Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan binatangbinatang yang melata. Dimana salah satu contoh binatang melata adalah cacing.
Dan dari binatang-binatang melata tersebut terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah
(sesuatu yang bermanfaat) bagi yang mau memikirkannya. Ayat tersebut memberi
petunjuk bahwa dari hewan melata dalam hal ini cacing akan ada manfaat besar
bagi kehidupan makhluk sebagai gambaran akan kekuasaan Allah. Salah satu
manfaat dari cacinga adalah sebagai hewan yang berperan dalam pembuatan
pupuk vermikompos.
Cacing tanah merupakan hewan yang sangat bermanfaat terutama dalam
hal kesuburan tanah. Selain itu dari berbagai penelitian didapatkan hasil bahwa
cacing tanah memiliki peran mendekomposisi bahan-bahan organik sama seperti
bakteri sehingga dapat berperan dalam proses pembuatan pupuk. Schwert (1990)
menjelaskan bahwa peranan cacing tanah sangat penting dalam proses
dekomposisi bahan organik tanah. Bersama sama mikroba tanah lainnya terutama
bakteri, cacing tanah ikut berperan dalam siklus biogeokimia. Cacing tanah
memakan serasah daun dan materi tumbuhan yang mati lainnya, dengan demikian
materi tersebut terurai dan hancur.
Cacing dalam pembuatan pupuk selain berperan sebagai pendekomposisi,
bahwa kotoran cacing (casting) juga memberikan manfaat dalam pembentukan
pupuk. Casting ini mengandung partikel-partikel kecil dari bahan organik yang
dimakan cacing dan kemudian dikeluarkan lagi. Kandungan casting tergantung
pada bahan organik dan jenis cacingnya. Namun umumnya casting mengandung
unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor, mineral, vitamin.
Karena mengandung unsur hara yang lengkap, apalagi nilai C/N nya kurang dari
20 maka casting dapat digunakan sebagai pupuk (Warsana, 2009). Pupuk yang
melibatkan peran cacing biasa dikenal denga pupuk vermikomposting atau
kasting. Oleh karena itu dalam makalah ini akan memaparkan mengenai
peran
mikroorganisme
dalam
pembuatan
pupuk
vermikomposting ?
4. Bagaimana kandungan pupuk vermikomposting?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini dipaparkan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tahapan budidaya cacing.
2. Untuk mengetahui tahap pembuatan pupuk vermikomposting dari media
budidaya cacing.
3. Bagaiman
peran
mikroorganisme
dalam
pembuatan
pupuk
vermikomposting.
4. Untuk mengetahui kandungan pupuk vermikomposting.
BAB II
PEMBAHASAN
diatur
dengan
menyemprotkan
air
kedalam
bak
Log Jamur, adalah limbah hasil budidaya jamur. Saat ini kami
menggunakannya sebagai media utama, karena log jamur memiliki kandungan
protein yang lebih tinggi dibandingkan media lainnya sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan cacing.
Cacahan Batang Pisang, yakni menggunakan Batang yang telah dicacah namun
biasanya juga ditambahkan tanah.
Limbah rumah tangga contohnya adalah nasi yang sudah basi, kulit buah,
sayuran yang tidak termakan, kupasan kulit kentang, wortel, bawang, batang
kangkung dll.
b. Limbah Organik Home Industri
Limbah Home industry contohnya log jamur , limbah di pasar tradisional,
limbah kulit buah, limbah hasil dapur rumah makan dll
c. Limbah Organik Peternakan
Limbah peternakan seperti kotoran Sapi, Kambing, Ayam dengan catatan
diberi air terlebih dahulu agar tidak panas, atau bias diberikan prebiotik agar
tidak bau.
d. Limbah Organik Lingkungan
Limbah dari dedaunan yang gugur bias langsung diberikan dan juga bisa
dikompos terlebih dahulu.
Cara pemberian pakan ada tiga cara antara lain diberikan secara langsung,
dibusukkan terlebih dahulu dan difermentasi terlebih dahulu, fermentasi berarti
memberikan tetes tebu untuk meningkatkan jumlah bakteri dalam makanan.
Pada
berkembang biak tidak bagus dan kadang tidak bias beradaptasi dengan
lingkungan yang baru.
. Pembibitan Persiapan yang diperlukan dalam pembudidayaan cacing
tanah adalah meramu media tumbuh, menyediakan bibit unggul, mempersiapkan
kandang cacing dan kandang pelindung (BPP, 2000).
Pemilihan Bibit Calon Induk Sebaiknya dalam beternak cacing tanah
secara komersial digunakan bibit yang sudah ada karena diperlukan dalam jumlah
yang besar. Namun bila akan dimulai dari skala kecil dapat pula dipakai bibit
cacing tanah dari alam, yaitu dari tumpukan sampah yang membusuk atau dari
tempat pembuangan kotoran hewan (BPP, 2000).
Pemeliharaan Bibit Calon Induk Pemeliharaan dapat dibagi menjadi
beberapa cara: a. pemeliharaan cacing tanah sebanyak-banyaknya sesuai tempat
yang digunakan. Cacing tanah dapat dipilih yang muda atau dewasa. Jika sarang
berukuran tinggi sekitar 0,3 m, panjang 2,5 m dan lebar kurang lebih 1 m, dapat
ditampung sekitar 10.000 ekor cacing tanah dewasa. b. pemeliharaan dimulai
dengan jumlah kecil. Jika jumlahnya telah bertambah, sebagian cacing tanah
dipindahkan ke bak lain. c. pemeliharaan kombinasi cara a dan b. d. pemeliharaan
khusus kokon sampai anak, setelah dewasa di pindah ke bak lain. e. Pemeliharaan
khusus cacing dewasa sebagai bibit (BPP, 2000).
Sistem Pemuliabiakan Apabila media pemeliharaan telah siap dan bibit
cacing tanah sudah ada, maka penanaman dapat segera dilaksanakan dalam wadah
pemeliharaan. Bibit cacing tanah yang ada tidaklah sekaligus dimasukan ke dalam
media, tetapi harus dicoba sedikit demi sedikit. Beberapa bibit cacing tanah
diletakan di atas media, kemudian diamati apakah bibit cacing itu masuk ke dalam
media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru bibit cacing yang lain dimasukkan.
Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin ada yang berkeliaran di atas media atau ada
yang meninggalkan media (wadah). Apabila dalam waktu 12 jam tidak ada yang
meninggalkan wadah berarti cacing tanah itu betah dan media sudah cocok.
Sebaliknya bila media tidak cocok, cacing akan berkeliaran di permukaan media.
Untuk mengatasinya, media harus segera diganti dengan yang baru. Perbaikan
dapat dilakukan dengan cara disiram dengan air, kemudian diperas hingga air
perasannya terlihat berwarna bening (tidak berwarna hitam atau cokelat tua) (BPP,
2000). BPP. 2000. Budi Daya Cacing Tanah. Yogyakarta: Kanisius
Reproduksi, Perkawinan Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu
memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian,
untuk pembuahan, tidak dapat dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang
cacing tanah, masing-masing akan dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur.
Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api.
Kokon ini diletakkan di tempat yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan
menetas. Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor.
Diperkirakan 100 ekor cacing dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1
tahun. Cacing tanah mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan yang ditandai
dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama 7-10 hari
setelah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon (BPP, 2000).
2.1.5 Perawatan
Perawatan yang dimaksud dengan, pemberian pakan secara rutin minimal
seminggu sekali tetapi akan lebih baik jika dilakukan setiap hari. Selain itu
banyak beberapa hama yang mengganggu proses budidaya, diantaranya adalah
semut, kutu tanah, orong-orong, rayap, tikus, kadal, katak, tokek, dll.
2.1.6 Masa Panen
1. Umumnya panen dilakukan setelah 4 bulan penanaman bibit
2. ada saat panen, cacing yang diambil adalah sekitar 25% dari jumlah
cacing yang ada
3. ukuran biomass cacing yang dipanen bebas
4. media bekas panen cacing (kascing) bisa dikembalikan ke jedingan, atau
langsung dikemas untuk dijual
10
11
2
3
4
Pupuk casting adalah pupuk yag diambil dari media yang diambil dari
tempat hidup cacing. Media tempat hidup cacing bermacam-macam diantaranya
sampah organik, serbuk gergaji, kotoran ternak, jerami da lainlain. Kompos
cacingtanah atau terkenal dengan casting yaitu proses pengomposan melibatkan
organisme makro seperti cacing tanah. Kerjasama antara cacing tanah denga
mikro organisme memberi dampak proses penguraian yang berjalan dengan baik
(Sinha, 2009).
Casting merupakan kotoran cacing yang berguna untuk pupuk. Casting ini
mengandung partikel-partikel kecil dari bahan organik yang dimakan cacing dan
kemudian dikeluarkan lagi. Kandungan casting tergantung pada bahan organik
dan jenis cacingnya.
Cacing merupakan makrofauna utama karena mendominasi hingga 80%
dari populasi avertebrata tanah (Sinha et al., 2002).Makanan utama cacing tanah
adalah bahan organik setengah melapuk, dan mengandung cukup N (Dewi
dkk.,2006). Berdasarkan pada kemampuan tersebut selanjutnya cacing tanah
sering dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan limbah organik. Limbah
organik yang disukai cacing tanah antara lain: kotoran sapi, limbah dapur, limbah
taman, limbah pertanian, limbah industri susu, limbah penggilingan gula, dan
limbah kota. Peran cacing tanah dalam pengelolaan limbah organik padat pertama
kali diungkapkan oleh Charles Darwin pada tahun 1981, dan sejak saat itu peran
cacing tanah dalam pengelolaan limbah semakin diyakini
(Sinha et al., 2002).
12
menghasilkan
senyawa
antimikroba
yang
dapat
menghambat
13
harus diinduksi oleh benda asing yang masuk dalam cangkangnya. Begitu juga
dengan biosintesis antimikroba ini akan terjadi apabila diinduksi oleh senyawasenyawa tertentu.
Kandungan senyawa inducer ini terdapat dalam PREBIOTIK yang
mengatur alur metabolisme bakteri melaui modifikasi nutrisi yang komplek. Jadi
agar probiotik berfungsi maksimal maka harus dilengkapi dengan PREBIOTIK
yang mengandung senyawa-senyawa inducer yang menginduksi metabolisme
bakteri supaya menghasilkan metabolit-metabolit yang menguntungkan.
Selain senyawa inducer, keberhasilan probiotik juga tergantung dari pH
optimum spesies bakteri yang terkandung dalam probiotik tersebut. Masingmasing spesies bakteri tersebut punya karakter spesifik dan dan punya daya kerja
pH optimum. Berikut adalah daya kerja pH optimum dari masing-masing bakteri
sbb:
Bakteri
pH Optimum
Bacillus subtilis
7.3 - 8.1
Bacillus brevis
6.5 - 7.5
Bacillus megaterium
7.0 - 7.5
Bacillus polymixa
6.0 - 7.2
Bacillus amyloliquefaciens
8.2 - 9.7
Bacillus alvei
6.5 - 7.5
Bacillus coagulans
7.5 - 9.0
Bacillus licheniformis
7.3 - 8.8
Bacillus pumilus
8.3 - 9.8
14
2.3.1 Thiobacillus
Thiobacillus adalah bakteri chemototroph yang mampu menguraikan
senyawa-senyawa kimia sederhana yang beracun menjadi senyawa-senyawa kimia
yang tidak beracun. Thiobacillus berperan penting dalam reaksi penguraian sulfur
(H2S). Ada beberapa macam spesies bakteri thiobacillus, diantaranya T.
denitrificans, T. thiooxidans, T. novellus dan T. ferooxidans. Masing-masing
spesies bakteri punya kerja yang spesifik, beberapa spesies thiobacillus efektif
pada pH rendah dan beberapa spesies efektif pada pH tinggi.
2. 4 Keunggulan Pupuk Vermikomposting
Kascing adalah merupakan bahan organik hasil dari kotoran cacing yang
bercampur dengan tanah atau bahan organik lainnya. Pupuk kascing merupakan
bahan organik yang cukupbaik karena selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia
dan biologi tanah khususnya pada tanah yang kurang subur seperti tanah jenis
ultisol, juga tidak mempunyai efek negatif terhadap lingkungan yang terdapat
pada daerah sub tropis basah dimana proses pelapukan sudah lanjut. Kandungan
hara dan sifat kimia kascing lebih beragam dibanding dengan kompos dan pupuk
organik lainnya (Simanjutak, 2004)
Pupuk kascing merupakan bahan organik yang baik bagi pertumbuhan
tanaman secara optimal karena selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi tanah khususnya pada tanahtanah yang kurang subur juga tidak memberi
efek negatif terhadap lingkungannyaPupuk kascing mengandung unsur hara
seperti N, P, K, C a, Mg, S, Fe dan unsur lainnya yang dibutuhkan oleh tanaman.
Palungkun (1999) menyatakan bahwa komponen-komponen biologis yang
terkandung dalam pupuk kascing adalah hormon pengatur tubuh giberallin,
sitokinin dan hormon auksin juga tidak mempunyai efek negatif terhadap
lingkungan. (Simanjutak, 2004) . Pupuk kascing mempunyai pH netral 5 sampai
7.4 dan rata-rata 6.9 komposisi kascing adalah sebagai berikut:
15
Partikel kascing lebih kecil dari partikel tanah yang berukuran 0,002 2
mm dan baik untuk pertumbuhan tanaman karena mempunyai kandungan unsur
hara yang tinggi. Menurut Eti Farda Husin (1997) kotoran cacing tanah lebih
banyak mengandung mikro organisme, mineral mineral dan bahan organik
dalam bentuk tersedia untuk dikonsumsi oleh tanaman dibanding tanah
disekitarnya. Bahan organik kascing termasuk bahan pembenahan tanah yang
berperan secara tidak langsung dalam meningkatkan ketahanan tanah terhadap
proses erosi dan pencucian. Jika status bahan organik tanah diperbaiki, maka
stabilitas tanah akan meningkat sehingga tidak mudah terurai oleh tetetesan air
hujan. Oleh karena itu perlu diupayakan agar pupuk yang diberikan kepada
tanaman dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Penggunaan pupuk organik
dengan
pupuk
kandang
atau
kompos.
Vermicompost
(kascing) terdiri atas sebagian besar casting (feses cacing tanah) dan sisanya
berupa lapukan bahan organik yang tidak dikonsumsi oleh cacing tanah. Selain
itu, proses pembuatannya juga lebih cepat dan dapat dilakukan secara intensif
karena cacing tanah sudah dapat dibudidaya.
16
dibutuhkan untuk budidaya cacing tanah tidak bergantung pada salah satu jenis
saja. Semua bahan organik limbah dapat digunakan, seperti limbah rumah tangga,
limbah rumah makan, limbah pasar, limbah industri pangan, limbah peternakan,
limbah pertanian atau campuran diantaranya.
Tidak
Hasil analiksis (Tabel 1) menunjukkan bahwa pada umur 14, 21, 28, 35, 42, 49,
dan 56 hari setelah tanam, tanaman ubi jalar yang diberi perlakuan pupuk
vermikompos sampah organik menghasilkan panjang tanaman yang berbeda nyata,
jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa diberi pupuk vermikompos sampah
organik. Hal ini diduga karena aplikasi vermikompos berpengaruh terhadap sifat fisik
tanah, kimia tanah dan biologi tanah, sehingga persyaratan tumbuh tanaman terpenuhi
menjadikan tanaman tumbuh bertambah panjang. Vermicomposts memiliki potensi
untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman saat ditambahkan ke tanah (Atiyeh at.al.,
2000). Pupuk organik yang memakai sistem vermikompos dapat meningkatkan
pertumbuhan panjang tanaman (Talkah, 2010).
17
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada bab II telah dijelaskan mengenai (1) tahap pembuatan media
budidaya cacing (2) tahap pembuatan pupuk vermikomposting dari media
budidaya cacing dan (3) kandungan pupuk vermikomposting. Dari
pembahasan tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut :
1. Pembuatan media budidaya cacing meliputi (1) pembuatan rumah cacing
tanah (2) persiapan media/lingkungan cacing (3) persiapan makanan yang
dibutuhkan (4) pengadaan indukan cacing dan (5) perawatan rutin
2. Tahap pembuatan pupuk vermikomposting dari media budidaya cacing
meliputi penyiapan sisa media pertumbuhan cacing, pemiisahan cacing
dan kokon dari media, pengayakan dan pengeringan.
3. Pupuk vermikomposting (kascing) mengandung unsur hara seperti N, P, K,
C a, Mg, S, Fe dan unsur lainnya yang dibutuhkan oleh tanaman.
19
DAFTAR PUSTAKA
Munroe. G. 2003. Manual of On-Farm Vermicomposting and Vermiculture.
Organic Agriculture Centre of Canada
Muhtadi, Djumadi. 2007. Pemanfaatan Cacing Lumbricus rubellus dalam
Pengolahan Sampah Organik di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
(Jurnal MIPA. Vol 17. No1)
Simanjuntak, D. 2004. Manfaat Pupuk Organik Kascing dan Cendawan Mikoriza
Arbuskula Pada Tanah dan Tanman. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu
Pertanian. Vol 02. No 5-9
Sinha, R. K. 2009. Earthwornes Vermicompost A Powerfull Crop Nutrition over
of the Conventional Compost & Protective Soil Conditioner against the
Destructive Chemical Fertilizers for Food Safety and Security. AmEuras. J. Agric & Environ. Vol 5. (01-55)
Warsana. 2009. Kompos Cacing Tanah (CASTING). Penyuluh Pertanian di BPTP:
Tabloit sinar tani
20
Keterangan
Rumah-rumah cacing
berbentuk jedingan sebagai
tempat budidaya cacing
Rumah-rumah cacing
berbentuk rak sebagai tempat
budidaya cacing
21
22