You are on page 1of 10

10

ANATOMI REPRODUKSI HEWAN BETINA

Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan ini untuk mengenal anatomi dan fungsi fisiologi organorgan reproduksi hewan betina.
Frekuensi Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan sebanyak 1 kali pada tanggal 05
September 2014 di Laboratorium Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Syiah Kuala.
Prinsip
Kegiatan ini memudahkan kita dalam menentukan letak dan bentuk
anatomi organ reproduksi betina, serta mengetahui fungsi fisiologi dari organorgan reproduksi hewan betina.
Langkah Kerja
1. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah bak alumunium dan alat
reproduksi betina. Bahan yang digunakan adalah sabun dan air.
2. Sampel Pemeriksaan
Sampel yang digunakan dalam kegitan ini adalah organ-organ reproduksi hewan
betina
3. Prosedur Kerja
a. Ambil organ reproduksi hewan betina.
b. Pelajari organ reproduksi hewan betina.
c. Amati dengan seksama organ-organ reproduksi hewan betina.
Hasil Pemeriksaan

11

Dari hasil kegiatan dilakukan tidak ditemukan abnormalitas pada organ


reproduksi hewan betina. Organ reproduksi betina terdiri dari ovarium, oviduct,
uterus, cervix, vagina, dan vulva.
Diskusi
Organ reproduksi betina terdiri dari organ reproduksi primer dan sekunder.
Organ reproduksi primer yaitu ovarium fungsinya menghasilkan ovum dan
hormon-hormon kelamin betina. Organ-organ sekunder atau saluran reproduksi
terdiri dari tuba fallopi (oviduct), uterus, cervix, vagina dan vulva. (Dellman dan
Brown 1992). Secara anatomik alat reproduksi betina terdiri dari gonad atau
ovarium, saluran-saluran reproduksi, dan alat kelamin luar (Partodiharjo,1992).

Gambar 5. Organ reproduksi betina


a. Ovarium
Ovarium pada sapi berbentuk bulat telur. Ukurannya relatif kecil
dibanding dengan besar tubuhnya. Ukurannya adalah panjang 2 sampai 3 cm,
lebar 1 sampai 2 cm, tebal 1 sampai 2 cm, dan beratnya berkisar antara 15 sampai
19 gram. Ovarium digantung oleh alat penggantung mesovarium dan ligamentum
utero ovarika (Hardjopranjoto, 1995). Ovarium tertinggal di dalam cavum
abdominalis. Ovarium mempunyai dua fungsi, sebagai organ eksokrin yang

12

menghasilkan sel telur atau ovum dan sebagai organ endokrin yang
mensekresikan hormon kelamin betina estrogen dan progesterone.
Ovarium merupakan alat reproduksi betina yang berfungsi ovum (sel telur)
dan menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Ovarium terletak di rongga
perut, tidak turun seperti halnya testes dan berfungsi untuk menghasilkan sel telur
dan hormon, yaitu estrogen, progesteron, dan inhibin. Ovarium digantung oleh
alat penggantung mesovarium dan ligamentum utero ovarika. Hardjopranjoto
(1995), mengatakan bahwa ukuran ovarium sapi adalah panjang 2 sampai 3 cm,
lebar 1 sampai 2 cm, tebal 1 sampai 2 cm, dan beratnya berkisar antara 15 sampai
19 gram.
Ovum yang diovulasikan akan mengalami kematangan dengan tahapan
folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier, dan folikel de Graaf. Ovulasi
terjadi karena pecahnya folikel sehingga ovum keluar. Bekas ovum yang keluar
berwarna merah disebut corpus haemorrhagicum yang akan berkembang menjadi
corpus luteum. Segera setelah ovulasi, rongga folikel berisi cairan limfa dan
darah, membentuk struktur yang disebut corpus haemorrhagicum kemudian selsel granulosa berganda secara cepat membentuk corpus luteum (Frandson, 1992).
Ovum yang telah diovulasikan akan ditangkap oleh ostium abdominale pada
oviduct dan diarahkan oleh fimbria masuk ke ampulla isthmic junction dan
menunggu spermatozoa untuk pembuahan.
b. Oviduct
Oviduct merupakan bagian yang berperan penting dalam peristiwa
kopulasi saat proses reproduksi. Oviduct terdapat sepasang (kiri dan kanan) dan
merupakan saluran kecil berkelok-kelok membentang dari depan ovarium
berlanjut ke tanduk uterus. Oviduct sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu
infundibulum, ampula, dan isthmus. Pada masing-masing bagian memiliki
keunikan tersendiri, seperti misalnya bagian infundibulum, bagian ujung
infundibulum terdapat jumbai-jumbai yang disebut fimbria. Bagian isthmus
dengan ampula dibatasi oleh suatu ampulari ismic junction yang berperan dalam

13

pembuahan, sedangkan batas antara isthmus dengan uterus adalah uteri tubal
junction.(Hafez, 1993)
Bagian ujung infudibulum membentuk suatu fimbria. Infudibulum ini
nampaknya berperan aktif dalam ovulasi, paling tidak dalam melingkupi sebagian
atau keseluruhan ovari dan mengarahkan ovum menuju kebukaan abdominal dari
tuba uterin. Panjang tuba uterin (oviduct) berkisar 25 cm (Frandson, 1992).
Ampula bagian cauda merupakan tempat terjadinya pembuahan. Dalam
ampula aktivitas silia merupakan kekuatan utama untuk menggerakkan ovum
kearah isthmus, tetapi pada beberapa spesies kontraksi otot juga berperan.
Meskipun spermatozoa berkembang dalam saluran reproduksi jantan, kemampuan
membuahi pada hewan piaraan hanya dapat dicapai setelah kapasitasi dalam tuba
uterina (Dellman dan Brown, 1992). Pembuahan yaitu persatuan antara sel telur
dan sperma, terjadi disepertiga bagian atas dari oviduct.
Tuba falopii (Oviduct) dibagi menjadi: infundibulum tubae yang
mempunyai pintu ke rongga abdominal disebut osteum tubae abdominale.
Ampula tubae adalah tempat terjadi pembuahan. Isthmus mempunyai rongga
sempit dan berkelok-kelok serta sangat panjang. Extremitas uterinae dengan
osteum tubae uterinae yang bermuara pada kornua uteri. Pada osteum ini terdapat
benjolan-benjolan atau papilla yang disebut papilla uterinae, khususnya pada
kuda dan anjing memiliki jumlah yang besar (Hardjopranjoto, 1995).
Menurut Frandson (1992), oviduct yang berada dekat dengan ovarium
adalah infundibulum yang ujungnya berjumbai disebut fimbria. Infudibulum
terletak didekat Ovarium yang berfungsi menangkap folikel yang telah masak
(ovum). Pergantungan oviduct disebut mesosalving.
Fungsi oviduct antara lain pertemuan ovum dengan spermatozoa atau
tempat terjadinya fertilisasi di bagian ampula. Pembuahan yaitu persatuan antara
sel telur dan sperma, terjadi disepertiga bagian atas dari oviduct. Transport ovum
yang telah dibuahi (zygot) menuju ke uterus. Hal itu sesuai dengan pendapat
Dellman dan Brown (1992), bahwa dalam ampula aktivitas silia merupakan

14

kekuatan utama untuk menggerakkan ovum kearah isthmus, tetapi pada beberapa
spesies kontraksi otot juga sangat berperan.
c. Uterus
Uterus merupakan bagian saluran alat kelamin betina yang berbentuk
buluh, berurat daging licin, untuk menerima ovum yang telah dibuahi atau embrio
dari tuba falopii (Hardjopranjoto, 1995). Uterus merupakan tempat implantasi
konseptus (zigot yang telah berkembang menjadi embrio) (Dellman dan Brown,
1992). Fungsi uterus adalah sebagai jalannya sperma pada saat kopulasi dan
motilitas (pergerakan) sperma ke tuba falopii dibantu dengan kerja yang sifatnya
kontraktil. Uterus juga berperan besar dalam mendorong fetus serta membrannya
pada saat kelahiran.
Panjang corpus uteri berkisar antara 2 sampai 4 cm, sedangkan panjang
cornua uteri berkisar 35 sampai 40 cm (Frandson, 1992). Dinding uterus terdiri
dari tiga lapis yaitu 1) endometrium, 2) tunica muscularis atau miometrium, 3)
tunica serosa atau perimetrium. Pada ruminansia, terdapat endometrim dengan
penebalan terbatas, disebut karankula. Karankula ini banyak mengandung
fibroblast dan vasikularisasinya ekstensif (Dellman dan Brown, 1992). Karankula
adalah tonjolan-tonjolan yang menyerupai bentuk cendawan dari permukaan
dalam uterus ruminansia yang merupakan tempat perlekatan membran fetus
(Frandson, 1992).
Miometrium merupakan lapisan di bawah endometrium, terdiri dari urat
daging licin melingkar (sirkuler) kuat disebelah dalam dan yang memanjang
(longitudinal) disebelah luar. Antara endometrium dan miometrium ada lapisan
vascular, yang banyak ditemukan pembuluh darah kapiler. Lapisan perimetrium
atau lapisan serosa adalah lapisan terluar dari dinding uterus (Hardjopranjoto,
1995).
Uterus pada sapi,babi dan domba perbedaannya terletak pada ukurannya.
Ukuran uterus pada babi lebih panjang dibandingkan dengan sapi dan domba,
sehingga babi dapat beranak lebih banyak dalam sekali melahirkan. Menurut

15

Hafez (1972) Sapi dan domba memiliki tipe uterus bipartitus. dangkal tubuh
rahim pada sapi dan domba tampak lebih besar daripada sebenarnya bisa karena
bagian-bagian ekor dari tanduk terikat bersama oleh ligamentum intercounal. Pada
ruminansia, tanduk uterus secara khusus berkembang dengan baik karena ini
adalah di mana janin berada. Bentuk serviks pada sapi dan domba yaitu berbentuk
spiral. Pada sapi, spiral ini berbentuk seperti cincin dan terdiri dari empat buah.
Sedangkan pada Babi bentuknya seperti pembuka botol (setengah spiral).
Uterus pada sapi yang tidak bunting memiliki diameter 5 sampai 6 cm.
Ukuran dan panjang bagian-bagian uterus tergantung dari umur dan jenis bangsa
hewan tersebut sedangkan menurut Frandson (1992) panjang corpus uteri yaitu
berkisar antara 2 sampai 4 cm dan panjang cornu uteri berkisar 35 sampai 40 cm
Uterus ternak yang tergolong mamalia terdiri dari korpus (badan), serviks
(leher), dan dua tanduk atau kornua. Proporsi relatif dari tiap-tiap bagian itu
bervariasi tergantung spesies, seperti juga halnya bentuk maupun susunan tanduktanduk tersebut. Korpus (badan) uterus ukurannya paling besar daripada kuda,
lebih kecil pada domba dan sapi, dan pada babi serta anjing, kecil saja. Secara
superficial, badan uterus sapi tampak relatif lebih besar dibandingkan dengan
keadaan yang sebenarnya, karena bagian kaudal dari tanduk tergabung dengan
ligamen interkornual (Frandson, 1992). Seperti halnya kebanyakan organ internal
yang menyerupai tabung, dinding uterin terdiri dari suatu lapis membrane
mukosa, suatu lapis otot intermediate, dan suatu lapis serosa bagian luar, yaitu
perimetrium (peritoneum) (Frandson, 1992).
Uterus berfungsi sebagai tempat implantasi embrio dan tempat tubuh serta
berkembangnya embrio. Hal itu sesuai dengan pendapat Dellman dan Brown
(1992), bahwa uterus merupakan tempat implantasi konseptus (zigot yang telah
berkembang menjadi embrio). Selain itu uterus juga berfungsi sebagai saluran
yang dilewati spermatozoa menuju oviduct, dan berperan dalam proses kelahiran.
Fungsi uterus adalah sebagai jalannya sperma pada saat kopulasi dan motilitas
(pergerakan) sperma ke tuba falopii dibantu dengan kerja yang sifatnya kontraktil.

16

Uterus juga berperan besar dalam mendorong fetus serta membrannya pada saat
kelahiran.
Apabila daerah cauda uteri disayat dan dilihat bagian dalamnya terdapat
tonjolan tempat implantasi mebrio yang disebut karankula. Hal itu sesuai dengan
pendapat Frandson (1992), bahwa karankula adalah tonjolan-tonjolan yang
menyerupai bentuk cendawan dari permukaan dalam uterus ruminansia yang
merupakan tempat perlekatan membran fetus. Batas antara uterus dan oviduct
disebut utero tuba junction.
d. Serviks
Serviks merupakan suatu struktur yang mempunyai sfingter (sphincter)
yang memisahkan rongga uterin dengan rongga vagina. Fungsi pokok serviks
adalah untuk menutup uterus guna melindungi masuknya invasi bakteri maupun
masuknya bahan-bahan asing. Sfingter itu tetap dalam keadaan tertutup kecuali
pada saat kelahiran (Hardjopranjoto, 1995)
Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai jalan masuknya
sperma. Jika kemudian terjadi kebuntingan, saluran uterin itu tetutup dengan
sempurna guna melindungi fetus. Beberapa saat sebelum kelahiran, pintu itu
mulai terbuka, serviks mengembang, hingga fetus dan membran dapat melaluinya
pada saat kelahiran (Hardjopranjoto, 1995).
Serviks pada sapi panjangnya antara 5 sampai 10 cm mempunyai diameter
antara 2 sampai 6,5 cm. Pada bagian depan terdapat mulut sebelah dalam
(orificium uteri internum) bagian belakangnya terdapat mulut sebelah luar
(orificium uteri eksterna) atau sering disebut juga disebut sebagai mulut vagina
(orificium vaginae) (Hardjopranjoto, 1995).
Serviks adalah urat daging sphincter yang terletak diantara corpus uteri
dan vagina. Fungsi serviks yaitu menutup lumen uterus sehingga tidak memberi
kemungkinan untuk masuknya jasad renik (mikroorganisme) ke dalam uterus, dan
untuk menyeleksi spermatozoa. Hal itu sesuai dengan pendapat Hardjopranjoto

17

(1995), bahwa serviks merupakan suatu struktur yang mempunyai sfingter


(sphincter) yang memisahkan rongga uterin dengan rongga vagina. Fungsi pokok
serviks adalah untuk menutup uterus guna melindungi masukknya invasi bakteri
maupun masuknya bahan-bahan asing. Pendapat Hardjopranjoto (1995), bahwa
serviks pada sapi panjangnya antara 5 sampai 10 cm mempunyai diameter antara
2 sampai 6,5 cm.
Lumen serviks selalu tertutup kecuali waktu birahi (estrus) dan
melahirkan. Hardjopranjoto (1995) menyatakan bahwa sfingter itu tetap dalam
keadaan tertutup kecuali pada saat kelahiran. Selama birahi dan kopulasi, serviks
berperan sebagai jalan masuknya sperma. Jika kemudian terjadi kebuntingan,
saluran uterin itu tetutup dengan sempurna guna melindungi fetus. Beberapa saat
sebelum kelahiran, pintu itu mulai terbuka, serviks mengembang, hingga fetus dan
membran dapat melaluinya pada saat kelahiran. Perbedaan yang sering ditemukan
antara sapi dara dengan sapi beranak adalah pada bagian serviks, ukurannya
menjadi lebih besar daripada sapi yang telah beberapa kali melahirkan.
Menurut Hafez (1972) struktur serviks berbeda secara rinci antara mamalia
pertanian, dinding ditandai dengan berbagai keunggulan. Pada ruminansia ini
adalah dalam bentuk pegunungan melintang atau spiral saling dikenal sebagai
cincin melingkar, yang berkembang untuk berbagai degress pada spesies yang
berbeda. Mereka terutama menonjol dalam sapi (4 cincin) dan domba, di mana
mereka masuk ke dalam setiap dekat otherto serviks aman. Pada babi Betina,
cincin ini berada di pengaturan pembuka botol yang disesuaikan dengan memutar
spiral ujung penis babi hutan itu. Ovarium pada sapi, domba dan babi berbeda
darri segi bentuknya. Bentuk ovarium sapi dan domba berbentuk seperti kacang
almond, sedangkan pada babi seperti anggur. Menurut Hafez (1972) ovarium,
tidak seperti testis, tetap dalam rongga perut. Ini performans kedua eksokrin dan
sebuah fungsi endokrin. Bentuk dan ukuran ovarium spesies withnthe kedua dan
tahap siklus estrus. Pada sapi dan domba ovarium ini berbentuk almond. Pada
babi ovarium menyerupai sekelompok anggur, folikel nyata menonjol dan corpora
lutea.

18

e. Vagina
Vagina adalah bagian saluran peranakan yang terletak di dalam pelvis di
antara uterus (arah kranial) dan vulva (kaudal). Vagina juga berperan sebagai
selaput yang menerima penis dari hewan jantan pada saat kopulasi (Frandson,
1992). Vagina merupakan buluh berotot yang menjulur dari serviks sampai
vestibulum (Dellman dan Brown, 1992).
f. Vulva
Organ reproduksi bagian luar hewan betina terdiri atas vulva dan klistoris.
Vulva terdiri dari atas Labia mayora dan labia minora. Labia mayora berwarna
hitam dan tertutupi oleh rambut. Labia mayora merupakan bagian terluar dari
vulva. Sedangkan bagian dalam vulva yang tidak terdapat rambut yaitu labia
minora.
g. Klitoris
Alat reproduksi bagian luar terdapat banyak ujung syaraf perasa. Syaraf
perasa memegang peranan penting pada waktu kopulasi. Klitoris terdiri dari
korpora kavernosa klitoridis yang bersifat erektil, glans klitoridis yang rudimenter
dan praeputium klitoridis. Antara labia di bagian ventral tepat di sebelah dalam
lubang ureter terdapat klitoris. Klitoris merupakan lubang kecil setelah vulva.
Klitoris berhomolog dengan gland penis pada hewan jantan, berlokasi pada sisi
ventral, sekitar 1 cm di dalam labia. Klitoris mengandung erectile tissue sehingga
dapat berereksi, juga dapat mengandung ujung syaraf perasa, syaraf ini memegang
peranan penting pada waktu kopulasi. Klitoris bereaksi pada hewan yang sedang
estrus, tetapi hal ini tidak cukup untuk dijadikan sebagai pendeteksi estrus pada
kebanyakan spesies.

19

Daftar pustaka
Dellman, H.D dan E.M. Brown.1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Hafez. E.S.E. 1972. Reproduction in Farm Animal (second edition). Washington
State University Pullman, Washington.
Frondson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadja Mada University
Press. Yogyakarta.
Hardjopranjoto. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Universitas Airlangga.
Surabaya.
Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara. Jakarta.

You might also like