Professional Documents
Culture Documents
Catamarans History
Petualang dan saudagar Inggris,William Dampier, berkeliling dunia mencari peluang bisnis
sekitar tahun 1690-an dan tiba di Pantai Tenggara India di Tamil Nadu, teluk Bay . Di sana,
William Dampier menemukan perahu komunitas nelayan dengan dua lambung yang
terpisah dan saling terikat,dikenal dengan Kattumaran.
Katamaran berasal dari bahasa Tamil yaitu Kattu (to tie =mengikat) dan maram (wood,
tree=kayu), sehingga kattumaran diartikan sebagai kayu yang terikat bersama-sama.
Defenisi umum kattumaran lebih dikenal sebagai kapal dengan dua lambung yang
digabungkan.
Bentuknya terbuat dari kayu, sedikit lebih kecil dari rakit, bagian belakang selalu terbenam
di dalam air dan hanya bisa mengangkut satu orang. Jenis kapal yang diamati William
Dampier ditulis dalam buku On the coast of Coromandel, tahun 1697 dan dia menyebut
kapal tersebut dengan Catamarans.
catamarans
Catamaran Development
Desain dan jumlah katamaran dari tahun ke tahun mengalami perkembangan
Latar Belakang
Pertumbuhan Katamaran
sbg AMV yang pesat
Hambatan Katamaran
LuasHambatan
Katamaran
masih sering
dibahas
dalam
forum ilmiah (Jamaluddin, 2011)
geladak
yang
besar:
Penataan
ruangan
lebih
baik
oleh
aliran
asimetris
di
sekitar
demihull
dan
Dibuat
modelkatamaran
yang direfleksi
pada sarat
penuh (bidang
Hidrodinamika
Interferensi
Hambatan
Hambatan
lebih
kompleks
dibandingkan
monohull
karena
dipengaruhi
Stabilitas
yang
lebih
nyaman:
lengan
stabilitas
>momen
kopel
>
berpengaruh
pada yang
aliran menyebabkan
viskos
perubahan
refleksi
menjadi
datar)
(Couser,
1997)seperti
gelombang
interaksi
lambung
interferensi (interferensi
hambatan
Draft
yang
lebih
kecil:
muatan
>>
Optimization
Scheme
permukaan
tidak
diperhitungkan,
sehingga
hambatan
bentuk lapisan
batas danhambatan
longitudinal
vortices.
gelombang
dan
interferensi
viskos)
Karakteristik
hambatan:
daya
penggerak
<
Quick
Choice of Favourable
Hullditimbulkan
Form Ratios oleh interaksi
viskos.
fullfor
Wave
Resistance
Interference:
Kajian
terhadap
Interferensi
hambatan
gelombang sudah banyak dilakukan,
for Hard-Chine Catamarans (Subramanian, 2006)
antara sistem
oleh interferensi
masing-masing
demihull
sedangkan
untukgelombang
kajian terhadap
Hambatan
viskos masih sangat minim
Uji Terowongan Angin
Teknik
pengujian
model refleks
(tidak memperhitungkan
(Utama,
1999; Jamaludin,
2010)
making)interaksi
dapat
dilakukan
di terowongan
angininterferensi yang diakibatkan oleh
Transportasi
dan Produksi
wave
Fenomena
aliran dapat
diketahui melalui
jarak antara
lambung MARINE VEHICLES CONCEPTS
REVIEW
OF ADVANCED
Pengujian
angin
diawali
olehTechnical
LackenbyUniversity of
Apostolosterowongan
Papanikolaou
(2005),
National
Djatmiko & Panunggal
(1965)
dan
penggunaan
refleks(199X)
model
oleh
Athens,
Ship
Design Laboratory,
Greecediawali
(NTUA-SDL)
Gambar
1. Database
kapalMatheson
Fast Marine Vehicles
-NTUA-SDL
2005).
Joubert
dan
(1970)
pada (Papanikoloau,
model Lucy
Ashton.
Simulasi Numerik
Background
Jamaluddin dkk (2010) melakukan eksperimen untuk meneliti faktor bentuk (form
factor) pada demihull dan katamaran dengan berbagai konfigurasi lambung di kolam
tarik.
Variasi jarak melintang antara lambung adalah S/L 0.2, 0.3 dan 0.4. Kesimpulan dari
penelitian yang dilakukan adalah faktor bentuk viskos katamaran secara signifikan lebih
besar dibandingkan dengan demihull.
Namun ditemukan variasi efek interaksi hambatan viskos karena perbedaan jarak
demihull.
Jamaluddin dkk (2010) menyarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang
interferensi hambatan viskos dengan melakukan kajian di terowongan angin.
Previous Research
Utama, I. K. A. P (1999). Investigation of the Viscous Resistance Components of Catamaran
Forms. Ph.D Thesis, UK: University of Southampton.
Utama, I. K. A. P & Molland, A. F. (2001). Experimental and Numerical Investigations into
Catamaran Viscous Resistance. FAST , 295-304.
Armstrong, T. (2003). The effect of Demihull Separation on frictional resistance of
Catamaran. Seventh international Conference on Fast Sea Transportation, FAST (hal. 22-30).
Ischia-Italy: Ischia.
Rajagopalan, G., Schaller, D., & Wadcock, A. J. (2008). Experimental and Computational
Simulation of a Model Ship in a Wind Tunnel. Aerospace Engineering and
MechanicalEnginerring , Iowa State University Ames, IA, AIAA
Mitchell, R. R., & Webb, M. B. (7-10 January 2008). A study of the base pressure distribution
of a Slender Body of Square Cross-Sectrion. AIAA Aerospace Sciences Meeting and Exhibit ,
1-8.
TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah
Mencari besar interferensi hambatan viskos dengan menghitung nilai
koefisien tekanan dan kecepatan aliran di sekitar model lambung kapal
melalui eksperimen di terowongan angin
Melakukan perhitungan interferensi hambatan viskos melalui simulasi
numerik (CFD). Sebagai data tambahan, simulasi numerik juga dilakukan
pada model untuk mengetahui perubahan hambatan dan kecepatan dengan
variasi yaw angle 2o, 4o, 6o, 8o dan 10o.
MANFAAT
BATASAN MASALAH
DASAR TEORI
Ada 2 interferensi hambatan yang berhubungan dengan kapal katamaran (Pien, 1976), yaitu
(1) interferensi hambatan kekentalan yang diakibatkan oleh pola aliran yang tidak simetris di sekeliling badan kapal
serta pengaruh aliran kekentalan seperti peristiwa pembentukan lapisan batas
(2) interferensi hambatan gelombang yang timbul akibat interaksi di antara sistem gelombang dari lambung
penyusun katamaran.
Efek interferensi tersebut dalam dijelaskan menjadi :
i.
Body interference, aliran air di sekitar demihull bersifat asimetris terhadap centerline demihull, begitu juga
penyebaran tekanan disekitarnya. Hal ini diakibatkan oleh pengaruh demihull yang lain dan menyebabkan
bertambahnya komponen hambatan yang dihasilkan yaitu berupa;
Gangguan kecepatan aliran fluida meningkat di sekeliling demihull terutama di daerah antara kedua lambung
(tunnel side). Pertambahan kecepatan dikarenakan adanya peningkatan hambatan gesek dan modifikasi
bentuk lambung kapal.
Timbulnya aliran fluida di bawah lunas searah sumbu y kapal, yang biasanya diabaikan pada kapal monohull
karena pengaruhnya sangat kecil, pada lambung katamaran besarnya kecepatan aliran ini 5-7 % dari
kecepatan kapal.
Adanya perbedaan ketinggian gelombang pada bagian stern kapal di sebelah dalam dan luar demihull.
Gangguan kecepatan fluida pada tunnel side dapat merubah struktur boundary layer
Gelombang akibat gerakan demihull satu dapat mencapai demihull yang lain sehingga merubah luasan
lambung yang tercelup air, yang berarti juga mempengaruhi besarnya hambatan gesek.
ii.
Wave interference, sebagai implikasi dari 2 lambung yang berjalan berdampingan, interferensi gelombang dapat
diamati sebagai berikut;
akibat dari perubahan penyebaran tekanan maka wave making resistance dapat berubah. Dengan kata lain
pola gelombang pada demihull dapat berbeda dengan asumsi ketika demihull diisolasi
interaksi gelombang dari masing-masing demilhull dapat bersifat saling meniadakan.
Pertemuan antara gelombang yang dihasilkan oleh haluan masing-masing lambung di centerline dapat
bersuperposisi mnghasilkan gelombang yang sangat besar
Pola gelombang di stern kapal bagian luar dan dalam tunnel shg menyebabkan berubahnya aliran
DASAR TEORI
Metode ITTC 1978 memberikan persamaan Koefisien Hambatan Total untuk Katamaran:
Di mana:
digunakan dalam perhitungan pengaruh perubahan tekanan di sekitar lambung (demihull). Untuk tujuan
praktis, dan dapat dikombinasikan (Insel dan Molland, 1992) ke dalam interferensi hambatan viskos
yakni faktor , dimana
1 k 1 k
sehingga
CT (1 k )C F CW
CT (1 k )CF
Flow chart
MULAI
STUDY
LITERATUR
DESAIN MODEL
Parameter Lingkungan
PROFIL KECEPATAN
KOEFISIEN TEKANAN, Cp
SIMULASI NUMERIK
VIS. PRESSURE
VISKOS PRESSURE COEFFICIENT, CVP
VIS. KECEPATAN
INTERFERENSI
HAMBATAN VISKOS
SELESAI
Modelling
Model
PRINCIPAL DIMENSION
DWL
40.7241
DWL
WL 3
WL 3
WL 2
WL 2
WL 1
WL 1
WL 0
WL 0
Vessel
Catamaran
LPP
457,26 mm
47,5
mm
26
mm
BL 3 BL 2 BL1 CL BL1 BL 2 BL 3
DWL
DWL
BL 2
CL
BL 1
BL 2
BL 1
1
0
1
1
WL 2
WL 3
BASE LINE
DWL
DWL
WL 2
WL 1
BL 3
10
WL 3
BL 3
WL 1
BL 2
BL 2
BL 1
BL 1
CL
CL
BL 1
BL 1
BL 2
BL 2
BL 3
BL 3
0
10
Ukuran Model (LPP = 457, 25 mm; B =47,5 mm; dan T =26 mm)disesuaikan
dengan ukuran Test Section di terowongan angin (Armstrong, 2003)
Untuk mempertimbangkan block effect dan memberikan hasil yang lebih teliti
Koreksi blok effect dilakukan terhadap hasil perhitungan CV
Pressure tape pada Model
Experimental Test
Pressure Transducer
Termometer
Data Akuisisi
Termometer
Digunakan untuk mendapatkan temperature udara dalam
ruang pengujian. Temperatur ini digunakan untuk menghitung
besarnya densitas udara pada kondisi standart dengan menganggap
kondisi aliran bebas di dalam open circuit wind tunnel sama dengan
kondisi aliran bebas ruangan yang ditempati.
Manometer
Manometer berfungsi untuk menyatakan besarnya tekanan
yang diukur oleh pressure tape dan pitot static tube. Manometer dirancang
dengan kemiringan 150 untuk mempermudah pembacaan h fluida terukur.
Fluida yang digunakan dalam manometer adalah kerosin dengan specific
gravity 0,78 skala 1 mm toleransi 0.5 mm
Pressure Tap
Pressure Tap berbentuk kawat tembaga berupa pipa kapiler yang
disambung dengan selang penghubung dan dihubungankan dari permukaan
benda uji (model). inside diameter sebesar 0,8 mm. Pressure tape berfungsi
untuk mengukur besarnya tekanan static di sepanjang permukaan benda uji
dengan menghubungkan ke manometer dan ke pressure transducer. Data
pengukuran dibaca melalui Data Akuisisi.
Pressure Transducer
Berfungsi sebagai sensor tekanan yang dihubungkan
dengan masing-masing pressure tape melalui selang penghubung.
Data Akuisisi
Berfungsi untuk membaca data tekanan dari pressure transducer yang
diberikan dalam analog mV, dimana Analog mV untuk diubah jadi Pressure
.
Experimental Test
Experimental Test
Experimental Test
Model Test Set Up
S/L 0,2
S/L 0,3
S/L 0,4
Perbedaan warna pada model menunjukkan bahwa model tersebut menggunakan model yang direfleksi
pada sarat kapal (Utama,1999;Armstrong; 2003)
Eksperimen
Kecepatan (V)
Alat Ukur
Temperature
p2 pstream
CVP CP .ds
(Widodo, 2010 )
aT
1
1
2
b
T
Viskositas Dinamis
a =atmosfer condition (1,458 x 10-6
kg/m.sK1/2)
b = 110,4 K
Cengel dan Cimbala (2010).
CSA
'
CVP
x CVP
WSA
Utama (1999) menjelaskan bahwa nilai CVP berdasarkan luas
bidang basah (wetted surface area, WSA) lambung kapal dan
CP berdasarkan cross sectional area (CSA), maka Cvp dapat
Cf = ITTC 1957
dihitung dengan mengalikan perbandingan
CSA/WSA
'
CV CVP CF
(Armstrong, 2003)
Blockage Correction
V
CSA
2
V
C
P
RT
Utama, 1999;
(Armstrong, 2003;
Jamaludin, 2011)
3/ 2
CVcorection
Pstatik =1 Atm
Viskositas Kinematis
Re
VL
1 k CV
1 k CV
CF
Untuk mempermudah
analisis dan eksperimen
(Ariwibowo dkk, 2006)
(Utama, 1999;
Armstrong, 2003
dan Molland,
2011)
Parameter CFD
Data Eksperimen
IF
CF
CV cat
CV demi
Hasil Eksperiment
Cp In S/L 0,2
1.000
0.800
0.600
Cp
0.400
0.200
0.000
0
10
20
30
40
50
-0.200
-0.400
-0.600
%L
60
70
80
90
100
Hasil Eksperiment
Cp Inner S/L 0,3
1.000
0.800
0.600
Cp
0.400
0.200
0.000
0
10
20
30
40
50
-0.200
-0.400
%L
60
70
80
90
100
Hasil Eksperiment
Cp Inner S/L 0,3
1.000
0.800
0.600
Cp
0.400
0.200
0.000
0
10
20
30
40
50
-0.200
-0.400
%L
60
70
80
90
100
Hasil Eksperiment
1.000
0.800
0.600
0.400
Cp
0.200
0.000
-0.200 0
20
40
60
80
100
-0.400
-0.600
%L
1.000
0.800
0.600
Cp
0.400
0.200
0.000
-0.200
-0.400
1.000
20
40
60
80
100
%L
0.800
0.600
Cp
0.400
0.200
0.000
-0.200
20
40
60
-0.400
%L
80
100
0.8
Cp
0.6
0.4
0.2
0
0
-0.2
20
40
60
80
100
120
%L
Elipsoid S/L 0,27 V= 20 m/s (Utama, 1999)
Katamaran S/L 0,3 V=15,4 m/s
Pada jarak antara lambung 0,27 dengan model kapal katamaran S/L 0,3, akan ditemukan perbedaan tren pada
persentase panjang > 70%. Sedangkan pada persentase dibawah nilai tersebut trend grafik masih menunjukkan
kesamaan. Perbedaan tersebut karena kedua bentuk yang berbeda. Selain itu juga karena perbedaan kecepatan dan
jarak antara lambung yang digunakan. Pada ujung-ujung elipsoid bentuknya tidak transom seperti pada model
katamaran, sehingga tekanan akan meningkat dan menyebabkan koefisien tekanan juga meningkat.
Hasil Eksperimen
Profil Kecepatan
L
30% L
Re 2,89 x 10^5
Re 3,47 x 10^5
Re 4,05 x 10^5
40
Re 4,46 x 10^5
30
20
10
0
0.6
0.7
0.8
V/Vmax
0.9
Hasil Eksperimen
Profil Kecepatan
L
30% L
Velocity Profile S/L 0,3
60
50
40
Re 2,89 x 10^5
30
Re 3,47 x 10^5
Re 4,05 x 10^5
Re 4,46 x 10^5
20
10
0
0.5
0.6
0.7
0.8
V/Vmax
0.9
Hasil Eksperimen
Profil Kecepatan
L
30% L
40
Re 2,89 x 10^5
Re 3,47 x 10^5
30
Re 4,05 x 10^5
Re 4,46 x 10^5
20
10
0
0.6
0.7
0.8
V/Vmax
0.9
Hasil Eksperimen
Profil Kecepatan
S
y
30% L
40
30
y
Re 2,89 x 10^5
20
Re 3,47 x 10^5
10
Re 4,05 x 10^5
0
0.6
0.7
0.8
0.9
Re 4,46 x 10^5
V/Vmax
50
50
40
40
30
30
20
20
10
10
0
0.5
0.7
V/Vmax
0.9
60
60
0.6
0.7
Hasil Eksperiment
S
y
L
30% L
Ave Vin/Vout
0.25
0.3
0.35
0.4
S/L
Ave Vin/Vout
1,051
1,041
1,038
Hasil Eksperimen
S
y
L
30% L
Average Pressure (Pin/Pout)
0.9940
0.9935
0.9930
Pin/Pout
0.9925
0.9920
0.9915
0.9910
0.2
0.25
0.3
0.35
S/L
0.4
Hasil Eksperimen
CVP CP .ds
Re (105)
Demi
2,89
3,47
4,05
4,46
CVP
0,0842
0,0883
0,0728
0,0644
CVP'
0,0015
0,0016
0,0013
0,0012
CF
0,0063
0,0060
0,0058
0,0056
CV koreksi
0,0078
0,0076
0,0071
0,0068
CVP
'
CSA
x CVP
WSA
CV CVP CF
'
Model
S/L 0,2
S/L 0,3
S/L 0,4
(105)
Re
2,8941
3,4729
4,0517
4,4569
2,8941
3,4729
4,0517
4,4569
2,8941
3,4729
4,0517
4,4569
CVP
0,1700
0,1584
0,1274
0,1832
0,0881
0,0920
0,0745
0,0670
0,0912
0,0885
0,0729
0,0645
CVP'
0,0031
0,0029
0,0023
0,0021
0,0024
0,0022
0,0020
0,0018
0,0017
0,0020
0,0018
0,0017
CF
0,0063
0,0060
0,0058
0,0056
0,0063
0,0060
0,0058
0,0056
0,0063
0,0060
0,0058
0,0056
CV koreksi
0,0094
0,0089
0,0081
0,0077
0,0087
0,0082
0,0077
0,0074
0,0084
0,0080
0,0076
0,0073
1 k CV
CF
1 k CV
CF
IF
CV cat
CV demi
Cat = 0,003532
Demi=0,000442
Hasil Eksperiment
CV Demihull
0.00900
0.00800
CV
0.00700
0.00600
0.00500
0.00400
0.00300
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
Re (105)
Percobaan Towing Tank
Hasil Eksperiment
CV S/L 0,2
0.01000
0.00900
CV
0.00800
0.00700
0.00600
0.00500
0.00400
0.00300
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
Re (105)
SL 02 Towing Tank
SL 02 Wind Tunnel
Hasil Eksperimen
CV S/L 03
0.01000
0.00900
0.00800
CV
0.00700
0.00600
0.00500
0.00400
0.00300
2.50
3.00
3.50
4.00
Re
4.50
5.00
(105)
SL 03 Towing Tank
Hasil Eksperimen
CV S/L 04
0.01000
0.00900
0.00800
CV
0.00700
0.00600
0.00500
0.00400
0.00300
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
Re (105)
SL 04 Towing Tank
SL 04 Wind Tunnel
Hasil Eksperimen
Perhitungan Interferensi hambatan viskos
Model
Mono
Model
S/L 0,2
S/L 0,3
S/L 0,4
Re (105)
1+k
2,89
3,47
4,05
4,46
Re (105)
2,89
3,47
4,05
4,46
2,89
3,47
4,05
4,46
2,89
3,47
4,05
4,46
1,2657
1,2697
1,2307
1,2087
1 + k
1,4959
1,4835
1,4039
1,3723
1,3845
1,3645
1,3402
1,3148
1,3764
1,3371
1,3178
1,2978
0,246
0,270
0,231
0,209
Interferensi
1,1993
1,1668
1,1392
1,1338
1,1100
1,0732
1,0875
1,0863
1,0790
1,0517
1,0694
1,0723
Cat = 0,003532
Demi=0,000442
Hasil Eksperiment
Form Factor
1.6000
1.5000
1.4000
1.3000
Demi
S/L 0,2
1.2000
S/L 0,3
1.1000
S/L 0,4
1.0000
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
Re (105)
S/L 0,2 terhadap S/L 0,3 dan S/L 0,4 masing-masing adalah 6,05% dan 7,36%.
penurunan viscous form faktor S/L 0,3 terhadap S/L 0,4 adalah 1,38% .
Hasil Eksperimen
Rataan Interferensi Hambatan Viskos
Interferensi Hambatan Viskos
1.25
1.18
Cv Cat/Cv demi
Cv Cat/Cv demi
1.16
1.20
1.14
1.12
1.15
1.10
1.10
1.08
S/L 0,2
Interferensi
S/L 0,3
1.06
1.05
1.04
S/L 0,4
1.02
1.00
1.00
2.50
0.20
3.00
0.25
3.50
Re0.30
(105)
4.00
0.35
4.50
0.40
Re (105)
S/L 02 S/L 0,3
S/L 02 S/L 0,4
S/L 03 S/L 0,4
6,08%
7,91%
1,95%
Interferensi
Numerical Simulation
Numerical Simulation
Fluid
Problem
Fluid Mechanics
Physics of Fluids
Mathematics
Simulation Result
Computer
CFD
Navier-Stokes Equations
Computer Program
Program Language
Numerical Methods
Discretized Form
Geometry
Grids
Numerical Simulation
Numerical Simulation
Metode Diskritisasi CFD
CFD merupakan pendekatan persoalan yang asalnya kontinum (memiliki jumlah sel tak
terhingga) menjadi model diskrit (Jumlah sel terhingga)
Numerical Simulation
Proses Computational Fluid Dynamics dengan menggunakan CFX
For most packages, the data stream is:
>> Geometry
CAD (usually)
Mesh Generator
Pre-processor
Post-processor
Solver
Pre-Processor
Input model(file) yang sudah di-mesh
Pendefenisikan karakteristik fisik model,
properti fluida dan juga boundary
condition
Solver
Persamaan integral tersebut diubah kepada sebuah sistem persamaan aljabar dengan
menghasilkan sejumlah pendekatan, dimana persamaan aljabar tersebut diselesaikan
secara iteratif.
Suatu pendekatan iteratif diperlukan karena sifat non linear dari persamaan dan
sebagai solusi yang mendekati solusi eksak. Hal ini disebut sebagai Convergen. Untuk
masing-masing iterasi, error atau residual dilaporkan sebagai ukuran keseluruhan
konservasi sifat aliran (ANSYS, 2010).
Masalah CFD pada umumnya adalah non-linear, dan diperlukan teknik solusi
menggunakan proses iteratif untuk turut meningkatkan penyelesaian sampai
'konvergensi' tercapai
Post-Processor
ANSYS Workbench
Meshing
Yang,dkk (2000)
Bogdn Yamaji, Attila Aszdi (2006)
Dinham dkk (2008)
Szelangiewicz dan Abramowski(2009)
Hopfensitz, dkk (2010).
When a flow is both frictionless and irrotational, pleasant things happen. F.M. White
Boundary Condition
Inlet
(pref=1 Atm)
Wall
1.free slip condition
2. no slip condition)
Outlet
(prel=0)
Model
(No slip condition)
Boundary Condition
inlet
wall
fluida
model
Outlet
Boundary Condition
MODEL
Tegangan geser 0
Dinding yang rata
INLET
Bila level
turbulensi tidak
diketahui secara
detail
Boundary Condition
OUTLET
WALL
Tegang Geser 0
Uwall = 0
Dinding Rata
Numerical Simulation
Elemen
345742
933391
1322085
1694506
2449397
Jumlah
Nodes
60498
164624
233392
299260
433416
Tahanan
(N)
0,09317
0,08709
0,08322
0,08098
0,08068
Persentase(%)
6,98743
4,64554
2,77342
0,36091
Grid Independence
Grid Independence
0.095
Tahanan (N)
0.090
0.085
0.080
0.075
0.070
500000
1000000
1500000
Jumlah Elemen
2000000
2500000
Grid Indepence
Apabila grafik perubahan hambatan telah menunjukkan bentuk yang Asymtotik terhadap jumlah
elemen, dengan persentase <5% maka penambahan elemen pengaruhnya cukup kecil terhadap
hambatan (Molland&Utama, 2002). dengan demikian jumlah elemen 1694506 sudah mencapai
Grid Independence
Model
Turbulensi
Dinham dkk (2008) yang menyebutkan bahwa model turbulensi SST merupakan
model yang cocok diaplikasikan pada bidang hidrodinamika dan saat ini dianggap
sebagai model 2 persamaan terbaik karena memiliki simulasi lapisan batas dengan
akurasi yang tinggi. Model SST menggabungkan model turbulensi k-epsilon
standar yang memiliki kelebihan untuk aliran free stream dan k-omega yang
memiliki kelebihan untuk aliran di sekitar dinding.
Hasil Eksperimen
Convergence Criteria
Numerical Simulation
Free slip condition
No slip condition
Numerical Simulation
Additional Simulation
Numerical Simulation
Numerical Simulation
Numerical Simulation
Numerical Simulation
Numerical Simulation
Numerical Simulation
Numerical Simulation
Numerical Simulation
Vektor Kecepatan
Numerical Simulation
CV (Free sleep)
0.00890
0.00880
0.00870
CV
0.00860
0.00850
0.00840
0.00830
0.00820
0.00810
0.00800
2.5
3.5
4.5
Re (105)
S/L = 0,2
S/L=0,3
S/L = 0,4
Demihull
Numerical Simulation
CV
CV (No Sleep)
0.0092
0.0091
0.0090
0.0089
0.0088
0.0087
0.0086
0.0085
0.0084
0.0083
0.0082
0.0081
2.5
3.5
S/L = 0,2
S/L = 0,4
4
Re (105)
4.5
S/L=0,3
Demihull
Demi
S/L 02
Re (105)
2,89
3,47
4,05
4,46
2,89
3,47
4,05
4,46
Ratio Cv
1,0269
1,0256
1,0227
1,0218
1,0331
1,0322
1,0308
1,0302
1.0320
1.0300
1.0280
1.0260
1.0240
1.0220
1.0200
2.5
3.5
Re
(105)
4
Demi
S/L 0,3
4.5
S/L 02
S/L 04
MODEL
S/L 03
S/L 04
Re (105)
2,89
3,47
4,05
4,46
2,89
3,47
4,05
4,46
Ratio Cv
1,0346
1,0324
1,0310
1,0279
1,0291
1,0255
1,0251
1,0230
Numerical Simulation
Re (10 )
S/L 0,2
S/L 0,3
S/L 0,4
CFD
T. Angin
CFD
T. Angin
CFD
T. Angin
2,89
0,0091
0,0094
0,0090
0,0087
0,0090
0,0084
3,47
0,0088
0,0089
0,0087
0,0082
0,0086
0,0080
4,05
0,0085
0,0081
0,0084
0,0077
0,0084
0,0076
4,46
0,0083
0,0077
0,0083
0,0074
0,0082
0,0073
CV
0.009
0.008
0.008
0.007
2.5
3.0
3.5
4.0
Re
Towing Tank
4.5
5.0
(105)
Terowongan Angin
CFD
CV S/L 0,3
0.010
0.009
CV
0.009
0.008
0.008
0.007
2.5
3.0
3.5
4.0
Re
Towing Tank
4.5
5.0
(105)
Terowongan Angin
CFD
CV
CV S/L 0,4
0.0095
0.0090
0.0085
0.0080
0.0075
0.0070
0.0065
0.0060
0.0055
0.0050
2.5
3.0
3.5
4.0
Re
Towing Tank
4.5
5.0
(105)
Terowongan Angin
CFD
Perbedaan persentase Maksimum CFD dengan eksperimen terowongan angin adalah 6,2%
Perbedaan persentase rataan CFD dengan eksperimen towing tank adalah
2,95%
Numerical Simulation
Free slip Condition
Interference
1.016
1.014
1.012
CV cat/CVdemi
1.010
1.008
1.006
1.004
1.002
1.000
0.998
2.5
3.5
S/L 0,2
4
Re (105)
S/L 0,3
4.5
S/L 0,4
Numerical Simulation
No slip Condition
Interference
1.025
1.020
CV cat/CVdemi
1.015
1.010
1.005
1.000
2.5
3.5
4.5
Re (105)
S/L 0,2
S/L 0,3
S/L 0,4
Numerical Simulation
Interferensi Hambatan Viskos
1.30
Interferensi
1.20
1.10
1.00
0.90
0.80
0.70
2.5
3.5
4.5
Re (105)
S/L 02 CFD
S/L 03 CFD
S/L 04 CFD
S/L 0,2 WT
S/L 0,3 WT
S/L 04 W T
Yaw Angle 2o
Numerical Simulation
Cv
0.015
0.014
0.013
Demihull
0.012
CV
S/L 0,2
S/L 0,3
0.011
S/L 0,4
0.01
0.009
0.008
0
10
Numerical Simulation
CSF
0.025
0.02
0.015
CSF
Demihull
S/L 0,2
0.01
S/L 0,3
S/L 0,4
0.005
0
0
-0.005
10
Numerical Simulation
Vmax
11.2000
11.0000
Vmax
10.8000
Demihull
10.6000
S/L 0,2
S/L 0,3
10.4000
S/L 0,4
10.2000
10.0000
Angle of Attack
6
(o)
10
Kesimpulan
Uji terowongan angin dan penggunaan simulasi numerik mampu memberikan informasi tentang
perubahan tekanan dan kecepatan aliran dalam memahami perilaku interaksi komponen
hambatan viskos pada kapal katamaran.
Peningkatan rasio jarak antara lambung akan mengakibatkan penurunan nilai distribusi tekanan.
Koefisien tekanan terendah dialami oleh S/L yang lebih kecil (S/L 0,2) dan terbesar dialami oleh
S/L yang lebih besar (S/L 0,4 )
Rasio jarak antara lambung mempengaruhi profil kecepatan, peningkatan rasio jarak antara
lambung menyebabkan penurunan nilai rasio kecepatan, sehingga S/L yang rendah akan
menyebabkan rasio kecepatan yang lebih tinggi dan berlaku juga sebaliknya.
Hasil simulasi numerik dan eksperimen menunjukkan bahwa interferensi hambatan viskos
terbesar terjadi pada S/L 0,2 diikuti S/L 0,3 dan 0,4. Perbedaan antara hasil tank test dengan CFD
berada di bawah 4% sedangkan antara simulasi numerik dengan eksperimen di terowongan
angin berada di bawah 7%. Perbedaan yang masih dibawah 7% menyimpulkan bahwa akurasi
simulasi numerik cukup signifikan.
Penambahan sudut serang menyebabkan kenaikan koefisien drag, gaya samping serta
kecepatan. Rataan CV terbesar hingga terendah dialami S/L 0,2 ; S/L 0,3 dan S/L 0,4 pada sudut
di bawah 60.Sedangkan CSF katamaran terbesar dialami S/L 0,4 nilainya hampir sama dengan
demihull(< 2%). Diikuti oleh S/L 0.3 dan S/L 0,2.
Saran
Untuk memperkecil kesalahan antara simulasi numerik dengan eksperimen, maka perlu
dilakukan berbagai variasi model turbulensi, misalnya dengan model turbulensi k-, k-, RNG k-
dan sebagainya.
Selain karena pengaruh model turbulensi, tingkat stabilitas dan akurasi pada strategi
penyelesaian (solution strategy) juga perlu divariasikan dengan tingkat stabilitas dan akurasi yang
lain. Bila pada simulasi numerik ini menggunakan Hybrid Differencing Scheme (HDS) karena
menggunakan default CFX, maka perlu mencoba orde lain seperti Upwind Differencing Scheme
(UDS) dan the Quadratic Upstream Interpolation for Convective Kinetics (QUICK).
Meshing juga turut berperan penting dalam memperbaiki hasil simulasi numerik. Pemahaman
terhadap meshing dengan menggunakan CFX-mesh, meshing dengan Ansys Mechanical dan ICEM
CFD masih perlu ditingkat, karena meshing yang teratur akan memberikan hasil yang jauh lebih baik
bila dibandingkan dengan meshing general .
Scientific Publication
Title
Investigasi Interferensi Hambatan
Viskos Katamaran Menggunakan Uji
Terowongan Angin
Wind Tunnel Investigation Into The
Drag Characteristics Of A Pair Of
Demihull Catamaran In Proximity
Remarks
Majalah Pengkajian Industri
(Jurnal terakreditasi LIPI)
ISSN
under review
Accepted to presented
Proceeding-SENTA 2011
(Seminar Nasional)
ISSN 1412-2332
Terimakasih
CF
Min (2008), penerapan form factor sulit untuk
ditentukan
Perbedaan Simulasi
Hasil Eksperiment
1.000
0.800
0.600
0.400
Cp
0.200
0.000
-0.200 0
20
40
60
80
100
-0.400
-0.600
%L
1.000
0.800
0.600
Cp
0.400
0.200
0.000
-0.200
-0.400
1.000
20
40
60
80
100
%L
0.800
0.600
Cp
0.400
0.200
0.000
-0.200
20
40
60
-0.400
%L
80
100
Numerical Simulation
Interference Average
1.1800
1.1600
1.1400
1.1200
interference
1.1000
1.0800
1.0600
1.0400
1.0200
1.0000
0.9800
0.20
0.25
free slip
S/L
0.30
no slip
0.35
0.40
wind tunnel
Kontribusi
Inovasi analisa dan evaluasi interferensi
hambatan viskos melalui eksperimen wind
tunnel dan CFD (bagaimana menganalisa
hambatan viskos melalui perubahan tekanan)
Mengevaluasi interferensi hambatan viskos
melalui paramater perubahan tekanan dan
kecepatan dan aliran di sekitar lambung
4.4.2.2.3. Range
Range allows you to plot using the Global, Local or User Specified range of a variable.
This affects the variation of color used when plotting the object in the Viewer. The
lowest values of a variable in the selected range are shown in blue in the Viewer; the
highest values are shown in red.
The Global range option uses the variable values from the results in all domains
(regardless of the domains selected on the Geometry tab) and all timesteps (when
applicable) to determine the minimum and maximum values.
The Local range option uses only the variable values on the current object at the
current timestep to set the maximum and minimum range values. This option is
useful to use the full color range on an object.
The User Specified range option allows you to specify your own maximum and
minimum range values. You can use this to concentrate the full color range into a
specific variable range.
Numerical Simulation
Variabel Pressure dengan range Global
Numerical Simulation
Velocity Contour
Numerical Simulation
Dengan demikian aliran potensial adalah merupakan aliran ideal dan aliran irrotasional yang disederhanakan menjadi:
1.Aliran Irrotational
Aliran irrosional aliran dimana partikel fluida tidak berotasi akibat tidak ada tegangan geser. Dengan demikian gaya yang dialami selalu tegak
lurus terhadap permukaan.
1.Fluida Ideal
Fluida ideal adalah fluida yang incompressible, two-dimensional, irrotational, steady, and nonviscous flow (frictionless flow, an invisvid flow)
Pembagian Aliran
Kerapatan (densitas):
aliran termampatkan (compressible) ada
perubahan densitas
Aliran tak termampatkan (incompressible)
densitas konstan, tidak mengalami perubahan
kerapatan
Pada kenyataan: tidak ada aliran
incompressible, sehingga aliran inviscid
dianggap incompressible ( konstan)
Pembagian Aliran
Kekentalan:
aliran viskos (viscid flow) ada kekentalan
(gesekan/gaya hambat)
Aliran tak viskos (inviscid flow) tidak mengalami
gaya gesekan (gaya hambat=nol, frictionless)
Aliran yang melewati permukaan benda akan
membentuk lapisan batas, hal ini disebabkan efek
viskositas yang menyebabkan timbulnya gaya
geser
Aliran Irrotational
Tidak ada shear stress (the fluid particles are
not rotating).)
Gaya selalu normal terhadap permukaan,
karena tekanan
Di dekat boundary layer viskositas memainkan
peranan penting dan aliran adalah rotational
dan viscid
Boundary Layer
adalah suatu lapisan tipis pada permukaan padat tempat
fluida mengalir, dimana di dalam lapisan tersebut pengaruh
viskosits maupun gaya inertia sangat berarti
Re x
U x
109
Form Factor:
Adanya tambahan kecepatan aliran di sekeliling kapal
Adanya tekanan pada pusat kekentalan akibat perpanjangan garis gesek sepanjang kapal
potential function
The freestream is the air far upstream of an aerodynamic body, that is, before the
body has a chance to deflect, slow down or compress the air. Freestream
conditions are usually denoted with a \infty symbol, e.g. V_\infty, meaning the
freestream velocity
Freestream adalah udara jauh hulu dari tubuh aerodinamis, yaitu
sebelum tubuh memiliki kesempatan untuk membelokkan,
memperlambat atau memampatkan udara. Kondisi freestream
biasanya dinotasikan dengan simbol infty \, misalnya V_ \ infty,
yang berarti kecepatan freestream
The pressure coefficient is a parameter for studying the flow of incompressible
fluids such as water, and also the low-speed flow of compressible fluids such as air.
The relationship between the dimensionless coefficient and the dimensional
numbers
Koefisien tekanan adalah parameter untuk mempelajari aliran cairan
mampat seperti air, dan juga aliran kecepatan rendah cairan kompresibel
seperti udara. Hubungan antara koefisien berdimensi dan jumlah dimensi
* C_p of zero indicates the pressure is the same as the free stream pressure.
* C_p of one indicates the pressure is stagnation pressure and the point is a stagnation
point.
* C_p of minus one is significant in the design of gliders because this indicates a
perfect location for a "Total energy" port for supply of signal pressure to the Variometer,
a special Vertical Speed Indicator which reacts to vertical movements of the atmosphere
but does not react to vertical maneuvering of the glider.
C_p dari nol menunjukkan tekanan adalah sama dengan tekanan aliran bebas.
* C_p satu menunjukkan tekanan adalah tekanan stagnasi dan titik adalah titik
stagnasi.
* C_p minus satu adalah penting dalam desain glider karena ini menunjukkan
lokasi yang sempurna untuk port "Jumlah energi" untuk pasokan tekanan sinyal ke
Variometer, sebuah Indikator Kecepatan Vertikal khusus yang bereaksi terhadap
gerakan vertikal atmosfer tetapi tidak bereaksi terhadap manuver vertikal glider.
Kurva Cp
Cp bernilai nol (0) berarti bahwa tekanan di titik perhitungan adalah sama
dengan tekanan pada aliran bebas (free stream). Dengan demikian, besar
kecepatan di titik perhitungan juga sama dengan besar kecepatan free stream.
Cp bernilai negatif (di bawah nol) mengandung arti bahwa tekanan di titik
perhitungan lebih kecil dibandingkan tekanan free stream. Dengan demikian
kecepatan di titik tersebut lebih besar dibandingkan dengan kecepatan free
stream.
Cp bernilai 1, maka tekanan tersebut adalah tekanan stagnasi dan titik tersebut
merupakan titik stagnasi.Pada keadaan ini, kecepatan di titik tersebut adalah
sama dengan nol.
Hambatan sisa, RR
Hambatan sisa adalah kuantitas yang merupakan hasil pengurangan dari hambatan total badan kapal atau merupakan kuantitas hasil
pengurangan koefisien hambatan total dengan koefisien hambatan gesek. Nilai perhitungan hambatan ini diperoleh dengan menggunakan rumus.
Secara umum, bagian yang terbesar dari hambatan sisa pada kapal niaga adalah hambatan gelombang (wavemaking resistance). Unsur lainnya
adalah hambatan tekanan dan hambatan gesek tambahan sebagai akibat bentuk benda yang tiga dimensi
Hambatan viskos, RV
Hambatan viskos adalah komponen hambatan yang berhubungan dengan energi yang dikeluarkan akibat pengaruh viskos.
Hambatan Tekanan, Rp
Hambatan tekanan adalah komponen hambatan yang diperoleh dengan cara mengintegralkan tegangan normal ke seluruh permukaan
benda menurut arah gerakan benda.
Hambatan viskos pada lambung kapal terdiri dari hambatan tekanan (pressure
drag) dan hambatan gesek (friction drag atau shear force). Hambatan gesek
merupakan gaya hambatan akibat adanya viskositas fluida yang menyinggung
permukaan lambung secara tangential dan hambatan tekanan merupakan
gaya normal akibat tekanan fluida disekitar lambung.
Hambatan Kekasaran
Hambatan ini terjadi akibat kekasaran, misalnya kekasaran akibat korosi dan fouling (pengotoran) pada badan kapal.
Hambatan Udara
Hambatan ini dialami oleh bagian badan kapal yang berada di atas permukaan air dan bangunan atas (superstructure) sehingga
menyebabkan hambatan karena gerakan kapal yang juga menyusuri udara.
Total. Ct
Residuary. Cr
Form effect on
skin friction
Pressure. Cp
Friction. Cf
(normal stress)
(tangential stress)
Viscous pressure
Induced drag
Wave. Cw
Transom drag
Viscous. Cv
Wave breaking
and spray
Wave pattern. Cwp
Wake resistance
Total. Ct
Couser, 1997
Sahoo, 2007
Pressure
Pressure
75
Max Pressure
65
S/L 0,2
55
S/L 0,3
S/L 0,4
45
Demihull
35
25
11
Kecepatan
13
15
17
S/L 02
Pressure (Pa)
S/L 03
Pressure (Pa)
MIN
MAX
MIN
MAX
10
-24,18
29,38
10
-27,02
29,13
12
-36,67
42,06
12
-40,68
41,71
14
-51,78
56,99
14
-57,15
56,52
15,4
-64,79
68,78
15,4
-70,09
68,21
Demi
Pressure (Pa)
S/L 04
Pressure (Pa)
MIN
MAX
MIN
MAX
10
-26,4
27,55
10
-25,38
28,11
12
-39,98
39,44
12
-38,18
40,22
14
-55,99
53,44
14
-53,15
56,12
15,4
-68,81
64,49
15,4
-67,86
65,74