You are on page 1of 2

Low carbon city

Konsep LCMT adalah konsep pengembangan kota yang diusung oleh


pemerintah yang bertujuan untuk mengembangkan kota dengan prinsip
utama berbagai kebijakan mengenai penerapan low carbon dan
merumuskan kombinasi perhitungan low carbon yang tepat dengan
mempertimbangkan kondisi social ekonomi dan karakteristik khusus dari kota
tersebut.
Masyarakat rendah karbon (low-carbon society) adalah masyarakat yang
mempunyai komitmen secara berkelanjutan untuk menurunkan emisi gas
dari aktivitas sehari-hari. Dengan mengubah perilaku masyarakat yang lebih
banyak menggunakan energi terbarukan yang ramah lingkungan serta
melakukan efisiensi penggunaan barang penghasil emisi, maka dapat
terhindarkan dari proses perubahan iklim yang merugikan masyarakat dunia.
Perencanaan low carbon city harus mempertimbangkan studi mengenai
keadaan masa kini dan perubahan yang mungkin terjadi diwaktu yang akan
datang, karena berkaitan dengan permintaan energi. Mengingat bahwa
konsep low carbon city dapat bertahan dalam waktu yang lama, maka dalam
merancang LCMT dibutuhkan beberapa langkah strategis seperti:

Analisis data penggunaan energi dan emisi CO,


Merancang sasaran low carbon secara kuantitatif,
Perhitungan low carbon,
Analisis berdasarkan perhitungan low carbon dan data-data yang
telah dikumpulkan,
Merancang penerapan yang paling sesuai dengan perhitungan low
carbon, berdasarkan perhitungan penggunaan anggaran yang
paling efektif.
Gambar 1. Alur perancangan LCMT

Salah satu aktivitas masyarakat yang banyak menggunakan energi adalah


sektor transportasi, khususnya penggunaan kendaraan bermotor. Kendaraan
bermotor merupakan sarana transportasi yang paling dominan di perkotaan
Indonesia. Perkembangan jumlah kendaraan bermotor secara langsung
memberikan gambaran mengenai kondisi sektor transportasi. Jumlah
kendaraan bermotor yang cenderung meningkat, merupakan indikator
semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap sarana transportasi.
Pertumbuhan kendaraan bermotor akan meningkatkan penggunaan bahan
bakar yang berupa bensin dan solar (termasuk biosolar). Penggunaan bahan
bakar berbasis fosil akan menghasilkan emisi. Sehingga diperlukan
perencanaan LCMT yang mampu mengurangi emisi dari kendaraan
bermotor tersebut.

Terdapat beberapa pertimbangan yang diperlukan untuk perancangan LCMT.


Berikut ini adalah beberapa karakteristik yang diperlukan untuk pertimbangan
tersebut:

Kondisi iklim setempat termasuk suhu, kondisi angin, radiasi


matahari.
Lansekap datar dan kondisi geografi dari kota.
Struktur daerah perindustrian.
Stuktur perkotaan, termasuk intensitas pemanfaatan lahan.

Salah satu aktivitas masyarakat yang banyak menggunakan energi adalah


sektor transportasi, khususnya penggunaan kendaraan bermotor. Kendaraan
bermotor merupakan sarana transportasi yang paling dominan di perkotaan
Indonesia. Perkembangan jumlah kendaraan bermotor secara langsung
memberikan gambaran mengenai kondisi sektor transportasi. Jumlah
kendaraan bermotor yang cenderung meningkat merupakan indikator
semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap sarana transportasi.
Pertumbuhan kendaraan bermotor akan meningkatkan penggunaan bahan
bakar yang berupa bensin dan solar (termasuk biosolar). Penggunaan bahan
bakar berbasis fosil akan menghasilkan emisi GRK. Ada empat faktor utama
yang berperan dalam peningkatan emisi GRK, yaitu:

Jarak tempuh atau aktivitas perjalanan kendaran bermotor


Intensitas energi kendaraan bermotor
Moda transportasi yang digunakan, dan
Kandungan karbon bahan bakar.

Tiga faktor pertama berkaitan dengan efisiensi energi yang dapat dikurangi
melalui perbaikan teknologi maupun manajemen sistem transportasi.
Sedangkan faktor terakhir dapat dikurangi dengan melakukan substitusi
bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

Pengembangan
Transportasi
Perkotaan
yang
Rendah
Karbon:
Perbandingan Kasus Kota Jakarta, Yogyakarta dan Semarang (PDF
Download
Available).
Available
from:
https://www.researchgate.net/publication/275648542_Pengembangan_Trans
portasi_Perkotaan_yang_Rendah_Karbon_Perbandingan_Kasus_Kota_Jaka
rta_Yogyakarta_dan_Semarang [accessed May 16, 2016].

You might also like