Professional Documents
Culture Documents
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang
zhalim itu seorang penolongpun [Al-Maidah/5 : 72]
Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Taala berfirman.
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu : Jika
kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk
orang-orang yang merugi [Az-Zumar/39 : 65]
Dari ayat-ayat diatas dan beberapa ayat lainnya jelaslah bahwa urgensi aqidah merupakan
prioritas yang utama dan pertama dalam dakwah. Seruan dakwah pertama kali adalah kepada
pembenahan aqidah. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bermukim di kota Mekkah setelah
diangkat menjadi rasul selama tiga belas tahun menyeru umat manusia kepada pembenahan
aqidah, yakni kepada tauhid. Tidaklah diturunkan kewajiban-kewajiban ibadah kecuali setelah
beliau hijrah ke Madinah. Memang benar, ibadah shalat diwajibkan ketika beliau berada di
Makkah sebelum hijrah, akan tetapi bukankah syariat-syariat lainnya diwajibkan atas beliau
setelah hijrah ke Madinah ? Hal itu menunjukkan bahwa amal ibadah itu baru dituntut setelah
pembenahan aqidah. Orang yang mengatakan cukuplah nilai keimanan tanpa memperhatikan
perlu ambil peduli masalah aqidah justru bertentangan dengan nilai keimanan itu sendiri. Sebab
keimanan itu akan sempurna dengan memiliki aqidah yang benar dan lurus. Adapun jika aqidah
belum benar, maka tidak akan ada tersisa iman dan nilai agama sedikitpun !
Pertanyaan :
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Bagaimana pengaruh aqidah terhadap kehidupan
seorang muslim dan prilakunya ?
Jawaban.
Sebagaimana yang telah disinggung diatas bahwa jika seorang muslim memiliki aqidah yang
benar maka amal ibadahnya-pun menjadi benar. Sebab aqidah yang benar akan mendorongnya
melakukan amal shalih dan mengarahkannya kepada nilai-nilai kebaikan dan perbuatan terpuji.
Apabila seseorang telah berikrar tiada Illah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah
didasari ilmu dan keyakinan serta marifah, maka akan mendorongnya melakukan amal shalih.
Sebab syahadat Laa Ilaaha Illallah bukanlah sekedar kata-kata yang diucapkan lisan begitu saja.
Ia merupakan ikrar bagi itiqad dan amalan. Ikrar dan syahadat tersebut tidak akan lurus dan
berguna kecuali dengan melaksanakan segala konsekwensinya berupa amal shalih, si
pengingkar akan tergerak menegakkan rukun Islam dan Iman. Ditambah beberapa perintahperintah agama dan disempurnakan dengan melaksanakan sunnah-sunnah dan nilai-nilai
keutamaan lainnya.
[Disalin dari kitab Murajaatt fi Fiqhil Waqi As-Siyasi wal Fikri ala Dhauil Kitabi wa Sunnah, edisi
Indonesia Koreksi Total Masalah Politik & Pemikiran Dalam Perspektif Al-Quran & As-Sunnah,
Penulis Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Syaikh
Shalih bin Ghanim As-Sadlan, Penyusun Dr. Abdullah bin Muhammad Ar-Rifai. Penerbit Darul
Haq Jakarta, Penerjemah Abu Ihsan Al-Atsari]