You are on page 1of 7

Telaah Jurnal

Asam Eicosapantaenoic Sebagai Pencegahan Sekunder Jangka


Panjang Setelah Stroke Iskemik
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas dalam Menjalankan Kepanitraan Klinik Senior
Pada Bagian/SMF IKM IKK Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Disusun oleh:
Affra Cahyo W
Annisa Soraya P
Dian Hidayati
Fadhillah Idris
Farah Agriana

Ica Rizky Yanda


Putri Balqis
Rica Afdalia
Rizky Amalia Siregar

Pembimbing:
dr. Marisa, M. Gizi

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2016

Abstrak
Latar belakang: Terkadang sulit untuk memilih agen anti-thrombotic yang tepat
untuk pencegahan sekunder pada pasien stroke dengan risiko perdarahan yang tinggi.
Baru-baru ini, Eicosapentaenoic Acid (EPA) dilaporkan mengurangi kekambuhan
stroke pada pasien hiperkolesterolemia tanpa mengingkatkan risiko stroke hemoragik.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek penggunaan EPA sebagai pencegahan
sekunder pada pasien stroke dengan kekambuhan
Metode: Pada peelitian ini, sampel yang dipakai adalah pasien stroke yang
mengalami screening dan mendapat EPA terus menerus sebanyak 71 orang dengan
rata-rata usia 69.7 tahun. Berdasarkan riwayat stroke sebelumnya, semua sampel
diklasifikasikan menjadi grup stroke hemoragik (HS grup) sebanyak 10 orang dan
grup stroke iskemik (IS grup) sebanyak 61 orang.
Hasil: Kekambuhan stroke pada HS grup tidak diobservasi. Kekambuhan stroke
iskemik terjadi pada 6 orang pada IS grup, akan tetapi tidak ada terjadi kekambuhan
stroke hemoragik selama penelitian. Pasien stroke rekurren menunjukkan peningkatan
serum kolesterol atau disfungsi ginjal.
Kesimpulan: Stroke hemoragik tidak terjadi selama penelitian ini. Kondisi klinis
pasien stroke iskemik dengan kekambuhan dan mendapatkan EPA didapatkan
komplikasi dislipidemia dan disfungsi ginjal
Kata Kunci: Stroke rekurren; Pencegahan sekunder; Agen anti-platelet, Asam
Eicosapentaenoic

1. Pendahuluan
Pengobatan utama untuk pencegahan stroke yang biasa diberikan selama ini
adalah agen anti-platelet, akan tetapi dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan
dan kekambuhan kembali dari stroke iskemik. Sehingga pemberian agen anti-platelet
mengalami dilema saat pemberiannya pada pasien yang memiliki risiko perdarahan
yang tinggi.
Asam Eicosapentaenoic adalah salahsatu asam lemak esensial yang terkandung
pada minyak ikan. EPA dilaporkan dapat mengurangi kandungan serum trigliserida
dan low density lipoprotein (LDL), menghambat agregasi platelet, dan mengurangi
penebalan dinding arteri. Sehingga disimpulkan oleh Japan EPA Lipid Intervention
Study (JELIS), EPA dapat mengurangi tingkat kejadian stroke tanpa meningkatkan
kemungkinan perdarahan.
pengobatan utama untuk pencegahan stroke yang biasa diberikan selama ini
adalah agen anti-platelet, akan tetapi dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan
dan kekambuhan kembali dari stroke iskemik. Sehingga pemberian agen anti-platelet
mengalami dilema saat pemberiannya pada pasien yang memiliki risiko perdarahan
yang tinggi.
Sehingga EPA bisa diajukan sebagai kandidat tambahan dari agen antithrombolitik. JELIS merupakan penelitian cohort dengan skala besar, sehingga susah
ditentukan pasien mana yang tepat untuk pemberian EPA sebagai pencegahan
kejadian stroke.
2.

Metode

2.1

Pasien
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Populasi penelitian didapat

dari pasien yang datang ke klinik untuk screening pasien stroke selama Bulan
Oktober 2013. Sampel penelitian yang dimasukkan adalah pasien stroke dengan
diagnosis infark otak asimtomatik dan diberikan EPA lebih dari sebulan. Riwayat
penyakit sebelum dan pengobatann selama ini diambil dari rekam medis. Faktor
risiko vaskular didefinisikan sebagai hipertensi, diabetes melitus, hyperlipidemia,

riwayat minum alkohol, dan merokok. Fungsi ginjal dinilai dengan menghitung
glomerular filtration rate (GFR). Lama pengobatan EPA juga dicantumkan pada tiap
sampel penelitian. Sampel darah diambil dari pemeriksaan terakhir saat stroke terjadi.
Sehingga didapatkan sampel berjumlah 71 orang yang diklasifikasikan menjadi dua
grup: grup stroke hemoragik (HS) sebanyak 10 orang dan grup stroke iskemik (IS)
sebanyak 61 orang.
2.2

Analisa Statistik
Data dipresentasikan sebagai rata-rata standard deviation (SD) pada variabel

continous dan persentase pada variabel kategori. Kondisi klinis sebelumnya


dibandingkan pada pasien asimtomatik, pasien dengan Infark otak tanpa kekambuhan,
dan pasien infark otak dengan kekambuhan. Tes non-parametrik one-way ANOVA
pada variabel continous dan uji pearson untuk variabel kategorik. Semua uji statistik
dilakukan dengan menggunakan JMP9 Software.
3.

Hasil
Pada penelitian ini dilakukan pada 71 pasien yang terdiri dari laki-laki 44 orang

dan wanita 27 orang. Rata-rata usianya 69.712.1tahun.LamapemberianEPA

yangdidapatpalingsebentaradalah1bulandanpalinglamaadalah14tahun
dengan ratarata pemakaian EPA adalah 4.19 tahun. Data demografis dan
kondisiklinisHSgrupditampilkanpadatable1

Dikarenakan jumlah sampel pada grup HS sangat kecil dan tidak adanya kekambuhan
dari stroke hemoragik ataupun stroke iskemik. Sehingga pada grup HS tidak
dilakukan analisa statistik

Data demografis dan kondisi klinis IS grup ditampilkan pada table 2.


Pada grup IS tidak didapatkan adanya kekambuhan stroke hemoragik dan
didapatkan6orangmengalamikekambuhanstrokeiskemik.Semuakejadian
kasuskekambuhanstrokeiskemiktidakdidapatkanpadapasienasimtomatik.
Selanjutnyadilakukanperbandinganantarakarakteristikklinisdenganpasien
asimtomatik,pasieninfarkotakdengankekambuhan,danpasieninfarkotak
tanpakekambuhan.
Tingkatserumtrigliseridadidapatkanpeningkatansignifikanpadapasien
infarkotakdengankekambuhanbiladibandingkandengangruplain(p=0.046).
Tingkatserumcreatininejugadidapatkanpeningkatansignifikanpadapasien
infarkotakdengankekambuhanbiladibandingkandengangruplain(p=0.001).

Terjadi penurunan signifikan pada GFR pada pasien infark otak dengan
kekambuhan bila dibandingkan dengan grup lain (p=0.008). kombinasi
penggunaan antitrombolitik agent sangat sedikit ferkuensinya pada pasien
asimtomatik(p=0.001).

4.

Diskusi
Pada penelitian ini sangat jelas menampilkan kondisi klinis dari pasien stroke

iskemik dengan kekambuhan yang diberikan EPA sebagai pencegahan sekunder dari
stroke. Pasien iskemik dengan kekambuhan biasanya diikuti dengan komplikasi
dislipidemia atau disfungsi ginjal.
EPA merupakan asam lemak esensial dan bisa dibeli sebagai suplemen
tambahan

makanan.

Sehingga

ekstrak

EPA dikembangkan

sebagai

anti-

hyperlipidemia agent dan diberikan sebagai pengobatan yang diakui di Jepang.


Penelitian menunjukkan bahwa pasien hiperlipidemia yang diobati dengan EPA dan
golongan statin memberikan hasil yang lebih baik daripada pemberian golongan
statin saja. Penelitian juga menunjukkan bahwa ditemukan adanya pengurangan dari
kadar LDL dan C-Reaktif pada pasien dengan DM tipe 2 yang diberikan EPA.

Dari beberapa penlitain telah dilaporkan EPA dapat mengurangi jumlah LDL
dan Triglesirida. Namun demikian konsumsi dari EPA dapat meningkatkan asam
arachinoid yang dapat mengakibatkan

regulasi positif dari prostaglandin dan

tromboksan. Pasien dengan stroke berulang menunjukkan adanya peningkatan serum


kreatinin dan peningkatan GFR.
Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif. Sampelnya adalah pasien yang
secara terus-menerus mendapatkan terapi EPA. Meskipun demikian terdapat
kemungkinan terdapat beberapa pasien yang telah berhenti konsumsi EPA atau
mereka yang ter follow up. Jadi bias pada penelitian ini yaitu terdapat beberapa pasien
dengan konsumsi EPA yang tidak sama jumlahnya.

5.

Kesimpulan
Stroke hemoragik tidak terjadi selama penelitian ini. Kondisi klinis pasien

stroke iskemik dengan kekambuhan dan mendapatkan EPA didapatkan komplikasi


dislipidemia dan disfungsi ginjal
6.

Kritik dan Saran


Pada penelitian ini membahas semua stroke dan tidak terfokus pada stroke

iskemik tetapi tujuan penelitian ini ingin membandingkan stroke iskemik berulang
dan tidak. Analisa pearson dan uji anova dilakukan pada penelitian ini namun
seharusnya dilakukan uji normalisasi terlebih dahulu sehingga jumlah sampel dapat
diketahui jumlahnya sehingga sampel pada penelitian ini terlalu kecil.

You might also like