You are on page 1of 34

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Perusahaan daerah didirikan bertujuan untuk melaksanakan kegitan
pembangunan daerah dalam rangka pengembangan perekonomian di daerah
dan untuk membentuk sumber enerimaan bagi daerah. Oleh karena itu,
perusahaan daerah diharapkan mampu menjalankan fungsinya dengan sebaikbaiknya dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya dalam
memberikan jasa pelayanan yang bersifat vital dengan mengutamakan
kepentingan umum maupun kontribusinya dalam menambah pendapatan asli
daerah melalui hasil yang dicapainya.
Bagi setiap perusahaan, baik swasta maupun perusahaan daerah peranan
akuntansi sangat penting, sebagai sarana penyajian informasi keuangan bagi
pihak-pihak yang berkepentingan. Tanggung jawab bagian keuangan
perusahaan adalah memberikan informasi keuangan secara berkala yang
berupa laporan keuangan. Laporan keuangan tidak saja mempunyai arti yang
penting bagi perusahaan, tetapi juga bagi pihak-pihak di luar perusahaan.
Laporan keuangan dijadikan daasar untuk menentukan atau menilai posisi
keuangan perusahaan dengan melakukan analisa laporan keuangan. Hasil
analisa tersebut bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dapat
dijadikan acuan pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan yang di hasilan dari proses akuntansi umumnya
adalah neraca, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan. Neraca menggambarkan jumlah asset, utang dan ekuitas
dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan laporan laba rugi
memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh entitas perusahaan serta
biaya yang terjadi selama periode tertentu dan laporan perubahan ekuitas
menunjukan

sumber-sumber

dan

penggunaan-penggunaan

yang

mengakibatkan terjadinya perubahan ekuitas perusahaan. Laporan arus kas


menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara
kas serta kemampuan perusahaan untuk menggunakan kas dan setara kas
tersebut, sedangkan catatan atas laporan keuangan menjelaskan tentang

gambaran umum perusahaan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang


diterapkan. Salah satu pos yang terdapat dalam neraca Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kabupaten Tabalong yang nilainya besar adalah asset tetap.
Asset tetap dalam neraca yang dibahas merupakan asset tetap berwujud yang
digunakan oleh perusahaan daerah untuk kegiatan usahanya, tidak
dimaksudkan untuk diperjual belikan dan mempunyai masa manfaat serta
mempunyai nilai yang material. Manfaat yang dihasilkan asset tetap
umumnya semakin lama semakin menurun, kecuali manfaat yang dihasilkan
oleh tanah, untuk itu perlu adanya pengakuan terhadap penurunan nilai asset
tetap tersebut, hal ini akan mempengaruhi laba rugi.
Perusahaan daerah perlu menganalisis ketepatan perlakuan akuntansi
asset tetap serta melakukan penyusutan asset tetap yang dimiliki dan
dikoreksi terhadap perlakuan akuntansi asset tetap agar sesuai dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 16 tahun 2009) yang
berlaku. Dalam penyajian asset tetap di dalam laporan keuangan seharusnya
membebankan biaya depresiasi yang dimiliki secara konsisten dari tahun ke
tahun, agar nilai buku dari asset tetap dapat diketahui pada akhir periode dan
pengalokasian asset tetap tidak terlalu besar serta biaya depresiasi asset tetap
dibebankan ke laba rugi menjadi ada.
Mengingat pentingnya akuntansi asset tetap, maka dalam perlakuan
akuntansi asset tetap harus berpedoman pada suatu aturan yang sudah
ditetapkan, yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK) apabila laporan
keungan yang dibuat tersebut disajikan bagi pihak luar perusahaan, selain itu
dalam menggunakan metode atau prosedur akuntansi hendaknya perusahaan
menerapkan secara konsisten dari tahun ketahun. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah pihak yang berkepentingan dalam mengadakan analisa
perbandingan laporan keuangan suatu periode tertentu dengan periode
sebelumya, agar dapat menggambarkan secara jelas sifat dan perkembangan
yang dialami perusahaan dari waktu kewaktu.
PDAM Kabupaten Tabalong merupakan perusahaan milik daerah yang
didirikan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Tabalong. Selama
ini dalam pengakuan asset tetap berwujudnya tidak berpedoman pada Standar

Akuntansi Keuangan (SAK), seperti adanya pengadaan pipa transmisi dan


distribusi oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tabalong sejak tahun 2013
sampai 2015 yang telah dimanfaatkan oleh PDAM untuk mendistribusikan air
kepada pelanggan, tetapi pengadaan pemasangan pipa tersebut tidak diakui
sebagai asset tetap berwujud karena belum diserahkan oleh pemerintah
kabupaten Tabalong (belum jelas statusnya), seharusnya PDAM Tabalong
mengakui pengadaan pemasangan pipa tersebut sebagai asset tetap berwujud
dan menyajikan nilai pengadaannya dalam neraca serta membebankan
penyusutan selama umur manfaatnya dan menyajikan beban penyusutannya
dalam laporan laba-rugi karena manfaat ekonomis telah mengalir ke entitas
dan dikuasai oleh perusahaan. Tetapi, pengakuan pengadaan pemasangan
pipa ini menjadi asset tetap berwujud yang dikuasai oleh perusahaan belum
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan bahwa asset tetap
berwujud tersebut belum diserahkan oleh pemerintah kabupaten Tabalong.
Pengukuran awal asset tetap yaitu biaya-biaya perolehan asset tetap pada
PDAM Kabupaten Tabalong meliputi harga perolehan/harga belinya termasuk
semua biaya yang dikeluarkan samapi asset tetap tersebut siap untuk
digunakan sedangkan penyajian asset tetap berwujud dalam neraca dicatat
sebesar harga perolehn dikurangi akumulasi penyusustan. Pengubgkapan
asset tetap berwujud di dalam catatan atas laporan keuangan PDAM
Kabupaten Tabalong belum mengungkapkan tentang penggunaan model
biaya sebagai dasar pengukuran dalam menentukan jumlah tercatat asset tetap
berwujud, metode penyusutan yang digunakan adalah metode saldo menurun
untuk asset tetap kelompok bukan bangunan dan metode garis lurus untuk
asset tetap kelompok bangunan, tariff penyusutan yang digunakan adalah
berdasarkan Undang-undang perpajakan (UU Nomor 10 tahun 1994) yang
diubah terakhir dengan UU Nomor 17 tahun 2000. Selain itu, terdapat
perhitungan beban penyusunan tahun 2015 yang kurang tepat, sehingga
berpengaruh terhadap penyajian asset tetap berwujud dalam neraca dan
penyajian beban penyusutan asset tetap berwujud dalam laporan laba-rugi,
serta terdapat banyak asset tetap kelompok kendaraan/alat angkut, peralatan
dan inventariskantor yang telah habis umur manfaatnya dan tidak digunakan

lagi dalam kegiatan operasi perusahaan, seharusnya aset tetap tersebut


diklasifikasikan sebagai asset lain-lain. Suatu aktiva mempunyai masa guna
lebih dari 1 periode akuntansi, mempunyai nilai yang relative besar, dan tidak
untuk dijual kembali, tetapi bila aktiva tersebut tidak digunakan dalam
aktivitas usaha perusahaan sehari-hari, maka aktiva tersebut tidak dapat
diklasifikasikan sebagai aktiva tetap, lebih tepat diklasifikasikan sebagai
aktiva lain-lain. ( Ahmad SyafiI Syakur, 2009:223-224). Berdasarkan latar
belakang diatas, penulis tertarik untuk mengangkat topic skripsi : Perlakuan
Akuntansi Aset Tetap Berwujud pada Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kabupaten Tabalong.
1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : Bagaimana perlakuan akunttansi asset tetap berwujud

1.3.

1.4.

pada PDAM Kabupaten Tabalong?


Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah perlakuan akuntansi asset
tetap berwujud pada PDAM Kabupaten Tabalong pada tahun 2015
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perlakuan
akuntansi asset tetap berwujud pada PDAM Kabupaten Tabalong.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Bagi PDAM Kabupaten Tabalong
Memberikan saran mengenai bagaimana perlakuan asset tetap
berwujud yang sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK No 16 tahun 2009)
b. Bagi Pihak lain
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
bagi penelitian selanjutnya
2. Menambah pengetahuan dan wawasan dalam melakukan
penelitian yang berkaitan dengan akuntansi keuangan,
khususnya tentang perlakuan akuntansi asset tetap
berwujud.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Akuntansi
AICPA dalam Zaki Baridwan (2008:1) menyatakan bahwa :
Akuntansi

adalah

suatu

kegiatan

jasa.

Fungsinya

adalah

menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat


keuangan, dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam
pengambilan

keputusan-keputusan

ekonomi

dalam

memilih

alternatif-alternatif dari suatu keadaan.


Ditinjau dari sudut pemakainya,akuntansi dapat didefinisikan
sebagai suatu disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi
kegiatan-kegiatan suatu organisasi. (Al. Haryono Jusup, 2009:4)
Apabila ditinjau dari sudut kegiatannya, akuntansi dapat
didefinisikan

sebagai

prpses

pencatatan,

penggolongan,

peringkasan, pelaporan, dan penganalisisan data keuangan suatu


organisasi. (Al. Haryono Jusup, 2009:5)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa

akuntansi

adalah

proses

pencatatan,

penggolongan,

peringkasan dan pelaporan data kuantitatif dari suatu entitas untuk


kemudian dibuat laporan keuangan dan oleh pemakai laporan
keuangan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dan
mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan.
2.1.2. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data
keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
(Munawir, 2004:2)
Laporan keuangan adalah data keuangan atau aktivitas suatu
perusahaan yang disusun atau disajikan untuk memenuhi kebutuhan
sejumlah besar pemakai. Dengan demikian laporan keuangan
bersifat umum, artinya tidak dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pihak tertentu. Laporan keuangan menunjukkan apa yang
telah dilakukan pihak manajemen (pimpinan perusahaan) atau
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang digunakan.
Hal ini berarti laporan keuangan bersifat historis yaitu laporan
mengenai kejadian yang telah terjadi.
2.1.3. Komponen-komponen Laporan Keuangan
Menurut IAI (2009:1.2) laporan keuangan yang lengkap terdiri
atas komponen-komponen berikut ini :
a. neraca;
b. laporan laba rugi;
c. laporan perubahan ekuitas;
d. laporan arus kas;
e. catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan setidaknya disajikan secara tahunan. Apabila
tahun buku perusahaan berubah dan laporan keuangan tahunan
disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari

periode satu tahun, maka sebagai tambahan terhadap periode


cakupan laporan keuangan, perusahaan harus mengungkapkan:
a. alasan penggunaan periode pelaporan selain periode satu
tahunan; dan
b. fakta bahwa jumlah komparatif dalam laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan tidak dapat diperbandingkan. (IAI, 2009:1.6-1.7)
2.1.4. Pengertian Aset ( Aktiva) Tetap
Menurut IAI (2009:16.2) pengertian asat tetap adalah asset
berwujud yang :
a. dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyedian barang
atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administrative; dan
b. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Menurut Warren, Reeve, Fess (2006:504) : Aktiva tetap (fixed
assets) merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif
permanen. Mereka merupakan aktiva berwujud (tangible asset)
karena terlihat secara fisik. Aktiva tersebut dimiliki dan digunakan
oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian
dari operasi normal.
Menurut Zaki Baridwan (2008:271) pengertian aktiva tetap
adalah: Aktiva-aktiva berwujud yang sifatnya relatif permanen
yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa asset tetap adalah asset berwujud yang dikuasai (baik yang
diperoleh dari hasil pembelian, pertukaran, sumbangan maupun
penyertaan pemerintah) yang digunakan dalam kegiatan operasi
perusahaan dan digunakan selama lebih dari satu periode.
2.1.5. Pengakuan Aset Tetap
Menurut IAI (2009:16.2) biaya perolehan asset tetap
diakui sebagai asset jika dan hanya jika:

harus

a. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan beerkenaan


dengan asset tersebut akan mengalir ke entitas; dan
b. Biaya perolehan asset dapat diukur secara andal
Jadi, biaya perolehan asset tetap harus diakui sebagai asset tetap
perusahaan jika biaya perolehannya dapat diukur secara andal dan
manfaat ekonomis dari asset tetap tersebut mengalir ke entitas
walaupun dari segi hokum belum ada pengalihan kepemilikan.
Tetapi hal ini harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
2.1.6. Pengukuran Awal Aset Tetap
Menurut IAI (2009:16.4) suatu asset tetap yang memenuhi
kualifikasi untuk diakui sebagai asset pada awalnya harus diukur
sebesar biaya perolehan.
1) Komponen Biaya Perolehan
Biaya-biaya perolehan asset tetap meliputi:
a. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak
pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikyrangi
diskon pembelian dan potongan-potongan laikn;
b. Biaya-biaya yang dapat didistribusikan secara langsung
untuk membawa asset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan
agar asset tetap siap digunakan sesuai dengan keinginan dan
maksud manajemen;
c. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan asset
tetap dan restorasi lokasi asset.
Contoh biaya yang dapat didistribusikan secara langsung adalah:
a.
b.
c.
d.
e.

Biaya imbalan kerja;


Biaya penyiapan lahan untuk pabrik;
Biaya handling dan penyerahan awal;
Biaya perakitan dan instalasi;
Biaya pengujian asset apakah berfungsi dengan baik, setelah
dikurangi hasil bersih penjualan produk yang dihasilkan

sehubungan dengan pengujian tersebut; dan


f. Komisi professional.
2) Pengukuran Biaya Perolehan
Menurut IAI (2009:16.5) biaya perolehan asset tetap
adalah setara dengan nilai tunainya dan diakui pada saat
terjadinya. Jika pembayaran untuk suatu asset ditangguhkan

hingga melampaui jangka waktu kredit normal, perbedaan


antara nilai tunai dengan pembayaran totalnya diakui sebagai
beban bunga selama periode kredit.
Biaya perolehan dari suatu asset tetap diukur pada nilai
wajar, kecuali:
a. Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; dan
b. Nilai wajar dari asset yang diterima dan diserahkan tidak
dapat diukur secara andal.
3) Hibah Pemerintah
asset tetap yang diperoleh dari hibah pemerintah tidak
boleh diakui sampai diperoleh keyakinan bahwa:
a. Entitas akan memenuhi kondisi atau prasyarat hibah tersebut;
dan
b. Hibah akan diperoleh. (IAI, 2009:16.6)
2.1.7. Cara-cara Perolehan Aset (aktiva ) Tetap
Menurut Zaki Baridwan (2008:278-288) aktiva tetap data
diperoleh dengan berbagai cara, di mana masing-masig cara
perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Berikut
ini akan dibicararkan masing-asing perolehan:
1) Pembelian Tunai
Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai
dicatat dalam buku-buku dengan jumlah sebesar uang yang
dikeluarkan. Dalam jumlah uang yang dikeluarkan untuk
memperoleh aktiva tetap termsuk harga faktur dan semua biaya
yang dikeluarkan agar aktiva tetap tersebut siap untuk diakai,
seperti biaya angkut, premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik
nama, biaya pemasangan dan biaya percobaan, semua biaya-biaya
di atas dikapitalisasi sebagai harga perolehan aktiva tetap.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa harga
perolehan

aktiva tetap yang diperoleh dari pembelian tunai

dicatat sebesar harga beli dan semua biaya yang dikeluarkan


sampai aktiva tetap tersebut siap utuk digunakan.
2) Pembelian secara Lumpsum/Gabungan
Apabila dalam suatu pembelian diperoleh lebih dari satu
macam aktiva tetap maka harga perolehan harus dialokasikan
pada masing-masing aktiva tetap. Menurut PSAK No. 16 ; harga
perolehan dari setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan

ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut


berdasarkan perbandingan nilai wajar setiap aktiva yang
bersangkutan.
Apabial harga pasar masing-massing aktiva tidak diketahui,
alokasi harga perolehan dapat dilakukan dengan menggunakan
dasar surat bukti pembayaran pajak(misalnya pajak bumi dan
bangunan). Jika tidak ada dasar yang dapat digunakan untuk
alokasi harga perolehan maka aloksinya didasarkan pada putusan
pimpinan perusahaan.
Jadi, aktiva tetap yang diperoleh dari pembelian secara
gabungan dicatat sebesar jumlah alokasi nilai wajar masingmasing aktiva. Jika nilai wajar masing-masing aktiva tidak
diketahui, penentuan harga perolehan menggunakan dasar surat
bukti pembayaran pajak. Jika tidak ada dasar yang dapat
digunakan maka alokasi harga perolehannya

berdasarkan

kebijakan pimpinan perusahaan.


3) Perolehan melalui Pertukaran
a. Ditukar dengan Surat-surat Berharga
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan
saham atau obligasi perusahaan, dicatat dalam buku seharga
harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai
penukar. Apabila harga pasar saham atau obligasi itu tidak
diketaui, harga perolehan aktiva tetap ditentukan sebesar
harga pasar aktiva tersebut. Kadang-kadang harga pasar surat
berharga dan aktiva tetap yang ditukar kedua-duanya tidak
diketahui, dalam keadaan seperti ini nilai pertukaran
ditentukan oleh keputusan pimpinan perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas, dapt disimpulkan bahwa
harga perolehan aktiva tetap yang diperoleh melalui
pertukaran dengan surat berharga dicatat sebesar harga pasar
saham atauobligasi yang diserahkan. Jiak harga passer saham
atau obligasi tidak diketahui, harga perolehan aktiva tetap
dicatat sebesar harga pasar aktiva tetap yang diterima. Jika
harga pasar saham atau obligasi dan aktiva tetap tidak
10

diketahui, maka harga perolehan aktiva tetap ditentukan


berdasarkan kebijakan pimpinan perusahaan.
b. Ditukar dengan Aktiva yang Lain
Banyak pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara
tukar-menukar, atau sering disebut tukar tambah, dimana
aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva baru,
baik seluruhnya atau sebagian dan kekurangannya dibayar
tunai.
Biaya perolehan dari suatu asset tetap diukur pada nilai
wajar kecuali:
a) Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial;
atau
b) Nilai wajar dari asset yang diterima dan diserahkan tidak
dapat diukur secara andal, (IAI, 2009:16.5)
A. Pertukaran Aktiva tetap yang Tidak Sejenis
Pertukaran aktiva tetap tidak sejenis adalah pertukaran
aktiva tetap yang sifat dan fungsiya tidak sama. Perbedaan
antara nilai wajar aktiva tetap yang diserahkan dengan
nilai wajar yang digunakan sebagai dasar pencatatan
aktiva yang diperoleh pada tanggal transaksi terjadi harus
diakui sebagai laba atau rugi pertukaran aktiva tetap.
Penentuan harga perolehan dalam pertukaran seperti ini
harus didasarkan pada nilai wajar aktiva tetap yang
diserahkan ditambah uang yang dibayarkan. Bila nilai
wajar aktiva yang diserahkan tidak dapat diketahui, maka
harga perolehan aktiva baru didasarkan pada nilai wajar
aktiva beru.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
aktiva tetap yang diperoleh dari pertukaran dengan aktiva
tetap yang tidak sejenis maka harga erolehannya adalah
sebesar nilai wajar aktiva tetap yang diserahkan ditambah
uang yang dibayarkan. Jika tidak diketahui nilai wajar
aktiva tetap yang diserahkan, maka harga perolehannya
didasarkan pada nilaiwajar aktiva tetap yang baru. Laba
atau rugi yang timbul dari transaksi pertukaran aktiva tetap

11

yang tidak sejenis harus diakui dan dilaporkan dalam


laporan laba rugi.
B. Pertukaran Aktiva tetap Sejenis
Pertukaran aktiva tetap yang sejenis adalah pertukaran
aktiva tetap yang sifat dan fungsinya sama. Dalam
hubungannya dengan aktiva yang sejenis PSAK No. 16
menyatakan bahwa laba atau rugi yang timbul akibat
perbedaan nilai wajar aktiva tetap yang diperoleh dengan
yang diserahkan tidak boleh diakui sehingga selisihnya
akan digunakan untuk mengoreksi nilai wajar aktiva yang
diperoleh. Bila terdapat selisih nilai wajar, maka nilai
wajar aktiva tetap baru ditetapkan sebesar nilai buku
aktiva yang dilepaskan. Sebaliknya bila nilai buku aktiva
yang dilepaskan lebih tinggi dari nilai wajar aktiva yang
diterima, maka nilai buku aktiva yang diserahkan harus
diturunkan (write down), dan nilai baru sesudah penurunan
digunakan sebagai niali wajar aktiva yang diterima.
Apabila dalam transaksi pertukaran itu perusahaan harus
membayar ung dengan jumlah tertentu, maka harga
perolehan aktiva yang diterima sama dengan nilai buku
aktiva yang dilepaskan ditambah uang yang dibayarkan.
Sebaliknya apabila perusahaan menerima uang dalam
transaksi pertukaran itu, maka harga perolehan aktiva yang
diterima adalah sebesar nilai buku aktiva yang dilepaskan
dikurangi uang yang diterima.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulakan bahwa
aktiva tetap yang diperoleh dari pertukaran dengan aktiva
tetap yang sejenis maka harga perolehannya adalah
sebesar nilai buku aktiva tetap yang diserahkan ditambah
uang yang dibayarkan jika perusahaan harus membayar
uang. Jika perusahaan menerima uang dalam transaksi
pertukaran, maka harga erolehannya adalah sebesar nilai
buku aktiva yang diserahkan dikurangi uang yang

12

diterima. Laba atau rugi yangtimbul dari selisih nilai wajar


aktiva tetap yang diperoleh dan diserahkan tidak boleh
diakui.
C. Pembelian Angsuran
Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian
angsuran, maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak
boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik
jelas-jelas dinyatakan maupun yang tidak dinyatakan
tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan
dibebankan sebagai biaya bunga.
Jadi, harga perolehan aktiva tetap yang diperoleh dari
pembelian angsuran adalah sebesar harga tunai aktiva
tetap tersebut. Bunga selama masa angsuran dibebankan
sebagai biaya bunga pada periode bersangkutan.
D. Dieroleh dari Hadiah/Donasi
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah/donasi,
pencatatannya bias dilakukan menyimpang dari prinsip
harga perolehan. Untuk menerima hadiah, mungkin
dikeluarkan biaya-biaya, tetapi biaya-biaya tersebut jauh
lebh kecil dari nilai aktiva tetap yang diterima. Apabila
aktiva dicatat sebesar biaya yang sudah dikeluarkan, maka
hal ini akan menyebabkan jumlah aktiva dan modal terlalu
kecil, juga beban depresiasi menjadi terlalu kecil. Untuk
mengatas keadaan ini maka aktiva yang diterima sebagai
hadiah dicatat sebesar harga pasarnya.
Berdasarkan uraian di atas, harga perolehan aktiva
tetap yang diperoleh dari hadiah atau donasi dicatat
sebesar harga pasar aktiva tetap yang diterima
E. Aktiva yang Dibuat sendiri
Dalam hal harga pokok aktiva yang dibuat lebih
rendah daripada haega beli di luar, selisihnya merupakan
penghematan biaya dan tidak boleh diakui sebagai laba.
Tetapi apabila harga pokok aktiva yang dibuat itu lebih
tinggi daripada harga beli di luar (dengan kualitas yang
sama) maka selisih yang ada diperlakukan sebagai

13

kerugian, sehungga aktiva akan dicatat dengan jumlah


sebesar harganya yang normal. Apabila pembuatan aktiva
itu menggunakan dana yang berasal dari pinjaman, maka
bunga

pinjaman

selama

masa

pembuatan

akan

dikapitalisasi dalam harga perolehan aktiva. Sesudah


aktiva

itu

selesai

dibuat,

biaya

Bunga

pinjaman

dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Biyabiaya lain yang timbul dalam masa pembuatan aktiva,
dibebankan sebagai harga perolehan aktiva tetap.
Jadi, harga perolehan aktiva tetap yang dibuat sendiri
adalah sebesar niali terkecil antara biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk pembuatan aktiva tetap sampai aktiva
tetap tersebut siap untuk digunakan dengan harga pasar
atau harga beli kepada pihak lain.
2.1.8. Penentuan Harga Perolehan Aset(Aktiva) Tetap
Agar sejalan dengan prinsip akuntansi yang lazim, aktiva
tetap harus dicatat sebesar harga perolehannya. Harga perolehan
meliputi semua pengeluaran yang diperlukan unruk mendapatkan
aktiva, dan pengeluaran-pengeluaran lain agar aktiva siap untuk
digunakan. (Al. Haryono Jusup,2009:155)
Menurut Zaki Baridwan (2008:274-276) penentuan harga
perolehan aktiva tetap berwujud dapat diuraikan berdasarkan jenis
aktiva berikut ini:
a. Tanah
Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya
perusahaan dicatat dalam rekening tanah. Apabila tanah itu tidak
digunakan dalam usaha perusahaan maka dicatat dalam rekening
investasi jangka panjang. Harga perolehan tanah terdiri dari
berbagai elemen seperti (a) harga beli, (b) komisi pembelian, (c)
bea balik nama, (d) biaya penelitian tanah, (e) iuran-iuran(pajakpajak selama tanah belum dipakai, (f) biaya merobohkan
bangunan lama, (g) biaya perataan tanah, pembersihan dan
pembagian, (h) pajak-pajak yang menjadi beban pembeli pada
waktu pembelian tanah.
b. Bangunan
14

Gedung yang diperoleh dari pembelian, harga perolehannya


harus dialokasikan pada tanah dan gedung. Biaya yang
dikapitalisasi sebagai harga peolehan gedung adalah (a) harga
beli, (b) biaya perbaikan sebelum gedung itu dipaki, (c) komoso
pembelian, (d) bea balik nama, (e) pajak-pajak yang menjadi
tanggungan pembeli pada waktu pembelian. Apabila gedung
dibuat sendiri maka harga perolehan gedung terdiri dari (a) biayabiaya pembuatan gedung, (b) biaya perencanaan, gambar dan
lain-lain, (c) biaya pengusuhan izin bangunan, (d) pajak-pajak
selama masa pembangunan gedung, (e) bunga selama masa
pembuatan gedung, (f) asuransi selama masa pembangunan.
c. Mesin dan Alat-alat
Harga perolehan mesin dan alat-alat adalah (a) harga beli, (b)
pajak-pajak yang menjadi beban pembeli, (c) biaya angkut, (d)
asuransi selama dalam perjalanan, (e) biaya pemasangan, (f)
biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin.
Apabila mesin yang dibuat sendiri maka harga perolehannya
terdiri dari semua biaya yang dikeluarkan untuk membuat mesin.
d. Alat-alat Kerja
Alat-alat kerja yang dimiliki bias berupa alat-alat untuk
mesin atau alat-alat tangan seperti drei, catut, pukul besi dan lainlain. Karena harga perolehannya relatif kecil maka biasanya alatalat ini tidak didepresiasikan tetapi diperlakukan sebagai berikut:
1. Pada waktu pembeliaan dikapitalisasi, kemudian setiap akhir
periode dihitung fisiknya, selisihnya dicatat sebagai biaya
untuk periode itu dan rekening alat-alat kerja dikredit, atau
2. Dikapitalisasi sebagai aktiva dengan jumlah tertentu dan
dianggap sebagai persediaan normal, kemudian setiap kali
pembelian baru dibebankan sebagai biaya.
e. Pattern dan Dies/ Cetakan-cetakan
Cetakan-cetakan yang dipaki untuk produksi dalam beberapa
periode dicatat dalam rekening aktiva tetap dan didepresiasi
selama umur ekonomisnya. Tetapi jika cetakan itu dipakai hanya
untuk memproduksi pesanan khusus, maka harga perolehannya
dibebankan sebagai biaya produksi pesanan tersebut.

15

f. Perabot (Mebelair) dan Alat-alat Kantor


Harga perolehan erabot atau alat-alat kantor adalah harga
beli, biaya angkut dan pajak-pajak yang menjdi tanggungan
pembeli.
g. Kendaraan
Harga perolehan kendaraan adalah harga faktur, bea baik
nama dan biaya angkut. Harga perolehan kendaraan ini
didpresiasi selama masa kegunaannya.
h. Tempat Barang yang dapat Dikembalikan (Returnable Cotainer)
Returnable container adalah barang-barang yang dipakai
sebagai tempat dari produk yang dijual seperti botol, drum, tangki
dan lain-lain. Apabila tempat barang itu bias dikembalikan maka
harga jual tidak termasuk harga tempat barang tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpukan bahwa harga
perolehan aktiva tetap adalah sebesar harga beli ditambah semua
biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut siap untuk
digunakan.
2.1.9. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal Aset Tetap
Menurut IAI (2009:16.6) suatu entitas harus memilih model
biaya (cost model) atau model revaluasi (revaluation model) sebagai
kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap
seluruh asset tetap dalam kelompok yang sama.
a. Model Biaya
Setelah diakui sebagai asset, suatu asset tetap dicatat
sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai asset.
b. Model Revaluasi
Setelah diakui sebagai asset, suatu asset tetap yang nilai
wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah
revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang
terjadi setelah tanggal revaluasi.
Menurut IAI (2004:16.8) aktiva teta* disajikan berdasarkan
nilai perolehan aktiva tersebut dikurangi akumulasi penyusutan.
Perbedaan antara Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK No. 16 tahun 2009) dengan PSAK No. 16 Tahun 2004 adalah

16

terdapat pada pengukuran setelah pengakuan awal asset tetap yaitu


dalam PSAK No. 16 Tahun 2009 suatu entitas harus memilih model
biaya (cost model) atau model revaluasi (revaluation model) sebagai
kebijakan akuntansinya. Berdasarkan model biaya (cost model), asset
tetap dicatat berdasarkan biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai asset. Berdasarkan
model revaluasi (revaluation model), asset tetap dicatat berdasarkan
nilai wajar dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai,sedangkan dalam PSAK No. 16 tahun 2004,
perusahaan dianjurkan menggunakan model biaya yaitu aktiva tetap
disajikan

berdasarkan

nilai

perolehan

dikurangi

akumulasi

penyusutan.
Contoh perhitungan model revaluasi:
1) Accounting for revaluation
ASBE dalam Amin Widjaja Tunggal (2009:130-135)
menyatakan bahwa: to record the effects of the revaluation, IAS
16 provides for two methods:
a. Both the gross carrying amount and the accumulated
depreciation of the asset are restated proportionately in order
to give a net carrying amount equal to the net revalued
amount; or
b. The accumulated depreciation is eliminated and the net
revalued amount is treated as the new gross carrying amount
of the asset.
Illustration 6.15
To illustrate the two methods of accounting for the revaluation of
fixed assets, assume that JKL Enterprise carries in its books a
building with a cost of RMB 10,000,000 and an accumulated
depreciation of RMB 2,000,000 and that the building is to be
revalued to RMB 12,000,000
Under method (a)

17

Both the gross carrying amount of RMB 10,000,000 and the


accumulated depreciation of RMB 2,000,000 should be restated
such that after the restatement, the net carrying amount (gross
carrying amount less accumulated depreciation) is equal to the
revalued amount of RMB 12,000,000 and the fact that the
building was 20% depreciated is still maintained. The journal
entry will be as follows:
RMB
5,000,000

RMB

Dr Fixed assets-Building
Cr Accumulated depreciatin
1,000,000
Cr Revaluation reserve
4,000,000
The figures for the journal entry may be calculated as follows:
a. Revaluation reserve is to be credited with the revaluation
surplus of RMB 4,000,000 [revalued amount of RMB
12,000,000 less carrying amount of RMB 8,000,000 (RMB
10,000,000- RMB 2,000,000)]; and
b. The amount credited to accumulated depreciatin is to be
20% of the amount debitedto building so that the
relationship (that the building is 20% depreciated) is
maintained. Denoting the amount to be debited to building
as RMBX, the amount to be credited to accumulated
depreciation will be 20% of RMBX. An arithmetic equation
may therefore be derived as (X-0.2X = 4,000,000). Solving the
equation will yield X = 5,000,000. Thus, the amount to be
debited to building will be RMB 5,000,000 and the amount
to be credited to accumulated depreciation will be RMB
1,000,000.
Note that after revaluation, the net carrying amount is equal
to the revalued amount of RMB 12,000,000 and the
relationship between the accumulated depreciation and the
gross carrying amount ( the building is 20% depreciated) is
maintained, as shown below:
RMB

18

Fixed assets-Building
Accumulated depreciation
Net carrying amount
Under method(b)
The accumulated depreciation is eliminated and

15,000,000
3,000,000
12,000,000
the gross

carrying amount is adjusted such that the new gross carrying


amount is equal to the revalued amount. The journal entry to
record the revalution of building in the above case will be as
follows:

Dr Fixed assets-Building
Dr accumulated depreciation
Cr Revalution reserve

RMB
2,000,000
2,000,000

RMB
4,000,000

The figures for the journal entry may be calculated as follows:


a. Revaluation reserve is to be credited with the revaluation
surplus of RMB 4,000,000 [revalued amount of RMB
12,000,000 less carrying amount of RMB 8,000,000 (RMB
10,000,000-RMB 2,000,000)];
b. accumulated depreciation amount is to be eliminated, and
therefore the amount debited to accumulated depreciation
is RMB 2,000,000; and
c. Buildingis to be debited with the balancing figure. Given
that the debit to accumulated depreciationis RMB
2,000,000and the amount for revaluation reserveis RMB
4,000,000, the amount to be debited to building will
therefore be RMB 2,000,000
Note that after revaluation, the building will be carried in the
booksnas if it were a new asset where the gross carrying amount
is equal to the revalued amount, as shown below:

Fixed assets-Building
Accumulated depreciation
Net carrying amount

19

RMB
12,000,000
12,000,000

Note that, under the both methods, the net carrying amount of the
building is RMB 12,000,000, and that the revaluation reserve is
RMB 4,000,000 which is the difference between the revalued
amount of RMB 12,000,000 and the old net carrying amount of
RMB 8,000,000 .
2) Depreciation of revalued assets
a. Illustration 6.16
Assume that MNO Enterprise acquired a building at a cost of
RMB 50,000,000. The building was expected to have a useful
life of 50 year with no residual value, and was depreciated
using the straight line method. After 10 years, when the
building was carried in the books at RMB 40,000,000, it was
revalued to its fair market value of RMB 60,000,000. Assume
also that at the date of revaluation, the building was
estimated to have another 40 years of useful life and no
residual value.
The depreciation charge for the building for each of the next
40 years would be RMB 1,500,00 (RMB 60,000,000/40).
Notre that before the revaluation, the annual deoreciation
charge for the building for each of the firdt 10 yers had been
RMB 1,000,000 (RMB 50,000,000/50)
b. Illustration 6.17
Refer to the revaluation of the building in illustration 6.16
above. In this case, the depreciation charge of RMB
1,500,000 and the gradual transfer of the revaluatioj surplus
of RMB 20,000,000 for each of the years subsequent to the
revaluation may be recorded as follows:

RMB
Dr depreciation expense
1,500,000
Cr accumulated depreciation
(to record depreciation for the year)
Dr revaluation reserve
Cr retained earnings
20

RMB
1,500,000

500,000
500,000

(to record gradual transfer of the revaluation surplus)


Note that the surplus of RMB 500,000 to be transferred each
year has to be done through a direct transfer to the retained
earnings and not through the profit or loss. The amount is the
difference between depreciation of RMB 1,500,000 based on
the assets revalued carrying amount and depreciation of
RMB 1,000,000 based on the asset original cost.
Note also that when the building is fully depreciated in 40
years time, the revaluation reserve of RMB 20,000,000 will
be fully realized.
3) Disposal of revalued asset
Illustration 6.18
Assume that PQR Enterprise purchased a piece of land at a cost
of RMB 10,000,000 in 2001. Revalued it to RMb 16,000,000 in
2006, and sold it for RMB 18,000,000 in 2008.
The journal entries to record the disposal transaction in 2008
will be as follows:

Dr cash in bank
Cr fixed assets-land
Cr Non-operating

RMB
18,000,000

16,000,000
2,000,000

revenue-

profit on disposal of fixed assets


Dr revaluation reserve
Cr retained earnings

RMB

6,000,000
6,000,000

2.1.10. Biaya-biaya Selama Masa Penggunaan Aset (Aktiva) Tetap


Menurut Zaki Baridwan (2008:289-291) aktiva tetap yang
dimiliki dan digunakan dalam usaha perusahaan akan memerlukan
pengeluaran-pengeluaran

yang

tujuannya

adalah

agar

dapat

memenuhi kebutuhan perusahaan. Pengeluaran-pengeluaran tersebut


dapat dikelompokkan menjadi:
1) Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi dapat merupakan biaya yang jumlahnya kecil
jika reparasinya biasa, dan jumlahnya cukup besar jika
reparasinya besar. Biaya pemeliharaan merupakan biaya yang

21

dikeluarkam untuk memelihara aktiva agar tetap dalam kondisi


yang baik.
Karena biaya rearasi dan pemeliharaan itu sering terjadi
(berulang-ulang), dapat disimpulkan bahwa manfaat biaya-biaya
tersebut hanya dalam periode terjdinya, sehingga dicatat sebagai
biaya (pengeluaran pendapatan)
Ada dua cara untuk mencatat biaya reparasi besar yaitu:
a. Menambah harga perolehan aktiva tetap, apabila biaya ini
dikeluarkan untuk menaikkan nilai kegunaan aktiva dan tidak
menambah umurnya.
b. Mengurangi akumulasi

depresiasi,

apabila

biaya

ini

dikeluarkan untuk memperpanjang umur aktiva tetap dan


mungkin juga nilai residunya. Karena jumlah akumulasi
depresiasi berkurang berarti nilai bukunya menjadi bertambah
besar. Perhitungan depresiasi untuk tahun-tahun berikutnya
harus direvisi sesuai dengan perubahan nilai buku aktiva dan
umur ekonomis yang baru.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya
reparasi dan pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk
memelihara atau menjaga agar aktiva tetap selalu dalam kondisi
yang baik dan bertujuan agar aktiva tetap bersangkutan mampu
menjalankan fungsinya secara optimal selama umur manfaatnya.
Ada dua cara untuk mencatat biaya reparasi besar, yaitu:
a. Menambah harga perolehan, jika biaya yang dikeluarkan
bertujuan

untuk

meningkatkankemampuan

aktiva

tetap,

misalnya peningkatan kapasitas produksi.


b. Mengurangi akumulasi depresiasi, jika biaya yang dikeluarkan
mengakibatkan penambahan umur manfaat aktiva tetap yang
bersangkutan.
2) Penggantian
Penggantian

adalah

biaya

yang

dikeluarkan

untuk

mengganti aktiva atau suatu bagian aktiva dengan unit yang baru
yang tipenya sama. Penggantian seperti ini biasanya terjadi
karena aktiva lama sudah tidak berfungsi lagi (rusak).
Penggantian bagian-bagian aktiva yang biayanya kecil
diperlakukan dengan cara yang sama seperti reparsi kecil. Apabila
22

bagian-bagian yang diganti itu biayanya cukup besar, maka harga


perolehan bagian itu dihapuskan dari rekeninga aktiva dan diganti
dengan harga perolehan yang baru. Begitu juga dengan akumulasi
depresiasi untuk bagian yang diganti dihapuskan.
Jadi, penggantian adlah biaya yang dikeluarkan untuk
mengganti bagian aktiva tetap yang mengalami kerusakan atau
tidak dapat berfungsi secara optimal, jika biaya penggantian yang
dikeluarkan cukup besar maka perlakuannya adalah dengan
menghapuskan bagian harga perolehan yang diganti dengan
semua biaya yang dikeluarkan untuk penggantian sedangkan
akumulasi depresiasi bagian yang diganti juga dhapuskan.
3) Perbaikan (Betterment/Improvement)
Perbaiakn adalah penggantian suatu aktiva dengan aktiva
baru untuk memperoleh kegunaan yang lebih besar. Perbaikan
yang biayanya kecil dapat diperlakukan seperti reparasi biasa,
tetapi perbaikan yang memakan biaya yang besar dicatat sebagai
aktiva

baru. Aktiva

lama

yang

diganti

dan

akumulasi

depresiasinya dihapuskan dari rekening-rekeningnya.


Jadi, perbaikan merupan sejenis reparasi besar yang
dilakukan terhadap suatu aktiva tetap agar diperoleh peninngkatan
umur manfaat aktiva tetap yang bersangkutan. Pengeluaran ini
dicatat dengan mengurangi akumulasi depresiasi aktiva tetap
tersebut.
4) Penambahan (Addition)
Penambahan adalah memperbesar atau memperluas fasilitas
suatu aktivba seperti penambahan ruang dalam bangunan, ruang
parker dan lain-lain. Biaya-biaya yang timbul dalam penambahan
dikapitalisasi

menambah

harga

perolehan

depresiasikan selama umur ekonomisnya.


Biaya yang dikeluarkan untuk

aktiva

penambahan

dan

di

harus

dikapitalisasi pada nilai tercatat aktiva tetap yang bersangkutan


dengan cara ditambahkan pada harga perolehannya.
5) Penyusunan kembali aktiva tetap (Rearrangement)
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam penyusunan kembali
aktiva atau perubahan route produksi,atau untuk mengurangi

23

biaya produks, jika jumlahnay cukup berarti dan manfaat


penyusunannya kembali itu akan dirasakan lebih dari satu periode
akuntansi maka harus di kapitalisasi.
Menurut Kieso, Weygant, Warfield (2007:24) secara umum,
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat masa depan
yang lebih besar harus dikapitalisasi, sementara pengeluaran yang
hanya ditujukan untuk mempertahankan tingkat pelayanan
tertentu harus dianggap sebagai beban. Agar biaya-biaya ini dapat
dikapitalisasi, tiga kondisi berikut harus dipenuhi:
a. Umur manfaat aktiva harus meningkat;
b. Kuantitas unit yang diproduksi oleh aktiva harus meningkat
c. Kualitas unit yang diproduksi harus ditingkatkan.
2.1.11. Penyajian Aset Tetap
Jumlah tercatat (carrying amount) adalah niali yang disajikan
dalam neraca setelah dikurangi akumulasi penyusustan dan
akumulasi rugi penurunan nilai. (IAI,2009:16.2)
Jadi, asset tetap disajikan dalam neraca sebesar nilai buku yaitu
harga perolehan asset tetap dikurangi dengan akumulasi penyusutan
dan akumulasi rugi penurunan nilai asset.
2.1.12. Pengungkapan asset Tetap
Menurut IAI (2009:16.2) laporan keuangan mengungkapkan,
untuk setiap kelompok asset tetap:
a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumalah
tercatat (bruto);
b. Metode penyusutan yang digunakan
c. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan
d. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan
dengan akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir
periode; dan
e. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode.
2.1.13. Penggolongan Aset (Aktiva) Tetap
Menurut Ahmad SyafiI Syakur (2009:224-225) aktiva tetap
dapat dikelompokkan dalam beberapa macam kelompok ditinjau dari
beberapa sudut pandang,yaitu:

24

1) Ditinjau dari umurnya, aktiva tetap berwujud dapat dibedakan


menjadi dua,yaitu:
a. Aktiva tetap berwujud yang mempunyai umur tidak
terbatas,misalnya

tanah

untuk

bangunan.

Jenis

aktiva

demikian ini tidak perlu dilakukan depresiasi


b. Aktiva tetap yang mempunyai umur terbatas. Jrnis aktiva ini
dapat dikelompokkan menjadi dua,yaitu:
a) Aktiva tetap berwujud yang dapat diperbaharui, missal:
gedung, kendaraan, mesin, peralatan dan lain-lain
b) Aktiva tetap yang berwujud yang tidak dapat diperbaharui,
misalnya konsesi tanah tambang.
Terhadap aktiva tetap berwujud yang mempunayi umur
terbatas ini pada setiap akhir periode harus dilkukan
depresiasi/deplesi
2) Ditinjau dari mobilitasnya, aktiva tetap dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a. Aktiva tetap berwujud bergerak, yaitu aktiva tetap berwujud
yang dapat dengan mudah berpindah atau dipindahkan.
Misalnya: kendaraan. Peralatan, dll.
b. Aktiva tetap berwujud tidak bergerak, misalnya :tanah,
gedung ,dll
3) Ditinjau dari kemampuan mengembangkan diri , maka aktiva
tetap berwujud dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Aktiva tetap berwujud yang tidak dapat mengembangkan diri,
misalnya: tanah, gedung, kendaraan, dll
b. Aktiva tetap berwujud yang dapat mengembangkan diri,
misalnya: sapi perah, sapi indukan, ayam petelor, dll
4) Ditinjau dari undang-undang perpajakan, aktiva tetap berwujud
dibedakan menjadi empat, yaitu:
a. Golongan I, yaitu aktiva tetap berwujud selain bangunan yang
mempunyai umur ekonomis sampai 4 tahun, misalnya:
peralatan, mebel, kendaraan, truk ringan dan lain-lain.
b. Golongan II, yaitu aktiva tetap berwujud selain banguan yang
mempunyai umur ekonomis diatas 4 tahun sampai dengan 8

25

tahun, misalnya: mebel dan peralatan yang terbuat dari logam,


truk berat, mobil tangki dan lain-lain.
c. Golongan III, yaitu aktiva tetap berwujud selain bangunan
yang mempunyai umur ekonomis lebih dari 8 tahun sampai 20
tahun, misalnya: mesin-mesin yang menghasilakn peralatan,
mesin-mesin produksi dan lain-lain.
d. Golongan IV, yaitu aktiva tetap berwujud yang berupa tanag
dan bangunan.
2.1.14. Penentuan Umur Suatu Aset (Aktiva) Tetap
Menurut IAI (2009:16.2) umur manfaat (useful life) adalah:
a. Suatu periode dimana asset diharapkan akan digunakan oleh
entitas; atau
b. Jumalah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan
diperoleh dari asset tersebut oleh entitas.
2.1.15. Depresiasi (Penyusutan) Aset (Aktiva) Tetap
Menurut IAi (2009:16.8) : Setiap bagian dari asset tetap yang
memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya
perolehan seluruh asset harus disusutkan secara terpisah.
Menurut Ahmad Syafii Syakur (2009:232) : Depresiasi
penyusutan merupakan suatu system akuntansi yang bertujuan untuk
mengalokasikan bagian dari harga perolehan dari suatu aktiva tetap
berwujud sebagai beban dalam perhitungan laba-rugi selama masa
manfaat yang ditetapkan secara sistematis dan rasional.
Tidak semua aktiva tetap berwujud dapat disusutkan, kecuali
bila aktiva tetap tersebut mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode
akuntansi;
b. Memiliki masa manfaat yang terbatas
c. Ditahan oleh perusahaan untuk digunakan dalam produksi,
memasok barang atau jasa, untuk disewakan atau tujuan
administrasi.
Penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan aktiva tetap
menjadi beban yang dilaporkan dalm laporan laba-rugi selama umur
manfaat aktiva tetap bersangkutan. Karakteristik aktiva tetap
berwujud yang dapat disusutkan adalah sebagai berikut:
a. Digunakan selama lebih dari satu periode

26

b. Mememiliki umur manfaat


c. Digunakan dalam kegiatan operaasi perusahaan atau disewakan
kepada pihak lain.
Menurut Zaki Baridwan (2008:306) faktor-faktor yang
menyebabkan depresiasi bias dikelompokkan menjadi dua, yakni:
a. Faktor-faktor fisik
Faktor-faktor fisik yang mengurangi fungsi aktiva tetap
adalah aus karena dipakai (wear and lear), aus karena umur
(deterioration and decay) dan kerusakan-kerusakan.
b. Faktor-faktor fungsional
Faktor-faktor fungsional yah membatasi umur aktiva tetap
antara lain, ketidakmampuan aktiva untuk memenuhi kebutuhan
produksi sehingga perlu di ganti dank arena adanya perubahan
permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan.
Menurut Zaki Baridwan (2008:307) ada tiga factor yng perlu
dipertimbangkan dalam menentukan beban depresiasi setiap
periode. Faktor-faktor itu ialah:
a) Harga perolehan (cost)
b) Nilai sisa (residu)
c) Taksiran umur kegunaan ( masa manfaat)
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitug
beban depresiasi periodic. Untuk dapat memilih salah satu metode
hendaknya

dipertimbangkan

keadaan-keadaan

yang

mempengaruhi aktiva tersebut. Metode-metode itu ialah:


a) Metode garis lurus (straight-line method)
b) Metode jam jasa (service-hours method)
c) Metode hasil produksi (productive-output method)
d) Metode beban berkurang ( reducing-charge method)
a. Jumlah angka tahun ( sum of years- digits method)
b. Saldo menurun (declining balance method)
c. Saldo menurun ganda ( double declining balance method)
d. Tarif menurun (declining rate on cost method)
( Zaki Baridwan, 2008:308)
Berikut ini akan diberikan penjelasan tentang penggunaan
metode garis lurus:
a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode ini adalah metode depresiasi yang paling
sederhana dan banyak digunakan. Dalam cara ini beban
depresiasi tiap periode jumlahnya sama (kecuali kalau ada
penyesuaian-penyesuaian).

27

Misalnya: mesin dengan harga perolehan Rp 600.000,00


taksiran nilai sisa (residu) sebesar Rp 40.000,00 dan umurnya
di taksir selama 4 tahun. Depresiasi tiap tahun dihitung sebagai
berikut:
Depresiasi=

HP NS
n

Rp 600.000,00Rp 40.000,00
4

= Rp 140.000,00
Keterangan :
HP = Harga perolehsn (cost)
NS = Nilai sisa (residu)
N

= Taksiran umur kegunaan.

Jika disusun dalam bentuk table, maka perhitungan depresiasi


dan akumulas depresiasi dari mesin di muka adalah sebagai
berikut:

Tabel 2.1
Table Depresiasi- Metode Garis Lurus
Akhir

Debit

Kredit

Total Akuulasi

Nilai Buku

Tahun

Depresiasi

Akumulasi

Depresiasi

Aktiva

ke
1

Depresiasi
Rp 140.000,00

Rp
28

Rp 600.000,00
Rp 140.000,00
460.000,00

2
3
4

140.000,00
140.000,00
140.000,00
Rp 560.000,00

140.000,00
140.000,00
140.000,00
140.000,00
Rp

280.000,00
420.000,00
560.000,00

320.000,00
180.000,00
40.000,00

560.000,00
Sumber : Zaki Baridwan (2008:309) (data diolah kembali)
b. Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining balance
method)
Metode ini, beban depresiasi tiap tahunnya menurun.
Untuk dapat menghitung beban depresiasi yang selalu
menurun, dasar yang digunakan adalah persentase depresiasi
dengan cara garis lurus. Persentase ini dikalikan sua dan setiap
tahunnya dikalikan pada nilai buku aktiva tetap. Karena nilai
buku selalu menurun maka beban depresiasi juga selalu
menurun.
Misalnya darri contoh di muka, depresiasi dengan cara
garis lurus adalah sebesar Rp 140.000,00 tiap tahunnya.
Jumlah ini jika dihitung dari harga perolehan adalah sebesar
23,33%. Jiak dihitung dari jumlah yang didepresiasi (Rp
560.000,00) adaalah sebesar 25%. Tarif 25% ini dikalikan 2
menjadi 50%, depresiasi tiap tahun dihitung sebagai berikut:

Tahu

Debit Depresiasi

Kredit

Total

Nilai Buku

Akumulasi

Akumulasi

Mesin

50% X Rp 600.000,00

depresiasi
Rp

Depresiasi
Rp

Rp 300.000,00

= Rp 300.000,00
300.000,00
300.000,00
50% X Rp 300.000,00
150.000,00
450.000,00

150.000,00

= Rp 150.000,00
50% X Rp 150.000,00

75.000,00

525.000,00

75.000,00

= Rp 75.000,00
50% X Rp 75.000,00

37.500,00

562.500,00

37.500,00

= Rp 37.500,00
29

Sumber : Zaki Baridwan (2008:315) (data diolah kembali)


Perhitungan depresiasi terhadap asset tetap perusahaan
setiap periodenya metode yang digunakan adalah metode garis
lurus untuk asset tetap berwujud bangunan dan metode saldo
menurun ganda untuk asset tetap berwujud bukan bangunan.
Dimana metode ini relatif sederhana dan mudah diterapkan. Di
sini, penulis menguraikan tentrang metode depresiasi garis
lurus dan saldo menurun ganda, karena metode ini yang
dianalisis dengan metode penyusutan yang digunakan oleh
PDAM Kabupaten Tabalong.
2.1.16. Penurunan Nilai Aset
Rugi penurunan nilai( impairment loss) adalah jumlah yang
diturunkan dari nilai tercatat hingga menjadi sebesar nilai yang dapat
diperoleh kembali dari asset. (IAI,2009:48.2)
Nilai yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount)
adalah nilai tertinggi antara harga jual neto dengan nilai pakai (value
in use)suatu asset. (IAI, 2009:48.1)
Nilai pakai (value in use) adalah nilai sekarang dari taksiran
arus kas yang diharapkan akan diterima atas penggunaan asset dan
penghentian penggunaaan asset pada akhir massa manfaatnya.
( IAI, 2009:48.2)
Menurut IAI (2009:48.2-48.3) pada setiap tanggal neraca,
perusahaan harus mereview ada atau tidaknya indikasi penurunan
nilai asset. Jika terdapat indikasi penurunan nilai asset, perusahaan
harus menaksir jumlah yang dapat diperoleh kembali dari asset
tersebut.
Dalam pengidentifikasian terdapat atau tidaknya penurunan
nilai asset, paling tidak perusahaan harus mempertimbangkan hal-hal
berikut ini:
1) Informasi dari luar perusahaan
a. Selama periode tertentu, nilai pasar asset telah turun secara
signifikan

melebihi

penurunan

akibat

proses

normal

depressiasi (amortisasi)
b. Telah terjadi dalam periode tertentu atau akan terjadi dalam
waktu dekat perubahan memburuk yang signifikan dalam

30

teknologi, pasar, kondisi ekonomi atau hukum tempat


perusahaan beroperasi, atau dalam pasar produk atau jasa
yang dihasilkan dari asset tersebut
c. Selama periode tertentu, tarif diskonto pasar (tingkat
kembalian investasi pasar) telah meningkat, dan peningkatan
ini cendrung akan menurunkan nilai asset yang dapat
diperoleh

kembali

secara

material.

2) Informasi dari dalam perusahaan:


a. Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik asset
b. Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan
signifikan yang bersifat merugikan sehubungan dengan cara
penggunaan asset
c. Terdapat bukti dari pelaporan internal yang menunjukkan
bahwa kinerja ekonomi asset tidak memenuhi harapan atau
akan lebih buruk dari yang diharapkan, dan asset yang pada
tahun terakhir sebelumnya disajikan sebesar nilai pakainya
d. Arus kas sesungguhnya secara material lebih kecil dari arus
kas takiran, sebelum diperhitungkan diskonto
2.2.

Kerangka Pikir
Penelitian ini diawali dari adnya permasalahan pengakuan dan
pengukuran asset tetap di dalam laporan keuangan yang disajikan oleh pihak
manajemen PDAM Kebupaten Tabalong yang tidak berpedoman dengan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK), oleh karena itu harus dilakukan analisis
terhadap perlakuan akuntansi asset tetap berwujud yang sesuai dengan SAK.
Kerangka piker dari permasalahan tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:

31

Bagan 2.1
Kerangka Pikir
Akuntansi Aset Tetap

SAK

PDAM

Perlakuan
Akuntansi Aset
Tetap Berwujud

Perlakuan
Akuntansi Aset
Tetap Berwujud
yang
dilaksanakan
PDAM

Analisis

Perlakuan Akuntansi Aset


Tetap Berwujud yang
sesuai dengan SAK

32

BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriftif yang memberikan
gambaran fakta-fakta fenomena secara sistematis, factual dan akurat
dengan pendekatan studi kasus mengenai asset tetap, di mana penulis dapat
langsung menganalisis data ke sumber data PDAM
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian PDAM yang beralamat di Jalan Kamboja No. 01,
Tanjung Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan 71513.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif
dan data kuantitatif, sebagai berikut:
Data kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang dapat dikategorisasi tetapi tidak
dapat dikuantitatifkan. Data kualitatif yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu:
Gambaran umum PDAM Kabupaten Tabalong
Struktur organisasi dan tata kerja
Dasar pengukuran asset tetap PDAM Tabalong
Dasar pengukuran asset tetap PDAM Tabalong
Dasar penyajian asset tetap PDAM Tabalong
Dasar pengungkapan asset tetap PDAM Tabalong
Data Kuantitatif
Data kuantitatif menunjukkan jumlah atau banyaknya sesuatu. Data
kuantitatif yang digunakan adalah:
Daftar rincian asset tetap tahun 2015
Neraca per 31 desember 2015
Laporan laba-rugi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
desenber 2015
b. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dlam penelitian ini adalah:
Data Primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber asli. Data primer yang digunakan

33

adalah kebijakan mengenai perlakuan akuntansi asset tetap

berwujud yang dijalankan oleh pihak perusahaan.


Data Sekunder
Data Sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data
sekunder yang digunakan berupa daftar rincian asset tetap
tahun 2015, neraca per 31 desember 2015, laporan laba rugi

untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 desenber 2015.


4. Teknik Pengumpulan Data
a. Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan, meneliti,
dan mempelajari dokumen atau catatan dan laporan-laporan yang ada.
b. Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara
langsung dengan pihak PDAM Tabalong
5. Teknik Analisis data
a. Mengumpulkan data-data kuantitatif, yaitu:
Daftar rincian asset tetap tahun 2015
Neraca per 31 Desember 2015
Laporan Laba-rugi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2015
b. Mengumpulkan data-data kualitatif, yaitu:
Gambaran umum PDAM Kabupaten Tabalong
Struktur organisasi dan tata kerja
Dasar pengakuan asset tetap PDAM Tabalong
Dasar pengukuran asset tetap PDAM Kabupaten Tabalong
Dasar penyajian asset tetap PDAM Kabupaten Tabalong
c. Dasar pengungkapan asset tetap PDAM Kabupaten Tabalong
Menganalisis data yang dikumpulkan berdasarkan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK No. 16 tahun 2009), untuk mengetahui
dan mengevaluasi apakah perlakuan asset tetap berwujud sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan.
d. Membuat kesimpulan dan memberikan saran terhadap permasalahan
asset tetap sesuai dengan PSAK No. 16.

34

You might also like