Professional Documents
Culture Documents
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik senior bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama
Oleh :
Ilham Gustian Roni, S.Ked
NIM : 15174039
Pembimbing :
dr. Cut Putri Yohanna, M.Sc, Sp.KK
KORTIKOSTEROID
Definisi
Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di bagian
korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang
dilepaskan oleh kelenjar hipofisis, atau atas angiotensin II. Hormon ini berperan pada banyak
sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap stres, tanggapan sistem kekebalan
tubuh, dan pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat, pemecahan protein, kadar
elektrolit darah, serta tingkah laku.
Klasifikasi
Kortikosteroid dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan atas aktivitas biologis yang
menonjol darinya, yakni glukokortikoid (contohnya kortisol) yang berperan mengendalikan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, juga bersifat anti inflamasi dengan cara
menghambat pelepasan fosfolipid, serta dapat pula menurunkan kinerja eosinofil.
Kelompok lain dari kortikosteroid adalah mineralokortikoid (contohnya aldosteron),
yang berfungsi mengatur kadar elektrolit dan air, dengan cara penahanan garam di ginjal.
Beberapa kortikosteroid menunjukkan kedua jenis aktivitas tersebut dalam beberapa derajat,
dan lainnya hanya mengeluarkan satu jenis efek.
Keterangan:
* hanya berlaku untuk pemberian oral atau IV.
S = kerja singkat (t1/2 biologik 8-12 jam)
I = intermediate, kerja sedang (t1/2 biologik 12-36 jam)
L = kerja lama (t1/2 biologik 36-72 jam)
Penggunaan Klinik
Kortikosteroid topikal dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihan untuk suatu
penyakit kulit. Perlu diperhatikan bahwa kortikosteroid topikal bersifat paliatif dan supresif
terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatan kausal
Biasanya pada kelainan akut dipakai kortikosteroid dengan potensi lemah contohnya pada
anak-anak dan usia lanjut, sedangkan pada kelainan subakut digunakan kortikosteroid sedang
contonya pada dermatitis kontak alergik, dermatitis seboroik dan dermatitis intertriginosa.
Jika kelainan kronis dan tebal dipakai kortikosteroid potensi kuat contohnya pada psoriasis,
dermatitis atopik, dermatitis dishidrotik, dan dermatitis numular.
Indikasi :
Artritis reumatoid,
Dermatitis eksfoliatif,
Rinitis alerigka,
Asma bronkhial,
Dermatitis kontak,
Kontra Indikasi
Menyusui.
Dosis
Initial dose yang dugunakan untu mengontrol penyakit rata-rata dari 2,5 mg hingga beberapa
ratus mg setiap hari. Jika digunakan kurang dari 3-4 minggu, kortikosteroid diberhentikan
tanpa tapering off. Dosis yang paling kecil dengan masa kerja yang pendek dapat diberikan
setiap pagi untuk meminimal efek samping karena kortisol mencapai puncaknya sekitar jam
08.00 pagi dan terjadi umpan balik yang maksimal dari seekresi ACTH. Sedangkan pada
malam hari kortikosteroid
sehingga dosis rendah dari prednison (2,5 sampai 5mg) pada malam hari sebelum tidur dapat
digunakan untuk memaksimalkan supresi adrenal pada kasus akne maupun hirsustisme.
Efek Samping
No.
1
Tempat
Saluran Cerna
2
3
Otot
Susunan Saraf Pusat
kolitis ulseratif
Hipotrofi, fibrosis, miopati panggul/bahu
Perubahan kepribadian (euforia, insomnia, gelisah, mudah
tersinggung,
4
5
psikosis,
paranoid,
hiperkinesis,
Tulang
Kulit
tulang panjang.
Hirsutisme, hipotropi, strie atrofise, dermatosis akneiformis,
6
7
8
9
purpura, telangiektasis
Mata
Glaukoma dan katarak subkapsular posterior
Darah
Kenaikan Hb, eritrosit, leukosit dan limfosit
Pembuluh darah
Kenaikan tekanan dar
Kelenjar
adrenal Atrofi, tidak bisa melawan stres
10
bagian kortek
Metabolisme
protein,
KH,
11
lemak
Elektrolit
12
Sistem Imunitas
aritmia kor)
Menurun, rentan terhadap infeksi, reaktivasi Tb dan herpes
simplek, keganasan dapat timbu