You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Petani di Indonesia kebanyakan bergantung pada penggunaan pupuk
anorganik atau pupuk kimiawi. Ketergantungan ini disebabkan oleh faktor yang
berkaitan dengan karakteristik pupuk anorganik, antara lain kandungan unsur hara
yang relatif tinggi dan penggunaan yang relatif praktis, meskipun sebenarnya
petani menyadari harga pupuk anorganik lebih mahal. Selain itu penggunaan
pupuk anorganik dapat berdampak buruk bagi lingkungan dan beberapa populasi
hewan.
Pupuk yang aman bagi kondisi lingkungan jika digunakan secara berkala
adalah pupuk organik, karena di dalamnya tidak mengandung bahan-bahan
anorganik yang berbahaya. Berbagai bahan-bahan organik seperti sampah buah
dan sayur dapat digunakan sebagai pupuk organik. Selain itu pembuatan pupuk
organik dapat dibuat dari media tempat membudidayakan cacing tanah.
Cacing tanah merupakan hewan verteberata yang hidup di tempat yang
lembab dan tidak terkena matahari langsung. Kelembaban ini penting untuk
mempertahankan cadangan air dalam tubuhnya. Kelembaban yang dikehendaki
sekitar 60 - 90%. Selain tempat yang lembab, kondisi tanah juga mempengaruhi
kehidupan cacing seperti pH tanah, temperatur, aerasi, CO2, bahan organik, jenis
tanah, dan suplai makanan. Diantara ke tujuh faktor tersebut, pH dan bahan
organik merupakan dua faktor yang sangat poenting. Kisaran pH yang optimal
sekitar 6,5 - 8,5. Adapun suhu ideal menurut beberapa hasil penelitian berkisar
antara 21-30 derajat celcius. Cacing yang dapat mempercepat proses
pengomposan sebaiknya yang cepat berkembang biak, tahan hidup dalam limbah
organik, dan tidak liar. Dari persyaratan tersebut, jenis cacing yang cocok yaitu
Lumbricus rubellus, Eisenia foetida, dan Pheretima asiatica (Warsana, 2009).
Allah SWT telah menjelaskan dalam surat Al- Jathiya ayat 4 yang
berbunyi :

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan binatangbinatang yang melata. Dimana salah satu contoh binatang melata adalah cacing.
Dan dari binatang-binatang melata tersebut terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah
(sesuatu yang bermanfaat) bagi yang mau memikirkannya. Ayat tersebut memberi
petunjuk bahwa dari hewan melata dalam hal ini cacing akan ada manfaat besar
bagi kehidupan makhluk sebagai gambaran akan kekuasaan Allah. Salah satu
manfaat dari cacinga adalah sebagai hewan yang berperan dalam pembuatan
pupuk vermikompos.
Cacing tanah merupakan hewan yang sangat bermanfaat terutama dalam
hal kesuburan tanah. Selain itu dari berbagai penelitian didapatkan hasil bahwa
cacing tanah memiliki peran mendekomposisi bahan-bahan organik sama seperti
bakteri sehingga dapat berperan dalam proses pembuatan pupuk. Schwert (1990)
menjelaskan bahwa peranan cacing tanah sangat penting dalam proses
dekomposisi bahan organik tanah. Bersama sama mikroba tanah lainnya terutama
bakteri, cacing tanah ikut berperan dalam siklus biogeokimia. Cacing tanah
memakan serasah daun dan materi tumbuhan yang mati lainnya, dengan demikian
materi tersebut terurai dan hancur.
Cacing dalam pembuatan pupuk selain berperan sebagai pendekomposisi,
bahwa kotoran cacing (casting) juga memberikan manfaat dalam pembentukan
pupuk. Casting ini mengandung partikel-partikel kecil dari bahan organik yang
dimakan cacing dan kemudian dikeluarkan lagi. Kandungan casting tergantung
pada bahan organik dan jenis cacingnya. Namun umumnya casting mengandung
unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor, mineral, vitamin.
Karena mengandung unsur hara yang lengkap, apalagi nilai C/N nya kurang dari
20 maka casting dapat digunakan sebagai pupuk (Warsana, 2009). Pupuk yang
melibatkan peran cacing biasa dikenal denga pupuk vermikomposting atau
kasting. Oleh karena itu dalam makalah ini akan memaparkan mengenai

pembuatan pupuk vermikomposting di tempat budidaya cacing RAJ Organik


Sukun kota Malang serta bagaimana peran bakteri dalam pembutan pupuk
tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini dipaparkan sebagai berikut :
1. Bagaimana tahapan budidaya cacing ?
2. Bagaimana tahap pembuatan pupuk vermikomposting dari media budidaya
cacing ?
3. Bagaiman

peran

mikroorganisme

dalam

pembuatan

pupuk

vermikomposting ?
4. Bagaimana kandungan pupuk vermikomposting?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini dipaparkan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tahapan budidaya cacing.
2. Untuk mengetahui tahap pembuatan pupuk vermikomposting dari media
budidaya cacing.
3. Bagaiman
peran

mikroorganisme

dalam

pembuatan

pupuk

vermikomposting.
4. Untuk mengetahui kandungan pupuk vermikomposting.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Budidaya Cacing


Budidaya cacing meliputi beberapa hal, diantaranya (1) pembuatan rumah
cacing tanah (2) persiapan media/lingkungan cacing (3) persiapan makanan yang
dibutuhkan (4) pengadaan indukan cacing dan (5) perawatan rutin.
2.1.1 Pembuatan Rumah Cacing
Pembuatan rumah cacing ini dimaksudkan untuk menampung bibit cacing
sampai berkembang dan siap dipanen. Besar kecil rumah cacing menetukan
seberaa banyak cacing yang bisa ditampung.

Sistem Jedingan, dapat memasukkan 5 kg bibit dalamnya.

Rak kayu, masing-masing dapat menampung 3 sampai 5 kg bibit.

2.1.2 Persiapan Media Lingkungan Cacing


Lokasi untuk membiakkan cacing Lumbricus rubellus harus memenuhi
persyaratan tertentu agar pertumbuhan dan perkembangannya maksimal. Syarat
lokasi ini merupakan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh pada kehidupan
cacing Lumbricus rubellus. Adapun beberapa faktor lingkungan yang berperan
untuk kehidupan cacing Lumbricus rubellus antara lain kelembaban media,
keasaman media, suhu media, oksigen dan karbondioksida, bahan organik dan
jenis media (Muhtadi, 2007).
2.1.2.1 Kelembaban media
Kelembaban media diartikan sebagai banyaknya air yang dikandung oleh
media. Semakin tinggi kandungan air dalam media maka akan semakin tinggi pula
kelembabannya. Kulit cacing Lumbricus rubellus memberikan kelembaban yang
cukup tinggi agar dapat berfungsi normal. Bila kelembaban di permukaan media
terlalu tinggi, cacing akan segera masuk ke dalam media. Sebaliknya bila
kelembaban terlalu rendah, cacing Lumbricus rubellus akan segera keluar untuk
mencari lokasi yang memiliki kelembaban yang lebih ideal. Pada penelitian ini
kelembaban

diatur

dengan

menyemprotkan

air

kedalam

bak

pemeliharaan/pengamatan (Muhtadi, 2007).


2.1.2.2 Keasaman media
Keasaman media (pH) merupakan banyaknya ion hidrogen dalam media.
Konsentrasi ion hidrogen yang terlalu tinggi menyebabkan media menjadi bersifat
asam, sedangkan konsentrasi rendah menyebabkan media bersifat basa. Pada
umumnya cacing Lumbricus rubellus cukup sensitif terhadap konsentrasi ion
hidrogen. ltulah sebabnya keasaman media merupakan faktor pembatas pada
penyebaran cacing tanah. Agar pertumbuhan cacing tanah menjadi baik, keasaman
media harus netral. Namun, media yang sedikit asam pun cacing Lumbricus
rubellus masih dapat hidup. Pada ini keasaman media diusahakan pada pH 67(Muhtadi, 2007).
2.1.2.3 Suhu media
Cacing Lumbricus rubellus dapat berkem bang dan tumbuh asalkan suhu
lingkungannya mendukung. Suhu lingkungan sangat berpengaruh pada aktivitas

metabolisme, pertumbuhan, respirasi dan produksi. Suhu lingkungan yang ideal


untuk aktivitas pertumbuhan dan saat penetasan kokon berkisar 15-25 C. Bila
suhu terlalu tinggi atau terlalu rendah maka proses fisiologis akan terganggu. Pada
penelitian ini suhu media diusahakan 20 - 27C. Yakni suhu ruangan yang diatur
kelembabannya lebih tinggi dengan menyemprotkan air diatas media (Muhtadi,
2007).
2.1.2.4 Oksigen dan karbondioksida
Oksigen diperlukan oleh cacing Lumbricus rubellus untuk proses
pernafasan, sedangkan karbondioksida yang merupakan hasil samping penguraian
sampah organik oleh mikroba keberadaannya tidak boleh melebihi 50% media.
Kandungan karbondioksida yang terlalu tinggi dalam media, membuat cacing
Lumbricus rubellus akan menghindar dan media tersebut (Muhtadi, 2007).
2.1.2.5 Jenis media
Media sangat berperan pada kehidupan cacing Lumbricus rubellus. Media
cacing Lumbricus rubellus haruslah terdiri dan bahan organik yang sudah
mengalami pelapukan dan tidak mengeluarkan gas yang tidak diinginkan cacing.
Selain itu, media harus gembur, mudah terurai, dan kandungan proteinnya tidak
terlalu tinggi (Muhtadi, 2007).
Contoh media yang digunakan diantaranya :

Log Jamur, adalah limbah hasil budidaya jamur. Saat ini kami
menggunakannya sebagai media utama, karena log jamur memiliki kandungan
protein yang lebih tinggi dibandingkan media lainnya sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan cacing.

Tanah, namun bukan sembarang tanah, usahakantanah yang mengandung


banyak unsure hara. Biasanya terdapat pada tanah humus.

Gergajian Kayu, limbah hasil gergajian, cukup bermanfaat namun perlu


dicampurkan air terlebih dahulu.

Cacahan Batang Pisang, yakni menggunakan Batang yang telah dicacah namun
biasanya juga ditambahkan tanah.

2.1.3 Persiapan Makanan


Macam-macam makanan yang diberikan untuk Cacing, diantaranya :
a. Limbah Organik Rumah Tangga

Limbah rumah tangga contohnya adalah nasi yang sudah basi, kulit buah,
sayuran yang tidak termakan, kupasan kulit kentang, wortel, bawang, batang
kangkung dll.
b. Limbah Organik Home Industri
Limbah Home industry contohnya log jamur , limbah di pasar tradisional,
limbah kulit buah, limbah hasil dapur rumah makan dll
c. Limbah Organik Peternakan
Limbah peternakan seperti kotoran Sapi, Kambing, Ayam dengan catatan
diberi air terlebih dahulu agar tidak panas, atau bias diberikan prebiotik agar
tidak bau.
d. Limbah Organik Lingkungan
Limbah dari dedaunan yang gugur bias langsung diberikan dan juga bisa
dikompos terlebih dahulu.
Cara pemberian pakan ada tiga cara antara lain diberikan secara langsung,
dibusukkan terlebih dahulu dan difermentasi terlebih dahulu, fermentasi berarti
memberikan tetes tebu untuk meningkatkan jumlah bakteri dalam makanan.

Pada

pengamatan, pakan cacing dicampur dengan probiotik-P2. Terdapat berbagai


manfaat dari penambahan tersebut. Diantaranya sebagai suplemen makanan yang
lengkap kandungan nutrisinya, memfermentasi makanan agar mudah diserap
pencernaan, meningkatkan nilai gizi bahan organik, menyehatkan lingkungan/
media, mengurai racun dan melawan bakteri penyakit.
2.1.4 Pengadaan Indukan Cacing
Pengadaan indukan, bias dibeli langsung dari peternak cacing itu sendiri,
hal ini lebih baik dibandingkan mencari sendiri di alam, karena kemampuan

berkembang biak tidak bagus dan kadang tidak bias beradaptasi dengan
lingkungan yang baru.
. Pembibitan Persiapan yang diperlukan dalam pembudidayaan cacing
tanah adalah meramu media tumbuh, menyediakan bibit unggul, mempersiapkan
kandang cacing dan kandang pelindung (BPP, 2000).
Pemilihan Bibit Calon Induk Sebaiknya dalam beternak cacing tanah
secara komersial digunakan bibit yang sudah ada karena diperlukan dalam jumlah
yang besar. Namun bila akan dimulai dari skala kecil dapat pula dipakai bibit
cacing tanah dari alam, yaitu dari tumpukan sampah yang membusuk atau dari
tempat pembuangan kotoran hewan (BPP, 2000).
Pemeliharaan Bibit Calon Induk Pemeliharaan dapat dibagi menjadi
beberapa cara: a. pemeliharaan cacing tanah sebanyak-banyaknya sesuai tempat
yang digunakan. Cacing tanah dapat dipilih yang muda atau dewasa. Jika sarang
berukuran tinggi sekitar 0,3 m, panjang 2,5 m dan lebar kurang lebih 1 m, dapat
ditampung sekitar 10.000 ekor cacing tanah dewasa. b. pemeliharaan dimulai
dengan jumlah kecil. Jika jumlahnya telah bertambah, sebagian cacing tanah
dipindahkan ke bak lain. c. pemeliharaan kombinasi cara a dan b. d. pemeliharaan
khusus kokon sampai anak, setelah dewasa di pindah ke bak lain. e. Pemeliharaan
khusus cacing dewasa sebagai bibit (BPP, 2000).
Sistem Pemuliabiakan Apabila media pemeliharaan telah siap dan bibit
cacing tanah sudah ada, maka penanaman dapat segera dilaksanakan dalam wadah
pemeliharaan. Bibit cacing tanah yang ada tidaklah sekaligus dimasukan ke dalam
media, tetapi harus dicoba sedikit demi sedikit. Beberapa bibit cacing tanah
diletakan di atas media, kemudian diamati apakah bibit cacing itu masuk ke dalam
media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru bibit cacing yang lain dimasukkan.
Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin ada yang berkeliaran di atas media atau ada
yang meninggalkan media (wadah). Apabila dalam waktu 12 jam tidak ada yang
meninggalkan wadah berarti cacing tanah itu betah dan media sudah cocok.
Sebaliknya bila media tidak cocok, cacing akan berkeliaran di permukaan media.
Untuk mengatasinya, media harus segera diganti dengan yang baru. Perbaikan
dapat dilakukan dengan cara disiram dengan air, kemudian diperas hingga air

perasannya terlihat berwarna bening (tidak berwarna hitam atau cokelat tua) (BPP,
2000). BPP. 2000. Budi Daya Cacing Tanah. Yogyakarta: Kanisius
Reproduksi, Perkawinan Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu
memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian,
untuk pembuahan, tidak dapat dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang
cacing tanah, masing-masing akan dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur.
Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api.
Kokon ini diletakkan di tempat yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan
menetas. Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor.
Diperkirakan 100 ekor cacing dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1
tahun. Cacing tanah mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan yang ditandai
dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama 7-10 hari
setelah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon (BPP, 2000).
2.1.5 Perawatan
Perawatan yang dimaksud dengan, pemberian pakan secara rutin minimal
seminggu sekali tetapi akan lebih baik jika dilakukan setiap hari. Selain itu
banyak beberapa hama yang mengganggu proses budidaya, diantaranya adalah
semut, kutu tanah, orong-orong, rayap, tikus, kadal, katak, tokek, dll.
2.1.6 Masa Panen
1. Umumnya panen dilakukan setelah 4 bulan penanaman bibit
2. ada saat panen, cacing yang diambil adalah sekitar 25% dari jumlah
cacing yang ada
3. ukuran biomass cacing yang dipanen bebas
4. media bekas panen cacing (kascing) bisa dikembalikan ke jedingan, atau
langsung dikemas untuk dijual

2.2 Pemanfaatan Media Budidaya Cacing sebagai Pupuk

10

Vermikompos merupakan salah satu pupuk organik berkualitas lebih dari


pada pupuk organik hasil pengomposan tanpa cacing tanah. Vermikompos adalah
kompos yang dihasilkan oleh aktivitas cacing tanah, yang bekerja sama dengan
mikrobiota tanah lain, sehingga mengandung banyak hormon petumbuhan
tanaman, berbagai mikrobiota bermanfaat bagi tanaman, enzim-enzim tanah, dan
kaya hara yang bersifat lepas lambat (Ndegwa & Thompson, 2001). Pemberian
vermikompos akan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Mitchell&
Alter 1993; Ndegwa & Thompson 2001; Ferreras et al., 2006) memperbaiki
pertumbuhan berbagai jenis tanaman hortikultura, tanaman pangan, pembibitan
tanaman kehutanan, serta memperbaiki kualitas hasil pertanian dan tanpa
memberikan efek negatif bagi lingkungan. Pengembangan vermikompos yang
memenuhi standar SNI merupakan peluang dan kesempatan yang baik untuk
dikembangkan (Widyatmani, 2010).
Vermicomposting berasal dari bahasa latin Vermis yang berarti cacing,
vermicomposting berarti membuat pupuk kompos dari biodegradable menjadi
dengan mutu tinggi dengan bantuan cacing tanah (Lumbricus rubellus)
(Kuruparan et al, 2005). Produksi pupuk organik dengan aktivator cacing tanah
menggunakan kotoran sappi sebagai bahan baku, yang akan dicampurkan dengan
cacing tanah. Dala hal ini cacing tanah akan memakan selulosa dari kotoran sapi
yang tidak dapat dimakan oleh bakteri pengompos. Hasil dari pencernaan cacing
berupa kotoran cacing, dan kotoran ini akan menjadi tambahan makanan bagi
bakteri pengompos. Dengan demikian penambahan cacing dikenal dengan nama
pupuk cacing atau vermicomposting dapat mempersingkatproduksi pupuk
kompos. Dengan bantuan cacing dalam pembuatan pupuk kompos, haya
diperlukan separuh waktu dari pembuatan pupuk kompos konvensional (Munroe,
2003).
Pupuk casting adalah pupuk yang diambil dari media tempat hidup cacing.
Dari hasil observasi didapatkan bahwa setelah kurang lebih empat bulan
dilakukan pergantian media pada cacing. Media bekas tempat hidup cacing yang
sudah mengalami fermentasi oleh bakteri yang ditambahkan probiotik serta
dengan bantuan cacing dapat mengubah media cacing menjadi pupuk yang
mengandung berbagai bahan orgaik sehingga bermanfaat bagi tanaman. Media

11

tersebut kemudian diayak dan diangin-anginkan. Berikut adalah skema pembuatan


pupuk casting.
Menyiapkan media pertumbuhan cacing
Dipisahkan cacing dan kokon dari media
Diayak untuk mendapatkan tektur yang halus

Dikeringkan dan siap dikemas

2
3
4

Pupuk casting adalah pupuk yag diambil dari media yang diambil dari
tempat hidup cacing. Media tempat hidup cacing bermacam-macam diantaranya
sampah organik, serbuk gergaji, kotoran ternak, jerami da lainlain. Kompos
cacingtanah atau terkenal dengan casting yaitu proses pengomposan melibatkan
organisme makro seperti cacing tanah. Kerjasama antara cacing tanah denga
mikro organisme memberi dampak proses penguraian yang berjalan dengan baik
(Sinha, 2009).
Casting merupakan kotoran cacing yang berguna untuk pupuk. Casting ini
mengandung partikel-partikel kecil dari bahan organik yang dimakan cacing dan
kemudian dikeluarkan lagi. Kandungan casting tergantung pada bahan organik
dan jenis cacingnya.
Cacing merupakan makrofauna utama karena mendominasi hingga 80%
dari populasi avertebrata tanah (Sinha et al., 2002).Makanan utama cacing tanah
adalah bahan organik setengah melapuk, dan mengandung cukup N (Dewi
dkk.,2006). Berdasarkan pada kemampuan tersebut selanjutnya cacing tanah
sering dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan limbah organik. Limbah
organik yang disukai cacing tanah antara lain: kotoran sapi, limbah dapur, limbah
taman, limbah pertanian, limbah industri susu, limbah penggilingan gula, dan
limbah kota. Peran cacing tanah dalam pengelolaan limbah organik padat pertama
kali diungkapkan oleh Charles Darwin pada tahun 1981, dan sejak saat itu peran
cacing tanah dalam pengelolaan limbah semakin diyakini
(Sinha et al., 2002).

12

Cacing tanah vermikompos (vermikomposting) adalah cacing epigeik


yang berwarna cerah, seperti: Lumbricus rubellus, Eisenia foetida, dan Eudrilus
eugeniae (Garg et al., 2008; Hayawin et al., 2010; Raphael &Velmourugane,
2010). Menurut Ansari (2011), Eudrilus eugeniae dan Perionyx exavatus
merupakan jenis cacing tanah terbaik yang biasa digunakan untuk pengelolaan
limbah organik di daerah tropis maupun sub tropis.. Namun sayangnya berbagai
jenis cacing tersebut tidak ditemukan pada lahan pertanian di Indonesia.
2.3 Peran Mikroorganisme
Pembuatan pupuk vermikomposting selain memanfaatkan cacing dalam
mengurai bahan-bahan organik, tetapi terdapat juga peran mikroorganisme.
Sebagai contoh yaitu dalam pencampuran probiotik pada pakan cacing. Satu
diantara manfaat dari probiotik adalah menambah jumlah bakteri pengurai,
sehingg aproses penguraian bisa berjalan lebih cepat dan optimal. Berikut adalah
beberapa bakteri yag berperan dalam proses penguraian :
2.3.1 Bacillus
Bacillus adalah golongan bakteri pengurai bahan organik (heterotrof) dan
penghasil senyawa antimikroba serta hasil metabolisme yang membantu proses
penguraian limbah. Cara kerja bakteri bacillus dalam menguraikan limbah organik
adalah dengan cara memotong ikatan polisakarida maupun ikatan peptida menjadi
senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah diuraikan oleh golongan bakteri
sejenis yang strain nya berdekatan. Setiap jenis bakteri bacillus bekerja dengan
cara spesifik dalam memotong ikatan senyawa organik ini. Limbah pakan
mengandung protein dengan kandungan asam amino yang komplek, oleh karena
itu diperlukan kompleksitas spesies bakteri yang beragam. Semakin banyak
macam/jenis spesies bakteri bacillus yang digunakan maka semakin efektif kerja
bakteri tersebut dalam penguraian limbah yang komplek.
Bakteri bacillus banyak digunakan sebagai probiotik karena kemampuanya
dalam

menghasilkan

senyawa

antimikroba

yang

dapat

menghambat

perkembangan mikroorganisme lain yang merugikan. Semua jenis golongan


bacillus akan menghasilkan senyawa antimikroba ini dalam kondisi tertentu
apabila ada senyawa inducer yang mampu menginduksi biosintesis senyawa
antimikroba ini dalam sel nya. Seperti halnya tiram dalam memproduksi mutiara

13

harus diinduksi oleh benda asing yang masuk dalam cangkangnya. Begitu juga
dengan biosintesis antimikroba ini akan terjadi apabila diinduksi oleh senyawasenyawa tertentu.
Kandungan senyawa inducer ini terdapat dalam PREBIOTIK yang
mengatur alur metabolisme bakteri melaui modifikasi nutrisi yang komplek. Jadi
agar probiotik berfungsi maksimal maka harus dilengkapi dengan PREBIOTIK
yang mengandung senyawa-senyawa inducer yang menginduksi metabolisme
bakteri supaya menghasilkan metabolit-metabolit yang menguntungkan.
Selain senyawa inducer, keberhasilan probiotik juga tergantung dari pH
optimum spesies bakteri yang terkandung dalam probiotik tersebut. Masingmasing spesies bakteri tersebut punya karakter spesifik dan dan punya daya kerja
pH optimum. Berikut adalah daya kerja pH optimum dari masing-masing bakteri
sbb:
Bakteri

pH Optimum

Bacillus subtilis

7.3 - 8.1

Bacillus brevis

6.5 - 7.5

Bacillus megaterium

7.0 - 7.5

Bacillus polymixa

6.0 - 7.2

Bacillus amyloliquefaciens

8.2 - 9.7

Bacillus alvei

6.5 - 7.5

Bacillus coagulans

7.5 - 9.0

Bacillus licheniformis

7.3 - 8.8

Bacillus pumilus

8.3 - 9.8

14

2.3.1 Thiobacillus
Thiobacillus adalah bakteri chemototroph yang mampu menguraikan
senyawa-senyawa kimia sederhana yang beracun menjadi senyawa-senyawa kimia
yang tidak beracun. Thiobacillus berperan penting dalam reaksi penguraian sulfur
(H2S). Ada beberapa macam spesies bakteri thiobacillus, diantaranya T.
denitrificans, T. thiooxidans, T. novellus dan T. ferooxidans. Masing-masing
spesies bakteri punya kerja yang spesifik, beberapa spesies thiobacillus efektif
pada pH rendah dan beberapa spesies efektif pada pH tinggi.
2. 4 Keunggulan Pupuk Vermikomposting
Kascing adalah merupakan bahan organik hasil dari kotoran cacing yang
bercampur dengan tanah atau bahan organik lainnya. Pupuk kascing merupakan
bahan organik yang cukupbaik karena selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia
dan biologi tanah khususnya pada tanah yang kurang subur seperti tanah jenis
ultisol, juga tidak mempunyai efek negatif terhadap lingkungan yang terdapat
pada daerah sub tropis basah dimana proses pelapukan sudah lanjut. Kandungan
hara dan sifat kimia kascing lebih beragam dibanding dengan kompos dan pupuk
organik lainnya (Simanjutak, 2004)
Pupuk kascing merupakan bahan organik yang baik bagi pertumbuhan
tanaman secara optimal karena selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi tanah khususnya pada tanahtanah yang kurang subur juga tidak memberi
efek negatif terhadap lingkungannyaPupuk kascing mengandung unsur hara
seperti N, P, K, C a, Mg, S, Fe dan unsur lainnya yang dibutuhkan oleh tanaman.
Palungkun (1999) menyatakan bahwa komponen-komponen biologis yang
terkandung dalam pupuk kascing adalah hormon pengatur tubuh giberallin,
sitokinin dan hormon auksin juga tidak mempunyai efek negatif terhadap
lingkungan. (Simanjutak, 2004) . Pupuk kascing mempunyai pH netral 5 sampai
7.4 dan rata-rata 6.9 komposisi kascing adalah sebagai berikut:

15

Partikel kascing lebih kecil dari partikel tanah yang berukuran 0,002 2
mm dan baik untuk pertumbuhan tanaman karena mempunyai kandungan unsur
hara yang tinggi. Menurut Eti Farda Husin (1997) kotoran cacing tanah lebih
banyak mengandung mikro organisme, mineral mineral dan bahan organik
dalam bentuk tersedia untuk dikonsumsi oleh tanaman dibanding tanah
disekitarnya. Bahan organik kascing termasuk bahan pembenahan tanah yang
berperan secara tidak langsung dalam meningkatkan ketahanan tanah terhadap
proses erosi dan pencucian. Jika status bahan organik tanah diperbaiki, maka
stabilitas tanah akan meningkat sehingga tidak mudah terurai oleh tetetesan air
hujan. Oleh karena itu perlu diupayakan agar pupuk yang diberikan kepada
tanaman dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Penggunaan pupuk organik

vermicompost (kascing) merupakan salah

satu alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi usaha


pertanian. Hal ini dimungkinkan karenavermicompost (kascing) merupakan salah
satu jenis pupuk organik yang proses pembentukannya lebih sempurna
dibandingkan

dengan

pupuk

kandang

atau

kompos.

Vermicompost

(kascing) terdiri atas sebagian besar casting (feses cacing tanah) dan sisanya
berupa lapukan bahan organik yang tidak dikonsumsi oleh cacing tanah. Selain
itu, proses pembuatannya juga lebih cepat dan dapat dilakukan secara intensif
karena cacing tanah sudah dapat dibudidaya.

Kemampuan cacing tanah

mendegradasi limbah sangat tinggi sesuai kebutuhan pakannya, yaitu seberat


tubuh setiap harinya. Dari bahan organik yang dikonsumsi akan diubah menjadi
vermicompost sebanyak 40 60 % berdasarkan bahan kering.

16

Pemeliharaan cacing tanah sebagai hewan penghasil pupuk organik dapat


dilakukan secara intensif karena tidak memerlukan lahan yang luas dan dapat
dibudidaya secara bertingkat menggunakan ruang.

Bahan organik yang

dibutuhkan untuk budidaya cacing tanah tidak bergantung pada salah satu jenis
saja. Semua bahan organik limbah dapat digunakan, seperti limbah rumah tangga,
limbah rumah makan, limbah pasar, limbah industri pangan, limbah peternakan,
limbah pertanian atau campuran diantaranya.

Dengan demikian pupuk

organikvermicompost dapat diproduksi dimana saja dan kapanpun.

Tidak

tersedianya populasi ternak sebagai sumber bahan baku pembuatan pupuk


kandang tidak lagi menjadi sebuah kendala yang harus dikhawatirkan.
Berdasarkan uji lapangan, penggunaan vermicompost sangat efisien, yaitu
setara dengan penggunaan pupuk buatan sejenis urea. Sebagai gambaran dapat
dilihat uji coba penggunaanvermicompost pada tanaman umbi. Berikut Hasil
analisa statistik perlakuan vermikompos sampah organik terhadap panjang
tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas) disajikan pada Tabel 1 (Suparno, 2013)

Hasil analiksis (Tabel 1) menunjukkan bahwa pada umur 14, 21, 28, 35, 42, 49,
dan 56 hari setelah tanam, tanaman ubi jalar yang diberi perlakuan pupuk
vermikompos sampah organik menghasilkan panjang tanaman yang berbeda nyata,
jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa diberi pupuk vermikompos sampah
organik. Hal ini diduga karena aplikasi vermikompos berpengaruh terhadap sifat fisik
tanah, kimia tanah dan biologi tanah, sehingga persyaratan tumbuh tanaman terpenuhi
menjadikan tanaman tumbuh bertambah panjang. Vermicomposts memiliki potensi
untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman saat ditambahkan ke tanah (Atiyeh at.al.,
2000). Pupuk organik yang memakai sistem vermikompos dapat meningkatkan
pertumbuhan panjang tanaman (Talkah, 2010).

17

2.5 Nilai Ekonomis Vermikompos


1. Untuk membuat vermikompos tidak membutuhkan biaya mahal. Peralatan
dan bahan yang digunakannya sederhana
2. Tempat/lahan usaha pembuatan vermikompos relative kecil
3. Dapat mencegah pencemaran lingkungan akibat limbah organic yang
belum dimanfaatkan
4. Bahan media atau pakan cacing tanah merupakan limbah organic yang
tidak perlu di beli
5. Dapat mengurangi jumlah sampah organic karena hasil vermikompos kirakira sebesar 10-40% jumlah bahan yang ditumpuk
6. Dapat dijadikan sumber pendapatan baru bagi masyarakat

18

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada bab II telah dijelaskan mengenai (1) tahap pembuatan media
budidaya cacing (2) tahap pembuatan pupuk vermikomposting dari media
budidaya cacing dan (3) kandungan pupuk vermikomposting. Dari
pembahasan tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut :
1. Pembuatan media budidaya cacing meliputi (1) pembuatan rumah cacing
tanah (2) persiapan media/lingkungan cacing (3) persiapan makanan yang
dibutuhkan (4) pengadaan indukan cacing dan (5) perawatan rutin
2. Tahap pembuatan pupuk vermikomposting dari media budidaya cacing
meliputi penyiapan sisa media pertumbuhan cacing, pemiisahan cacing
dan kokon dari media, pengayakan dan pengeringan.
3. Pupuk vermikomposting (kascing) mengandung unsur hara seperti N, P, K,
C a, Mg, S, Fe dan unsur lainnya yang dibutuhkan oleh tanaman.

19

DAFTAR PUSTAKA
Munroe. G. 2003. Manual of On-Farm Vermicomposting and Vermiculture.
Organic Agriculture Centre of Canada
Muhtadi, Djumadi. 2007. Pemanfaatan Cacing Lumbricus rubellus dalam
Pengolahan Sampah Organik di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
(Jurnal MIPA. Vol 17. No1)
Simanjuntak, D. 2004. Manfaat Pupuk Organik Kascing dan Cendawan Mikoriza
Arbuskula Pada Tanah dan Tanman. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu
Pertanian. Vol 02. No 5-9
Sinha, R. K. 2009. Earthwornes Vermicompost A Powerfull Crop Nutrition over
of the Conventional Compost & Protective Soil Conditioner against the
Destructive Chemical Fertilizers for Food Safety and Security. AmEuras. J. Agric & Environ. Vol 5. (01-55)
Warsana. 2009. Kompos Cacing Tanah (CASTING). Penyuluh Pertanian di BPTP:
Tabloit sinar tani

20

LAMPIRAN GAMBAR OBSERVASI


Gambar

Keterangan

Probiotik yang digunakan


sebagai campuran pakan
cacing

Rumah-rumah cacing
berbentuk jedingan sebagai
tempat budidaya cacing

Rumah-rumah cacing
berbentuk rak sebagai tempat
budidaya cacing

21

Lokasi pengolahan budidaya


cacing

Gambar media budidaya cacing

Gambar media budidaya cacing


dengan pakan berunpa buahbuahan

Gambar media budidaya cacing


dengan pakan berunpa buahbuahan

22

You might also like