Professional Documents
Culture Documents
Anatomi
Vesika urinaria secara anatoinis terletak didalam rongga pelvis. Pada saat terisi
penuh vesika urinaria berbentuk sferis, sebaliknya pada saat kosong berbentuk
tetrahedron dengan 4 permukaan yaitu superior, inferolatera kiri dan kanan dan
posterior (basal) dan 4 sudut yaitu sudut anterior, inferior dan sudut posterolateral
kiri dan kanan . Permukaan superior ditutupi oleh peritoneum.
Pada laki-laki dan perempuan permukaan inferolateral berhubungan dengan
muskulus obturator internus dan muskulus levator ani. Saraf dan pembuluh darah
obturatoria serta arteri vesikalis superior berjalan diantara vesika urinaria dan kedua
otot tersebut. Di sebelah anterior dan vesika urinaria terdapat rongga retropubik
(kavum reizil) yang merupakan ruangan potensial , isi ruangan ini adalah jaringan
lemak dan pembuluh-pembuluh vena Urakus menghubungkan apeks vesika
urinaria dengan umbilikus Pada laki-laki permukaan posterior vesika urinaria
berhubungan dengan vesikula seininalis dan ampula vas deferen, peritoneum
melapisi sebagian kecil bagian ini kemudian melakukan refleksi ke permukaan
anterior rektum membentuk kantung nektovesikal. Di bawah kantung rektovesikal
ini , vesika urinania berhubungan dengan septum rektovesikal dan ampula rekti.
Disebelah bawah vesika urinaria pada laki-laki berhubungan dengan kelenjar prostat
dan pleksus prostatikus. Pada perempuan , sebagian permukaan superior
berhubungan dengan korpus uteri. Peritoneum berjalan melewati permukaan
superior vesika urinaria ke korpus uteri membentuk kantung vesikouterina. Pada
permukaan posterior berhubungan dengan cervik uteri dan dinding anterior dan
vagina
Vesika urinaria terdiri dan beberapa lapisan yaitu mukosa, submukosa,
muskularis (muskulus detrusor) dan serosa ( fasia vesikalis). Secara histologis
mukosa vesika urinaria disusun oleh 3 7 lapis sel epitel transisional yang melekat
pada membrana basalis, dibawah membrana basalis terdapat lainina propria,
kemudian dibawahnya terdapat otot detrusor yang terdiri dari 3 lapisan otot yang
saling beranyaman yang membentuk konvergensi pada leher vesika urinaria. Ketiga
lapisan otot itu adalah sebelah dalam otot longitudinal, tengah sirkular dan sebelah
luar longitudinal. Vesika urinaria di bagi atas beberapa bagian yaitu apeks yang
berhubungan urakus, korpus, fundus dan leher vesika. Semua bagian-bagian ini
penting dalam manajemen karsinoma vesika urinaria superfisialis.
Vesika urinaria mendapat pendarahan dan arteri vesik superior, media dan inferior
merupakan cabang dan arteri iliaka interna, dan cabang cabang kecil arteri
obturatoria dan arteni glutea inferior. Pada wanita vesika uritiaria juga mendapat
pendarahan dari arteri vagina dan uterina Vesika urinaria kaya akan pembuluh
darah vena, yang bermuara pada vena iliaka interna
Vesika urinaria mendapat pensarafan dan pleksus vesikalis yang merupakan bagian
dari pleksus pelvikal yang terletak pada aspek lateral dan rektum. Pensarafan
simpatis berasal dari segmen T 10 sampai L2, sedangkan parasimpatis berasal dari
S2 - S4 Otot detrusor mendapat pensarafan parasimpatis. Saraf simpatis mensarafi
leher vesika urinaria pada laki-laki sedangkan pada perempuan disarafi oleh
sarafparasimpatis Dinding vesika urinaria kaya akan pembuluh limfe. Aliran limfe
dan vesika urinaria adalah vesika, iliaka eksterna, iliaka interna dan kelenjar limfe
iliaka komunis
Fisiologi
Vesika urinaria berfungsi menampung dan mengeluarkan urin melalui uretra dalam
mekanisme iniksi. Kapasitas maksimal vesika urinaria pada orang dewasa lebih
kurang 300-450 cc sedangkan kapasitas vesika urinaria pada anak-anak
menggunakan formula dari Koff:
Karsinoma VU
Karsinoma buli-buli adalah keganasan ke-4 pada pria di Amerika, dengan angka
kematian mencapai sekitar 12.000 orang pertahun atau 2,9% dari seluruh angka
kematian akibat penyakit kanker. Di Indonesia sendiri belum ada angka yang pasti.
Keganasan ini lebih sering ditemukan pada pria dibanding wanita dengan
perbandingan 2,5:1. Karsinoma buli-buli dapat mengenai semua usia dengan
insiden yang meningkat seiring pertambahan usia pada kedua jenis kelamin. Data di
Amerika menunjukkan 142 pria usia 65-69 tahun dan 296 pria usia 85 tahun atau
lebih per 100000 pria menderita karsinoma sel transisional. 90% karsinoma buli
merupakan jenis karsinoma sel transisional, 7% berjenis karsinoma sel skuamosa
dan 2% adenokarsinoma. Di negara-negara maju lebih dari 90 % kasus karsinoma
vesika urinaria adalah karsinoma sel transisional, sementara di negara-negara yang
sedang berkembang 75 % adalah karsinoma sel skuamosa terutama disebabkan oleh
infeksi schistosoma haematobium. Karsinoma vesika urinaria menempati peringkat
ke-2 keganasan di bidang urologi setelah karsinoma prostate. Di Amerika Serikat
setiap tahunnya terdapat 50.000 kasus baru dan lebih dari 10.000 pasien meninggal
setiap tahunnya. Puncak insidensi terjadi pada dekade ke 6 sampai 8 dan wanita
pada umumnya mempunyai prognosis yang lebih jelek dibandingkan pria. Golongan
kulit putih lebih sering menderita penyakit ini dibandingkan kulit hitam
Faktor resiko yang dihubungkan dengan kanker ini adalah kebiasaan merokok, usia
tua, bahan kimia amin aromatik pada pekerja pabrik, pemanis buatan dan iritasi
kronis. Perokok memiliki resiko sampai 4 kali lebih tinggi dibandingkan non
perokok. Sementara itu, iritasi kronis seperti sistitis kronik akibat batu buli atau
pemakaian kateter lama dihubungkan dengan terjadinya karsinoma sel skuamosa.
Faktor lain adalah kopi, obat analgetik dan radiasi pada daerah pelvis. Karsinoma
buli-buli dikenal dapat berpindah dan berimplantasi sepanjang epitel urotelium,
mulai pelvis renalis sampai uretra memiliki resiko untuk tempat terjadinya
tranformasi ganas.
Terapi reseksi lokal terhadap tumor urotelial multipel atau rekuren mempertegas
tendensi tersebut. Karena itu seringkali timbul kesulitan menentukan rekurensi
tumor terjadi akibat terapi yang tidak adekuat pada tumor inisial, implantasi/migrasi
tumor, atau tumor yang multifokal. Data menunjukkan bahwa 50%-70% penderita
akan mengalami rekurensi setelah dilakukan tindakan reseksi transuretral untuk
karsinoma buli superfisial, bahkan mencapai 92% pada karsinoma in situ.
Beberapa teori tingginya rekurensi tersebut antara lain disebabkan tumor multiple,
reseksi tumor primer inkomplit, karsinogen urin serta diseminasi sel ganas selama
tindakan reseksi.
Penyebaran tumor ke prostat akan merubah staging tumor dari karsinoma superfisial
menjadi karsinoma invasif yang sangat berbeda dalam hal terapi dan survival
penderita.
Secara umum karsinoma vesika urinaria dibagi menjadi karsinoma superfisial dan
karsinoma infiltratif (muscle invasive cancer) . Pada saat diagnosis awal, lebih
kurang 70 % kasus karsinoma vesika urinaria adalah karsinoma superfisial, 25 %
karsinoma infiltratif dan sisanya 5 % pada saat diagnosis sudah mengalaini
metastasis Karsinoma superfisial mempunyai kecenderungan yang tinggi untuk
mengalaini. rekurensi dan progresi . Rekurensi terjadi pada 50 70 % kasus
sedangkan progresi terjadi pada 10 -15 % kasus
Stadium
Stadium 0a
Stadium 0is
Stadium I
Stadium II
Stadium III
Stadium IV
2.3. Lain-lain.
Ta
Tis
T1
T2a,b
T3a,b
T4a
T4b
Any T
Any T
N0
M0
N0
M0
N0
M0
N0
M0
N0
M0
N0
M0
N0
M0
N1,N,N3
Any N
Etiologi
M0
M1
Patogenesis
Karsinoma vesika urinaria pada awalnya adalah tumor superfisial (Tis,Ta,T1),,
tumor masih terbatas pada mukosa dan lainina propria. Seiring dengan perjalanan
waktu tumor ini mengalaini progresifitas dengan melakukan infiltrasi ke lainina
propria dan otot detrusor, dan akhirnya mengalaini metastasis . Penyebara tumor ini
terjadi secara :
1. Infiltratif ke organ-organ yang berdekatan
2. Limfogen ke kelenjar limfe perivesika, obturator, iliaka eksterna dan iliaka
komunis
3. Hematogen ke hepar, pam dan tulang
4. Implantasi sel tumor setelah tindakan bedah atau endoskopi
Secara makroskopis terdapat beberapa bentuk tumor vesika urinaria yaitu papiler
(eksofitik),ulseratif (endofitik) dan sesile (solid)
Gambaran Mikroskopis. secara histopatologis karsinoma vesika urinaria di bagi 2:
resiko
Faktor lingkungan
1. Rokok
Rokok mempunyai peran yang besar pada karsinoma vesika urinaria, lebih dari 50 %
kasus karsinoma vesika urinaria terjadi pada perokok Nitrosainine, 2naphthylainine, dan aininopbiphenyl merupakan bahan-bahan karsinogenik yang
terdapat dalam rokok , Alpha dan beta naphthylainine disekresikan dan terdapat
dalam urin perokok
2. Paparan bahan-bahan karsinogen industni
Paparan bahan-bahan ainin aromatik, 2 naphthylainine, 4-aininobiphenyl merupakan
bahan-bahan karsinogen yang poten Pekerja yang bekerja pada industri kiinia, karet,
ininyak, kulit dan cat mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi karsinoma
vesika urinania, Periode laten antara paparan dan kejadian karsinoma vesika
urinaria membutuhkan waktu yang lama ,
3. Radiasi pelvis
Insidensi meningkat 2-3 kali lipat pada wanita dengan keganasan servik uteri yang
mendapat terapi radiasi
4. Kemottrapi
Paparan axrolein yang merupakan metabolit cyclophosphainide yang terdapat dalam
urin akan meningkatkan risiko untuk terjadinya karsinoma vesika urinaria sampai 9
kali lipat
5. Schistosoiniasis
Di Mesir lebih dan 70 % kasus karsinoma vesika urinaria berhubugan dengan infeksi
schistosoma haematobium. Konsentrasi N-nitroso yang tinggi rnerupakan faktor
etiologi pada karsinoma sel skuamosa
Faktor genetik
Mutasi gen tumor supresor p53 yang terdapat pada kromosom 17, berhubungan
dengan karsinoma vesika urinania high grade dan karsinoma in situ. Mutasi gen
tumor supresor p15 dan p16 yang terdapat pada kromosom 9 berhubungan dengan
low grade dan tumor superfisial. Mutasi dan rubidium (Rb) yang merupakan gen
tumor supresor Meningkatnya ekspresi gen epidermal growth dan erb B-2 onkogen,
dan mutasi onkogen p21 ras, c-mye dan c-jun.
GAMBARAN KLINIK
a. Anamnesis
Pada anamnesis 80-90 % pasien mengeluh hematuria, baik itu gross hematuria
maupun inikroskopik hematuria., interiniten dan tidak terasa nyeri (painless).
Gejala iritatif berupa frekuensi, urgensi, nokturia dan disuria dapat terjadi pada
pasien- pasien dengan karsinoma in situ , Keluhan berupa nyeri yang tumpul pada
pinggang, perubahan pola buang air besar atau teraba masa bisa merupakan gejala
awal dan karsinoma vesika urinaria invasif. Kadang-kadang dapat terjadi
hidrorefrosis yang dapat menyebabkkan rasa pegal dan tidak nyaman pada pinggang
maupun insufisiensi ginjal akibat obstruksi ureter. Pneumaturia walaupun sangat
jarang, dapat juga terjadi pada tumor infiltratif karena adanya hubungan
vesikointestinal
Gejala tersering kanker buli adalah painless hematuria, ditemukan 85% penderita.
Keluhan tersebut biasanya muncul secara intermiten. Gejala lain adalah iritasi buli
sebanyak 25%. Keluhan frekuensi, urgensi dan disuria yang sering dihubungkan
dengan Tis difus atau karsinoma buli invasif. Semua gejala tersebut disertai oleh
sedikitnya mikroskopik hematuria. Gejala lainnya adalah nyeri pinggang karena
obstruksi ureter, udem ekstremitas bawah, dan massa di pelvis. Pada stadium lanjut
disertai gejala penurunan berat badan, nyeri tulang atau abdomen.
b. Pemeriksaan Fisik
Tidak ditemukan kelainan pada hampir semua penderita tumor buli. Pasien dengan
tumor terbatas pada mukosa atau submukosa umumnya pemeriksaan fisiknya
normal. Perlu dilakukan pemeriksaan pelvis bimanual secara seksama untuk mencari
adanya massa atau indurasi pada palpasi. Pasien dengan tumor buli yang besar atau
stadium lanjut mungkin ditemukan nyeri abdomen, massa buli-buli atau indurasi.
Pada pasien-pasien dengan tumor infiltratif atau volume tumor yang besar bisa
teraba massa tumor berupa indurasi di daerah suprapubik pada pemeriksaan
bimanual yang dilakukan secara hati-hati dalam stadium anestesi
Pemeriksaan bimanual dilakukan sebelum dan sesudah tindakan endoskopi
(TURBT) dan mempunyai nilai klinis dalam menentukan staging awal . Pada
pemeriksaan bimanual sebelum TUR teraba masa tetapi setelah TUR masanya
hilang , secara klinis stadium T2, apabila massa masih dapat dipalpasi stadium T3a
atau lebih tinggi . Hal ini disebabkan oleh karena tumor melakukan infiltrasi secara
lokal. Tumor yang masih bisa digerakkan (mobil) masuk dalam stadium dibawah
T3b, bila tumor tidak dapat digerakkan masuk dalam stadium T4, Pada tumor yang
telah mengalaini metastasis mungkin didapatkan hepatomegali atau limpedema,oleh
karena oklusi pada kelenjar limpe pelvikal .
c. Pemeriksaan Laboratorium
Meliputi pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin,
pemeriksaan fungsi hati, urinalisis, kultur urin (pada kasus-kasus tertentu), golongan
darah, waktu perdaraian dan pembekuan
Perneriksaan KHUSUS pada karsinoma vesika urinaria adalah:
Sitologi urin
Sampel urin diperiksa dibawah inikroskop untuk melihat ada tidaknya sel kanker
yang mengalaini eksfoliasi dalam urin. Sampel didapatkan dengan membilas
kandung kencing dengan Naci 0,9 % melalui kateter atau sistoskop dan
kemudian diperiksa dibawah inikroskop .Pemeriksaan sitologi urin bisa
digunakan sebagai sarana skrining dan menilai respon terapi
Pemeriksaan sitologi sebaiknya dilakukan pada seluruh pasien dengan
kecurigaan karsinoma buli. Pemeriksaan ini memiliki keterbatasan hasilnya
kurang baik pada penderita tumor berdiferensiasi baik dengan kepekaaan hanya
30%, pada tumor berdiferensiasi buruk atau karsinoma in situ masih terdapat
false negatif sebesar 20%. Untuk meningkatkan kepekaan pemeriksaan sitologi
urin dapat dilakukan bladder washing secara mekanik dengan normal salin.
Tindakan barbotage ini memberikan hasil positif 10% pada tumor grade 1, 50%
pada tumor grade 2 dan 90% pada penderita tumor grade 3. Pemeriksaan ini
dilakukan pada urin pasien yang telah mendapat hidrasi yang cukup sehingga
didapatkan spesimen yang adekuat.
Flow Cytometri
Pemeriksaan ini dapat menentukan kelainan kromosom dan sel tumor.
Assay Urin
Seperti disebutkan sensitifitas sitologi urin tergantung dan bermacam-macam
faktor antara lain dan adekuat tidaknya sampel, stadium dan derajat deferensia
tumor dan pengalaman dan sitopatologis. Oleh karena itu sekarang
dikembangkan assay urin, inisalnya BTAstat test, NMP 22, FDP, Telomerase
dan. analisis inikrosatelit. Semua pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi
dan surveilens karsinoma vesika urinaria terutama jenis karsinoma sel
transisional
BTAstat test adalah pemeriksaan imunokromatografi yang digunakan untuk
mendeteksi adanya bladder tumour antigen (BTA) di dalam urin. Antigen yang
dideteksi adalah human complement factor-H related protein NINIP-22
(Nuclear matrix protein-22) adalah aparatus protein yang berperan
dalam
initosis inti sel dan terlibat dalam distribusi kromatin sel. NMP-22 ada di semua
jenis sel terutama di matrik inti sel. NMP-22 dilepaskan oleh inti sel tumor
selama apoptosis. NMP-22 didapatkan dalam urin penderita karsinoma vesika
urinania 25 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang normal Telomerase
adalah suatu enzim ribonukleoprotein yang inaktif pada sel epitelial normal
tetapi reaktifpada sel kanker
d.
Pemeriksaan Pencitraan
Pemeriksan lain adalah CT Scan dan MRI . Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menilai luasnya invasi tumor ke dinding vesika urinaria dan menilai ada tidaknya
pembesaran kelenjar limfe didaerah pelvis. Foto thorak merupakan pemeriksaan
rutin yang harus dilakukan pada semua pasien terutama pada pasien-pasien yang
didiagnosis karsinoma vesika urinaria, untuk menilai ada tidaknya metastasis ke
paru. Scaning tulang dilakukan untuk evaluasi adanya penyebaran sel tumor ke
tulang, kelainan faal hati dan peningkatan alkalin fosfatase sementara MRI tidak
lebih baik dibandingkan CT scan. Dengan CT scan abdomen dapat diketahui
ekstensi tumor ke organ lokal ekstravesika juga menilai kelenjar getah bening pelvis
dan paraaorta serta metastasis ke organ visceral.
Sekarang ini dikembangkan Penggunaan PET (Positon einission tomography) pada
karsinoma vesika urinaria. PET didasarkan pada ikatan flurodeoxyglucose (FDG)
oleh sel-sel tumor. Penggunaan PET pada karsionoma vesika urinaria sampai
sekarang masih, kontroversial
e. Sistoskopi
Selain untuk diagnosis juga digunakan sebagai modalitas dalam menentukan staging
dan surveilens Pada sistoskopi kasus-kasus karsinoma vesika urinaria yang dinilai
adalah tumor dalam hal ini ukuran, jumlah, lokasi dan pola pertumbuhan tumor
(papiler atau sesile). Kemudian dilakukan penilaian terhadap mukosa, meliputi
warna dan keadaan mukosa, regular atau iregular. Selanjutnya dinilai uretra pars
prostatika dan kelenjar prostat
Selain reseksi tumor primer, sistoskopi direkomendasikan untuk melakukan biopsi
pada daerah sekitar tumor, dome, trigone dan uretra pars pro statika. Beberapa
laporan terakhir menyebutkan , sistoskopi dapat mendeteksi displasia dan karsinoma
in situ dengan instilasi 5 aininolavulanic acid ke dalam vesika urinari, yang dinilai
adalah adanya flouresensi dan lest . Sistoskopi yang dilanjutkan dengan pemeriksaan
histopatologi hasil reseksi tumor merupakan baku emas untuk menegakkan
diagnosis karsinoma buli. Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan teliti dan
sistematis. Dimulai dengan melakukan pemeriksaan bimanual, diikuti evaluasi
uretra, prostat, bladder neck kemudian seluruh permukaan buli-buli. Jumlah, lokasi,
ukuran dan konfigurasi tumor harus dilaporkan dengan jelas. Gambaran irregular
dan eritem pada mukosa harus dicurigai sebagai tanda karsinoma insitu.
Bila tidak dijumpai adanya tumor sedangkan pemeriksaan sitologi urin positif
ditemukan sel ganas, maka harus dilakukan biopsi pada tempat yang dicurigai
ditambah empat lokasi yang dianjurkan yaitu lateral kedua muara ureter, trigonum
dan dome. Selain itu juga pada penderita pria dianjurkan dilakukan biopsi pada
uretra pars prostatika dan stroma karena sekitar 30% Tis ditemukan pada lokasi
tersebut. Pada reseksi tumor idealnya dimulai dari bagian superficial dilanjutkan
bagian yang lebih dalam dan harus mengenai daerah muskularis propria. Kedua
sediaan tersebut sebaiknya dikirimkan kepada patolog secara terpisah. Untuk
menghindari perforasi buli sebaiknya pasien berada dibawah pengaruh anestesi
umum.
Penatalaksanaan
Karsinoma Buli Superfisial
Hampir 80% tumor buli saat pertama kali didiagnosis berada dalam kondisi ini dan
hanya 10-20% yang akan berkembang menjadi lesi invasive Yang termasuk dalam
kategori ini adalah tumor terbatas pada mukosa (Ta), telah menginvasi lamina
propria (T1) dan karsinoma insitu (Tis). Terapi standar untuk tumor buli
superficial adalah eradikasi komplit melalui TUR of bladder tumor sampai ke
dasar tumor. Untuk mengurangi resiko rekurensi, menurunkan progresifitas tumor
dan menghilangkan kemungkinan residu, maka setelah dilakukan TURB
direkomendasikan untuk memberikan kemoterapi intravesika. Obat kemoterapi
antara lain Mitomicin C, BCG, Doxorubicin, Epirubicin, dan Thiotepa. 1BCG
merupakan agen yang paling efektif sebagai profilaksis dan pengobatan pada terapi
intravesika.
Ikatan Ahli Urologi Eropa (EAU) merekomendasi penalaksanaan karsinoma buli
superficial, dibagi berdasarkan 3 prognostik faktor, yaitu:
1. Tumor resiko rendah (lesi tunggal, TaG1, 3 cm); TURB komplit ditambah
satu kali instilasi intravesika dengan obat mitomicyn C, epirubicin atau
doxorubicin sampai 6 jam setelah reseksi.
2.
Tumor resiko sedang (Ta-1, G1-2, multiple, > 3 cm); dilakukan TURB komplit
dan bila perlu TURB ulang dalam 4-6 minggu bila belum bersih. Dilanjutkan
instilasi intravesika, pilihan obat optional dan diberikan secara teratur dalam
waktu tidak lebih dari 1 tahun.
3.
Tumor resiko tinggi (T1G3, multiple atau rekuren, Cis); dilakukan TURB
komplit dan TURB ulang dalam 4-6 minggu. Dilanjutkan instilasi dengan BCG
secara teratur dalam waktu 1 tahun. Bila tidak respon dengan BCG
direkomendasikan untuk melakukan radikal sistektomi dan diversi urin.
Pilihan terapi pada manajemen karsinoma vesika urinaria superfisial adalah :
Tabel 1. Initial treatment options for bladder cancer
Cancer Stage
Tis
Ta (single,low to moderate
Grade,no recurrent)
Ta (Large,multiple,high grade
or recurrent)
TI
Superfisial
T2 - T4
Radical cystectomy
Neo adjuvant chemotherapy Followed by
radical cys tectomy
Any T,N+,M+
Infiltratif
At TUR
After complete TUR
Therapeutic
Prevent implantation
Prevent
or
delay
recunence
or
progression
Cure residual disease
Komplikasi sistemik yang berat dapat dihindari dengan tidak memberikan kemoterapi
intravesikal pada pasien dengan gross hematuria ,
Preparat yang banyak digunakan adalah mitomisin C (MMC), thiotepa.
Doxorubicin dn BCG.
a. Mitomisin C (MMC)
MMC mempunyai efek anti tumor, antibiotik dan agen alkilating yang
menghambat sintesis DNA, mempunyai berat molekul yang besar 329 kDa
.Absorpsi rendah karena berat molekul besar sehingga efek sistemik minimal,
sehingga paling sering digunakan. Kendalanya adalah agen yang tersedia di
pasaran mahal MMC sangat sensitif fase G1 akhir dan sikius sel MMC diberikan
intravesikal tiap minggu selama 6 sampai 8 minggu dengan, dosis 20 - 40 mg
(1 mg/ml) , pasien diminta untuk tidak minum selama 12 jam sebelum terapi.
Kemudian dipasang kateter urin dengan tujuan mengeluarkan urin dan untuk
memasukkan MMC kedalam vesika urinaria. Pasien diminta menahan kencing
selama 1 - 2 jam. pasien juga diininta untuk merubah posisi tiap 15 menit yaitu
pronasi, supinasi, miring ke kiri dan ke kanan .
Setelah pemberian MMC dalam 3 bulan didapatkan penurunan angka rekurensi dan
55 % menjadi 40 . Angka respon komplet rata-rata 49 % pada tumor Ta dan TI .
Efek samping adalah iritasi lokal pada kulit dan pada vesika urinaria timbul gejala
berupa gejala frekuensi, urgensi dan disuria Sistitis (chemical cystitis) terjadi
sampai 40 % kasus. Efek samping lain adalah kontraktur vesika urinaria dan
lekopeni .
b.
Thiotepa ( Triethyieneethiophosphorainide)
Merupakan agen alkilating dengan berat molekul kecil 198 sehingga mudah
diabsorpsi, Thiotepa masuk fase siklus sel yang non spesifik. Dosis yang
dianjurkan 30 mg - 60 mg (1 mg/ml). Sama seperti pada MMC , pasien diminta
untuk tidak minum selama 2 jam kemudian dipasang kateter urin dan dilakukan
instilasi Thiotepa ke dalam vesika urinar Kemudian pasien diminta untuk menahan
kencing selama 2 jam. Pasien dimintakan untuk merubah posisi tiap 15 menit
selama 1 jam
Thiotepa diberikan selama 4 - 6 minggu, dianjurkan terutama untuk tumor residual,
karsinoma in situ dan mencegah rekurensi tumor
Efek sampingnya adalah
myelosupresi dengan lekopeni dan trombositopenia terjadi pada 10 % - 50 % kasus,
dianjurkan untuk memeriksa lekosit dan trombosit sebelum terapi Karena efek
samping sistemik ini pemberian thiotepa saat ini mulai ditinggalkan
c. Doxorubicin
Merupakan antibiotik anthracycline yang berasal dari jamur streptomyces peucetius.
Doxorubicin merusak sel melalui beberapa mekanisme antara lain, interkalasi DNA
base, inactivasi DNA topo-isomerase II yang berakibat putus rantai DNA dan
menghambat sintesis protein, berperan dalam fase S siklus sel. Berat molekulnya
paling besar 580 kD sehingga efek sistemik jarang terjadi Rekurensi tumor rata-rata
13 % pada terapi dengan doxorubicin setelah TUR. Dosis yang dianjurkan adalah 30
- 90 mg (1mg/ml) dalam Nacl 0,9 %. Cara pemberian dan interval terapi sama
seperti pada MMC Efek samping terutama sistitis terjadi sampai 50 % kasus,
kontraktur vesika urinaria dan efek sistemik jarang
Indikasi pemberian BCG secara instilasi pada karsinoma vesika urinaria adaiah:
1. Karsinoma in situ
2. Tumor Ti
3. Tumor Ta dengan risiko tinggi (besar, derajat keganasan tinggi, rekuren atau
tumor multifokal)
Dosis standar adalah 120 mg. Diberikan 7 14 hari pasca TUR, tiap minggu selama
6 kali pemberian. dilanjutkan tiap 2 minggu sekali selama 6 kali pemberian. Total 12
kali pemberian selama lebih kurang 5 bulan
BCG di encerkan dalam NacI 0,9 % 50 cc dimasukkan melalui kateter secara pasif
mengikuti gravitasi, pasien diminta menahan kencing selama 1 - 2 jam . Pasien juga
diininta untuk merubah posisi tiap 15 menit selama 1 jam. Kerugian Pemakaian
BCG adalah efek toksiknya baik lokal maupun sisteinik.
Efek samping yang
timbul tergantung dari dosis yang digunakan dan jumlah instilasinya. Efek lokal
yang timbul berupa gejala iritatif yaitu disuria, frekuensi dan urgensi. Selain itu
bisa juga timbul hematuria dan flu like syndrome. Efek lokal jangka panjang adalah
timbulnya kontraktur vesika urinaria yang menyebabkan gangguan fungsi vesika
urinaria
Gejala sistemik bisa timbul pada pemberian BCG intravesika yang dikenal dengan
BCGosis berupa Demam tinggi ( >39 C) lebih dari 48 jam, Menggigil ,artralgia,
gangguan fungsi hepar, myelosupresi dan komplikasi infeksi (pneumonitis, hepatitis
,prostatitis dan sepsis) . Terapi yang dianjurkan untuk diberikan pada kasus
BCGosis adalah INH 300 mg, Rifampicin 600 mg, dan ethambutol 1200 mg tiap
hari selama 6 bulan. Pada kasus-kasus yang berat bisa ditambahkan sikloserin 500
mg 2 X sehari atau prednisolon 40 mg sehari Untuk menghindari timbulnya efek
samping yang tidak diinginkan maka pemberian BCG intravesikal menjadi
kontraindikasi pada kasus gross hematuria, infeksi saluran kencing trauma traktus
urinarius karena kateterisasi
Sistektomi Radikal
Merupakan terapi standar pada karsinoma vesika urinaria infiltratif. Pada sistektomi
radikal organ-organ pelvis anterior diangkat secara en blok. Pada pria, vesika
urinaria, peritoneum yang menutupi vesika urinaria, lemak perivesika, ureter bagian
bawah, kelenjar prostat, vesikula seminalis dan uretra. Pada wanita, vesika urinaria,
peritoneum yang melekat pada vesika urinaria, lemak perivesika, ureter bagian
bawah, uterus, ovarium, tuba fallopii, dinding anterior vagina dan uretra semua
diangkat. Secara simultan dilakukan diseksi kelenjar limfe pelvis bilateral secara en
block yang dimulai dari kelenjar limfe di daerah bifurkasio aorta atau pembuluh
darah iliaka komunis ke vena iliaka sirkumfleksa di sebelah distal, kemudian dan
lateral nervus genitofemoralis sampai ke dasar pelvis (fasia endopelvika). Sangat
penting melakukan identifikasi dan preservasi nervus obturatorius, yang keluar dari
tepi medial muskulus psoas.
Setelah sistektomi radikal ,dilanjutkan dengan melakukan rekontruksi traktus
urinarius atau diversi urin interna atau eksterna Tindakan uretrektomi pada
karsinoma vesika urinaria infiltcatif masih kontroversi terutama pada laki-laki, tetapi
pada wanita tindakan ini merupakan tindakan rutin yang dilakukan pada sistektomi
radikal Beberapa studi yang dilakukan mendapatkan angka rekurensi uretra 25 - 35
% pada kasus karsinoma in situ difusa pada uretra pada prostatika atau pada
karsinoma yang menginfiltrasi stroma kelenjar prostat, sementara studi yang lain
didapatkan kurang dari 5 % angka rekurensi uretra pada pasien yang dilakukan
radikal sistektomi tanpa uretrektomi Indikasi uretrektomi antara lain tumor
multifokal, karsinoma in situ difus dan infiltrasi uretra pars prostatika atau
tumor pada leher vesika urinaria
Indikasi sistektomi radikal adalah:
1. Kaisinoma vesika urinaria yang menginvasi otot (muscle invasive) T2 atau
lebih.
2. Tumor dengan low stage yang tidak dapat dilakukan reseksi atau multisentris.
3. Tumor Ti dengan derajat keganasan tinggi.
4. Belum ada metastasis jauh.
5. Karsinoma in situ atau tumor multifokal yang mengalaini rekurensi setelah
dilakukan TURBT dan kemoterapi intravesikal.
Komplikasi awal:
Infeksi luka operasi.
Obstruksi intestinal.
Trombosis vena dalam, trauma pada rektum
Komplikasi lanjut:
Fistula fekal urinaria.
Pyelonefritis.
Striktur anastomosis ureterointestinal.
Gangguan ftingsi ginjal., DisfIingsi ereksi.
Sistektini parsial.
Terapi Kombinasi
Sistektomi parsial dilakukan dengan melakukan eksisi massa tumor dan vesika
urinaria lebih kurang 2 cm dari tepi bebas tumor yang dikonfirmasi dengan
pemeriksaan potong beku
Indikasi sistektoini parsial adalah :
1. Karsinoma sel transisional bentuk papiler yang tenletak didalam divertikel vesika
irinaria,
2. Tumor soliter, inifitratif (T1-T3) yang terletak di sepanjang dinding
posterolateral atau fundus vesika uninaria.
Keuntungan:
Secara fisiologi fungsi vesika uninaria sebagai reservoir masih tetap ada.
Reseksi massa tumor dapat dilakukan secara komplit.
Sekaligus bisa dilakukan biopsi massa tumor dan kelenjar limfe pelvis untuk
pemeriksaan PA.
Monitoring yang ketat diperlukan pada karsinoma vesika urinaria superfisial karena
rekurensi dan progresi yang tinggi. Sistoskopi merupakan pemeriksaan standar
untuk mendeteksi adanya rekurensi tumor superfisial. Selain sistoskopi, sitologi urin
merupakan pemeriksaan yang penting, sampel untuk pemeriksaan sitologi urin
diambil bersamaan dengan sistoskopi.
Sekarang ini dikembangkan urin assay seperti BTAstat test, NIMP-22 dan
telomerase untuk monitoring karsinoma vesika urinaria superfisial. Pemeriksaan
sistoskopi dan sitologi urin dilakukan tiap 3 bulan sekali selama 1 tahun , kemudian
6 bulan sekali selama 2 tahun dan minimal 1 tahun sekali Tidak ada suatu
kesepakatan kapan sistoskopi dihentikan pada follow up karsinoma vesika urinaria
superfisial,
Pemeriksaan pencitraan traktus urinarius walaupun bukan merupakan standar tetap
menjadi pertimbangan pada monitoring dengan indikasi:
o Sitologi urin positif atau hematuria yang bukan disebabkan oleh tumor vesika
urinaria
o Tumor yang mengalaini rekurensi di sekitar orifisium ureter
o Sistektomi pada kasus uncontrolled disease
Radioterapi
Radioterapi dapat digunakan sebagai alternatif terapi definitif terutama pada pasien
dengan tumor infiltratif yang masih terlokalisir, yang tidak bersedia untuk
dilakukan tindakan bedah. Dosis radioterapi yang diberikan lebih dari 65-70 Gy
yang diberikan lebih dari 6 7 minggu. Pemberian radioterapi ini lebih difokuskan
pada tumor dan area disekelilingnya . Untuk menentukan batas-batas ini sebelumnya
dilakukan CT Scan dalam posisi pronasi. Komplikasi dan radio terapi ini adalah
dermatitis, proktitis yang kadang-kadang disertai dengan imp1ikasi pendarahan dan
obstruksi,sistitis , fibrosis vesika urinaria, impoten, inkontinensia dan kemungkinan
untuk timbulnya keganasan di sekitar lapangan radiasi .
Radioterapi radikal menjadi pilihan bagi pasien usia tua atau pasien yang memiliki
komorbiditas tinggi akibat penyakit lain. Dosis yang diberikan sebanyak 55-65Gy.
Untuk pasien T2-4 memiliki angka ketahanan hidup 5 tahun berkisar 23-40%.
Kekurangannya adalah angka rekurensi lokal sebanyak 55-65% dan efek samping
yang tidak nyaman berupa gangguan gastrointestinal,iritasi buli, hematuria, sampai
kontraktur buli yang cukup tinggi.
Monitoring
PROGNOSIS
Karsinoma vesika urinaria superfisial mempunyai prognosis baik dengan angka
ketahanan hidup 5 tahun mencapai 82 100 %
Tabel 4. 5-Year Survival Rates for Bladder Cancer
Stage
Ta,T1,CIS
82-100
T2
63-83
T3a
67-71
T3b
17-57
T4
0-22