You are on page 1of 24

1.

Pengertian Perekonomian Indonesia sebagai ilmu yang berdiri sendiri


Perekonomian Indonesia merupakan ilmu yang berdiri sendiri, itu dikarenakan luasnya
jangkauan perekonomian Indonesia lebih luas dari ilmu ekonomi neoklasik tradisional atau ilmu
ekonomi politik sebagaimana halnya dengan dengan ilmu ekonomi pembangunan. Itu terjadi
karena perekonomian Indonesia sendiri berkaitan langsung dengan keseluruhan proses politik,
budaya, dan ekonomi yang diperlukan untuk mempengaruhi transformasi struktural dan
kelembagaan dari seluruh masyarakat Indonesia secara cepat demi memajukan ekonomi yang
bermanfaat secara efisien bagi sebagian besar penduduk.

2. Periodisasi Perekonomian Indonesia


Masa Sebelum Penjajahan
Dinamika perekonomian Indonesia pada masa sebelum penjajahan dimulai dari jaman
pra-sejarah sampai dengan masuknya kolonialisme di Indonesia. Atas dasar hal itu, maka
dinamika perekonomian Indonesia sejalan dengan perkembangan kehidupan bangsa Indonesia
yang diwujudkan melalui keberadaan kerajaan yang ada di nusantara. Posisi geografis dimana
pusat kerajaan berada beragam dan berakibat pada keragaman corak aktivitas
perekonomiannya.
Kerajaan Kutai terletak pada jalur perdagangan dan pelayaran antara Barat dan Timur,
maka aktivitas perdagangan menjadi mata pencaharian utama, sehingga rakyat Kutai sudah
mengenal perdagangan internasional. Kerajaan Tarumanegara berada di daerah agraris sehingga
kehidupan perekonomian masyarakat Tarumanegara adalah pertanian dan peternakan. Kerajaan
Sriwijaya berada di pesisir utara Pulau Sumatera dan berada pada urat nadi perdagangan di Asia
Tenggara, sehingga masyarakat Sriwijaya menguasai perdagangan.
Kerajaan Mataram berada bagian tengah Pulau Jawa, posisi ini membuat masyarakat
Mataram bertumpu pada sektor pertanian. Kehidupan ekonomi masyarakat pada jaman

Kerajaan Singasari berbasis pada pertanian, pelayaran, dan perdagangan. Kerajaan Majapahit
dekat dengan pertanian, maka kehidupan ekonomi masyarakat Majapahit hidup dari pertanian
dan perdagangan. Singkatnya, dalam masa sebelum penjajahan, perekonomian Indonesia
bertumpu pada sector pertanian dan perdagangan.

Masa Penjajahan Portugis


Perjalanan historis Portugis dalam menjajah Indonesia dimulai dengan ekspedisi
eksplorasi yang dikirim dari Malaka yang baru ditaklukkan dalam tahun 1512. Bangsa Portugis
merupakan bangsa Eropa pertama yang tiba di kepulauan yang sekarang menjadi Indonesia, dan
mencoba untuk menguasai sumber rempah-rempah yang berharga dan untuk memperluas usaha
misionaris Katolik Roma.
Bangsa Portugis adalah bangsa yang mempunyai keahlian dalam navigasi, pembuatan
kapal, dan persenjataan. Selain itu, bangsa Portugis adalah salah satu bangsa yang menjadikan
perdagangan (khususnya rempah-rempah) menjadi komoditi ekonomi . pada masa penjajahan
Portugis, kondisi perekonomian Indonesia lebih banyak diwarnai adanya perlawanan dari rakyat
terhadap Portugis, karena komoditi rempah-rempah yang menjadi andalan rakyat Indonesia
dijarah begitu saja. Sumber daya yang menjadi tumpuan kehidupan masyarakat, menjadi bagian
dari eksploitasi Portugis.

Masa Penjajahan Belanda


Belanda masuk ke Indonesia pada tahun 1602. Hal itu dilakukan dengan memanfaatkan
perpecahan diantara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya
yang tidak terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Potugal hingga 1975 ketika
berintegrasi menjadi propinsi Indonesia bernama Timor Timur.

Penjajahan Belanda berlangsung kurang lebih selama 350 tahun, 3,5 abad. Dibentuknya
Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) adalah satu kebijakan dalam bidang ekonomi
yang dilakukan Belanda. VOC menguasai perdagangan, sehingga kewenangan dimilikinya,
seperti mencetak uang, menyatakan perang dan damai, membuat angkatan bersenjata sendiri,
dan membuat perjanjian dengan raja-raja. Pada tahun 1795 VOC dibubarkan karena dianggap
gagal dalam mengeksploitasi kekayaan Hindia Belanda (Indonesia). Kegagalan itu Nampak
pada defisitnya kas VOC, yang antara lain disebabkan oleh :
1.

Peperangan terus-menerus dilakukan oleh VOC dan memakan biaya besar.

2.

Penggunaan tentara sewaan membutuhkan biaya besar.

3.

Korupsi yang dilakukan pegawai VOC sendiri

4.

Pembagian deviden kepada para pemegang saham, walaupun kas deficit.

Bubarnya VOC muncul kebijakan baru yang disebut dengan cultuur stelstel (sistem
tanam paksa). Kebijakan ini diberlakukan mulai pada tahun 1836 yang diinisiasi oleh Van Den
Bosch.
Sistem tanam paksa bertujuan memproduksi berbagai komoditi yang diminta di pasar
dunia. Sistem ini sangat merugikan bahkan menyiksa, tetapi bagi Belanda sangat
menguntungkan. Kemudian diganti dengan VOC (sistem tanam paksa) dahulu sistem landrent ,
sistem ini juga ada sisi positifnya, yaitu masyarakat pribumi mulai mengenal tata cara menanam
tanaman komoditas ekspor yang pada umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya
ekonomi uang di pedesaan yang memicu meningkatnya taraf hidup.
Setelah melakukan sistem tanam paksa, kemudian menerapkan Sistem Ekonomi Pintu
Terbuka (Liberal). Kebijakan ini dilakukan karena desakkan kaum Humanis Belanda yang
menginginkan perubahan nasib warga bumi ke arah yang lebih baik dengan mendorong
pemerintah Belanda mengubah kebijakan ekonominya. Pada jaman penjajahan Belanda, bangsa

Indonesia ibarat hanya dapat menerima sisa dari kekayaannya sendiri. Segala sumber daya
dikeruk bagi keuntungan Belanda.

Masa Penjajahan Jepang


Konstelasi peta politik pada masa perang dunia II nampaknya berimbas pada konstelasi
politik di Indonesia, durasi penjajahan Jepang di Indonesia tidak berlangsung lama, karena
hanya berjalan hingga sekitar tahun 1945. Secara besar penjajah Jepang di Indonesia diawali
pada bulan Juni 1942. Bulan Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pertemuan pertamanya pada bulan Mei, Soepomo
membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan. Pada 9 Agustus
1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Widioningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu
Marsekal Terauchi.
Kebijakan ekonomi pada jaman penjajahan Jepang, terdiri atas :
1.

Perluasan Areal Persawahan

2.

Pengawasan Pertanian Dan Perkebunan.

Perluasan areal persawahan guna meningkatkan produksi beras. Meskipun demikian


produksi pangan antara tahun 1941-1944 terus-menurun. Pada jaman Jepang hasil pertanian
diatur sebagai berikut: 40% untuk petani, 30% harus dijual kepada pemerintah Jepang dengan
harga yang sangat murah, dan 305 harus diserahkan ke lumbung desa. Badan yang menangani
masalah pelanggaran disebut Kempetai (Korps Polisi Militer), suatu badan yang sangat ditakuti
rakyat. Jepang mengizinkan dua jenis tanaman perkebunan yaitu karet dan kina kedua jenis
tanaman itu berhubungan langsung dengan kepentingan perang. Sedangkan tembakau, teh, kopi
harus dihentikan penanamannya Karena hanya berhubungan dengan kenikmatan. Jepang

menduduki Indonesia hanya tiga tahun setengah, sedangkan Belanda menjajah Indonesia
selama tiga abad.
Masa Orde Lama
Periodisasi perekonomian di Indonesia yang pertama setelah kemerdekaan terjadi pada
masa Orde Lama. Orde Lama ini Indonesia dipimpin oleh Soekarno. Pada masa ini, kondisi
Indonesia masih belum stabil, terutama dalam bidang perekonomian. Perekonomian pada masa
ini kondisi keuangan Indonesia sangatlah buruk. Kondisi keuangan yang buruk ini terjadi
disebabkan terjadinya berbagai masalah berikut.

Inflasi yang sangat tinggi terjadi pada masa orde lama yang disebabkan karena

beredarnya lebih dari satu mata uang dengan tidak terkendali.

Pada 1946, panglima Belanda dalam AFNEI memberlakukan uang NICA di daerah-

daerah yang dikuasai oleh sekutu.

Pada bulan Oktober tahun 1946, pemerintah Indonesia mengeluarkan uang kertas yang

baru, yaitu Orang Republik Indonesia (ORI) sebagai pengganti mata uang Jepang. Banyaknya
jumlah mata uang di Indonesia ini menyebabkan kenaikan harga yang tidak stabil.

Terjadinya blokade ekonomi yang dilakukan oleh Belanda sejak November 1945 yang

bertujuan untuk menutup pintu perdagangan luar negeri.

Indonesia melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kesulitan yang terjadi dalam

bidang ekonomi masa itu seperti program pinjaman nasional yang dilakukan oleh menteri
keuangan, menembus blokade ekonomi dengan melakukan diplomasi beras ke negara India,
melakukan kontak dengan perusahaan swasta di Amerika, sampai menembus blokade Belanda
di wilayah Sumatera.

Itulah kondisi perekonomian Indonesia untuk periodisasi masa orde lama yang masih
mengalami masa-masa sulit.

Masa Demokrasi Liberal


Periodisasi kedua setelah masa Orde Lama sesudah kemerdekaan adalah masa
demokrasi Liberal. Masa ini, periodisasi perekonomian di Indonesia disebut masa liberal karena
dalam praktik politik dan ekonominya menggunakan paham pemikiran liberal. Perekonomian
Indonesia pada masa ini diserahkan kepada pasar sebagaimana yang terdapat dalam karya klasik
liberal yang dinyatakan oleh Laissez Faire Laissez Passer. Pada masa ini, pengusaha pribumi
masih lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha yang non pribumi, khususnya
pengusaha dari Cina atau keturunan Cina.
Periodisasi perekonomian pada masa demokrasi liberal ini bukannya memberikan solusi
ke arah perbaikan perekonomian di Indonesia setelah kemerdekaan, tetapi malah semakin
memburuk. Oleh karena itu, pemerintah segera melakukan tindak antisipasi untuk mengatasi
kondisi tersebut dengan cara sebagai berikut.

Diberlakukannya pemotongan nilai mata uang yang terjadi pada tanggal 20 Maret 1950

oleh Gunting Syarifudin untuk mengurangi jumlah mata uang yang beredar.

Membuat program Benteng dalam kabinet Natsir, yaitu sebuah langkah yang ditempuh

untuk menumbuhkan wiraswastawan dari kalangan pribumi serta mendorong importir nasional
untuk bisa bersaing dengan perusahaan impor dari asing. Namun, di tengah perjalanannya,
program ini gagal diimplementasikan karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung
konsumtif.

Pada tanggal 15 Desember 1951, mengubah Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi

Bank Indonesia melalui Undang-Undang No.24 Tahun 1951 yang berfungsi sebagai bank
sentral dan sirkulasi.

Terjadinya pembatalan secara sepihak atas hasil yang telah dicapai dalam perjanjian

KMB dan salah satunya termasuk dibubarkannya Uni Indonesia Belanda atau negara boneka
Belanda.
Masa Demokrasi Terpimpin
Memasuki masa demokrasi terpimpin, sektor perekonomian di Indonesia diatur oleh
pemerintah. Hal ini terjadi sebagai akibat dari dikeluarkannya dekrit presiden tanggal 5 Juli
1959.
Dengan sistem demokrasi terpimpin ini, diharapkan mampu membawa Indonesia pada
kemakmuran bersama dalam persamaan sosial, politik, dan ekonomi. Namun, lagi-lagi
kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintahan Indonesia pada masa ini belum bisa
mengubah kondisi perekonomian Indonesia. Adapun langkah yang ditempuh pemerintah untuk
memperbaiki keadaan adalah sebagai berikut.

Devaluasi yang terjadi pada tanggal 25 Agustus 1959, yaitu terjadi penurunan nilai mata

uang kertas pecahan Rp500 menjadi Rp50, Rp1000 menjadi Rp10.

Dibentuknya deklarasi ekonomi yang bertujuan untuk mencapai tahap ekonomi sosialis

melalui cara demokrasi terpimpin. Namun, yang terjadi adalah stagnansi bagi sistem
perekonomian di Indonesia.

Pemerintah tidak melakukan penghematan terhadap pengeluaran-pengeluarannya.

Ditambah dengan terjadinya devaluasi nilai mata uang lagi pada tanggal 13 Desember 1965, di
mana uang Rp1000 menjadi Rp1.

Orde Baru
Periodisasi selanjutnya setelah masa demokrasi terpimpin adalah masa Orde Baru. Pada
masa Orde Baru ini, stabilisasi ekonomi dan politik menjadi fokus utama pemerintah. Program
pemerintah yang diterapkan berorientasi pada pengendalian inflasi, menyelamatkan keuangan
negara, serta melakukan pengamanan terhadap kebutuhan pokok. Pengendalian inflasi ini harus
dilakukan mengingat pada awal tahun 1966, tingkat inflasi mencapai 650% per tahun.
Kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia pada masa Orde Baru
ini diarahkan pada pembangunan di segala bidang kehidupan bangsa. Kebijakan ekonomi yang
berlaku tercermin dalam 8 jalur pemerataan yang terdiri atas pendidikan dan kesehatan,
pembagian pendapatan, kebutuhan pokok, kesempatan kerja, partisipasi wanita, kesempatan
memiliki usaha, serta penyebaran pembangunan dan peradilan. Semua kebijakan tersebut
dilaksanakan dengan pola pembangunan jangka panjang yang disebut dengan Pelita.
Masa Orde Baru ini kondisi perekonomian Indonesia sebenarnya tidaklah berjalan
seperti yang harapkan. Masa Orde Baru diwarnai kondisi di mana kerusakan dan pencemaran
sumber-sumber kekayaan alam, perbedaan kentara yang terjadi antardaerah, golongan pekerjaan
dan kelompok, dan menumpuknya utang luar negeri. Selain itu, juga marak terjadinya praktik
KKN, sehingga tidak adanya keseimbangan antara ekonomi dan sosial politik yang kondusif.

Masa Reformasi
Periodisasi yang terakhir masih berlangsung saat ini adalah masa reformasi. Pada masa ini,
terjadi laju inflasi yang stabil, sehingga nilai tukar rupiah juga ikut stabil. Kemudian masa ini

juga memperlihatkan kondisi yang positif terhadap perbaikan perekonomian di Indonesia secara
keseluruhan, selama tahun 1999 produksi domestik bruto meningkat antara kisaran -2% sampai
0%.
Masa reformasi ini digalakkan program ekonomi rakyat yang diterapkan untuk pengembangan
dan pemberdayaan rakyat yang berkelanjutan. Pemerintah membentuk PT Permodalan Nasional
Madani yang berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi rakyat yang meliputi jasa pembiayaan
dan manajemen, pemberian kredit, mendukung kegiatan koperasi baik usaha kecil maupun
menengah.

3. Indikator Geografis, Sosial, dan Ekonomi dalam Perekonomian Indonesia


Dari aspek sosial letak geografis Indonesia menyebabkan bangsa Indonesia mudah berinteraksi
dengan bangsa-bangsa lain sehingga proses interaksi antarbangsa lebih mudah terjalin. Masyarakat
Indonesia bisa menjalin hubungan baik dengan masyarakat benua Asia dan masyarakat benua
Australia. Indonesia yang terletak di posisi silang (cross position) menyebabkan Indonesia banyak
memiliki mitra kerjasama dengan negara-negara berkembang. Dari aspek budaya, bangsa Indonesia
memiliki budaya yang sangat beragam dari berbagai suku bangsa. Suku- suku bangsa di Indonesia
terpisah di berbagai pulau. Hal ini menyebabkan keberagaman budaya tercipta dan bahkan
terkadang terjadi asimilasi serta akulturasi budaya lokal dengan budaya asing. Potensi letak
geografis Indonesia yang strategis sangat menunjang dalam kemajuan kegiatan perekonomian
negara Indonesia karena Indonesia terletak di jalur perdagangan internasional. Letak geografis
Indonesia menyebabkan keberagaman dalam berbagai hal seperti keragaman flora dan fauna,
keberagaman jenis tanah, keberagaman vegetasi, dan sebagainya. Keberagaman vegetasi ini
dipengaruhi oleh keadaan iklim Indonesia yaitu beriklim tropis. Indonesia juga memiliki potensi
kekayaan alam yang banyak seperti kekayaan hasil hutan, hasil tambang, hasil perkebunan yang
bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sifat dan karakteristik geografis

Indonesia ditinjau dari aspek iklim, merupakan negara humid tropis yang berpengaruh pada
kehidupan tumbuhan, hewan dan manusia, sehingga sebagian besar sumberdaya lahan merupakan
lahan yang subur untuk pertanian. Kondisi laut yang membentang memiliki potensi ikan dan
keindahan alam serta berfungsi sebagai penghubung antar pulau.
Indikator geografis
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 51 Tahun 2007, IG didefinisikan sebagai suatu tanda dari
produk yang dikarenakan pengaruh lingkungan geografisnya, baik itu faktor alam, faktor manusia,
atau kombinasi dari keduanya, memberikan ciri dan kualitas khusus pada produk tersebut.
Sederhananya, IG adalah nama geografis dari produk yang hanya bisa diproduksi pada suatu
daerah geografis tertentu.
Contoh produk IG salah satunya adalah Kopi Arabika Gayo. Nama Gayo adalah daerah geografis
tempat kopi arabika tersebut diproduksi, dan karena pengaruh dari faktor lingkungan geografis
daerah tersebut, maka kopi arabika yang diproduksi memiliki kekhasan yang tidak bisa ditiru oleh
kopi arabika dari daerah lain.
Meskipun biji kopi arabika dibibitkan dan ditanam di daerah lain, misalnya di Jawa, kualitas kopi
arabika yang dihasilkan akan berbeda. Mengapa? Karena kondisi geografisnya berbeda, mulai dari
struktur tanah, kondisi curah hujan, temperatur, dan lain-lain berbeda dengan kondisi geografis
Dataran Tinggi Gayo.

Indikator Sosial
adalah HDI (Human Development Index) dan PQLI (Physical Quality Life Index) atau indeks mutu
hidup.
a. Indikator Sosial sebagai alternatif indicator pembangunan
GNP per kapita sebagai ukuran tingkat kesejahteraan mempunyai banyak kelemahan. Kelemahan
umum yang sering dikemukakan adalah tingkat memasukkan produksi yang tidak melalui pasar
seperti dalam perekonomian subsisten, jasa ibu rumah tangga, transaksi barang bekas, kerusakan
lingkungan, dan masalah distribusi pendapatan. Akibatnya bermunculan upaya untuk memperbaiki

maupun menciptakan indicator lain sebagai pelengkap ataupun alternatif dari indicator
kemakmuran yang tradisional.
Daftar indicator kunci pembangunan sosial-ekonomi versi UNRISD
Harapan hidup
Persentase penduduk di daerah sebanyak 20.000 atau lebih
Konsumsi protein hewani per kapita per hari
Kombinasi tingkat pendidikan dasar dan menengah
Rasio pendidikan luar sekolah
Rata-rata jumlah orang per kamar
Sirkulasi surat kabar per 1000 penduduk
Persentase penduduk usia kerja dengan listrik, gas, air, dsb
Produksi pertanian per pekerja pria di sector pertanian
Persentase tenaga kerja pria dewasa di pertanian
Konsumsi listrik, kw per kapita
Konsumsi baja, kg per kapita
Konsumsi energi, ekuivalen kg batubara per kapita
Persentase sector manufaktur dalam GDP
Perdagangan luar negeri per kapita
Persentase penerima gaji dan upah terhadap angkatan kerja.
b. Indeks Mutu Hidup (PQLI)
Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat, Morris D. Morris memperkenalkan Physical
Quality Life Index (PQLI), yang lazim diterjemahkan sebagai indeks Mutu Hidup (IMH). PQLI
merupakan indeks komposit (gabungan) dari 3 indikator yaitu :
Harapan hidup pada usia satu tahun
Angka kematian
Tingkat melek huruf.
Untuk masing-masing indicator, kinerja ekonomi suatu Negara dinyatakan dalam skala 1 hingga
100, di mana 1 merupakan kinerja terjelek, sedang 100 adalah kinerja terbaik.
c. Human Development Index (HDI)
Seperti halnya PQLI, HDI mencoba merangking semua Negara dalam skala 0 (sebagai tingkatan
pembangunan manusia yang terendah) hingga 1 (Pembangunan manusia yang tertinggi)
berdasarkan atas 3 tujuan atau produk pembangunan , yaitu :
Usia panjang yang diukur dengan tingkat harapan hidup
Pengetahuan yang diukur dengan rata-rata tertimbang dari jumlah orang dewasa yang dapat
membaca (Diberi bobot dua pertiga) dan rata-rata tahun sekolah (diberi bobot sepertiga)

Penghasilan yang diukur dengan pendapatan per kapita riil yang telah disesuaikan, yaitu

disesuaikan menurut daya beli mata uang masing-masing Negara dan asumsi menurunnya utilitas
marginal penghasilan dengan cepat.
Kisaran antara nilai minimum dan maksimum untuk indicator yang tercakup sebagai komponen
HDI adalah (UNSFIRS, 2000) :
Harapan hidup kelahiran
Tingkat melek huruf
Rata-rata lama sekolah
Konsumsi per kapita yang disesuaikan

: 25 85 (Standar UNDP)
: 0 100 (Standar UNDP)
: 0 15 (Standar UNDP)
: 300.000 732.720

Indikator Ekonomi
adalah GNP (GNI) per kapita laju pertumbuhan ekonomi, GDP per kapita dengan purchasing
power parity.
Bank dunia (2003) mengklasifikasikan Negara berdasarkan tingkatan GNI per kapitanya sebagai
berikut :
a. Negara berpenghasilan rendah (Low-income economies) adalah kelompok Negara-negara dengan
GNI per kapita kurang atau sama dengan US$ 745 pada tahun 2001.
b. Negara berpenghasilan menengah (Middle-income economies) adalah kelompok Negara-negara
dengan GNI per kapita lebih dari US$ 745 namun kurang dari US$ 8.626 pada tahun 2001. dalam
kelompok Negara berpenghasilan menengah dibagi menjadi :

Negara berpenghasilan menengah papan bawah (Lowe-middle-income economies) dengan


GNI per kapita antara US$ 746 hingga US$ 2.975.

Negara berpenghasilan menengah papan atas (Upper-income economies) dengan GNI per
kapita antara US$ 2.976 hingga US$ 9.205
c. Negara berpenghasilan tinggi (High-income economies) adalah kelompok Negara-negara dengan
GNI per kapita US$ 9.206 atau lebih pada tahun 2001
d. Dunia (world) meliputi semua Negara di dunia, termasuk Negara-negara yang datanya langka
dan dengan penduduk lebih dari 30.000 jiwa.
Namun pada umumnya, Negara sedang berkembang (NSB)memiliki karakteristik yang relative
sama yaitu :

a. Tingkat kehidupan rendah dengan ciri penghasilan rendah, ketimpangan distribusi pendapatan
tinggi, rendahnya tingkat kesehatan dan pendidikan.
b. Tingkat produktivitasnya rendah
c. Pertumbuhan penduduk dan beban ketergantungannya tinggi
d. Tingkat pengangguran dan setengah mengganggunya tinggi dan cenderung meningkat.
e. Ketergantungan terhadap produksi pertanian dan ekspor produk primer demikian signifikan.
f. Dominan, tergantung, dan rentan dalam hubungan internasional.
GNP (GNI) Per Kapita dengan Purchasing Power Parity
Perbandingan antar Negara berdasarkan GNP per kapita seringkali menyesatkan. Ini disebabkan
adanya pengkonversian penghasilan suatu Negara ke dalam satu mata uang yang sama (Ex : dollar
AS) dengan kurs resmi. Kurs nominal ini tidak mencerminkan kemampuan relative daya beli mata
uang yang berlainan, sehingga kesalahan sering muncul saat dilakukan perbandingan kinerja antar
Negara. Oleh karena itu, purchasing power parity(PPP) dianjurkan sebagai alat pengkonversi GNP
dalam mata uang local ke dolar.
Secara teoritis, bila hokum harga tunggal (the law of one price) berlaku untuk segala jenis barang
dan jasa, kurs PPP dapat dijumpai pada sejumlah harga. Dalam khasanah teori PPP dikenal dua
versi PPP yaitu : versi absolute dan versi relative.
Gross National Income (GNI) merupakan penjumlahan dari nilai tambah semua hasil produksi
nasional ditambah pajak (tidak termasuk subsidi). Sedangkan output dan tambahan penghasilan dari
luar negeri tidak dimasukkan dalam penghitungan. GNI per kapita adalah pendapatan nasional
bruto dibagi jumlah populasi penduduk.
balqish note
Menu
Skip to content
Home
SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA
SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA

1 EB 22
ALEENA PRICILLA (20213630)
IRENE PUTRI ISLAMI (24213467)
MELLY RETNOWATI (25213438)
NURUL PRATIWI FITRIANI (26213736)
PUTRI HEMASITA BALQISH HUTAGALUNG (27213009)

UNIVERSITAS GUNADARMA
2014

PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang Masalah
Sejarah perekonomian Indonesia merupakan suatu catatan penting untuk melihat bagaimana
perkembangan perekonomian Indonesia dalam perjalanan waktunya. Kondisi perekonomian
Indonesia mengalami berbagai dinamika seiring perputaran waktu. Hal itu relevan diungkapkan
sebagai bagian untuk mengetahui realita perekonomian Indonesia.
Sejarah ekonomi mengkaji dua masalah utama, yaitu perubahan ekonomi secara angka dan kondisi
masyarakat selama perubahan itu berlangsung. Indonesia merupakan sebuah kenyataan bangsa
yang mendiami geografis yang subur, namun pernah diperas oleh bangsa lain. Sebagai sebuah
sejarah, kondisi ini lebih sering dikaitkan terhadap aspek politik Jawa dalam hubungannya dengan
dunia internasional pada saat itu. Potret ekonomi sepanjang sejarah itu pun dirasakan sebagai
bentuk eksploitasi penjajahan semata.
Padahal, potret ekonomi Indonesia secara menyeluruh penting pula diungkap. Hal ini tidak terlalu
mengherankan karena cerita tentang politik terus direproduksi menjadi epic dalam politik

kotemporer di Indonesia. Sementara, berbagai data mengenai ekonomi hanya tersusun rapi sebagai
arsip di Belanda, sebagai mantan penjajahnya.
Pada makalah ini akan membahas mengenai pengertian sejarah perekonomian Indonesia dan
perkembangan perekonomian Indonesia dari masa ke masa.
II.
Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan maka perumusan masalah yang akan disampaikan
sebagai berikut :
1. Pengertian sejarah perekonomian Indonesia !
2. Sejarah perekonomian Indonesia
3. Dan bagaimana perkembangan perekonomian Indonesia dari sebelum penjajahan hingga
saat ini ?
III.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan, menambah wawasan mengenai Sejarah
Perekonomian Indonesia bagi penulis dan pembaca, sehingga lebih memahami, mengetahui
perkembangan Indonesia dari zaman sebelum penjajahan hingga saat ini. Dan makalah ini dibuat
untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Perekonomian Indonesia yaitu mata kuliah Softskill.

PEMBAHASAN
Sejarah perekonomian Indonesia merupakan suatu catatan penting untuk melihat bagaimana
perkembangan perekonomian Indonesia dalam perjalanan waktunya. Kondisi perekonomian
Indonesia mengalami berbagai dinamika seiring perputaran waktu. Hal itu relevan diungkapkan
sebagai bagian untuk mengetahui realita perekonomian Indonesia.
Melihat dinamika perjalanan perekonomian Indonesia, maka pendekatan historis layak
dikedepankan. Pendekatan ini sejalan dengan rekam jejak perjalanan Bangsa Indonesia. Aspek
sejarah Indonesia sedikit banyak menjadi acuan bagi derap langkah perjalanan perekonomian
Indonesia.

Perkembangan Perekonomian Indonesia Dari Masa Ke Masa


http://illaper.blogspot.co.id/2015/03/makalah-perekonomian-indonesia_36.html
http://putrihemasita.blogspot.co.id/2014/04/sejarah-perekonomian-indonesia.html
E. Masa Orde Lama ( 1945 1967 )
Perekonomian Indonesia pada masa orde lama perlu dicermati karena pada masa tersebut,
Indonesia merupakan Negara yang baru saja merdeka. Dalam masa ini, perkembangan
perekonomian dibagi dalam 3 (tiga) masa, yaitu :
1. Masa Kemerdekaan ( 1945 1950 )
Keadaan ekonomi pada masa awal kemerdekaan dapat dibilang sangat tidak menggembirakan. Hal
itu terjadi karena adanya inflasi yang disebabkan oleh beredarnya lebih dari satu mata uang secara
tidak terkendali. Oktober 1946 Pemerintah RI mengeluarkan ORI (Oeang Republik Indonesia)
sebagai pengganti uang Jepang, namun adanya blockade ekonomi oleh Belanda dengan menutup
pintu perdagangan luar negeri mengakibatkan kekosongan kas Negara. Akibatnya Negara berada
dalam kondisi krisis keuangan dan kondisi itu tentu membahayakan bagi keberlangsungan
perekonomian Indonesia pada saat itu.
Dalam menghadapi krisis tersebut, pemerintah menempuh beberapa kebijakan, yaitu :
1. Pinjaman Nasional
Pinjaman nasional dilakukan oleh menteri keuagan kala itu dengan persetujuan Badan Pekerja
Komiter Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) mengadakan pinjaman nasional yang akan
dikembalikan dalam jangka waktu 40 tahun. Pinjaman ini dimaksudkan agar tersedia dana segar
bagi operasionalisasi penyelenggaraan Negara.
2. Pemenuhan Kebutuhan Rakyat
3. Melakukan Konferensi Ekonomi
Pembahasan mengenai peningkatan hasil produksi pangan, distribusi bahan makanan, sandang,
serta status administrasi perkebunan asing dilakukan melalui konferensi ekonomi.
4. Membuat Rencana Pembangunan
Dibuat Rencana Lima Tahunan (Kasimo Plan) untuk melengkapi pembahasan mengenai
peningkatan hasil produksi pangan, distribusi bahan makanan, sandang, serta status perkebunan
asing. Dalam dokumen ini meliputi anjutan memperbanyak kebun bibit dan padi unggul, mencegah

penyembelihan hewan-hewan yang membantu dalam pertanian, menanami tanah terlantar di


Sumatra, dan mengadakan transmigrasi.
5. Membangun Partisipasi Swasta Dalam Pembangunan Ekonomi
Pemerintah berusaha menggandeng swasta untuk mewujudkan rencana-rencana diatas.
6. Nasionalisasi Bank Indonesia
Selain kebijakan di atas, muncul pula kebijakan yang dikenal dengan sebutan Sistem Ekonomi
Gerakan Benteng dan Sistem Ekonomi Ali-Baba. Kondisi perekomiman pada masa ini lebih banyak
berkutat pada bagaimana menyelesaikan permasalahan ekonomi dasar namun hal inipun juga tidak
bisa berjalan dengan baik akibat situasi politik yang tidak stabil.
7. Masa Demokrasi Liberal ( 1950 1957 )
Ciri utama masa Demokrasi Liberal adalah sering bergantinya kabinet. Hal ini disebabkan karena
jumlah partai yang cukup banyak tetapi tidak ada partai yang memiliki mayoritas mutlak dan hal ini
kemudian membuat pada masa ini perekonomian diserahkan sepenuhnya kepada pasar. Dampak
dari kebijakan ini akhirnya hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia.
Pemerintah terkesan memaksakan sistem pasar dalam perekonomian, anehnya pemerintah sudah
mengetahui dampaknya dan melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kondisi perekonomian.
Usaha-usaha tersebut adalah melalui pemotongan nilai uang, melanjutkan program Benteng, dan
memutuskan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB). Pemotongan nilai uang dimaksudkan untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun, dikenal dengan sebutan Gunting
Syarifuddin. Pemerintah juga melanjutkan Program Benteng (Kabinet Natsir) dengan maksud untuk
menumbuhkan wiraswasta pribumi agar bisa berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional
dan pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
8. Masa Demokrasi Terpimpin ( 1959 1967 )
Demokrasi Terpimpin tidak lepas dari sosok Presiden Soekarno, sehingga pemikiran Soekarno
menjadi dasar bagi pelaksanaan demokrasi terpimpin. Dalam pidato beliau yang berjudul Kembali
ke Rel Revolusi terbitlah pemikiran Soekarno tentang demokrasi terpimpin. Demokrasi Terpimpin
benar-benar terjadi setelah muncul Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Mulai saat itulah Indonesia
menjalankan sistem demokrasi terpimpin. Akibat dari system ini berdampak pada perubahan
struktur ekonomi Indonesia yang akhirnya cenderung berjalan melalui system etatisme, dimana

dalam system ini Negara dan aparatur ekonomi Negara bersifat dominan serta mematikan potensi
dan kreasi unit-unit ekonomi diluar sektor Negara.
Tidak menunjukkan kondisi perekonomian yang baik justru berdampak pada adanya devaluasi
(penurunan nilai uang yang tujuannya guna membendung inflasi yang tetap tinggi, mengurangi
jumlah uang yang beredar di masyarakat, serta agar dapat meningkatkan nilai rupiah sehingga
rakyat kecil tidak dirugikan), perlunya membentuk lembaga ekonomi, dan kegagalan dalam bidang
moneter. Pada saat ini dibentuk pula Deklarasi Ekonomi, tujuannya untuk mencapai tahap ekonomi
sosialis Indonesia dengan cara terpimpin.
F. Masa Orde Baru ( 1967 1998 )
Masa Orde Baru identik dengan masa pemerintahan Presiden Soeharto. Dikenal beberapa tahapan
pembangunan yang menjadi agendanya. Orde Baru mengawali rezimnya dengan menekankan pada
prioritas stabilitas ekonomi, dan politik. Program pemerintah berorientasi pada pengendalian
inflasi, penyelamatan keuangan Negara, dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pemerintah
menerapkan kebijakan ekonomi yang baru melalui pendekatan demokrasi pancasila, dan secara
perlahan campur tangan pemerintah dalam perekonomian mulai masuk.
Pentingnya aspek pemerataan disadari betul dalam masa ini sehingga muncul istilah 8 (delapan)
jalur pemerataan sebagai basis kebijakan ekonominya, yaitu :
1) Kebutuhan Pokok
2) Pendidikan dan kesehatan
3) Pembagian pendapatan
4) Kesempatan kerja
5) Kesempatan berusaha
6) Partisipasi wanita dan generasi muda
7) Penyebaran pembangunan
8) Peradilan
Agar implementasi kebijakan tersebut dapat terlaksana dengan baik dan terencana, maka kebijakan
tersebut dilaksanakan dengan sebutan pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) dan
berlangsung dalam periodisasi lima tahunan sehingga dikenal dengan sebutan Pelita (Pembangunan
Lima Tahun). Pelita menunjukkan hasil yang signifikan dalam proses pembangunan ekonomi,
terbukti pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, menurunkan angka kemiskinanm
meningkatkan partisipasi pendidikan, penurunan angka kematian bayi, dan peningkatan sector

industri, berhasil dalam mengendalikan jumpal penduduk melalui program Keluarga Berencana
(KB).
Sisi negatif dari Pelita adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup, kerusakan suber daya
alam, ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar daerah, ketimpangan antar golongan pekerjaan,
akumulasi utang luar negeri yang semakin menumpuk serta muncul pula konglomerasi dan bisnis
yang sarat korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Meskipun Orde Baru berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi fundamental ekonomi
justru rapuh. Titik kulminasi keterpurukan Orde Baru berujung pada mundurnya Soeharto dari kursi
presiden pada tanggal 21 Mei 1998.
Terlepas dari berbagai kontroversi tentang perjalanan rezim Orde Baru, harus diakui bahwa Orde
Baru paling tidak telah meletakkan dasar-dasar perekonomian bagi rezim selanjutnya. Kondisi
politik yang relatif stabil menjadi modal bagi tumbuhnya perekonomian secara baik.
G. Masa Reformasi (1998 - Sekarang)
Masa reformasi dianggap sebagai tonggak baru perjalanan kehidupan bangsa Indonesia dari sisi
sosial dan politik. Muncul beberapa kebijakan yang kemudian menjadi landasan bagi perjalanan
sejarah Bangsa Indonesia kedepan. Kebijakan yang paling menonjol adalah adanya pergeseran
pengelolaan pemerintahan dari sentralitis menjadi desentralitis.
1. Masa Presiden BJ. Habibie ( 21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999 )
Salah satu tugas penting Presiden Habibie adalah mendapatkan kembali komunitas Negara-negara
donor untuk program pemulihan ekonomi. Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan
ekonomi Indonesia, BJ Habibie melakukan langkah-langkah :
1) Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN dan unit
Pengelola Aset Negara
2) Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah
3) Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga di bawah Rp 10.000,00
4) Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
5) Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
6) Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang
Tidak Shat
7) Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Meski hanya singkat dalam masa pemerintahannya, namun Habibie menjadi peletak dasar bagi
pemerintahan selanjutnya.
2. Masa Presiden Abdurrahman Wahid / Gus Dur ( 20 Oktober 1999 - 23 Juli 2001 )
Gus Dur memerintah dengan gaya yang agak kontroversial. Banyak pernyataan-pernyataan yang
membuat kebingungan public sehingga berakibat seringnya muncul perdebatan di public yang tidak
memberikan pendidikan bagi masyarakat. Gus Dur juga gemar melakukan perjalanan ke luar
negeri, yang cenderung terkesan pemborosan. Keterbatasan fisiknya juga mempengaruhi kinerjanya
dalam menjalankan pemerintahan.
Perekonomian kala itu butuh perhatian serius dalam penanganannya, salah satunya sector moneter
dan untuk mengatasi krisis moneter dan memperbaiki ekonomi Indonesia, dibentuk Dewan
Ekonomi Nasional (DEN) yang bertugas untuk memecahkan perbaikan ekonomi Indonesia yang
belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Kondisi perekonomian Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid memliki
karakteristik sebagai berikut :
1) Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kondisi perekonomian Indonesia mulai mengarah
pada perbaikan, di antaranya pertumbuhan PDB yang mulai positif, laju inflasi dan tingkat suku
bunga yang rendah, sehingga kondisi moneter dalam negeri juga sudah mulai stabil.
2) Hubungan pemerintah dengan IMF kurang baik
3) Sosial dan Politik yang tidak stabil dan semakin parah yang membuat investor asing menjadi
enggan untuk menanamkan modal di Indonesia
4) Makin rumitnya persoalan ekonomi ditandai lagi dengan pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) yang cenderung negative dikarenakan lebih banyaknya kegiatan penjualan
daripada kegiatan pebelian dalam perdagangan saham di dalam negeri
Gus Dur telah menghiasi bagian sejarah perjalanan Bangsa Indonesia. Di tengah keterbatasan
fisiknya dan gaya kontroversinya, Gus Dur juga telah meletakkan dasar kebijakan yang dapat
menjadi pijakan bagi pemerintahan selanjutnya.
3. Masa Pemerintahan Megawati Soekarnoputri ( 23 Juli 2001 - 20 Oktober 2004 )
Mewarisi kondisi perekonomian Indonesia yang jauh lebih buruk daripada masa pemerintahan Gus
Dur ditunjukkan dengan adanya inflasi dan rendahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia kurang

berkembangnya investor swasta, baik dalam negeri maupun swasta. Selain itu, nilai tukar rupiah
yang masih fluktuatif dan indeks harga saham gabungan yang cenderung menurun.
Salah satu masalah yang mendesak untuk dipecahkan adalah pemulihan ekonomi. Untuk mengatasi
krisis moneter, Megawati berhasil menaikkan pendapatan per kapita dan menurunkan kurs mata
uang rupiah dibawah Rp 10.000,00 dan untuk mengatasi korupsi dibentuklah Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
Pada masa kepemimpinan Presiden Megawati, perekonomian Indonesia mulai mengalami
kemajuan walaupun masih ada beberapa kebijakannya yang memicu banyak kontroversi tetapi
Megawati sebagai presiden wanita pertama di Indonesia menjadi bagian dari perjalanan sejarah
bangsa Indonesia. Keberhasilannya dalam memperbaiki sector moneter, dan membidani
terbentuknya lembaga korupsi jelas merupakan modal berharga bagi pemerintahan selanjutnya.
4. Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004 - Sekarang )
Merupakan presiden pertama yang dipilih oleh rakyat melalui Pemilu tahun 2004 dan tahun 2009.
Pada masa jabatannya, Indonesia mengalami sejumlah bencana alam dan menjadi tantangan
tambahan bagi Presiden yang masih bergelut dengan upaya memulihkan kehidupan ekonomi
Negara dan kesejahteraan rakyat.
Kebijakan SBY yang dianggap kontroversial yaitu :
1) Kebijakan mengurangi subsidi BBM
Dilatarbelakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialhikan ke subsidi
sector pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
2) Kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT)
Kebijakan ini ditujukan untuk memberikan bantuan langsung berupa uang tunai kepada masyarakat
miskin namun pada kenyataannya kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak dan
pembagiannya juga banyak menimbulkan masalah sosial.
Kebijakan lain yang ditempuh adalah untuk meningkatkan pendapatan perkapita. Kebijakan ini
dilakukan melalui pengendalian pembangunan infrastruktur, melalui ajang pertemuan pengambil
kebijakan dan pemangku kepentingan (tahun 2006). Event ini mempertemukan para investor
dengan kepala-kepala daerah. Dengan semakin banyaknya investasi asing di Indonesia diharapkan
jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.

Perkembangan dalam sector utang luar negeri juga menggembirakan. Pada pertengahan bulan
Oktober 2006 Indonesia melunasi seluruh sisa hutang pada IMF. Lalu masa ini juga ditandai dengan
adanya tingkat pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Namun, tingkat inflasi pada masa ini sempat
membumbung tinggi.
Pada tahun 2010, perumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh signifikan seiring pemulihan ekonomi
dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009. Terbukti, perekonomian
Indonesia mampu bertahan dari ancaman pengaruh krisis ekonomi dan finansial yang terjadi di
zona Eropa. Walaupun korupsi dan kemiskinan tetap menjadi masalah di Indonesia namun setelah
beberapa tahun berada dalam kepemimpinan nasional yang tidak menentu, SBY telah berhasil
menciptakan kestabilan politik dan ekonomi di Indonesia.
Era SBY meninggalkan beberapa masalah yaitu implementasi pembangunan ekonomi terkesan
seadanya karena belum muncul strategi yang bisa membuat perekonomian Indonesia kembali
bergairah. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya tingkat angka pengangguran dan kemiskinan
yang sampai sekarang masih menjadi perdebatan.

PENUTUP
Waktu dapat mempengaruhi perjalanan kondisi perekonomian. Perjalanan waktu yang diiringi
dengan perubahan dinamika, baik sosial dan politik, ternyata memberikan kontribusi pada
kebijakan yang dihasilkan pada periode masing-masing pemerintah. Namun di tengah realita
adanya keberlanjutan secara menyeluruh terhadap kebijakan dari setiap periode-periode
pemerintahan sebelumnya, Indonesia masih mempunyai harapan terhadap kondisi perekonomian.
Prospek ekonomi Indonesia ternyata didukung oleh kondisi yang signifikan, baik dari sisi mikro
dan makro, serta sektoral.
Kita sebagai generasi mudalah yang dapat mengembangkan, mengubah, meningkatkan dan
membangkitkan perekonomian Indonesia sehingga Indonesia dalam sektor ekonomi seimbang,

sama dengan Negara lain bahkan dapat lebih tinggi dari Negara tetangga atau Negara maju lainnya.
Karena dari letak geografis, jumlah penduduk, sumber daya alam Indonesialah yang terbanyak.
Pemerintah alangkah baiknya juga menghargai, memperhatikan masyarakat Indonesia yang kreatif,
dapat menambah devisa Negara Republik Indonesia. Karena masyarakat dan generasi muda yang
memiliki keahlian tinggi kurang dihargai sehingga banyak yang menjual kreatifitas, keahlian
mereka ke Negara lain karena Negara lain menghargai hasil karya mereka.
Dari hasil karya masyarakat Indonesia dapat menambah pendapatan Negara, dapat membayar
hutang-hutang Negara, dan lain sebagainya sehingga masyarakat Indonesia sejahtera, damai, aman,
tentram.

DAFTAR PUSTAKA
Luiten Van Zanden, Daan Marks, 2012, Ekonomi Indonesia 1800 - 2010: Antara Drama Dan
Keajaiban Pertumbuhan, Kompas.

Pujoalwanto, Basuki, 2014, Perekonomian Indonesia : Tinjauan Historis, Teoritis, Dan Empiris,
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Suwadi, Widodo, dan Asis Riat Winanto, 2012, Perekonomian Indonesia, P2FE Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.
http://wartaekonomi.co.id/berita14116/resensi-buku-210-tahun-drama-pertumbuhan-ekonomiindonesia.html
http://illaper.blogspot.co.id/2015/03/makalah-perekonomian-indonesia_36.html
http://putrihemasita.blogspot.co.id/2014/04/sejarah-perekonomian-indonesia.html

You might also like