You are on page 1of 13

Pengujian antara reaksi asam sulfat encer dan pekat

merupakan salah satu cara untuk mengetahui anion apa saja


yang terdapat dalam larutan sampel. Hal tersebut dikarenakan
asam sulfat yang merupakan asam kuat mampu mendesak
anion lemah keluar dari senyawanya. Sebagai contoh, larutan
yang mengandung garam karbonat akan keluar dan terurai
menjadi air dan gas karbondioksida dengan bantuan asam
sulfat yang mendesak asam karbonat.

Untuk mendeteksi anion tidak diperlukan metode sistematik

seperti pada kation.


Pada analis anion diperlukan :
a. Dilakukan test pendahuluan untuk mengetahui keberadaan

b.

sifat-sifat yang sama di dalam sampel yang bertujuan untuk :


Memudahkan teknik analisis
Menentukan penentuan spesifik (analisis khusus)
Reaksi konfirmasi terhadap keberadaan anion.
Pemisahan anion secara fisik kadangkala tidak perlu harus
dilakukan karena anion tertentu telah tersedia reaksi spesifik
untuk reaksi pengenalan dan identifikasi

Skema pengelompokan anion berdasarkan reaksinya dengan


asam :

Anion I (Menghasilkan gas/uap bila bereaksi dengan asam)


1. Menghasilkan gas bila beraksi dengan HCl atau H 2SO4 encer
(misal : S2-, SO32-, CO32-, NO2-, CN-)
2. Menghasilkan gas atau uap bila bereaksi dengan H 2SO4 pekat
(misal : I-, Br-, Cl-, NO3-, ClO3-)
Anion II (Tetap dalam larutan bila bereaksi dengan asam)
3. Menghasilkan endapan bila bereaksi dengan asam (misal :
SO42-; PO43-, CrO42-, Cr2O72-)
4. Terjadi reaksi oksidasi dan reduksi (misal : MnO 4-, CrO42-,
Cr2O72-)

ANION

REAKSI PENDAHULUAN TERHADAP


ANIOn
Analisis anion dilakukan mulai dari test pendahuluan untuk
mengetahui keberadaan senyawa anion atau golongan anion yang
memiliki sifat-sifat sama di dalam sampel

S2-, SO32-, CO32-, NO2-, I-, Br- , Cl-, PO43-, CrO42- atau Cr2O72-, NO3-,
SO42MnCl2

FeCl3

FeCl3

HCl pekat

K3[Fe(CN)6]

K4[Fe(CN)6]

H+(HCl encer)

H+

Warna hitam-coklat yang dihasilkan oleh anion pengoksida NO2, CrO42-, NO3Perubahan warna yang dihasilkan dari CrO42- dan Cr2O72Gas tidak berwarna dan tidak berbau dihasilkan oleh S2-, SO32- dan ClGas berwarna yang berasal dari NO2-, I-, dan BrEndapan biru dihasilkan oleh anion pereduksi : S2-, SO32-, I-, dan NO2Jika di dalam sampel telah terdapat senyawa pengoksida maka
kemungkinan adanya senyawa pereduksi menjadi sangat kecil.
Nama senyawa anion pengoksidasi dan pereduksi :
No.

Jenis Anion
Pengoksid

Pereduksi

1.

Nitrit (NO2-)

Sulfida (S2-)

2.

Kromat (CrO42-)

Sulfit (SO32-)

Nitrat (NO3)

Iodida (I-)

3.

Sifat anion terhadap asam sulfat pekat 18 M


Observasi

Interpretasi

Suasana dingin
Tidak ada
perubahan
Perubahan warna
Tidak berwarna
Tidak berbau
Dihasilkan gas
Tidak berwarna
Dihasilkan gas
bau
Dihasilkan gas
Yang berwarna

NO3-, PO43-, SO42-

Suasana
panas
PO43-, SO42-

CrO42-kuning Cr2O72- oranye Sama seperti


suasana dingin
Cr2O72- oranye CrO3merah

CO32-

CO2(g)

S2- H2S
SO32- SO2
Cl- HCl
NO2- NO2(coklat)
I2(ungu)
Br- Br2 (merah-coklat

Sama seperti
suasana dingin
Sama seperti
suasana dingin
Sama seperti
suasana dingin
NO3
NO2

Reaksi khusus terhadap anion


Reaksi pengujian khusus dipergunakan sebagai reaksi
pengenalan terhadap masing-masing anion sehingga
reaksi suatu anion denga anion lain dapat diyakinkan
keberadaannya di dalam sampel .

a) Pengujian anion sulfide (S2-)

Pengujian terhadap keberadaan sulfide dilakukan langsung dari

zat padat, yaitu dengan cara melihat kelarutannya di

dalam air, karena sulfide melarut di dalam air.


Apabila sampel dalam bentuk larutan maka harus terlebih
dahulu dikeringkan dengan cara penguapan sebelum dilakukan
pengujian. Apabila sampel
penambahan

asam

mengandung anion sulfida maka

klorida

ke

dalam

sampel

akan

mengeluarkan gas H2S.


Keberadaan gas sulfida hasil reaksi diuji dengan cara
mereaksilkannya dengan timbal asetat Pb(CH3COOH) 2
Reaksi : Pb2+ + H2S
PbS(s)hitam
+ 2H+
Cara :
Kertas saring dibasahi lalu meletakkannya pada mulut tabung
reaksi, sehingga kehadiran H2S

akan bereaksi dengan Pb 2+

yang ditandai dengan terbentuknya warna hitam PbS.


b. Pengujian anion sulfit (SO32-)
Pengujian terhadap keberadaan sulfit juga dilakukan langsung
dari zat padat, yaitu dengan cara menambahkan asam ke
dalam sampel karena sulfit akan membentuk gas belerang
dioksida (SO2) apabila di dalam sampel terdapat anion sulfit
SO32- + 2H+ H2SO3(s)hitam SO2 + H2O
c. Pengujian anion karbonat (CO3)
Pengujian terhadap keberadaan karbonat

juga

dilakukan

langsung dari sampel berupa zat padat. Apabila sampel dalam


bentuk larutan maka harus terlebih dahulu dikeringkan dengan

cara penguapan sampai terbentuk residu kering sebelum


dilakukan pengujian. Hati-hati di dalam mengeringkan sampel
karena senyawa karbonat akan mengalami dekomposisi jika
dilakukan pemanasan pada suhu tinggi.
Sampel yang akan diuji (dalam bentuk padatan atau residu)
diperlakukan (direaksikan) dengan pereaksi yang mengandung
sedikit seng, hydrogen peroksida encer (H2O2) dan asam
sulfat encer (H2SO4). Campuran kemudian dihangatkan dan
gas yang terbentuk dialirkan dalam larutan barium hidroksida
[Ba(OH)2]. Terbentuknya endapan barium karbonat sebagai
pertanda adanya anion karbonat di dalam sampel
CO32- + 2H+
CO2(g) + H2O
2+
CO2 + Ba
+ 2OH-
BaCO3(s)putih + H2O
d. Pengujian anion nitrit (NO2-)
Pengujian dilakukan dalam suasana

asam

penambahan

atau

sedikit

asam

sulfat

encer

melalui

asam

asetat,

kemudian menambahkan sedikit atau beberapa tetes larutan


besi(II) sulfat (FeSO4) yang baru dibuat (larutan FeSO4 harus
dalam keadaan baru). Sebagian dari besi (II) sulfat akan
dioksidasi menjadi besi (III) sulfat, dan pada saat yang sama
anion nitrit (NO2-) akan direduksi menjadi NO. Reaksi antara NO
dengan senyawa besi(II) sulfat yang masih tersisa akan
membentuk senyawa kompleks [Fe(NO)]2- berwarna coklat.
NO22- + Fe2+ + 2H+ Fe3+ + NO + H2O
Fe2+ + NO [Fe(NO)]2-coklat
Sifat anion NO3-

juga hampir sama dengan sifat anion NO2-,

akan tetapi dalam analisis NO3- harus dilakukan dalam suasana


asam kuat, bukan dalam suasana asam encer seperti dilakukan
untuk analisis NO2-

e. Pengujian anion fosfat (PO43-)


Pengujian terhadap keberadaan anion fosfat di dalam sampel
dilakukan dalam bentuk larutan. Pengujian dilakukan dengan
cara menambahkan larutan pereaksi ammonium molibdat
dalam asam nitrat sampai terbentuk endapan ammonium
molibdofosfat (NH3)P(Mo3O10)4 berwarna kuning cerah.
PO43- + 12 MoO22- + 3NH4+ + 24H+ (NH4)3P(Mo3O10)4(s)kuning
+ 12H2O
f. Pengujian anion kromat (CrO42-)
Keberadaan ion kromat (CrO42-) di dalam sampel ditunjukkan
oleh terdapatnya larutan berwarna kuning dalam suasana basa.
Penambahan asam ke dalam larutan akan mengubah CrO 42berwarna kuning menjadi Cr2O72- berwarna orange. Pengujian
terhadap keberadaan kromat (CrO42-) dilakukan dengan cara
penambahan larutan barium membentuk endapan barium
kromat (BaCrO4) berwarna kuning.
CrO42- + Ba2+ BaCrO4(s)kuning
g. Pengujian anion Iodida (I-), Bromida(Br-) dan Klorida
(Cl-)
Pengujian anion halide di dalam sampel unknown dilakukan
dengan cara melihat sifat-sifat redoks halogen di dalam reaksi
kimia. Larutan yang diuji harus terlebih dahulu dibuat dalam
suasana asam encer melalui penambahan sedikit asam
klorida,

kemudian

menambahkan

sedikit

karbontetraklorida (CCl4), selanjutnya mengaduknya dan


menambahkan sedikit air klor atu hipoklorit. Terbentuknya
warna ungu di dalam CCl 4 (di bagian bawah) menandakan
kehadiran anion iodide di dalam sampel.

2I- + Cl2(aq) I2(dalam CCl4) + 2Cl-

Untuk menguji keberadaan ion bromide, maka anion iodide


harus terlebih dahulu dioksidasi menjadi senyawa yang tidak
berwarna berupa IO3- dengan cara melanjutkan penambahan
air klor ke dalam sampel sehingga warna coklat secara
perlahan akan hilang sebagai pertanda iodide telah dioksidasi
menjadi IO3-

I2

+ 5Cl2(aq)

Dengan

+ 6H2O

hilangnya

warna

IO3-

coklat

tua

+ 10Clmaka

+ 12H+

melanjutkan

penambahan air klor akan mengubah warna larutan sampai


terbentuk warna kuning sampai coklat muda di dalam CCl 4(di
bagian bawah) menandakan kehadiran anion bromide di dalam
sampel.

2Br-

Cl2(aq)

Br2 (dalam CCl4) +

2ClUntuk menguji keberadaan ion klorida dengan adanya ion


iodide dan bromide di dalam sampel, maka anion iodide dan
bromide

harus

terlebih

dahulu

dihilangkan

dengan

cara

mengoksidasinya dengan suasana asam melalui penambahan


asam sulfat dalam keadaaan hangat. Keberadaan ion
feroksodisulfat

(S2O82-)

bromide,

tetapi

akan

akan
tidak

mengoksidasi
cukup

iodide

kekuatannya

dan
untuk

mengoksidasi klorida sehingga dalam kondisi ini sampel yang


tertinggal hanya yang mengandung klorida.

2X-

+ S2O82-

X2

2SO42-

Selanjutnya ke dalam larutan ditambahkan perak nitrat(AgNO 3)


dalam suasana asam nitrat sehingga terbentuk endapan perak

klorida (AgCl) berwarna putih sebagai pertanda kehadiran anion


Cl- di dalam sampel.

Cl-

Ag+

AgCl(s)putih

Cara identifikasi anion tidak begitu sistematik seperti pada identifikasi kation. Salah satu cara
penggolongan anion adalah pemisahan anion berdasarkan kelarutan garam-garam perak,
garam-garam kalsium, barium dan seng. Selain itu ada cara penggolongan anion menurut
Bunsen, Gilreath dan Vogel.
Bunsen menggolongkan anion dari sifat kelarutan garam perak dan garam bariumnya, warna,
kalarutan garam alkali dan kemudahan menguapnya. Gilreath menggolongkan anion
berdasarkan

pada

kelarutan

garam-garam

Ca,

Ba,

Cd

dan

garam

peraknya. SedangkanVogel menggolongkan anion berdasarkan pada proses yang digunakan

dalam identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan asam dan identifikasi anion
berdasarkan reaksinya dalam larutan. Identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan
asam dibagi dua lagi yaitu anion membentuk gas bila diolah dengan HCl encer atau
H2SO4 encer, dan anion yang membentuk gas atau uap bila diolah dengan H 2SO4 pekat.
Demikian pula identifikasi anion berdasarkan reaksi dalam larutan dibagi dua yaitu anion
yang diidentifikasi dengan reaksi pengendapan dan dengan reaksi redoks. Berikut adalah
reaksi-reaksi sampel dengan asam sulfat dingin.
Anion lainnya tidak memberikan reaksi dengan asam sulfat pekat dalam keadaan dingin,
tetapi nitrat bereaksi menghasilkan uap coklat dari NO2 yang dihasilkan, dan asetat
memberikan bau khas cuka jika direaksikan dengan asam sulfat pekat.
Identifikasi anion meliputi analisis pendahuluan, analisis anion dari zat asal dan analisis
anion dengan menggunakan larutan ekstra soda. Dari hasil analisis sebelumnya (data
kelarutan) dan pengetahuan tentang kation yang ada, dapat memberikan petunjuk tentang
anion yang mungkin ada atau tak ada dalam larutan sampel. Sebagai contoh, zat asal larut
dalam air panas, kation yang ditemukan Pb2+, anion yang mungkin ada adalah klorida karena
PbCl2 larut dalam air panas. Tidak mungkin nitrat karena timbal nitrat mudah larut dalam air
dingin.
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi
kering dapat digunakan pada zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan.
Untuk Reaksi Kering pemeriksaan Anion dalam sampel yang masih berbentuk zat biasanya
dilakukan dengan menggunakan larutan Ekstrak Soda (ES). Larutan ekstrak soda dibuat
dengan memasak cuplikan dalam larutan jenuh natrium karbonat selama 10 menit, lalu
disaring. Filtrat yang diperoleh disebut ekstrak soda (ES). Karena ES suasana basa maka
larutan ES ini tidak dipergunakan tanpa pengaturan suasana yang tepat. Biasanya sebelum
digunakan ditambahkan dulu asam.
Fungsi larutan ekstrak soda adalah untuk mengendapkan kation logam berat dan untuk
mempertinggi kelarutan anion.. Pada pemanasan dengan penambahan Na 2CO3 ion-ion logam
diendapkan dalam bentuk oksida, hidroksida, karbonat dan karbonat basa. Bila Na2CO3 yang
ditambahkan banyak maka CrO42- yang dapat larut makin banyak.

2.2. PENGENALAN ANION

Cara pengenalan anion dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu berdasarkan Bunsen, Gilreath
dan Vogel. Bunsen menggolongkan anion dari sifat kelarutan garam perak dan garam
bariumnya, warna, kelarutan garam alkali dan kemudahan menguapnya. Gilreath
menggolongkan anion berdasarkan pada kelarutan garam kalsium, barium, cadmium dan
garam peraknya. Sedangkan Vogel menggolongkan anion berdasarkan pada proses yang
digunakannya, yaitu pemeriksaan anion yang dapat menguap bila diolah dengan asam, dan
pemeriksaan anion berdasarkan reaksinya dalam larutan.
Analisis kuantitatif sebagian besar didasarkan pada kesetimbangan untuk memisahkan dan
megidntifikasi ion yang sejenis. Kesetimbangan asam basa, kesetimbangan heterogen,
kesetimbangan

redoks

dan

kesetimbangan

ion

kompleks

merupakan

jenis-jenis

kesetimbangan yang digunakan dalam analisis kualitatif anion.

a.

Sifat-sifat asam basa


Garam-garam larut dalam air yang mengandung kation basa kuat bila berkombinasi

dengan anion dariasam lemah menghasilkan larutan yang bersifat basa. Misalnya anion S 2-,
PO43-, dan CO32- adalah basa Bronsted-Lowry yang kuat. Garam yang berasal dari anion ini
dengan kation seperti K+ bereaksi dengan air dan menghasilkan larutan yang bersifat basa.
Misalnya:
S2- + H2O HS- + OH-

b.

Sifat redoks
Kelompok anion, sebagian bersifat sebagai oksidator, sebagian reduktor, sebagian lain

sifat oksidator reduktornya tergantung dalam suasana larutannya. NO3- dan CrO42- merupakan
oksidator kuat dalam suasana larutan asam. Anion I -, S2- dan SO3- merupakan reduktor dalam
suasana asam.
I2(s) + 2 e 2 I- E0 = 0.536 V
S(s) + 2 H+ + 2 e H2S(aq) E0 = 0.142 V
SO42- + 4 H+ + 2 e H2SO3(aq) + H2O(l) E0 = 0.172 V

c.

Kesetimbangan kelarutan
Reaksi pengendapan mengandung nilai yang sangat berarti bagi analisis anion.

Beberapa reaksi anion dengan ion barium, Ba 2+ yang digunakan sebagai uji spesifik dari
anioan tertentu didasarkan pada nilai kelarutannya. Demikian pula dengan reaksi
pengendapan anion dengan menggunakan ion Ag+ merupakan bagian penting dari uji analisis
anion.

Ion sulfit, karbonat, kromat, fosfat dan sulfat, bila direaksikan dengan Ba 2+ akan
menghasilkan garam barium yang hanya sedikit larut dalam air, yang ditunjukkan dengan
kecilnya nilai Ksp.

2.3. PENGGOLONGAN ANION


Analisis anion tidak jauh berbeda dengan analisis kation, hanya saja pada analisis anion tidak
memiliki metode analisis standar yang sistematis seperti analisis kation. Uji pendahuluan
awal pada analisis anion juga berdasarkan pada sifat fisika seperti warna, bau, terbentuknya
gas, dan kelarutannya. Beberapa anion menghasilkan asam lemah volatil atau dioksidasi
dengan asam sulfat pekat seperti dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Reaksi sampel garam dengan asam sulfat pekat dingin
Anion

Cl-

Br-

Pengamatan
Bergelembung, tidak berwarna, bau
menusuk, asap putih pada udara
lembab, lakmus biru menjadi merah

Reaksi

NaCl + H2SO4 NaHSO4 +HCl

Bergelembung, berwarna coklat, bau


menusuk, berasap, lakmus biru
NaBr + 2H2SO4 HBr +
menjadi merah
NaHSO4

Anion
lainnya tidak memberikan reaksi dengan asam sulfat pekat dalam keadaan dingin, tetapi nitrat
bereaksi menghasilkan uap coklat dari NO2 yang dihasilkan, dan asetat memberikan bau khas
cuka jika direaksikan dengan asam sulfat pekat.
Umumnya anion dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
a. golongan sulfat : SO42-, SO32-, PO43-, Cr2O42-, BO2-, CO32-, C2O42-,AsO43b. golongan halida : Cl-, Br-, I-, S2c. golongan nitrat : NO3-, NO2-,C2H3O2-.

Untuk anion dikelompokkan ke dalam beberapa kelas diantaranya :

Anion sederhana seperti : O2-, F-, atau CN- .

Anion okso diskret seperti : NO3-, atau SO42-.

Anion polimer okso seperti silikat, borat, atau fosfat terkondensasi

Anion kompleks halida seperti TaF6.

Kompleks anion yang berbasis bangat seperti oksalat.

Garam BaSO4, BaSO3, Ba2(PO4)3, BaCr2O4, Ba(BO2)2, BaCO3, BaC2O4, Ba3(AsO4)2 tidak larut
dalam air kondisi basa, sedangkan garam barium anion lainnya mudah larut. Berdasarkan
sifat tersebut maka pemisahan dan identifikasi untuk golongan sulfat dapat dilakukan dengan
penambahan pereaksi BaCl2. Kecuali barium kromat yang berwarna kuning, garam barium
lainnya berwarna putih. Jika larutan sampel diasamkan dengan asam nitrat dan ditambahkan
perak nitrat maka hanya golongan anion halida yang akan mengendap sebagai garam perak,
yaitu: AgCl (putih), AgBr (kuning), AgI (kuning muda), Ag 2S (hitam). Anion yang tidak
menunjukkan uji yang positif untuk kedua golongan diatas kemungkinan mengandung anion
golongan nitrat.
Jika sampel Jika larutan sampel diasamkan dengan asam nitrat dan ditambahkan perak nitrat
maka hanya golongan anion halida yang akan mengendap sebagai garam perak, yaitu: AgCl
(putih), AgBr (kuning), AgI (kuning muda), Ag2S (hitam).
Anion yang tidak menunjukkan uji yang positif untuk kedua golongan di atas kemungkinan
mengandung anion golongan nitrat. Jika sampel mengandung beberapa kation maka uji
pendahuluan diatas tidak cukup untuk menentukan ada atau tidaknya suatu anion.

2.4. SIFAT DARI ANION


1. Klorida
Kebanyakan klorida larut dalam air, merkurium klorida, perak klorida, yang ini sangat sedikit
larut dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air panas atau mendidih, CuCl, BiOCl,
SbOCL, HgOCl tak larut dalam air. Kepekaan 1,5 mg Cl (batas konsentrasi 1 dalam 30.000)
dan 0,3 mg Cl (batas konsentrasi 1 dalam 150.000).
2. Bromida
Kelarutan Ag, Hg, Cu, tak larut dalam air. Timbel bromide sangat sedikit larut dalam air
dingin, tetapi lebih larut dalam air mendidih. Semua bromide lainnya larut. Kepekaan 2 mg
Br2 (batas konsentrasi 1 dalam 25.000).

3. Iodida
Kelarutan iodide adalah serupa dengan klorida dan bromida.Perak,merkurium (II), tembaga
(I) dan timbel iodide adalah garam-garam yang sedikit larut. Kepekaan 2 mg I 2 (batas
konsentrasi 1 dalam 20.000).
4. Nitrat

Semua nitrat larut dalam air, nutrat dari merkurium dan bismuth menghasilkan garam basa
setelah diolah dengan air.Garam-garam ini larut dalam asam nitrat encer. Kepekaan 0,05 mg
Nitrat dengan batas konsentrasi 1 dalam 1 juta.
5. Sulfat
Sulfat dari barium, stronsium dan timbale praktis tidak larut dalam air. Sulfat dari merkurium
(II) dan kalsium larut sedikit dan kebanyakan sulfat dari logam-logam sisanya larut.
6. Kromat
Kromat logam biasanya adalah zat-zat padat warna yang menghasilkan larutan kuning bila
larut dalam air. Asam mineral encer, yaitu ion-ion hydrogen, kromat, berubah menjadi
dikromat.
Sifat Bahan
AgNO3
Sifat fisik: Padatan kristal tidak berwarna, titik leleh: 59C, titik didih: 97C, densitas: 1,82.
Sifat kimia: Larut dalam asam nitrat encer, reagen analitik.
H2SO4
Sifat fisik: cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, agak kental, higroskopis, bersifat korosif, asam
kuat, titik leleh: -10C, titik didih 315-338C, densitas: 1,8.
Sifat kimia: digunakan sebagai katalis, merupakan asam kuat.
HNO3
Sifat fisik: Asam anorganik, tidak berwarna, tidak berbau, agak kekuningan, bersifat korosif, densitas:
1,89, titik leleh: -4,1C, titik didih: 83C.
Sifat kimia: sebagai oksidator.
HCl
Sifat fisik : tidak berwarna, berbau tajam, titik didih: 84,9C
Sifat kimia: larut dalam pelarut air, termasuk asam kuat, dilarutkan dengan mereaksikan NaCl dengan
H2SO4 pekat.
Aquades
Sifat fisik: berat molekul18. Densitas 1,08, titik leleh 0C, titik didih 100C.
Sifat kimia: bersifat polar dan sebagai pelarut universal.

You might also like