You are on page 1of 4

FARMAKOLOGIK DERMATOLOGIK

Studi kasus : Seorang wanita 22 tahun datang dengan keluhan psoriasis


yang memburuk. Ia memiliki riwayat penyakit ini dalam keluarganya dan pernah
mengalami lesi di kulit kepala dan siku selama beberapa tahun. Ia baru-baru ini
menyadari timbulnya lesi-lesi baru di lutut dan telapak kakinya. Selama ini
menggunakan krim hidrokortison yang dapat dibeli tanpa resep, tetapi mengakui
bahwa pengobatan ini tampaknya tidak membantu. Pilihan terapeutik apa yang
tersedia untuk mengobati penyakit kronik ini???
Penyakit kulit memberi kesempatan khusus bagi dokter. Secara khusus
rute pemberian obat topikal tampaknya sesuai untuk penyakit kulit meskipun
beberapa penyakit kulit berespon baik atau lebih baik terhadap obat yang
diberikan secara sistemik.
Variabel-variabel utama yang menentukan respon farmakologi terhadap obat yang
di aplikasikan ke kulit mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Variasi Regional Dalam Penetrasi Obat
Sebagai contoh, skrotum, wajah, ketiak, dan kulit kepala sangat
lebih permeabel dari pada lengan bawah dan mungkin memerlukan lebih
sedikit obat untuk menghasilkan efek setara.
2. Gradien Konsentrasi
Meningkatnya gradien konsentrasi meningkatkan masa obat yang
dipindahkan persatuan waktu, karena itu resisten terhadap kortikosteroid
topikal kadang dapat diatasi dengan menggunakan konsentrasi obat yang
lebih tinggi.
3. Jadwal Pemberian
karena sifat fisika nya kulit berfungsi sebagai reservoir bagi
banyak obat. Akibatnya waktu paruh lokal akan cukup lama untuk
memungkinkan aplikasi sekali sehari obat ini dengan waktu paruh sistemik
nya yang singkat.
contoh pada banyak penyakit, aplikasi kortikosteroid sekali sehari
tampaknya sama efektifnya dengan aplikasi berulang-ulang.
4. Vehikulum dan oklusi
vehikulum (bahan pembawa) yang tepat memaksimalkan
kemampuan obat menembus lapisan-lapisan luar kulit. Oklusi (pemakain
lapisan plastik untuk menahan obat dan vehikulumnya berkontak erat
dengan kulit) sangat efektif untuk memaksimalkan efikasi.

REAKSI TERHADAP OBAT DERMATOLOGIK

Kulit bereaksi terhadap banyaknya obat sistemik dengan berbagai


respon yang menyebabkan gejala., selain itu, beberapa obat dermatologik
itu sendiri menyebabkan reaksi kulit.
Diagram skematis penyerapan perkutis sebagai berikut.

VEHIKULUM

DERMATOLOGIK
Obat topikal biyasanya terdiri dari
aktif yang dimasukkan ke dalam suatu

vehikulum yang mempermudah aplikasi


penting
dalam
memilih vehikulum anatara lain adalah
bahan aktif dalam vehikulum,

bahan

kulit.

Pertimbangan

kelarutan
laju pelepasan
bahan
aktif dari vehikulum,
kemampuan
vehikulum
untuk
membasahi
stratum
korneum sehingga meningkatkan penetrasinya, stabilitas bahan terapeutik
dalam vehikulum, dan interaksi kimiawi dan fisik, antara vehikulum,
stratum korneum dan bahan aktif.

Sediaan dermatologik dapat diklasifikasikan sebagai tingtura,


kompres, basah, lotio, aerosol, bedak, pasta, krim, busa, dan salep
bergantung vehikulumnya.
Berikut reaksi kulit terhadap obat topikal :
NO

JENIS REAKSI

MEKANISME

KOMENTAR

Iritasi

Non-alergik

Reaksi lokal tersaring

Non-alergik

Fototoksisitas, biyasanya
memerlukan pajanan UVA

Fotoiritasi
Alergik

Dermatitis kontak
alergi

Hiepersensitivitas tipe lambat


(IV)

Alergik

Dermatitis kontak
fotoalergik

Hiepersensitivitas tipe lambat


(IV), biasanya memerlukan
pajanan UVA

Alergik

Urtikaria kontak
imunologik

Hipersensitivitas tipe cepat (I)


yang diperantarai oleh igE, dapat
menyebabkan anafilaksis

Non-Alergik

Urtikaria kontak
non-imunologik

Urtikaria kontak tersering, terjadi


tanpa sensitisasi sebelumnya.

o OBAT ANTIBAKTERI

Sediaan Antibakteri Topikal


Obat antibakteri topikal mungkin berguna dalam mencegah
infeksi pada luka bersih, dalam pengobatan awal dermatosis dan
luka yang terinfeksi, dalam mengurangi kolonisasi lubang hidung
oleh staphylococcus, dalam deodorisasi ketiak, dan dalam
penatalaksanaan akne vulgaris.

Dalam pengobatan dermatosis yang terinfeksi sekunder,


yang biasanya dikolonisasi oleh streptococcus, staphilicoccus atau
keduanya, terapi kombinasi mungkin terbukti superior
dibandingkan dengan terapi kostikosteroid saja.
Pemilihan suatu antibiotik tertentu bergantung pada
diagnosanya dan jika mungkin pemeriksaan biakan, serta
sensitivitas in vitro sampel klinis. Oleh sebab itu, informasi tentang
pola regional resistensi obat penting dalam memilih obat yang
sesuai.

Basitrasin Dan Gramisidin


Basitrasin dan gramisidin merupakan antibiotik peptida,
aktif terhadap organisme gram positif, misalnya streptococcus,
pneumococcus dan staphylococcus.
Basitrasin terdapat dalam bentuk salep tersendiri atau
dalam kombinasi dengan neomisin, polimiksin B, atau keduanya
Pemakaian basitrasin di nares anerior dapat mengurangi sementara
kolonisasi oleh staphylococcus patogen. Dapat timbul resisten
mikroba setelah pemakaian yang terus menerus.
Gramisidin tersedia hanya untuk pemakaian topikal, dalam
kombinasi dengan antibiotik lain, misalnya neomisin, polimiksin,
basitrasin, dan nistatin. Toksisitas sistemik membatasi obat ini
untuk pemakaian topikal. Dalam konsentrasi terapeutik, insiden
sensitisasi setelah pemakain topikal akan sangat rendah.

Mopirosin
Mupirosin ( asam pseudomonik A) secara struktural tidak
berkaitan dengan obat-obatan antibakteri topikal yang
saat................

You might also like