Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Affra Cahyo W
Annisa Soraya P
Dian Hidayati
Fadhillah Idris
Farah Agriana
Pembimbing:
dr. Marisa, M. Gizi
Abstrak
Latar belakang: Terkadang sulit untuk memilih agen anti-thrombotic yang tepat
untuk pencegahan sekunder pada pasien stroke dengan risiko perdarahan yang tinggi.
Baru-baru ini, Eicosapentaenoic Acid (EPA) dilaporkan mengurangi kekambuhan
stroke pada pasien hiperkolesterolemia tanpa mengingkatkan risiko stroke hemoragik.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek penggunaan EPA sebagai pencegahan
sekunder pada pasien stroke dengan kekambuhan
Metode: Pada peelitian ini, sampel yang dipakai adalah pasien stroke yang
mengalami screening dan mendapat EPA terus menerus sebanyak 71 orang dengan
rata-rata usia 69.7 tahun. Berdasarkan riwayat stroke sebelumnya, semua sampel
diklasifikasikan menjadi grup stroke hemoragik (HS grup) sebanyak 10 orang dan
grup stroke iskemik (IS grup) sebanyak 61 orang.
Hasil: Kekambuhan stroke pada HS grup tidak diobservasi. Kekambuhan stroke
iskemik terjadi pada 6 orang pada IS grup, akan tetapi tidak ada terjadi kekambuhan
stroke hemoragik selama penelitian. Pasien stroke rekurren menunjukkan peningkatan
serum kolesterol atau disfungsi ginjal.
Kesimpulan: Stroke hemoragik tidak terjadi selama penelitian ini. Kondisi klinis
pasien stroke iskemik dengan kekambuhan dan mendapatkan EPA didapatkan
komplikasi dislipidemia dan disfungsi ginjal
Kata Kunci: Stroke rekurren; Pencegahan sekunder; Agen anti-platelet, Asam
Eicosapentaenoic
1. Pendahuluan
Pengobatan utama untuk pencegahan stroke yang biasa diberikan selama ini
adalah agen anti-platelet, akan tetapi dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan
dan kekambuhan kembali dari stroke iskemik. Sehingga pemberian agen anti-platelet
mengalami dilema saat pemberiannya pada pasien yang memiliki risiko perdarahan
yang tinggi.
Asam Eicosapentaenoic adalah salahsatu asam lemak esensial yang terkandung
pada minyak ikan. EPA dilaporkan dapat mengurangi kandungan serum trigliserida
dan low density lipoprotein (LDL), menghambat agregasi platelet, dan mengurangi
penebalan dinding arteri. Sehingga disimpulkan oleh Japan EPA Lipid Intervention
Study (JELIS), EPA dapat mengurangi tingkat kejadian stroke tanpa meningkatkan
kemungkinan perdarahan.
pengobatan utama untuk pencegahan stroke yang biasa diberikan selama ini
adalah agen anti-platelet, akan tetapi dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan
dan kekambuhan kembali dari stroke iskemik. Sehingga pemberian agen anti-platelet
mengalami dilema saat pemberiannya pada pasien yang memiliki risiko perdarahan
yang tinggi.
Sehingga EPA bisa diajukan sebagai kandidat tambahan dari agen antithrombolitik. JELIS merupakan penelitian cohort dengan skala besar, sehingga susah
ditentukan pasien mana yang tepat untuk pemberian EPA sebagai pencegahan
kejadian stroke.
2.
Metode
2.1
Pasien
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Populasi penelitian didapat
dari pasien yang datang ke klinik untuk screening pasien stroke selama Bulan
Oktober 2013. Sampel penelitian yang dimasukkan adalah pasien stroke dengan
diagnosis infark otak asimtomatik dan diberikan EPA lebih dari sebulan. Riwayat
penyakit sebelum dan pengobatann selama ini diambil dari rekam medis. Faktor
risiko vaskular didefinisikan sebagai hipertensi, diabetes melitus, hyperlipidemia,
riwayat minum alkohol, dan merokok. Fungsi ginjal dinilai dengan menghitung
glomerular filtration rate (GFR). Lama pengobatan EPA juga dicantumkan pada tiap
sampel penelitian. Sampel darah diambil dari pemeriksaan terakhir saat stroke terjadi.
Sehingga didapatkan sampel berjumlah 71 orang yang diklasifikasikan menjadi dua
grup: grup stroke hemoragik (HS) sebanyak 10 orang dan grup stroke iskemik (IS)
sebanyak 61 orang.
2.2
Analisa Statistik
Data dipresentasikan sebagai rata-rata standard deviation (SD) pada variabel
Hasil
Pada penelitian ini dilakukan pada 71 pasien yang terdiri dari laki-laki 44 orang
yangdidapatpalingsebentaradalah1bulandanpalinglamaadalah14tahun
dengan ratarata pemakaian EPA adalah 4.19 tahun. Data demografis dan
kondisiklinisHSgrupditampilkanpadatable1
Dikarenakan jumlah sampel pada grup HS sangat kecil dan tidak adanya kekambuhan
dari stroke hemoragik ataupun stroke iskemik. Sehingga pada grup HS tidak
dilakukan analisa statistik
Terjadi penurunan signifikan pada GFR pada pasien infark otak dengan
kekambuhan bila dibandingkan dengan grup lain (p=0.008). kombinasi
penggunaan antitrombolitik agent sangat sedikit ferkuensinya pada pasien
asimtomatik(p=0.001).
4.
Diskusi
Pada penelitian ini sangat jelas menampilkan kondisi klinis dari pasien stroke
iskemik dengan kekambuhan yang diberikan EPA sebagai pencegahan sekunder dari
stroke. Pasien iskemik dengan kekambuhan biasanya diikuti dengan komplikasi
dislipidemia atau disfungsi ginjal.
EPA merupakan asam lemak esensial dan bisa dibeli sebagai suplemen
tambahan
makanan.
Sehingga
ekstrak
EPA dikembangkan
sebagai
anti-
Dari beberapa penlitain telah dilaporkan EPA dapat mengurangi jumlah LDL
dan Triglesirida. Namun demikian konsumsi dari EPA dapat meningkatkan asam
arachinoid yang dapat mengakibatkan
5.
Kesimpulan
Stroke hemoragik tidak terjadi selama penelitian ini. Kondisi klinis pasien
iskemik tetapi tujuan penelitian ini ingin membandingkan stroke iskemik berulang
dan tidak. Analisa pearson dan uji anova dilakukan pada penelitian ini namun
seharusnya dilakukan uji normalisasi terlebih dahulu sehingga jumlah sampel dapat
diketahui jumlahnya sehingga sampel pada penelitian ini terlalu kecil.