayaan yang bervariasi. Satuan Pendidikan merupakan bagian dari masyarakat. Oleh karena itu,
program pendidikan di setiap satuan pendidikan perlu memberikan wawasan yang luas kepada
peserta didik tentang kekhususan yang ada di lingkungannya melalui pembelajaran muatan lokal.
Standar Isi yang disusun secara terpusat tidak mungkin dapat mencakup beranekaragam mata
pelajaran muatan lokal. Agar pelaksanaan muatan lokal di Sekolah Menengah Atas (SD) terlaksana
dengan baik, Direktorat Pembinaan SD perlu menerbitkan panduan pengembangan muatan lokal.

B. Landasan
1. Undang Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan;
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi;
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetesnsi
Lulusan;
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006;
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendiknas
Nomor 24 Taun 2006;
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan;
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian;
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana
Prasarana;
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.

C.

Tujuan
Panduan pengembangan muatan lokal ini disusun dengan tujuan:
1. Memberikan pemahaman/persepsi yang sama tentang mata pelajaran Muatan Lokal;
2. Sebagai acuan bagi satuan pendidikan dalam melaksanakan mata pelajaran Muatan Lokal.

D.

Ruang Lingkup
Panduan ini secara garis besar membahas penyusunan muatan lokal yang meliputi:
1. pengertian dan ruang lingkup muatan lokal,
2. persiapan dan pengembangan muatan lokal,
3. lampiran berupa contoh-contoh.

II. MUATAN LOKAL

Pemberlakuan KTSP membawa implikasi bagi satuan pendidikan dalam melaksanakan pembelajaran.
Semua mata pelajaran yang terdapat dalam bagian A Struktur Kurikulum dalam Standar Isi telah
dilengkapi dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar masing-masing. Sedangkan Mata
Pelajaran Muatan Lokal yang merupakan kegiatan kurikuler yang harus diajarkan di kelas tidak
dilengkapi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Hal ini dapat dimengerti karena Standar Isi
(termasuk Standar Kompetensi dan Kopetensi Dasar) yang disiapkan oleh pusat tidak mungkin dapat
mengakomodasi kebutuhan daerah dan lingkungan yang beranekaragam.
Setiap satuan pendidikan harus menyusun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk muatan
lokal yang dipilihnya. Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran
Muatan Lokal bukanlah pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu, tim kurikulum di setiap satuan
pendidikan perlu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan muatan lokal yang
sesuai dengan kebutuhan lingkungan, kondisi satuan pendidikan, dan peserta didik masing-masing.

A. Pengertian
Muatan Lokal adalah kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan
ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan
ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran Muatan Lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan dan tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan.
Muatan Lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Keberadaan mata pelajaran Muatan Lokal merupakan
bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan
pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan
daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip pengembangan KTSP bahwa
kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk
membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan
kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan, sejalan dengan motto Bhineka Tunggal
Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Muatan Lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan
pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran Muatan Lokal setiap semester. Ini berarti
bahwa dalam satu tahun pembelajaran, satuan pendidikan dapat menyelenggarakan lebih dari satu
mata pelajaran Muatan Lokal untuk setiap tingkat.

B. Konsep Pengembangan
Pengembangan muatan lokal perlu memperhatikan potensi daerah yang meliputi (1) Sumber Daya Alam
(SDA); (2) Sumber Daya Manusia (SDM); (3) Geografis; (4) Budaya; dan (5) Historis.
1. Keterkaitan Muatan Lokal dengan Potensi SDA

Sumber Daya Alam (SDA) adalah potensi yang terkandung dalam bumi, air, dan udara yang dalam
bentuk asalnya dapat didayagunakan untuk berbagai kepentingan. Contoh untuk bidang: pertanian
(a.l. padi, buah-buahan, ubi kayu, jagung, sayur-sayuran dll.), perkebunan (a.l. tebu, tembakau, kopi,
karet, coklat dll.), peternakan (a.l. unggas, sapi, kambing dll.), dan perikanan (a.l. ikan laut/tawar,
tumbuhan laut dll.).
2. Keterkaitan Muatan Lokal dengan Potensi SDM
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah manusia dengan segenap potensi yang dimilikinya dapat
dimanfaatkan dan dikembangkan agar menjadi makhluk sosial yang adaptif (mampu menyesuaikan
diri terhadap tantangan alam, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan perubahan
sosial budaya) dan transformatif (mampu memahami, menterjemahkan, dan mengembangkan
seluruh pengalaman dan kontak sosialnya bagi kemaslahatan diri dan lingkungannya pada masa
depan), sehingga mampu mendayagunakan potensi alam di sekitarnya secara seimbang dan
berkesinambungan.
Aspek SDM menjadi penentu keberhasilan dari semua aspek/potensi muatan lokal, karena
sebagai sumber daya dapat memberi dampak positif dan negatif terhadap kualitas muatan
yang akan dikembangkan, bergantung kepada paradigma, kultur, dan etos kerja SDM
bersangkutan. Tidak ada realisasi dan implementasi muatan lokal tanpa melibatkan
memposisikan manusia sebagai aspek sentral dalam proses pencapaiannya.

SDM
lokal
yang
dan

3. Keterkaitan Muatan Lokal dengan Potensi Geografis


Proses pengkajian muatan lokal ditinjau dari aspek geografi perlu memperhatikan berbagai aspek,
seperti aspek oseanologi (potensi kelautan), antropologi (ragam budaya/suku bangsa yang sangat
potensial untuk dikembangkan sebagai sektor pariwisata), ekonomi (meningkatkan kehidupan/taraf
hidup masyarakat setempat) dan demografi (daerah/obyek wisata). Aspek-aspek dimaksud
merupakan salah satu aspek penentu dalam menetapkan potensi muatan lokal.
4. Keterkaitan Muatan Lokal dengan Potensi Budaya
Budaya merupakan suatu sikap, sedangkan sumber sikap adalah kebudayaan. Untuk itu, salah satu
sikap menghargai kebudayaan suatu daerah, adalah upaya
masyarakat setempat untuk
melestarikan dan menonjolkan ciri khas budaya daerah menjadi muatan lokal. Sebagai contoh
muatan lokal yang berkaitan dengan aspek budaya, antara lain berbagai upacara keagamaan/adat
istiadat (upacara Ngaben di Bali, Sekaten dan Grebeg di Yogyakarta dll.).
5. Keterkaitan Muatan Lokal dengan Potensi Historis
Potensi historis merupakan potensi sejarah dalam wujud peninggalan benda-benda purbakala
maupun tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Konsep historis jika dioptimalkan
pengelolaannya akan menjadi arena/wahana wisata yang bisa menjadi aset, bahkan menjadi
keunggulan lokal dari suatu daerah tertentu. Untuk itu, perlu dilakukan pelestarian terhadap nilainilai tradisional dengan memberi sentuhan baru agar terjadi perpaduan antara kepentingan
tradisional dan kepentingan modern, sehingga aset atau potensi sejarah bisa menjadi bagian dari
muatan lokal. Misalnya, Satuan Pendidikan di sekitar objek wisata Candi Borobudur, Magelang
mengembangkan muatan lokal kepariwisataan.

C. Acuan Pengembangan
Muatan Lokal dapat dikembangkan dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan tingkat SD
berdasarkan:
1. Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), potensi dan kebutuhan daerah yang
mencakup aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), ekologi,
dan lain-lain;
2. Kebutuhan, minat, dan bakat peserta didik;
3. Ketersediaan daya dukung/potensi satuan pendidikan (internal) antara lain:
Kurikulum Satuan Pendidikan yang memuat mata pelajaran muatan lokal;
Sarana prasarana: ruang belajar, peralatan praktik, media pembelajaran, buku/bahan ajar
sesuai dengan mata pelajaran muatan lokal yang diselenggarakan;
Ketenagaan dengan keahlian sesuai tuntutan mata pelajaran muatan lokal;
Biaya operasional pendidikan yang diperoleh melalui berbagai sumber.
4. Ketersediaan daya dukung eksternal antara lain:
Dukungan Pemda Kab./Kota berupa kebijakan, pembinaan dan fasilitas/pembiayaan;
Stakeholders yang memiliki kepedulian untuk mendukung keseluruhan proses
penyelenggaraan mata pelajaran muatan lokal, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi program;
Nara sumber yang memiliki kemampuan/keahlian sesuai dengan mata pelajaran Muatan Lokal
yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan;
Satuan pendidikan formal lain dan/atau satuan pendidikan non formal yang terakreditasi.
D. Ruang Lingkup Muatan Lokal
Ruang lingkup muatan lokal untuk SD dapat berupa:
1. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah/Lingkungan
Keadaan lingkungan satuan pendidikan/daerah yang berkaitan dengan lingkungan alam, sosial
ekonomi, dan sosial budaya yang selalu menuntut perkembangan. Kebutuhan daerah, misalnya
di bidang jasa, perdagangan, pariwisata, industri, dsb. adalah segala sesuatu yang diperlukan
oleh masyarakat lingkungan, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf
kehidupan masyarakat yang disesuaikan dengan arah perkembangan serta potensi yang ada di
daerah. Kebutuhan dimaksud, meliputi :
a. Pelestarian dan pengembangan kebudayaan daerah;
b. Peningkatan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu;
c. Peningkatan penguasaan bahasa Inggris dan bahasa asing lain untuk keperluan
berkomunikasi, dan menunjang pemberdayaan individu dalam menerapkan belajar
sepanjang hayat;
d. Peningkatan kemampuan berwirausaha.
2. Lingkup Isi/Jenis Muatan Lokal untuk SD, dapat berupa:
a. Bahasa asing yang tidak terdapat dalam mata pelajaran pada struktur kurikulum satuan
pendidikan yang bersangkutan;

b. Kesenian daerah, budaya, dan adat istiadat;


c. Keterampilan dan kerajinan yang dapat digunakan untuk berwirausaha;
d. Pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam, sosial, dan budaya daerah, serta
permasalahan dan solusinya;
e. Materi lain yang dianggap perlu untuk pembangunan masyarakat dan pemerintah daerah
yang menunjang pembangunan nasional di antaranya, pengembangan karakter,
kewirausahaan, kepariwisataan, dan konservasi (menjaga, memelihara, dan
memanfaatkan) flora/fauna.
E. Implementasi
Penerapan Muatan Lokal diharapkan dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang luas tentang keadaan lingkungan
daerah dan kebutuhan masyarakatnya sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku serta ikut
mengambil bagian dalam mendukung kelangsungan pembangunan daerah dan pembangunan
nasional.
Melalui implementasi Muatan Lokal yang dikembangkan di satuan pendidikan, diharapkan peserta
didik dapat:
1. mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budaya daerah;
2. memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai lingkungan daerah
yang berguna bagi dirinya dan masyarakat pada umumnya;
3. memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerah, serta
melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya daerah dalam rangka menunjang
pembangunan nasional;
4. berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat dan pemerintah daerah.
F. Penilaian
Penilaian hasil belajar mata pelajaran muatan lokal disesuaikan dengan kelompok mata pelajaran
yang relevan dengan SK dan KD yang dikembangkan. Nilai mata pelajaran muatan lokal berupa nilai
kuantitatif (untuk aspek pengetahuan dan atau praktik) dan kualitatif (untuk aspek afektif). Seperti
mata pelajaran lain dalam KTSP, penilaian untuk muatan lokal menggunakan acuan kriteria. Oleh
karena itu, perlu dibuat kriteria ketuntasan minimal untuk mata pelajaran muatan lokal.

G. Pelaporan
Setiap akhir semester hasil belajar muatan lokal bersama hasil belajar mata pelajaran lain
dilaporkan kepada orangtua/wali peserta didik dalam bentuk Laporan Hasil Belajar (rapor) berupa
angka (untuk aspek pengetahuan dan atau praktik) dan predikat (untuk aspek afektif), disertai
deskripsi kemajuan belajar/ketercapaian kompetensi peserta didik.

III. LANGKAH AWAL PENYUSUNAN MUATAN LOKAL

Sebelum menyusun muatan lokal, satuan pendidikan perlu melakukan serangkaian kegiatan agar
muatan lokal yang disusun benar-benar realistis dan implementatif sesuai dengan kebutuhan peserta
didik untuk memenuhi kebutuhan pembangunan daerah.
Langkah awal penyusunan muatan lokal, meliputi (1) identifikasi keadaan dan kebutuhan
lingkungan/daerah, (2) identifikasi potensi daya dukung - internal dan eksternal, (3) identifikasi materi
pembelajaran muatan lokal sesuai dengan kebutuhan dan potensi satuan pendidikan, dan (4) kerjasama
dengan pihak lain.
A. Identifikasi Kondisi dan Kebutuhan Daerah
Kegiatan identifikasi ini dilakukan untuk mendata dan menelaah berbagai kondisi dan kebutuhan
daerah. Data dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait seperti Pemerintah Daerah tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kotamadya/Kecamatan/ Kelurahan, Perguruan Tinggi Negeri/Swasta, dan Dunia
Usaha/Industri.
Kondisi daerah dapat ditinjau dari potensi daerah yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan
kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari:
1. Rencana pembangunan daerah, termasuk prioritas pembangunan daerah, baik pembangunan
jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan berkelanjutan (sustainable
development);
2. Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis-jenis kemampuan dan keterampilan yang
diperlukan;
3. Aspirasi masyarakat mengenai konservasi alam dan pengembangan daerah.
Pengumpulan data untuk identifikasi kondisi dan kebutuhan daerah dapat dilakukan melalui wawancara
atau pemberian kuesioner kepada responden. Dalam melakukan wawancara atau menyusun kuesioner,
Satuan Pendidikan mengumpulkan data mengenai:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kondisi sosial (hubungan kemasyarakatan antar-penduduk, kerukunan antarumat beragama, dsb.);


Kondisi ekonomi (mata pencaharian penduduk, rata-rata penghasilan, dsb.)
Aspek budaya (etika sopan santun, kesenian daerah, bahasa yang banyak digunakan, dsb.);
Kekayaan alam (pertambangan, perikanan, perkebunan, dsb.);
Makanan khas daerah (gado-gado Jakarta, asinan Bogor, gudeg Yogya, rendang Padang, dsb.);
Prioritas pembangunan daerah (busway, pusat perbelanjaan, pengentasan kemiskinan, dsb.);
Kepedulian masyarakat akan konservasi dan pengembangan daerah;
Jenis-jenis kemampuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan daerah
(sebagai kota jasa, kota perdagangan, dan kota pariwisata), seperti kemampuan berbahasa asing,
keterampilan komputer, dll.

B. Identifikasi Potensi Satuan Pendidikan


Kondisi satuan pendidikan baik negeri maupun swasta di berbagai daerah sangat bervariasi. Oleh karena
itu, untuk menentukan muatan lokal yang akan dilaksanakan, setiap satuan pendidikan harus melakukan
identifikasi terhadap potensi masing-masing. Kegiatan ini dilakukan untuk mendata dan menganalisis
7

daya dukung yang dimiliki. Kegiatan yang dilaksanakan adalah analisis kekuatan, kelemahan, peluang,
dan tantangan yang ditekankan pada kebutuhan peserta didik yang harus memperhatikan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

lingkungan, sarana dan prasarana,


ketersediaan sumber dana,
sumber daya manusia (pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik),
dukungan Komite Sekolah dan masyarakat setempat,
dukungan unsur lain seperti dunia usaha/industri,
kemungkinan perkembangan sekolah.

C. Identifikasi Jenis Muatan Lokal


Berdasarkan kajian berbagai sumber, satuan pendidikan dapat memilih/ menentukan jenis muatan lokal
yang memungkinkan untuk dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan potensi satuan
pendidikan. Penentuan jenis muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik (fisik, psikis, dan sosial);
ketersediaan pendidik yang diperlukan;
ketersediaan sarana dan prasarana;
ketersediaan sumber dana;
tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa;
tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan;
diperlukan oleh lingkungan sekitar.
Berbagai jenis muatan lokal yang dapat dikembangkan misalnya:
a. Kesenian daerah;
b. Tata busana, tata boga, perawatan tubuh, dan sejenisnya;
c. Elektronika (perakitan, perawatan, dan perbaikan alat-alat elektronik);
d. Kewirausahaan, industri kecil (penyiapan, produksi, dan pemasaran);
e. Pendayagunaan potensi kelautan;
f. Lingkungan hidup (pengelolaan dan pelestarian);
g. Pembinaan karakter (etika dan pemberian layanan prima);
h. Komputer (yang tidak termasuk dalam SK/KD mata pelajaran TIK), misalnya perakitan &
perbaikan komputer, desain grafis, komputer akuntansi, dan sejenisnya;
i. Bahasa Asing (yang tidak termasuk dalam struktur kurikulum mata pelajaran bahasa Asing).

D. Kerjasama dengan Unsur Lain


Pengembangan muatan lokal bukanlah pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu, satuan pendidikan harus
mempersiapkan berbagai hal untuk memperlancar pengembangan muatan lokal yang akan dilaksanakan
pada satuan pendidikan masing-masing.
Satuan pendidikan dan komite sekolah mempunyai wewenang penuh dalam menentukan jenis muatan
lokal yang akan dilaksanakan. Tim pengembang kurikulum yang sudah dibentuk di setiap satuan
pendidikan, bertanggung jawab dalam pengembangan muatan lokal. Dalam hal ini, perlu
dipertimbangkan pula masukan dari guru yang akan mengampu mata pelajaran muatan lokal. Di
samping itu, satuan pendidikan perlu menjalin kerjasama dengan unsur-unsur lain, seperti Tim
Pengembang Kurikulum tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
8

(LPMP), Perguruan Tinggi, dan instansi/lembaga lain misalnya dunia usaha/industri, Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dan Dinas lain yang terkait. Dalam kerjasama ini masingmasing unsur memiliki peran, tugas, dan tanggung jawab tertentu.
1. Peran, tugas, dan tanggung jawab tim pengembang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dalam pengembangan muatan lokal secara umum adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah;
b. Mengidentifikasi potensi sumber daya yang ada di satuan pendidikan;
c. Mengidentifikasi jenis muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi peserta didik
dan satuan pendidikan;
d. Menentukan jenis dan prioritas muatan lokal yang akan dilaksanakan;
e. Menyusun SK, KD, dan silabus muatan lokal.
Selanjutnya, pendidik yang mengampu Muatan Lokal menyusun Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM),
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan bentuk-bentuk penilaiannya mengacu pada silabus yang
telah dikembangkan.
2. Peran Tim Pengembang Kurikulum tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi, dan LPMP
adalah memberikan bimbingan teknis dalam:
a. mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah;
b. mengidentifikasi potensi sumber daya yang ada di satuan pendidikan;
c. mengidentifikasi jenis muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi peserta didik
dan satuan pendidikan;
d. menentukan jenis dan prioritas muatan lokal yang akan dilaksanakan;
e. menyusun SK, KD, dan silabus muatan lokal;
f. memilih alternatif metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta
didik dan jenis muatan lokal;
g. mengembangkan penilaian yang tepat untuk muatan lokal yang dilaksanakan.
3. Peran pemerintah daerah tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota/Kecamatan/ Kelurahan secara umum
adalah:
a. memberi informasi mengenai potensi daerah yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya,
kekayaan alam, dan sumber daya manusia di wilayah lingkungan satuan pendidikan yang
bersangkutan, serta prioritas pembangunan daerah di berbagai sektor yang dikaitkan dengan
sumber daya manusia yang dibutuhkan;
b. memberi gambaran mengenai kemampuan dan keterampilan yang diperlukan pada sektorsektor tertentu;
c. memberi sumbangan pemikiran, pertimbangan, dan bantuan dalam menentukan prioritas
muatan lokal sesuai dengan nilai-nilai dan norma setempat.
4. Peran instansi/lembaga lain seperti dunia usaha/industri, SMK, PLS, dan Dinas terkait secara umum
adalah:
a. memberi informasi mengenai kompetensi yang harus dikuasai peserta didik untuk muatan lokal
tertentu;
b. memberi masukan dan atau contoh SK, KD, dan silabus yang dapat diadaptasi untuk muatan
lokal di SD;
c. memberi fasilitas kepada peserta didik untuk berkunjung/belajar/praktik di tempat tersebut
guna memantapkan kemampuan/keterampilan yang didapat dalam muatan lokal.
9

IV PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL


Setelah melaksanakan langkah awal penyusunan muatan lokal, satuan pendidikan dapat menentukan
muatan lokal yang akan dilaksanakan. Pengembangan muatan lokal memerlukan penanganan secara
profesional dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya. Dengan demikian, muatan lokal dapat
mendukung pembangunan daerah dan pembangunan nasional, serta memperhatikan keseimbangan
dengan kurikulum satuan pendidikan masing-masing.
A. Rambu-rambu Pengembangan Muatan Lokal
Rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam pengembangan muatan lokal:
1.

Satuan Pendidikan yang mampu menyusun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta
silabusnya dapat melaksanakan muatan lokal sendiri sesuai dengan yang diprogramkan;

2. Satuan Pendidikan yang belum mampu menyusun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta
silabus muatan lokal sendiri, dapat bekerjasama dengan SD terdekat yang masih dalam satu
Kecamatan/Kabupaten/Kota. Apabila beberapa SD dalam satu Kecamatan/Kabupaten/Kota belum
mampu mengembangkan muatan lokal, maka yang bersangkutan dapat meminta bantuan Dinas
Pendidikan setempat;
3. Materi pembelajaran muatan lokal hendaknya sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
yang mencakup perkembangan pengetahuan dan cara berpikir, emosi, dan sosial. Pelaksanaan
kegiatan pembelajaran diatur agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu
penguasaan mata pelajaran lain;
4. Program pembelajaran muatan lokal hendaknya dikembangkan secara kontekstual dengan melihat
kedekatan dengan peserta didik yang meliputi kedekatan secara fisik dan psikis. Dekat secara fisik,
maksudnya materi pembelajaran muatan lokal terdapat dalam lingkungan tempat tinggal peserta
didik dan atau satuan pendidikan. Dekat secara psikis, maksudnya bahwa materi pembelajaran dan
informasinya mudah dipahami oleh peserta didik sesuai dengan perkembangan usianya. Untuk itu,
bahan pembelajaran muatan lokal hendaknya disusun berdasarkan prinsip belajar yaitu bertitik
tolak dari (a) hal-hal konkret ke abstrak, (b) yang diketahui ke yang belum diketahui, (c) pengalaman
lama ke pengalaman baru, (d) yang mudah/sederhana ke yang lebih sukar/rumit. Selain itu, materi
pembelajaran hendaknya bermakna/bermanfaat bagi peserta didik sebagai bekal mereka dalam
menghadapi kehidupan sehari-hari;
5. Materi pembelajaran hendaknya memberikan keluwesan bagi pendidik dalam memilih metode
pembelajaran dan sumber belajar seperti buku, sarana lain, dan nara sumber. Dalam kaitan dengan
sumber belajar, pendidik diharapkan dapat mengembangkan sumber belajar yang sesuai dengan
memanfaatkan potensi di lingkungan satuan pendidikan, misalnya dengan memanfaatkan
tanah/kebun sekolah, meminta bantuan dari instansi terkait, dunia usaha/ industri (lapangan kerja),
atau tokoh-tokoh masyarakat. Selain itu pendidik hendaknya dapat memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran, baik secara mental,
fisik, maupun sosial;
6. Materi pembelajaran muatan lokal yang diajarkan harus bersifat utuh dalam arti mengacu kepada
suatu tujuan pembelajaran yang jelas dan memberi makna kepada peserta didik. Namun demikian,
materi pembelajaran muatan lokal tertentu tidak harus secara terus-menerus diberikan mulai dari
kelas 1 s.d. 6. Setiap jenis muatan lokal diberikan minimal satu semester;
10

7. Pengalokasian waktu untuk materi pembelajaran muatan lokal perlu memperhatikan jumlah minggu
efektif untuk muatan lokal pada setiap semester.
B. Menentukan Mata Pelajaran Muatan Lokal
Berdasarkan hasil identifikasi dan kerjasama yang telah dilakukan dalam langkah awal, satuan
pendidikan dapat menentukan jenis mata pelajaran muatan lokal. Kegiatan pembelajaran dirancang
agar materi pembelajaran muatan lokal dapat memberi bekal pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku kepada peserta didik. Dengan demikian, peserta didik memiliki wawasan yang luas tentang
keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku dan
mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional.
C. Penyusunan SK dan KD
Seperti mata pelajaran lain, muatan lokal harus memiliki dokumen lengkap yang meliputi SK, KD,
Silabus, RPP, dan Penilaian. Semua dokumen ini harus disiapkan oleh satuan pendidikan/pendidik.
Penyusunan SK dan KD adalah langkah awal agar muatan lokal dapat dilaksanakan di sekolah.
Penyusunan SK dan KD dapat dilakukan bersama instansi lain, misalnya SMK, PLS, Dunia
Usaha/Industri, atau Dinas terkait.
Sebagai contoh, jika sekolah menentukan jenis muatan lokal yang berkaitan dengan:
1. kewirausahaaan atau kepariwisataan, maka dapat bekerjasama dengan dunia usaha, Dinas
perdagangan, atau Dinas pariwisata;
2. keterampilan atau kerajinan, maka dapat bekerjasama dengan PLS/kursus-kursus;
3. budi daya tanaman, maka dapat bekerjasama dengan Dinas Pertanian.
SK dan KD muatan lokal yang lengkap diawali dengan latar belakang, tujuan, Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar, serta arah pengembangan.
D. Pengembangan Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu.
Komponen silabus minimal memuat Identitas sekolah, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar,
Materi Pembelajaran, Indikator, Kegiatan Pembelajaran, Penilaian, Alokasi Waktu, dan Sumber
Belajar. Silabus yang disusun harus memenuhi prinsip-prinsip pengembangan silabus, yaitu ilmiah,
relevan, sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan menyeluruh.
Langkah-langkah pengembangan silabus meliputi 1) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar, 2) Mengidentifikasi Materi Pembelajaran, 3) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran, 4)
Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi, 5) Menentukan Jenis Penilaian, 6) Menentukan
Alokasi Waktu, dan 7) Menentukan Sumber Belajar. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan
menjadi RPP, selanjutnya dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing pendidik.
Silabus mata pelajaran muatan lokal harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan
memperhatikan masukan hasil evaluasi, hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran),
dan evaluasi RPP. Format silabus muatan lokal tidak berbeda dengan format silabus mata pelajaran
lainnya.

11

E. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Setelah silabus selesai dibuat, guru merencanakan pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kali tatap
muka. Perencanaan ini dikenal dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Komponen RPP
minimal memuat SK, KD, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Kegiatan
Pembelajaran, Metode Pembelajaran, dan Sumber Belajar.
F. Pengembangan Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian
dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan
kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, projek dan atau produk, penggunaan
portofolio, dan penilaian diri.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian muatan lokal:
1. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi;
2. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan hal yang bisa dilakukan peserta didik
setelah mengikuti proses pembelajaran muatan lokal, dan bukan untuk menentukan posisi
seseorang terhadap kelompoknya;
3. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti
bahwa semua indikator harus ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan
kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum dimiliki, serta untuk mengetahui kesulitan
peserta didik;
4. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan
proses pembelajaran berikutnya, program remedial bagi peserta didik yang pencapaian
kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang
telah memenuhi kriteria ketuntasan;
5. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses
pembelajaran muatan lokal. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas
observasi lapangan, maka penilaian harus diberikan pada proses (keterampilan proses),
contohnya, teknik wawancara dan produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa
informasi yang dibutuhkan.

12

V. IMPLEMENTASI MOLUK DI SD MEKARJAYA 6


A. Umum
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda
disusun berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003 tentang
Pemeliharaan Bahasa, Sastra dan Aksara Daerah, yang menetapkan bahasa daerah, antara lain,
bahasa Sunda, diajarkan di Pendidikan Formal dan Non Formal di Jawa Barat. Kebijakan tersebut
sejalan dengan jiwa Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional yang bersumber dari UndangUndang Dasar 1945 yang menyangkut Pendidikan dan Kebudayaan. Sejalan pula dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat (3)
sampai dengan (8), yang menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SD/MAN/SDLB,
dan SMK/MAK diberikan pengajaran muatan lokal yang relevan dan Rekomendasi UNESCO tahun
1999 tentang pemeliharaan bahasa-bahasa ibu di dunia.
Bahasa Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah, yang juga merupakan bahasa ibu bagi
sebagian besar masyarakat Jawa Barat. Bahasa Sunda juga menjadi bahasa pengantar pembelajaran
di kelas-kelas awal SD/MI.
Berdasarkan kenyataan itu, bahasa Sunda harus diajarkan di sekolah-sekolah, mulai Taman
Kanak-kanak (TK)/Raudhatul Athfal(RA), Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah
Menengah Pertama (SMP)/Madrasar Tsanawiyah (MTs) sampai Sekolah Menengah Atas
(SD)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah (MA). Oleh karena itu, perlu disusun
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan satuan pendidikan tersebut.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda
berpijak pada hakikat pembelajaran bahasa dan sastra. Belajar bahasa dan sastra pada dasarnya
adalah belajar berkomunikasi, sedangkan belajar sastra adalah belajar menghargai nilai-nilai
kemanusian serta nilai-nilai kehidupan. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa dan sastra Sunda
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, serta untuk
meningkatkan kemampuan mengapresiasi sastra Sunda.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah dalam hal ini Jawa
Barat, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi
muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
Muatan Lokal yang dipilih SD NEGERI PASIRGUNUNG SELATAN 1 ditetapkan berdasarkan ciri
khas, potensi dan keunggulan daerah, serta ketersediaan lahan, sarana prasarana, dan tenaga
pendidik. Sasaran pembelajaran muatan lokal adalah pengembangan jiwa kewirausahaan dan
penanaman nilai-nilai budaya sesuai dengan lingkungan. Nilai-nilai kewirausahaan yang
dikembangkan antara lain inovasi, kreatif, berfikir kritis, eksplorasi, komunikasi, kemandirian, dan
memiliki etos kerja. Nilai-nilai budaya yang dimaksud antara lain kejujuran, tanggung jawab, disiplin,
kepekaan terhadap lingkungan, dan kerjasama.
13

Penanaman nilai-nilai kewirausahaan dan budaya tersebut diintegrasikan di dalam proses


pembelajaran yang dikondisikan supaya nilai-nilai tersebut dapat menjadi sikap dan perilaku dalam
kehidupan sehari-hari.
Muatan Lokal merupakan mata pelajaran, sehinggga satuan pendidikan harus
mengembangkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk setiap muatan lokal
yang diselenggarakan.
Muatan lokal wajib yang dilaksanakan di SD NEGERI PASIRGUNUNG SELATAN 1 Kota Depok
adalah Bahasa Sunda dan muatan lokal pilihan Bahasa Inggris dengan meliputi aspek mendengar,
berbicara, membaca, dan menulis. Nilai-nilai yang ditanamkan di dalam muatan lokal:
No.
1

Mata Pelajaran
Bahasa Sunda

Nilai-nilai

Indikator

Kejujuran

Berterus terang

Keramahan

Sesuai antara perkataan dengan

Disiplin

perbuatan

Menghargai orang lain

Memberikan layanan yang terbaik

Konsisten pada aturan

Mentaati aturan atau konsisten

Keberanian

Semangat

Etos kerja

Mengenal potensi diri

Mandiri

Menciptakan peluang

Kreatif dan inovatif

Budidaya

Mencintai lingkungan

Perbuatan/tindakan

Tanaman

Berpikir positif

Menciptakan peluang

Budaya Daerah

Tanggung jawab
4

Bahasa Inggris

Cermin kepribadian

Tutur kata

Cinta tanah air

Komunikasi

Kesantunan

Menghargai

B. Pengertian
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda adalah
program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap
bahasa dan sastra Sunda.

14

C. Fungsi dan Tujuan


1. Fungsi
Standar kompetensi ini disusun dengan mempertimbangkan kedudukan dan fungsi
bahasa Sunda sebagai bahasa daerah serta sastra Sunda sebagai sastra Nusantara.
Pertimbangan itu berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sebagai
(1) sarana pembinaan sosial budaya regional Jawa Barat, (2) sarana peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, (3) sarana
peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk meraih dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) sarana pembakuan dan penyebarluasan pemakaian
bahasa Sunda untuk berbagai keperluan, (5) sarana pengembangan penalaran, serta (6) sarana
pemahaman aneka ragam budaya daerah (Sunda).
2. Tujuan
Pertimbangan itu berkonsekuensi pula pada tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra
Sunda yang secara umum agar murid mencapai tujuan-tujuan berikut :
1) Murid beroleh pengalaman berbahasa dan bersastra Sunda.
2) Murid menghargai dan membanggakan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah dan bahasa
resmi kedua di Jawa barat (setelah bahasa Indonesia).
3) Murid memahami bahasa Sunda dari segi bentuk, makna dan fungsi serta mampu
menggunakannya secara tepat dan kreatif sesuai dengan konteks, antara lain, tujuan,
keperluan dan keadaan.
4) Murid mampu menggunakan bahasa Sunda untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
kematangan emosional, dan kematangan sosial.
5) Murid mampu memiliki disiplin dalam berbahasa (berbicara, menulis dan berfikir).
6) Murid mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra Sunda untuk mengembangkan
kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa Sunda.
7) Murid menghargai dan membanggakan sastra Sunda sebagai khazanah budaya dan
intelektual manusia Sunda.

D. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum


Standar kompetensi lintas kurikulum merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar
sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh murid melalui pengalaman belajar bahasa
dan sastra Sunda.
Standar Kompetensi Lintas Kurikulum ini meliputi kemampuan-kemampuan untuk :
1) memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban, saling menghargai dan
memberi rasa aman, sesuai dengan agama yang dianutnya;
2) menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan mengkomunikasikan gagasan
dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang lain;
3) memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep, teknik-teknik, pola, struktur, dan
hubungan;
4) memilih, mencari, dan menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan dari berbagai
sumber;
15

5) memahami dan menghargai lingkungan fisik, makhluk hidup, dan teknologi, dan menggunakan
pengetahuan, keterampilan dan sikap (nilai-nilai) untuk mengambil keputusan yang tepat;
6) berpartisipasi, berinteraksi, dan berkontribusi aktif dalam masyarakat dan budaya global
berdasarkan pemahaman konteks budaya, geografis dan historis;
7) berkreasi dan menghargai karya artistik, budaya, dan karya intelektual serta menerapkan nilainilai untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat beradab;
8) berpikir logis, kritis, dan tertata dengan memperhitungkan potensi dan peluang untuk
menghadapi berbagai kemungkinan; dan
9) menunjang motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri, dan bekerjasama dengan
orang lain.

E. Standar Kompetensi Isi


Standar kompetensi isi mata pelajaran bahasa dan sastra Sunda mencakup kemampuan atas
empat aspek berikut :
1. Menyimak (Ngaregepkeun)
Mampu menyimak, memahami, dan menanggapi berbagai bentuk dan jenis wacana lisan.
2. Berbicara (Nyarita)
Mampu berbicara secara efektif dan efisien untuk mengungkapkan pesan (pikiran, perasaan,
dan keinginan) dalam berbagai bentuk dan jenis wacana lisan di berbagai kesempatan berbicara.
3. Membaca (Maca)
Mampu membaca, memahami, dan menanggapi berbagai jenis wacana tulis.
4. Menulis (Nulis)
Mampu menulis secara efektif dan efisien untuk mengungkapkan pesan (pikiran, perasaan, dan
keinginan) dan kreativitas sastra dalam berbagai bentuk dan jenis karangan (wacana tulis).

F. Standar Kompetensi Lulusan


Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan standar kompetensi yang harus dacapai
setiap lulusan dalam jenjang pendidikan tertentu, SD
1. Standar Kompetensi Lulusan SD
Standar Kompetensi Lulusan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda terdiri atas empat aspek berikut.
a. Menyimak (Ngaregepkeun)
Mampu memahami dan menanggapi bebagai ragam wacana lisan melalui menyimak
pengucapan bunyi bahasa, kata, kalimat sederhana dan luas, pengumuman, penjelasan,
nasihat, perintah, tuturan telepon, berita, dikte, pembacaan atau pelantunan puisi (sajak,
guguritan, kakawihan), dan pembacaan cerita (dongeng, cerita pendek).
b. Berbicara (Nyarita)

16

Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan dan keinginan secara lisan melalui percakapan,
wawancara, bercerita, menceritakan, mengumumkan, menelepon, menjelaskan,
menyampaikan (sanggahan, pujian, usul, laporan) diskusi, pidato, bermain peran, dan
musikalisasi/dramatisasi puisi.
c. Membaca (Maca)
Mampu memahami dan menaggapi wacana tulis melalu membaca kata-kata lepas, kalimat
lepas, teks prosa (pendek, bahasan, dongeng, cerita pendek, surat, pengumuman, artikel,
pidato), teks percakapan dan tatakrama, serta teks puisi (sajak, guguritan).
d. Menulis (Nulis)
Mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan keinginan secara tertulis melalui menulis
suku kata dan kata-kata, bentuk kalimat (kalimat sederhana dan luas), fungsi kalimat (berita,
tanya, perintah), prosa (wacana pendek, surat, berita, narasi, biografi, bahasan, deskripsi,
pidato, laporan), puisi (sajak,guguritan).

G. STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MULOK BAHASA DAN SASTRA SUNDA DI
SEKOLAH DASAR NEGERI MEKARJAYA 6
KELAS I
1. Menyimak (Ngaregepkeun)
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

1.1 Mampu menyimak (ngaregepkeun), 1.1.1


memahami, serta menanggapi
berbagai jenis bunyi bahasa 1.1.2
(sorabasa), dongeng, dan perintah
1.1.3
(parentah) sederhana.
1.1.4
2. Berbicara (Nyarita)
Standar Kompetensi

Menyimak dan membedakan bunyi bahasa.


Menyimak dongeng dibacakan guru.
Menyimak
perbuatan.

dan

menanggapi

dengan

Menyimak perintah sederhana.

Kompetensi Dasar

1.2 Mampu mengungkakan pikiran, 1.2.1


perasaan,dan keinginan secara
lisan dalam percakapan (guneman) 1.2.2
permintaan
ijin,
perkenalan
(ngawanohkeun) diri, penyebutan 1.2.3
berbagai jenis gambar dan gambar
1.2.4

17

Bercakap-cakap dengan teman


Mengemukakan permintaan ijin.
Memperkenalkan diri.
Menyebutkan berbagai jenis gambar benda.

bercerita.

1.2.5

3. Membaca (Maca)
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

1.3 Mampu membaca, memahami,dan 1.3.1


menanggapi berbagai bentuk dan
jenis wacana tulis (teks) berupa
kata-kata lepas, kalimat lepas, serta 1.3.2
wacana pendek
1.3.3
1.3.4
4. Menulis (Nulis)
Standar Kompetensi
1.4 Mampu menulis, mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan keinginan
secara tertulis dalam berbagai
bentuk dan jenis tulisan huruf
lepas, suku kata (engang), dan
kalimat sederhana.

Menerangkan berbagai jenis gambar peristiwa.

Membaca kata-kata lepas yang mengandung


kata asal dwisuku (dua engang).
Membaca kalimat lepas dua kata.
Membaca kalimat lepas tiga kata.
Membaca wacana (teks) pendek tiga kalimat.

Kompetensi Dasar
1.4.1

Menulis atau menyalin huruf lepas.

1.4.2

Menulis atau menyalin suku kata.

1.4.3

Menulis kata dwisuku.

1.4.4

Menulis kata trisuku.

1.4.5

Menulis/menyalin kalimat sederhana.

KELAS II
1. Menyimak (Ngaregepkeun)
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

2.1 Mampu menyimak, menyebutkan, 2.1.1


dan menanggapi berbagai jenis
wacana lisan tentang tata tertib 2.1.2
belajar, cara hidup sehat, dongeng,
serta kakawihan.
2.1.3
2.1.4
2. Berbicara (Nyarita)
Standar Kompetensi

Menyimak tata cara atau tata tertib belajar.


Menyimak penjelasan tentang cara hidup
sehat.
Menyimak dongeng.
Menyimak kakawihan.

Kompetensi Dasar

2.2 Mampu mengungkapkan pikiran, 2.2.1

18

Bertamu ke rumah teman.

perasaan, dan keinginan secara 2.2.2


lisan tentang bertamu ke rumah
teman, mengajak teman, berjanji 2.2.3
dengan teman, memperkenalkan
orang lain, serta mengundang 2.2.4
teman.
2.2.5
3. Membaca (Maca)
Standar Kompetensi

Berjanji dengan teman.


Memperkenalkan teman.
Mengundang teman.

Kompetensi Dasar

2.3 Mampu membaca, memahami, dan 2.3.1


menanggapi berbagai jenis dan
bentuk wacana tulis (teks) dengan 2.3.2
membaca
nyaring,
membaca
2.3.3
kakawihan, membaca dongeng.
2.3.4
4. Menulis (nulis)
Standar Kompetensi
2.4 Mampu menulis, mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan keinginan
secara tertulis dalam berbagai
bentuk dan jenis karangan (tulisan)
dengan menulis kalimat berhuruf
kapital (aksara gede), wacana
pendek, kalimat sederhana, dan
menyempurkan kalimat dengan
menggunakan tanda koma dan
titik.

Mengajak teman.

Membaca nyaring (bedas).


Membaca wacana kakawihan.
Membaca dongeng.
Membaca bersuara (nyoara).

Kompetensi Dasar
2.4.1

Menulis kalimat berhuruf kapital (besar).

2.4.2

Menulis kalimat sederhana.

2.4.3

Menyusun kalimat sederhana.

2.4.4

Menyempurnakan kalimat.

2.4.5

Menulis wacana pendek.

KELAS III
1. Menyimak (Ngaregepkeun)
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

3.1 Mampu menyimak, mamahami, 3.1.1


serta menanggapi berbagai jenis
wacana lisan tentang bahasan
kesehatan dan kebersihan, cerita 3.1.2

19

Menyimak bahasan tentang kesehatan dan


makanan.
Menyimak bahasan tentang kebersihan dan

binatang (dongeng
kakawihan.

sato),

dan

pakaian.
3.1.3

Menyimak penuturan/pembacaan dongeng


sato (cerita binatang).

3.1.4

Menyimak kakawihan yang dinyanyikan.

2. Berbicara (Nyarita)
Standar Kompetensi
3.2 Mampu mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan keinginan secara
lisan
dalam
menyapa,
menceritakan gambar berseri,
bercakap-cakap (guneman), dan
meyakinkan teman.

Kompetensi Dasar
3.2.1

Menyatakan atau menyapa.

3.2.2

Menceritakan gambar berseri.

3.2.3

Bercakap-cakap tentang jenis-jenis binatang.

3.2.4

Bercakap-cakap tentang jenis makanan.

3.2.5

Meyakinkan teman.

3. Membaca (Maca)
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

3.3 Mampu membaca, memahami, 3.3.1


serta menanggapi berbagai bentuk
dan jenis wacana tulis (teks) 3.3.2
dengan
membaca
intensif,
3.3.3
membaca nyaring, membaca puisi.
3.3.4
4. Menulis (Nulis)
Standar Kompetensi
3.4 Mampu mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan keinginan secara
tertulis dengan menulis kalimat
berita, kalimat tanya, kalimat
perintah, kalimat luas, dan menulis
paragraf dengan memperhatikan
ejaan dan tanda baca.

Membaca dalam hati (intensif).


Membaca nyaring.
Membaca nyaring (maca bedas) puisi.
Membaca nyaring cerita (dongeng).

Kompetensi Dasar
3.4.1

Menulis kalimat berita (kalimah wawaran).

3.4.2

Menulis kalimat luas (kalimah jembar).

3.4.3

Menulis kalimat tanya (kalimah pananya).

3.4.4

Menulis kalimat perintah (kalimah parentah).

3.4.5

Menulis
paragraf
menggunakan ejaan.

20

pendek

dengan

KELAS IV
1. Menyimak (Ngaregepkeun)
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

4.1 Mampu menyimak, memahami, 4.1.1


dan menanggapi berbagai jenis wacana
lisan berupa carita pondok, guguritan, 4.1.2
dan pengumuman (bewara).
4.1.3
2. Berbicara (Nyarita)
Standar Kompetensi
4.2 Mampu mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan keinginan secara
lisan dalam bercerita (ngadongeng), menceritakan benda di
lingkungan,
menyampaikan
permin-taan, menegur (nyaram),
memberi tanggapan, mengkritik
atau memuji dengan alasan,
menye-butkan dan menjelaskan,
dan melakukan pagu-neman.

Menyimak pembacaan puisi guguritan.


Menyimak pengumuman (wawaran).

Kompetensi Dasar
4.2.1

Bercerita tentang kegemaran.

4.2.2

Menceritakan benda di lingkungan.

4.2.3

Menyampaikan permintaan.

4.2.4

Menegur (nyaram).

4.2.5

Mengkritik atau memberikan pujian.

4.2.6

Melakukan percakapan (paguneman) melalui


telepon

3. Membaca Maca)
Standar Kompetensi
4.3 Mampu membaca, me-mahami,
dan menanggapi berbagai bentuk
dan jenis wacana tulis (teks)
dengan membaca dalam hati,
membaca apresiasi, mem-baca
percakapan, me-lantunkan puisi,
dan membaca cepat.

Menyimak carita pondok.

Kompetensi Dasar
4.3.1

Membaca apresiasi.

4.3.2

Membaca teks percakapan.

4.3.3

Melantunkan pupuh.

4.3.4

Membaca cepat.

4. Menulis (Nulis)
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

4.4 Mampu mengungkapkan pikiran, 4.4.1


perasaan, dan keinginan secara
tertulis dalam menulis narasi, 4.4.2
21

Menulis narasi.
Menulis deskripsi.

menulis deskripsi, mela-porkan, 4.4.3


dan menulis kejadian aktual, dan
4.4.4
menulis bewara (pengumuman)
4.4.5

Melaporkan.
Menulis faktual.
Menulis pengumuman (wawaran).

KELAS V
1. Menyimak (Ngaregepkeun)
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

5.1 Mampu menyimak, me-mahami, 5.1.1


dan menanggapi berbagai jenis
wacana lisan yang berupa pen- 5.1.2
jelasan dari narasumber, pesan
melalui telepon, dan pembacaan
5.1.3
cerita pendek.
2. Berbicara (Nyarita)
Standar Kompetensi
5.2 Mampu mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan keinginan secara
lisan dalam menanggapi suatu
persoalan,
berwawancara,
mendeskripsikan benda atau alat,
menyampaikan
pendapat,
menyimpulkan
isi
dialog,
memerankan drama pendek.

Menyimak penjelasan dari narasumber.


Menyimak pesan lewat tatap muka atau
telepon dan mencatat isi pesan.
Menyimak pembacaan cerita pendek anakanak

Kompetensi Dasar
5.2.1

Menanggapi suatu persoalan atau peristiwa.

5.2.2

Berwawancara dengan narasumber.

5.2.3

Mendeskripsikan benda atau alat.

5.2.4

Menyampaikan pendapat tentang persoalan


faktual.

5.2.5

Menyimpulkan isi dialog atau percakapan.

5.2.6

Memerankan drama pendek.

KELAS VI
1. Menyimak (Ngaregepkeun)
Standar Kompetensi
6.1 Mampu menyimak,

Kompetensi Dasar

memahami, 6.1.1

22

Menyimak pembacaan berita radio/TV.

serta menanggapi berbagai jenis 6.1.2


wacana lisan tentang berita
radio/televisi, cerita rakyat, dan 6.1.3
nasihat.
2. Berbicara (Nyarita)
Standar Kompetensi
6.2 Mampu mengungkapkan pikiran,
perasaan, serta keinginan secara
lisan dalam menceritakan hasil
pengamatan, membahas isi buku,
mengkritik sesuatu disertai alasan,
pidato (biantara), ber-diskusi, dan
memerankan drama anak-anak.

Menyimak nasihat.

Kompetensi Dasar
6.2.1

Menceritakan hasil pengamatan.

6.2.2

Membahas isi buku.

6.2.3

Mengemukakan kritik.

6.2.4

Biantara (berpidato).

6.2.5

Sawala (berdiskusi).

6.2.6

Memerankan drama anak-anak.

3. Membaca (Maca)
Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

6.3 Mampu
memahami
dan 6.3.1
menanggapi berbagai jenis dan
bentuk wacana tulis (teks) dengan
6.3.2
membaca dalam hati, membaca
cepat. membaca sekilas, membaca
percakapan, membaca grafik/peta. 6.3.3
4. Menulis (Nulis)
Standar Kompetensi
6.4 Mampu mengungkapkan pikiran,
perasaan, serta keinginan secara
tertulis dalam mengisi formulir,
menulis kejadian, me-lengkapi
karangan, me-nulis pidato, menulis
berita, dan menulis riwayat hidup.

Menyimak pembacaan cerita rakyat.

Membaca cepat.
Membaca sekilas (skimming).
Membaca grafik/peta.

Kompetensi Dasar
6.4.1

Mengisi isian/formulir.

6.4.2

Menuliskan kejadian.

6.4.3

Melengkapi karangan.

6.4.4

Menulis pidato (biantara).

6.4.5

Menulis berita.

6.4.6

Menulis riwayat hidup.

23

VI. PENUTUP

Panduan ini disiapkan untuk membantu tim KTSP dalam menyusun muatan lokal bagi setiap Satuan
Pendidikan. Selanjutnya, dengan mengacu pada panduan ini, diharapkan satuan pendidikan dapat
melaksanakan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan peserta didik sebagai warga masyarakat sehingga
mampu mengambil bagian/berpartisipasi dalam upaya memenuhi kebutuhan pembangunan daerah.

24

Daftar Pustaka

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Fokus
Media.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi,
Jakarta, 2006.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan, Jakarta, 2006.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007. Jakarta: Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di
Lingkungan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan, Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar
Penilaian Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan,
Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar
Sarana dan Prasarana, Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

25

You might also like