Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Senyawa karbon dan hidrogen mempunyai banyak variasi yang terdiri dari
hidrokarbon rantai terbuka, yang meliputi hidrokarbon jenuh dan tak jenuh serta
hidrokarbon rantai tertutup (susunan cincin, meliputi hidrokarbon siklik alifatik
dan hidrokarbon aromatik. Keluarga hidrokarbon dikenal sebagai seri homolog,
anggota dari seri homolog ini mempunyai struktur kimia dan sifat-sifat fisiknya
1
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
dapat diketahui dari hubungan dengan anggota deret lain yang sifat fisiknya sudah
diketahui. Sedangkan pembagian tingkat dari semi homolog tersebut didasarkan
pada jumlah atom karbon pada struktur kimianya.
A. Rantai Terbuka
Rantai terbuka adalah suatu susunan hidrokarbon yang urutan atom C
membentuk suatu susunan yang rantai pengikatnya memanjang. Rangkaian
terbuka disini meliputi hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tidak jenuh.
a. Hidrokarbon Jenuh
Seri homolog dari hidrokarbon ini mempunyai rumus umum C nH2n+2 dan
mempunyai ciri atom-atom karbon diatur menurut rantai terbuka dan masingmasing atom dihubungkan oleh ikatan tunggal tiap-tiap valensi atom karbon
berhubungan dengan atom karbon yang disebelahnya, jadi batas kejenuhan
dengan atom-atom hidrogen telah tercapai.
Seri homolog hidrokarbon ini biasa dikenal dengan nama alkana dimana
penamaan anggota seri homolog ini disesuaikan dengan jumlah atom karbon
dalam sebutan Yunani dan diakhiri dengan akhiran -ana (inggris : -ane).
Golongan hidrokarbon sering disebut juga sebagai hidrokarbon golongan Parafin
atau golongan Alkana.
Contoh dari anggota seri homolog ini seperti heksana untuk senyawa yang
mempunyai enam atom karbon, heptana untuk senyawa yang mempunyai tujuh
atom karbon, dan sejenisnya. Tabel 1.1 di bawah ini menunjukkan contoh dari
nama-nama anggota seri homolog ini sesuai dengan jumlah atom karbonnya.
2
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Nama
Titik Didih 0F
Titik Leleh0F
Gravitasi Spesifik
600/600 F
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
15
20
30
Metana
Etana
Propana
Butana
Pentana
Heksana
Heptana
Oktana
Nonana
Dekana
Undekana
Dodekana
Pentadekana
Eikosana
Triakontana
- 258.7
-127.5
-43.7
31.1
96.9
155.7
209.2
258.2
303.4
345.5
384.6
421.3
519.1
648.9
835.5
-296.6
-297.7
-305.8
-217.0
-201.5
-139.6
-131.1
-70.2
-64.3
-21.4
-15
14
50
99
151
0.508
0.584
0.631
0.664
0.688
0.707
0.722
0.734
0.740
0.749
0.769
Tabel 1.1
Sifat-sifat Fisik Alkana (CnH2n+2)
Seri n-alkana yang diberikan pada tabel 2.8 memperlihatkan gradasi sifatsifat fisik yang tidak begitu tajam. Pada tekanan dan temperature normal, empat
alkana yang pertama merupakan gas. Sebagai hasil meningkatnya titik didih
(bolling point) karena penambahan jumlah atom karbon, maka mulai pentana
(C5H12) sampai hepta dekana (C17H36) merupakan cairan. Sedangkan alkana yang
mengandung 18 atom karbon atau lebih merupakan padatan (solid).
Alkana dengan rantai bercabang memperlihatkan gradasi sifat-sifat fisik
yang berlainan dengan n-alkana, dimana untuk rantai bercabang memperlihatkan
sifat-sifat fisik yang kurang beraturan. Perubahan dalam struktur menyebabkan
perubahan di dalam gaya antar molekul yang menghasilkan perbedaan pada titik
lebur dan titik didih diantara isomer-isomer alkana.
b. Hidrokarbon Tidak Jenuh
3
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Nama
Rumus
Titik
Titik
Spesifik
Didih,0F
Leleh,0F
Gravity
600/600 F
Etilena
CH2=CH2
-154.6
-272.5
4
Propilena
CH2=CHCH3
-53.9
-301.4
1-butena
1-pentana
1-heksana
1-heptana
1-oktena
1-nonena
1-dekana
CH2=CHCH2CH3
CH2=CH(CH2)2CH3
CH2=CH(CH2)3CH3
CH2=CH(CH2)4CH3
CH2=CH(CH2)5CH3
CH2=CH(CH2)6CH3
CH2=CH(CH2)7CH3
20.7
86
146
199
252
295
340
-301.6
-265.4
-216
-182
-155
0.601
0.646
0.675
0.698
0.716
0.731
0.743
Tabel 1.2
Sifat-sifat Fisik Alkena
Selain ikatan ganda, senyawa hidrokarbon tak jenuh ada juga yang
mempunyai
molekul terdapat ikatan rangkap tiga yang mengikat dua atom karbon yang
berdekatan. Pemberian nama untuk deret ini sama dengan untuk deret alkena
dengan memberi akhiran -una (inggris : yne).
Sifat-sifat fisik deret asetilen ini hampir sama dengan alkana dan alkena,
sedang sifat-sifat kimianya hampir sama dengan alkena, dimana keduannya lebih
reaktif dari alkana.
B. Rantai Tertutup
Rantai tertutup adalah suatu susunan hidrokarbon yang urutan atom
karbon (C) membentuk suatu susunan yang rantai pengikatnya membentuk
lingkaran/cincin. Rantai tertutup disini meliputi Golongan Naftena Aromat yang
Polisiklis dan golongan Aromatik.
a. Golongan Naflena Aromat yang Polisiklis
Senyawa golongan ini merupakan senyawa hidrokarbon, dimana susunan
atom karbonnya berbentuk cincin. Golongan ini termasuk hidrokarbon jenuh
tetapi rantai karbonnya merupakan rantai tertutup. Yang umum dari golongan ini
5
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
hidrokarbon lainnya yang mengandung benzena. Rumus umum dari golongan ini
adalah CnH2n 6, dimana cincin benzena merupakan bentuk segi enam dengan tiga
ikatan tunggal dan tiga ikatan rangkap dua secara berselang-seling.
Pada suatu suhu dan tekana standard, hidrokarbon aromatik ini dapat
berada dalam bentuk cairan atau padatan. Benzena merupakan zat cair yang tidak
berwarna dan mendidih pada temperature 1760F. Nama hidrokarbon aromatik
diberikan karena anggota deret ini banyak yang memberikan bau harum.
1.1.1.2
o
..............................................................................(1.1)
w
API adalah :
API
141.5
131.5 .....................................................................(1.2)
SG
B. Densitas Gas
Densitas didefinisikan sebagai massa tiap satuan volume dan dalam hal ini
massa dapat diganti oleh berat gas, m. Sesuai dengan persamaan gas ideal, maka
rumus densitas untuk gas ideal adalah :
g
m PM
V
RT
...................................................................................(1.3)
dimana :
m = berat gas, lb
7
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
= temperatur, oR
dimana :
z
Ma
yi
Mi
1.1.2.2. Viscositas
A. Viskositas Minyak
Viskositas minyak adalah suatu ukuran tentang besarnya keengganan
minyak untuk mengalir.
Viskositas dinyatakan dengan persamaan :
F
dv
............................................................................................(1.5)
dy
Dimana :
= viskositas, gr / (cm.sec)
= shear stress
dv
dy
8
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Gambar 1.1
Pengaruh Viscositas Minyak terhadap berbagai Tekanan
B. Viskositas Gas
Viscositas gas () tergantung dari tekanan, temperatur dan komposisi gas.
Viskositas gas sangat sukar diujur di dalam laboratorium secara tepat, terutama
pada tekanan dan temperatur tertentu. Oleh karena itu digunakan cara estimasi
dengan berbagai korelasi.
Salah satu cara untuk menentukan viskositas gas yaitu dengan korelasi
grafis (Carr et al), dimana cara ini untuk menentukan viskositas gas campuran
(1) pada tekanan 1 atmosfer dan temperatur yang diinginkan,
dengan
memperhatikan adanya gas-gas ikutan, seperti H2S, CO2 dan N2, Adanya gas-gas
non hidrokarbon tersebut akan mempebesar viskositas gas campuran.
0.5
1.25T ...................................................................(1.7)
dimana :
Bo = faktor volume formasi, res. Barrel/ STB
F
= coleration number
= temperatur, oF
Gambar 2.2
Bo sebagai Fungsi Tekanan
b. Untuk p > pb
Bo = Bob exp [Co(pb p)] ...................................................................(1.8)
10
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Z rTr
cuft/scf ...........................................................(1.9)
Pr
Z r Tr
bbl/scf ....................................................(1.10)
Pr
dimana :
Zr
Tr
temperatur reservoir, OR
Pr
Pada kondisi standart Psc = 14.7 psia. Tsc = 528 OR, dan Zsc = 1
1.1.2.4 Kompresibilitas Fluida
A. Kompresibilitas Minyak
Kompresibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume minyak
akibat adanya perubahan tekanan, secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut:
1 dv
Co
v dp
....................................................................................(1.11)
Co
1 (V1 V2 )
..........................................................................(1.12)
V ( P1 P2 )
dimana :
V1
V2
V / V
p
...................................................................................(1.13)
znRT
p
.........................................................................................(1.14)
dan
dV
nRT
dP
dz
z
dp
P2
.......................................................................(1.15)
P nRT dz
P
z ...........................................................(1.16)
2
nRTz P dP
1 1 dz
..................................................................................(1.17)
P z dP
dari larutannya disebut tekanan titik gelembung / bubble point pressure (Pb).
Hubungan antara kelarutan gas dengan tekanannya dapat dilihat pada Gambar 1.3
Dari Gambar 1.3. terlihat bahwa kurva kelarutan gas naik sebelum Pb
tercapai karena gas terus keluar dari larutannya dan setelah Pb tercapai kelarutan
gas konstans karena tidak ada lagi gas yang terbebaskan.
Gambar 1.3
Rs Sebagai Fungsi Tekanan
- 8.334 lb/gal
- 62.34 lb/cuft
- 350 lb/bbl
- 0.01604 cuft/lb
Hubungan antara berat jenis air, spesific volume dan specifik gravity adalah
sebagai berikut :
f
w
1
0.01604
62.34 62.34Vw
0,01604
.......................................
Vw
(1.18)
dimana :
f
Vw
Bw = Bwp + R
( Bw ) sat ( Bw ) pure.....................................................(1.19)
swp
14
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Gambar 1.4.
Kurva Hubungan Bw dengan tekanan dan temperatur
15
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Gambar 1.5
Kelarutan Air dalam Gas
16
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Gambar 1.6
Kelarutan Air Formasi dalam Cairan Minyak
17
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Gambar 1.7
Kekentalan Air sebagai fungsi ( T, P, S )
1. Tekanan hidrostatik, yang disebabkan oleh fluida (terutama air) yang mengisi
poripori
19
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
a. Golongan Parafin
b. Golongan Naftalen
c. Golongan Aromatik
Dengan teknik analisa dan perhitungan yang baik pada proses pengolahan
minyak akan didapatkan hasil yang baik pula. Hasil analisa Crude Oil juga sangat
dipengaruhi oleh cara atau metoda pengambilan sample fluida, karena
fluida
yang dihasilkan oleh sumur produksi dapat berupa gas, minyak, dan air. Adapun
metoda pengambilan sample tersebut ada dua cara, yaitu:
1. Bottom hole sampling; Contoh fluida diambil dari dasr lubang sumur, hal
ini bertujuan agar didapat sample yang lebih mendekati kondisi di
reservoir.
2. Surface sampling (sampling yang dilakukan dipermukaan); Cara ini
biasanya dilakukan pada well head atau pada separator.
Agar dihasilkan suatu produk reservoir yang sesuai dengan yang kita
harapkan, maka pada fluida
tersebut
pengukuran terhadap air, endapan, berat jenis, titik kabut, titik beku, titik tuang,
flash point, fire point, viscositas, tekanan uap, dan analisa terhadap air formasi.
Pemisahan zat padat, cair, dan gas dari minyak mutlak dilakukan sebelum
minyak mencapai refinery, karena dengan memisahkan minyak dari zat-zat
tersebut di lapangan akan dapat dihindari biaya-biaya yang seharusnya tidak perlu.
Dari sini juga dapat diketahui perbandingan-perbandingan minyak dan air (WOR),
minyak dan gas (GOR), serta persentase padatan yang terkandung dalam minyak.
Oleh karena itu, dalam memproduksi minyak, analisa fluida reservoir sangat
penting dilakukan guna menghindari hambatan-hambatan dalam operasinya. Hal
itu juga dapat membantu dalam pencapaian produktifitas secara maksimum
dengan baik. Study dari analisa fluida reservoir ini sangat bermanfaat untuk
mengevaluasi atau merancang peralatan produksi yang sesuai dengan keadaan di
suatu reservoir, meningkatkan efisiensi, serta guna menunjang kelancaran proses
produksi.
20
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
21
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
BAB II
PENENTUAN KANDUNGAN AIR
DENGAN MENGGUNAKAN DEAN & STARK METHOD
2.1.
TUJUAN
Untuk dapat menentukan kandungan air dari minyak mentah atau
crude oil.
Connate Water
Composition Ion
From well # 23
Sea Water
Stover Faria,
420
1,300
10,710
.
2,700
19,410
.
.
126,200
34,540
Tabel 2.1
Komposisi Kimia Air Formasi
(Amyx,J.W., Bass, MD., 1960)
Kation-kation
Kation-kation yang terkandung dalam air formasi dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Alkali : K+, Na+ dan Li+ yang membentuk basa kuat.
2. Metal Alkali tanah : Br++, Mg++, Ca++, Sr++, Ba++ dan Ra yang membentuk
basa lemah.
3. Ion Hidrogen
4. Metal berat : Fe++, Mn++ membentuk basa berdissosiasi
Perkembangan dalam analisa kimia dewasa ini telah memungkinkan
untuk menganalisa secara kuantitatif semua kation tersebut di atas. Semua
23
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
analiasa hanya dilakukan terhadap sodium dan hal ini jarang secara langsung
tetapi dihitung berdasarkan perbedaan antara harga reaksi dari kation dan
anion tertentu. Umumnya analisa tersebut hanya dilaporkan sebagai calcium,
magnesium dan sodium dimana potassium dan kation lainnya dimasukkan
kedalam harga sodium.
B. Anion-anion
Anion-anion yang terkandung dalam air formasi adalah sebagai berikut :
1.
2.
Ion-ion tersebut di atas akan bergabung berdasarkan empat sifat fisik, yaitu :
1. Salinitas primer, bila alkali bereaksi dengan asam kuat, misalnya NaCl dan
Na2SO4.
2. Salinitas sekunder, bila alkali tanah bereaksi dengan asam kuat, misalnya
CaCl2, MgCl2, CaSO4, MgSO4.
3. Alkalinitas primer, bila alkali bereaksi dengan asam lemah, misalnya
Na2CO3, Na(HCO3)2.
4. Alkalinitas sekunder, bila alkali tanah bereaksi dengan asam lemah,
misalnya CaCO3, MgCO3, Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2.
Kandungan Ion dan Mineral
Kandungan padatan yang terdapat di dalam air formasi dinyatakan dalam
beberapa cara yang berbeda. Di antaranya adalah parts per million(ppm),
milliequivalent weight per liter dan persen padatan.
Umumnya satuan ppm dan milliequivalent weight per liter dapat
digunakan secara bertukaran. Kedua satuan ini identik bila dianggap bahwa
densitas air formasi adalah satu. Anggapan in tidak tepat benar tetapi biasanya
memenuhi kelayakan untuk perhitungan.
Satuan persen padatan dapat diperoleh dengan pembagian per million
dengan 10,000. Tabel II-15 menunjukkan suatu komposisi dari air formasi
beserta jumlah kandungan ion penyusunnya dalam satuan parts per million.
24
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Tabel 2-2
Hasil Analisa Air Formasi dalam ppm
(Mc Cain,William D. Jr., 1973)
Sementara pada tabel II-2 menunjukkan kandungan ion air formasi dalam satuan
meq per liter.
Tabel 2-3
Hasil analisa jumlah kandungan ion penyusun air formasi dalam meq/liter
(Mc Cain, William D. Jr., 1973)
Minyak mentah yang kita produksi secara langsung dari dalam perut bumi
pada kenyataannya bukan minyak murni melainkan masih mengandung gas
maupun air, hal ini nantinya akan mempengaruhi perhitungan jumlah minyak
25
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
yang akan diproduksi, karena dalam suatu reservoir khususnya minyak, akan
selalu didapatkan kandungan air. Sifat-sifat air reservoir ini mempunyai
kemampuan untuk melarutkan hidrokarbon, komposisi, faktor volume formasi,
dan karakteristik viscositas pada suhu dan tekanan formasi. Pemisahan antara
minyak dan air yang terkandung di dalamnya disebut Dehidrasi Minyak Bumi .
Dehidrasi ini dilakukan baik pada penghilangan maupun transportasi minyak
karena air yang terkandung dalam minyak dapat menyebabkan korosi pada pipa
pipa minyak tempat penimbunan minyak, dan lain sebagainya. Dehidrasi ini
merupakan persoalan kimia maupun fisika yang diperlukan untuk mendapatkan
pemisahan yang seefisien mungkin.
Air dan pengotor endapan dalanm minyak mentah dapat turut terproduksi
keprmukaan karena minyak, gas maupun air tidak dapat secara langsung
memisahkan diri pada waktu berada dalam suatu system jebakan. Akibatnya
minyak pun teproduksi kepermukaan dengan memanfaatkan tenaga pendorong
yang terdapat dalam jebakan itu sendiri. Dalam hal ini kita kenal dengan istilah
water drive mekanis atau pendesak air yang terutama terjadi pada sumur-sumur
produksi dengan tenaga pendorong alamiah.
Kadar air yang terdapat dalam minyak metah dapat diketahui dengan suatu
teknik pengujian dengan Dean & Stark method. Caranya mengunakan prinsip
destilasi yaitu dengan mengkondesasikan minyak yang dipanasi maka akan
tertampung cairan uap air dan minyak.
Air formasi yang terkandung dalam minyak ada dua macam, yaitu:
a. Air bebas, merupakan air yang terbebaskan dari minyaknya.
b. Air emulsi, air yang melayanglayang di dalam minyak dan diperlukan
cara cara khusus untuk memisahkannya.
Dalam lapangan minyak, air bebas lebih mudah untuk dibebaskan ( dipisahkan )
dari minyaknya dibandingkan dengan air emulsi. Pemisahan air bebas dari
minyaknya dapat dilakukan dengan mendiamkan atau settling dalam suatu tempat,
dicampur gas olise, bisulfide, atau dipanaskan. Tetapi untuk air emulsi,
pemisahannya memerlukan cara cara khusus.
26
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
b.
c.
27
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
2.3.
2.3.1. Alat:
1. Condenser
2. Receiver
3. Ground Flask Joint
4. Electrical Oven
Gambar 2.1
Peralatan Strak & Dean Methode
28
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Gambar 2.2
Electric Oven
2.3.2. Bahan:
1. Sample minyak mentah 50 ml
2. Solvent 50 ml
3. Air sirkulasi
2.4.
PROSEDUR KERJA
1. Sirkulasikan air dalam peralatan.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jika pada water trap sudah tidak ada penambahan air lagi,
laporkan % air dengan Dean and Stark Methode.
29
9.
2.5.
= 50 ml
= 50 ml
= 0.29 ml
Perhitungan:
Kandungan air dalam sample dengan Dean & Stark Method:
BS
volume air
100
volume sampel
0,29
100
50
0,58 o o
2.5.2.Data Perhitungan:
30
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
No
Kelompok
Vol.Sampel
Vol.Solvent
% Kadar Air
(ml)
(ml)
(ml)
(%)
50
50
0.1
0.2
50
50
0.3
0.6
50
50
0.25
0.5
50
50
0.29
0.58
50
50
0.15
0.3
50
50
0.17
0.34
50
50
0.05
0.1
50
50
0.075
0.15
Tabel 2.4
Tabulasi Hasil Perolehan Analisa %Kadar Air Pada Sampel Minyak dengan Metode Dean &
Stark Untuk Tiap Kelompok
Gambar 2.3
Grafik %Kadar Air vs Volume air Tertampung
2.6.
PEMBAHASAN
31
Crude Oil yang dihasilkan dari dalam sumur pemboran tidak semua
mengandung minyak, tetapi juga mengandung campuran air dan gas. Sebelum
proses pemanasan, sample minyak yang akan digunakan terlebih dahulu dicampur
dengan solvent (pelarut) yang pada percobaan ini menggunakan kerosin, karena
mempercepat proses penguapan, disamping itu juga mengunakan kerikil yang
ditaruh didalam Ground Flask Joint supaya mengimbangi tekanan uap agar tidak
terjadi ledakan. Jumlah air yang terdapat dalam Water Trap merupakan fungsi
waktu dari hasil destilasi, karena semakin lama waktu yang digunakan maka air
yang didapat semakin bannyak tergantung atas kondisi air didalam minyak, karena
berhubungan dengan persen kandungan air. Dengan mengetahui % kandungan air
ini nantinya dapat diketahui minyak (crude oil) yang memiliki kualitas yang baik,
yang nantinya dapat diperoleh gambaran mengenai keadaann minyak mentah dan
jumlahnya yang memungkinkan untuk diproduksikan.
Percobaan dengan metode ini kurang efektif karena penguapan minyak
yang
mengakibatkan
berkurangnya
grafity
minyak
yang
bersangkutan.
2.7.
KESIMPULAN
32
BAB III
33
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
3.1. TUJUAN
Menentukan kadar air dan sedimen yang tercampur dalam sampel minyak
dengan menggunakan metode centrifuge.
Waktu
2.
35
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Gambar 3.1
Centrifuge Tube
Gambar 3.2
Centrifuge
36
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
: 75
ml/tb
Lama pemutaran
menit
10
Parameter Analisa
Volume Air (ml)
Volume Padatan(ml)
% BS & W
Parameter Analisa
Volume air (ml)
Volume Padatan (ml)
% BS&W
0.3
0.05
0.4667
0.6
0
0.8
Sample minyak I
0.03
0
0.04
Tabel 3.1
Parameter Analisa
0.149
0.01
0.212
Sampel 1
0.09
0.08
0.4
0.001 0.0015 0.03
0.1213 0.1087 0.5733
Volume air +
0.2
0.04
0.32
0.5
0.09
0.7867
0.5
0.25
1
0.081
0.35
0.6
0.091
padatan
Kelompok
Sample minyak II
0.79
0.43
0.24
0.59
0.75
0.7
0.094
1.059
4
37
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Tabel 3.2
Tabulasi Hasl Analisa % BS & W Pada Sample Minyak I Dengan Metode Centrifigue
Gambar 3.3
Grafik %BS &W vs Sample I Kelompok
38
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Gambar 3.4
Grafik %BS &W vs Sample I
Parameter Analisa
Volume air (ml)
Volume Padatan (ml)
% BS&W
Volume air +
padatan
Kelompok
0.06
0
0.08
0.051
0.009
0.08
Sampel 2
0.02
0.04
0.03
0.02
0.003
0.3
0
0
0.0307 0.4533 0.04 0.0267
0.8
0.01
1.08
0.072 0.045
0.05
0.25
0.1627 0.393
0.0
6
0.29
0.06
0.023
0.753
0.03
0.02
0.81
0.122
Tabel 3.3
Tabulasi Hasl Analisa % BS & W Pada Sample Minyak II Dengan Metode Centrifigue
39
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Gambar 3.5
Grafik %BS &W vs Sample II Kelompok
Gambar 3.6
Grafik %BS &W vs Sample 2
3.5.2. Perhitungan :
40
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Parameter Analisa
Sample Minyak !
Sample Minyak 2
0.08
0.04
0.0015
0.3
% BS&W
0.1087
0.453
Tabel 3.4
Data Sampel Kelompok D
% BS & W
0.08 0.0015
100 o o
75
= 0.1087 %
0.04 0.3
100 o o
75
= 0.453 %
3.6.
PEMBAHASAN
41
3.7.
KESIMPULAN
1. Dengan Centrifuge Method pemisahan fasa - fasa fluida yang bercampur
dapat dilakukan secara langsung berdasarkan densitynya. Fluida yang
memiliki density lebih besar akan mengendap di bagian dasar centrifuge
tube dan diikuti endapan fluida yang densitasnya lebih kecil..
2. Kandungan air dan endapan mempengaruhi mutu suatu minyak yang
dihasilkan. Semakin kecil persentase kandungannya maka semakin baik
mutu minyaknya, begitu juga sebaliknya.
4. Pada percobaan diperoleh hasil kandungan air dan BS & W nya yang
berdasarkan kelompok D yaitu :
Sampel 1
0.1087 %
Sampel 2
0,453 %
42
BAB IV
MENENTUKAN SPESIFIC GRAVITY
43
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
4.1
TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan specific gravity tau berat jenis minyak mentah dan gas pada
temperature 60 oF.
4.2
TEORI DASAR
Spesific Gravity cairan HC didefinisikan sebagai perbandingan antara
densitas minyak dengan densitas air yang dikur pada tekanan dan temperature
yang sama.
SG =
Q
W
Harga oAPI untuk berat jenis minyak mentah (crude oil) antara lain :
Minyak berat
Minyak sedang
Minyak berat
Sedangkan untuk specific
= 10 20 oAPI
= 20 30 oAPI
= 30 < oAPI
gravity gas atau campuran gas adalah
perbandingan antara densitas gas atau campuran gas dengan udara, pada kondisi
tekanan dan temperature yang sama.
44
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Dimana:
Sg = spesifik correction gravity gas atau campuran gas
T1 = waktu yang diperlukan sample gas dari batas bawah sampai
batas atas, detik.
T2 = Waktu yang diperlukan udara dari batas bawah sampai dengan
batas atas, detik.
Dewasa ini dari minyak berat pun dapat dibuat bensin lebih banyak
dengan sistem cracking dalam penyulingan, tetapi memerlukan biaya yang lebih
tinggi.
Selain API untuk menyatakan berat jenis, digunakan juga sistem baume,
akan tetapi jarang digunakan karena Baume tidak dapat membedakan klasifikasi
specific grafity gas yang satu dengan yang lainnya.
Baume
140
130
BJ Oil
4.3
4.3.1. Alat:
1.
2.
Hydrometer
3.
Thermometer
4.
Toluena
5.
Stop watch
6.
7.
Effusicmetre
4.3.2. Bahan:
1.
46
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Gambar 4.1
Hydrometer
47
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Gambar 4.2
Gelas Ukur
Gambar 4.3
Stopwatch
4.4.
PROSEDUR KERJA
1. Ambil sample minyak 500 ml.
2. Masukkan ke dalam gelas ukur
3. Masukkan hydrometer mulai dari harga yang terendah (misal dari
0.6 sampai dengan 1.1).
48
4.5.
4.5.1
Analisa:
Volume sample
: 500 ml
Temperatur sample I
: 27 C = 80.6 F
: 0.860
4.5.2. Perhitungan :
1. Menghitung harga API terukur :
API terukur
141.5
141.5
131.5
131.5 33.0349 API
SG terukur
0.860
x 31.5
33.035 33
32.5 31.5
34 33
x 31.5
0.35
1
x 31.535
3.
141.5
141.5
0.868
131.5 API
131.5 31.535
4.6 PEMBAHASAN
Besarnya spesifik gravity (SG) dari suatu fluida ditentukan oleh berbagai
factor. Pada kesempatan ini penentuan SG crude oil ditentukan oleh keadaan suhu
kamar. Dalm menentukan SG crude oil maka hal yang perlu diperhatikan sekali
yaitu ketelitian pada saat menghitung SG terukur dengan menggunakan
hydrometer. Hal ini dikarenakan hasil dari pengukuran hydrometer merupakan
data awal sekaligus data penentu untuk menghitung baik SG maupun oAPI yang
dibagi menjadi tahap perhitungan harga terukur, perhitungan koreksi pada 60/60
o
tenggelam
melewati
posisi
sebenarnya.
50
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
4.7.
KESIMPULAN
1. Semakin besar harga specific grafity minyak, semakin kecil harga oAPI
minyak tersebut (minyak yang diperoleh lebih sedikit). Semakin kecil
harga specific grafity minyak, semakin besar harga oAPI minyak tersebut
(minyak yang diperoleh lebih banyak).
2. Faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya oAPI minyak adalah
perubahan tekanan dan temperatur.
3. Minyak mentah yang diharapkan pada suatu formasi adalah minyak yang
memiliki 0 API > 30 0, yang dikategorikan minyak ringan, sebab berat
jenisnya kecil, dan semakin mudah diproduksi .
4. Dari percobaan diperoleh nilai 0api = 30.214, sehingga didapat bahwa
minyak tersebut termasuk didalam kategori minyak ringan
51
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
BAB V
PENENTUAN TITIK KABUT, TITIK BEKU
DAN TITIK TUANG
5.1.
TUJUAN
1. Menentukan titik kabut (cloud point) untuk minyak mentah.
2. Menentukan titik tuang (pour point) untuk minyak mentah.
3. Menentukan titik beku untuk minyak mentah.
5.2.
TEORI DASAR
Pada perjalanan dari formasi menuju permukaan, minyak bumi mengalami
penurunan temperatur. Apabila hal ini tidak diwaspadai, maka akan terjadi
pembekuan minyak di dalam pipa, sehingga tidak bisa lagi untuk mengalir.
Kehilangan panas ini akan menyebabkan suatu masalah yang akan menjadi besar
akibatnya apabila tidak segera diatasi.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, kita dapat mengambil sample minyak
formasi dan mengadakan uji coba untuk mengetahui titk kabut, titik beku, dan
titik tuang minyak tersebut.
Yang dimaksud dengan :
1. Titik kabut adalah dimana padatan mulai mengkristal atau memisahkan
diri dari larutan bila minyak didinginkan.
2. Titik tuang adalah temperatur terendah dimana minyak mentah dapat
tertuang setelah mengalami pembekuan.
3. Sedang titik beku adalah temperatur terendah dimana minyak sudah tidak
dapat mengalir lagi.
Titik kabut dan titik tuang berfungsi untuk menderterminasi jumlah
relative kandungan lilin pada crude oil, namun test ini tidak menyatakan jmlah
52
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
5.3.
5.3.1. Alat:
1. Tube kaca sebagai tempat sample.
2. Thermometer.
3. Penutup dari gabus.
4. Bath sebagai tempat untuk mengkondisikan sample.
5.3.2. Bahan:
1. Crude oil
2. Es batu sebagai pendingin.
3. Air dan garam.
5.4.
PROSEDUR KERJA
2.
3.
4.
5.
Fahrenheit)
pada
saat
terjadinya
kabut
yang
kemudian
2.
3.
54
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Gambar 5.1
Tester and Bath
55
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
5.5.
Sample G
29.5 0C
21 0C
19.5 0C
77.9 0F
69.8 0F
67.1 0F
Tabel 5.1
Analisa Perhitungan Titik Kabut,Titik Beku dan Titik Tuang
Perhitungan:
Konversi
9
x ........0 C ) 32 .......0 F
5
Titik Kabut
Titik Beku
: Minyak D = 21 C
Titik Tuang
= (9/5 x 21 C) + 32
=69.8 F
= 67.1 F
5.6.
PEMBAHASAN
Penentuan titik kabut,titik beku, titik tuang dari minyak pada sumur
produksi sangat penting guna mencegah terjadinya flow rate dan menaikaan bahan
pompa serta menurunkan jumlah produksi.
Yang mempengaruhi titik kabut, titik tuang, dan titik beku yaitu
komposisi penyususun minyak tersebut. Semakin berat minyak tersebut semakin
cepat membeku.
56
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
5.7.
KESIMPULAN
1. Dari sample diatas maka diperoleh :
Titik kabut
Titik beku
Titik tuang
: 77.9 F
: 69.8 F
: 67.1 F
2. Penentuan titik kabut,titik beku, titik tuang dari minyak pada sumur
produksi sangat penting guna mencegah terjadinya flow rate dan
menaikaan bahan pompa serta menurunkan jumlah produksi. selain
itu penetuan titik ini untuk mengetahui karakteristik fluida yang
ada direservoir, apakah dia memiliki Parafin atau tidak.
57
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
BAB VI
PENENTUAN FLASH POINT & FIRE POINT
DENGAN TAG CLOSED TESTER
58
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
6.1.
TUJUAN
Menentukan titik nyala ( flash point ) dan titik bakar ( fire point ) dari
minyak mentah.
6.2.
TEORI DASAR
Flash point adalah temperatur terendah dimana suatu material mudah
terbakar dan menimbulkan uap tertentu sehingga akan bercampur dengan udara,
campuran tersebut mudah terbakar.
Fire point adalah temperatur dimana suatu produk petroleum terbakar
sementara ( ignites momentarialy ) tetapi tidak selamanya.
Minyak bumi yang memiliki flash point terendah akan membahayakan,
karena minyak tersebu mudah terbakar apabila minyak tersebut memiliki titik
nyala tinggi juga kurang baik, karena akan susah mengalami pembakaran. Tetapi
kalau ditinjau dari segi keselamatan maka minyak yang baik mempunyai nilai
flash point yang tinggi karena tidak mudah terbakar
Flash point ditentukan dengan jalan memanaskan sample dengan
pemanasan yang tetap, setelah tercapai suhu tertentu nyala penguji atau test flame
diarahkan pada permukaan sample. Test flame ini terus diarahkan pada permukaan
sample dengan berganti-ganti sehingga mencapai atau terjadi semacam ledakan
karena adanya tekanan dan api yang terdapat pada test flame akan mati. inilah
yang disebut flash point.
Penentuan fire point ini sebagai kelanjutan dari flash point dimana apabila
contoh
akan
terbakar/menyala
kurang
lebih
lima
detik
maka
lighat
suhunyasebagai fire point. Penentuan titik nyala tidak dapat dilakukakan pada
produk-produk yang volatile seperti gasoline dan solven-solven ringan, karena
mempunyai flash point dibawah temperature atmosfer normal.
59
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
6.3.
6.3.1. Alat:
1.
2.
3.
Thermometer
Gambar 6.1
Thermometre
60
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Gambar 6.2
Tag Closer Tester
6.3.2. Bahan:
1. Minyak mentah
2. Air
3. Lilin + korek api
4. Liquid Pteroleum Gas
Tekanan Barometer ( mm Hg )
Koreksi
F
5
10
715 835
634 550
C
2,8
5,5
Tabel 6.1
Koreksi Tekanan Barometer
62
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Analisa:
Parameter
Sampel
Titk Nyala
79.5 0C
175.1 0F
Titik Bakar
89.5 0C
193.1 0F
Tabel 6.2
Sampel kelompok D
Perhitungan:
Flash Point = 79.5C = (9/5 x 79.5 ) + 32
= 175.1 F
Fire Point = 89.5 C = (9/5 x 89.5 ) + 32
= 193.1 F
63
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Parameter
Sample
Kelompok
A
B
C
D
E
F
G
H
I
Flash Point
78
78.5
79
79.5
77.5
77
76
75.5
80.5
Fire Point
90.5
91
92.5
89.5
88
87.5
92
93
93.5
Flash Point
172.4
173.3
174.2
175.1
171.5
170.6
168.8
167.9
176.9
Fire Point
194.9
195.8
198.5
193.1
190.4
189.5
197.6
199.4
200.3
Tabel 6.3
Tabulasi Hasil Perolehan Analisa Titik Nyala dan Titik Bakar Pada Sampel Minyak
Gambar 6.3
Grafik flash point-fire point dalam 0C
64
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Gambar 6.4
Grafik flash point-fire point dalam 0F
6.6.
PEMBAHASAN
Untuk percobaan penentuan flash point dan fire point, praktikan melakukan
pengetesan tentang titik nyala dan titik bakar pada sampel minyak yang telah
disediakan. Dimana sampel minyak mentah dimasukkan kedalam test cup dan air
kedalam bath kemudian dipanasi. Setelah beberapa menit dipanasi, kita dapat
mengamati terjadinya flash point dan fire point.
Flash point dapat kita amati apabila dilakukan penyulutan,sampel akan
menyala beberapa saat saja. Sedangkan fire point terjadi bila nyala yang
dihasilkan lebih lama dari flash point (minimal/kira-kira berlangsung selama 5
detik).
Penentuan titik nyala dan titik bakar tergantung dari komposisi minyak yang
bersangkutan. Semakin berat minyak maka titik didihnya semakin tinggi demikian
juga titik nyala dan titik bakar.
65
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Penentuan titik nyala dan titik bakar dari minyak mentah ini sangat penting
dalam mengatisipasi timbulnya kebakaran pada peralatan produksi, karena
temperatur minyak terlalu tinggi yang biasanya terjadi akibat adanya gesekan
antara minyak dengan flow line, sehingga kita dapat melakukan pencegahan lebih
dini.
Disamping itu, penentuan titik nyala dan titik bakar dapat juga dipakai
sebagai petunjuk tingkat penguapan relative dari produksi minyak bumi.
6.7.
KESIMPULAN
1. Dari hasil percobaan dan analisa :
Temperature flash point
= 79.5C = 175.1 F
BAB VII
66
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
7.1 TUJUAN
Menentukan viscositas kinematik untuk cairan Newtonian pada
berbagai temperatur.
67
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Viscositas
Tekanan
Gambar 7.1
GrafikViscositas minyak sebagai fungsi tekanan.
68
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Shear Strees
Binghan plastik
Newtonian
Shear rate
Gambar 7.2
Grafik Perbandingan antara Shear Stress dengan Shear Rate
69
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
= konstanta viscometer
perlu
dua
hidrokarbon
untuk
menentukan
konstanta
viscometernya.
70
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
(t1 xt 2 )
2
(t 2 t1 )
Dimana:
t1 = waktu alr (minimum 200 detik) untuk hidrokarbon yang
mempunyai viscositas kinematik Vh2
t2 = waktu alir untuk hydrocarbon yang mempunyai viscositas
kinematik Vh2
Hitung konstanta C:
C
Vh ( Bt )
...................................................(6-4)
t
Dimana:
Vh = viscositas kinematik hydrocarbon yang dgunakan untuk kalibrasi
B = koefisien viscometer dar persamaan (6-3)
Terkahir ulangi viscositas kinematik dari suatu hydrocarbon yang
diinginkan dalam centistokes, sebagai berikut:
Viscositas kinematik (Vh) = (C x t) (B/t) ...........................(6-5)
71
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Gambar 7.3
Cannon Viscometer
7.4.
PROSEDUR KERJA
1. Atur temperature bath dengan thermometer berkelitian sampai dengan
0.020F, atau dengan thermometr berkelitian sampai 0.050F, temperature
lebih kecil dari 600F.
2. Saring sample secukupnya dengan saringan 200 mesh atau penyaring
lain yang sesuai, untuk membuang partikel-partikel padat atau air. Bila
temperature kurang rendah gunakan obat penyaring.
72
3.
Ambil viscometer yang bersih dan kering dengan waktu alir lebih dari
200 detik.
viscositas
kinematika
dalam
centistokes
dengan
cara
perhitungan diatas.
Catatan:
Untuk viscometer dengan harga B/t besar atau sama dengan (0.001 x C x
t), maka gunakan persamaan sebagai berikut:
Viscositas kinematik, Cs = C x t ............................................................(6-4)
73
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Viscositas Minyak
Standard
-650F
-400F
-1000F
(ASTM)
S3
340
66
S6
S 20
20
S 60
60
S 200
200
S 600
60
S 2000
2000
-1220F
-2100F
280
32
Table 7.1
Viscositas standard
Viscositas
Standard
Minyak
770F
860F
1000F
2.5
2.2
1.8
9.1
7.7
5.4
15
12
25
20
12
50
39
22
110
64
43
390
280
130
1600
1100
460
OB
38000
24000
1040F
1220F
(ASTM)
7000
30000
22000
10000
Table 7.2
NBS Viscosity Standard
74
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
7.5.
Sampel
Air
Viscometer
Viscometer Kinematik
Waktu (detik)
I (25)
1.0038 ( VhA )
( TA )=233
Minyak
standar
CA= (VhA/TA)
( Vh1 = CA . T1 )
= (4.308 x 10-3 ) x 360
I (50)
Konstanta (C)
= 4.308 x
( T1 ) = 360
10-3
= 1.55088
Minyak
( Vh1 = CA . T1 )
sampel
( T2A ) = 360
C2A=(Vh1/T2A)
= 1.55088
= 4.308 x 10Minyak
Sampel
II (100)
( T2B ) = 435
= 1.87398
Tabel 7.3
Data hasil analisa pengamatan
Perhitungan:
1. Kalibrasi alat untuk menentukan koefisien viscometer (B)
T2a T2B
{ ( Vh1 T2A )( Vh2 T2B ))
Koefisien Viscometer =
T2B2 T2A2
360 x 435
{(1.55088 360) (1.87398 435)
(360) 2 ( 435) 2
= 674.63
2. Konstanta alat keseluruhan (C)
75
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
CA + C B
Konstanta Alat (C) =
2
B
Vh1 +
Vh2 +
T2A
T2B
+
T2A
T2B
=
2
674.63
674.63
1.55088 +
1.87398 +
360
435
+
796
435
=
2
(C)
= 8.693 x 10-3
76
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
7.6.
PEMBAHASAN
Dari percobaan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa viscositas
minyak sangat dipengaruhi oleh komposisii dari minyak itu sendiri (berpengaruh
terhadap fluida untuk mengalir). Dimana minyak berat memiliki viscositas yang
lebih tinggi daripada minyak ringan, sehingga dalam viscometer akan memiliki
waktu alir yang lebih lama jika diibandingkan dengan minyak ringan (viscositas
berbanding terbalik dengan kecepatan alir /waktu alir).
Selain itu, waktu alir juga sangat dipengaruhi oleh temperatur
sample, tekanan yang bekerja pada sample, serta banyaknya kandungan gas yang
ada pada sample ( minyak ).
7.7.
KESIMPULAN
1.
Dari
percobaan,
diperoleh
harga
viskositas
77
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
3.
4.
78
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
BAB VIII
ANALISA KIMIA AIR FORMASI
8.1.
TUJUAN
Untuk menentukan pH,alkalinitas,Ca,barium,sulfat, feno clorida sodium
8.2.
TEORI DASAR
Air formasi biasanya disebut dengan oil field water atau connate water
intertial water adalah air yang diproduksikan ikut bersama-sama dengan minyak
dan gas. Air ini biasanya mengandung bermacam-macam garam dan asam,
terutama NaCl sehingga merupakan air yan asam bahkan asam sekali.
Air formasi hamper selalu ditemukan didalam reservoir hidrokarbon
karena memang didalam suatau akumulasi minyak, air selalu menempati sebagian
dari suatu reservoir, minimal 10% dan maksimal 100% dari keseluruhan pori.
Untuk menganalisa air formasi secara tepat, dipakai klasifikasi air formasi
yang digambarkan, secara grafis hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi sifat
air
formasi
dengan
cara
yang
paling
sederhana
tetapi
dapat
79
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
ditentukan
ditempat
pengambilan contoh, karena ion-ion ini tidak stabil seiring dengan waktu
dan suhu. Untuk itu pH perlu diturunkan sampai 1 dengan asam garam.
Penentuan kadar barium harus dilkukan segera setelah contoh diterima,
karena unsure BaSO4 terbatas kelarutannya karena reaksi barium cepat
dengan SO4, akan mengurangi konsentrasi barium dan akan menimbulkan
kesalahan dalam penelitian. Selain denga barium ,SO 4 juga cepat bereaksi
dengan kalsium menjadi CaSO4 pada saat suhu turun.
Untuk mengetahui air formasi secara cepat dan praktis digunakan
sisem klasifikasi dari air formasi, hal ini dapat memudahkan pengerjaan
pengidentifikasian sifat-sifat air formasi. Dimana kita dapat memplot hasil
analisa air formasi tersebut, hal ini memeudahkan kita dalam korelasi
terhadap lapisan lapisan batauan dari sumur secara tepat.
Beberapa kegunaan yang paling penting dari analisa air formasi ini adalah:
81
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
8.3
8.3.1. Alat:
1.
Alat titrasi
2.
3.
4.
5.
Gelas ukur
Kertas lakmus
Pipet
DR 1
8.3.2. Bahan:
1. Sample air formasi.
8.4.
8.4.1.
PROSEDUR KERJA
Penentuan pH (elektrolit):
1. Dengan menggunakan pH paper strip dapat langsung menentukan
harga pH dari sample setelah mencocokkan warna pada standar pH
paper strip, maka diperlukan kejelian dalam memilih dan
mencocokkan warna dari paper strip.
2. Dengan alat ukur elektrolit, kalibrasi alat sebelum digunakan
dengan cara : isi botol dengan larutan Buffer yang telah diketahui
harga pH-nya, masukkan elektroda pada botol yang berisi larutan
buffer. Putar tombol kalibrasi sampai digit menunjukkan harga pH
larutan buffer.
3. Cuci botol dan elektrodanya sebelum digunakan untuk menguji
sample
dengan
air
destilasi
untuk
mencegah
terjadinya
kontaminasi.
8.4.2.
Penentuan Alkalinitas
1. Mengambil contoh air formasi 1 cc dan menambahkan PP 2 tetes.
82
CO3
OH
P = 0
M 20
P = M
20 P
2P = M
40 P
2P < M
20 ( M 2P )
40 P
2P > M
40 ( M P )
20 ( 2P M )
Tabel 8.1
Harga kebasahan setiap ion
8.4.3.
Penetuan Kalsium ( Ca ):
a. Mengambil 20 ml air suling, menambahkan 2 tetes larutan buffer
calver dan 1 tepung indicator calcer II, warna akan berubah
menjadi cerah.
b. Menambahkan 5 cc air yang dianalisa. Bila ada Ca larutan yang
berubah menjadi kemerahan.
c. Mentitrasi dengan larutan kesadahan total 20 epm, warna akan
berubah jernih, mencatat volume titrasi.
Penentuan Magnesium ( Mg ) :
Magnesium, me / L
8.4.4.
Penentuan Klorida
1. Mengambil 20 ml air sample, menambahkan 5 tetes KcrO, warna akan
menjadi bening.
84
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
8.4.5.
Penentuan Sodium
1. Mengkonversikan
harganya.
CO3 , mg / L
HCO3 , mg / L
SO4 , mg / L
Cl , mg / L
+
+
+
35.5
48
30
61
+
OH , mg / L
17
20
12.2
18.6
68.7
macam contoh air (atau lebih) dari grafik tersebut. Metode yang
umum digunakan adalah metode stiff. Metode ini dapat diplot secara
logaritma atau normal antara konsentrasi kation pada sisi kiri titik
pusat dan konsentrasi anion diplot pada sisi kanan pusat.
Contoh :
KOMPONE
KONSENTRASI
Natrium
Mg/L
1794
meL
78.04
Kalsium
39
1.95
Magnesium
19
1.65
Barium
Klorrida
1248
39.19
Sulfat
645
13.43
Karbonat
280
9.33
Bikarbonat
1440
23.80
13
0.23
Iron
Tabel 8.2
Harga Konsentrasi Komponen
8.4.6.
86
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
ION
Ca++
me/L
12.0
mg/L
240
Mg++
20.4
249
87
Na++
295.5
6769
Cl-
253.5
9000
SO4-
41.7
2000
HCO3-
13.8
841
ION
Ca++
( me/L )
12.0
*factor
* 5 x 10-5
= ...me/L
= 0.1476
Mg++
20.4
* 1 x 10-3
= 0.012
Na++
295.5
* 1 x 10-3
= 0.0204
Cl-
253.5
* 5 x 10-5
= 0.1268
SO4-
41.7
* 1 x 10-5
= 0.0417
HCO3-
13.8
Jumlah tenaga ion
* 5 x 10-5
= 0.0069
= 0.3554
Factor K
2.9
77 oF
2.65
122 oF
2.15
156 oF
1.5
88
8.5
8.5.1 Analisa:
1.
2.
3.
4.
pH air
Volume sample
Konsentrasi ion CO3
Konsentrasi ion OH
=
=
=
=
8
10 cc
10 me/l
3 me/l
8.5.2 Perhitungan:
89
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
Anion
Konsentrasi Anion
BM
Mg/L
Me/L
ClSO4=
CO3=
HCO3=
35.5
96
60
61
24400
300
300
0
687.323944
6.25
10
0
OH-
17
51
3
706.573944
Konsentrasi Kation
Kation
BM
Mg/L
Me/L
Ca2++
Mg2++
Fe2++
Ba2++
40
24
56
137
40
0
1000
Negatif
2
0
35.71429
37.71429
Tabel 8.6
Tabulasi Konsentrasi Ion anion dan Kation
= Anion Kation
= 706.573944 37.71429 mg/l
= 668.859654
Kation
Anion
90
Ba+
Fe2+
CO3-
Ca2+
SO4-
Mg2+
Na2+
Cl
Gambar 8.1
Diagram Stiff-Davis
Ion
Konsentrasi
PPM
-
Cl
SO4=
CO3=
HCO3=
Ca2++
Mg2++
Fe2++
Ba2++
1000
Negative
Me/L
687.323944
6.25
10
0
2
0
35.71429
-
Faktor Koreksi
PPM
2.4x10-5
2.1x10-5
3.3x10-5
0.8x10-5
3x10-5
8.2x10-5
8.1x10-5
Me/L
6x10-4
1x10-3
1.5x10-3
5x10-3
2x10-3
1x10-3
1.5x10-3
Ion Strength
Me/L x
Koreksi
0.412394
0.00625
0.015
0
0.004
0
0.053571
91
Na2++
2.2x10-5
2x10-4
0.133772
0.624988
Tabel 8.7
Perhitungan Indeks Stabilitas CaCO3
= 3.65
Pada temperature 20 C
= 3.4
Pada temperature 40 C
= 2.96
Pada temperature 60 C
= 2.38
Pada temperature 80 C
= 1.72
= 0.94
pH
T (0C)
pCa
pAlk
SI
3.65
3.0
3.2
-1.85
20
3.4
3.0
3.2
-1.6
40
2.96
3.0
3.2
-1.16
60
2.38
3.0
3.2
-0.58
80
1.72
3.0
3.2
0.08
100
0.94
3.0
3.2
0.86
92
Tabel 8.8
Harga Indeks Stabilitas
Gambar 8.1
Grafik Temperature vs SI
8.6 PEMBAHASAN
Jika perhitungan indeks stabilitas (SI) di atas menghasilkan suatu
angka angka, maka akan dapat diketahui sifat sifat dari air formasi
yang diteliti dengan memperhatikan hubungan antara pH air formasi,
tenaga ion keseluruhan, temperatur, serta pCa dan palk, dimana jika SI
menunjukkan hasil yang positif, maka pada temperatur tersebut akan
cenderung untuk membentuk scale. Sebaliknya, jika SI menunjukkan hasil
negatif maka pada temperatur tersebut air formasi akan cenderung untuk
membentuk korosi pada alat alat produksi, akan tetapi jika SI
menunjukkan hasil nol (SI = 0) maka pada temperatur tersebut air formasi
dalam keadaan setimbang dimana tidak terbentuk scale maupun korosi.
Sayang sekali praktikan tidak dapat menyelesaikan perhitungan SI akibat
93
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
8.7. KESIMPULAN
1.
2.
3.
94
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
BAB IX
KESIMPULAN
1.
95
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
2.
sebesar 0.4667 %
Untuk % BS & W pada sample II sebesar 0.212 %
3.
Penentuan titik kabut, titik tuang, dan titik beku tergantung pada
perbandingan komposisi kimia dari suatu crude oil.
Dari sample G maka diperoleh :
Titik kabut
: 78.8 F
Titik beku
: 68 F
Titik tuang
: 65.3 F
4.
SG adalah 0.892
Harga APItrue adalah 27.132
5.
viskositas kinematik
= ( )xT
Vk = 0.00869 x 435 = 3.78 Cs
96
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN
6.
7.
= 78C
= 172.4 F
= 90.5 C = 194.9 F
DAFTAR PUSTAKA
98
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI BALIKPAPAN