You are on page 1of 26

Bab 6

Bukti audit

Dalam sebuah bisnis ataupun perekonomian, audit menjadi hal yang sangat penting
sekali dikarenakan audit dapat menimbulkan kepercayaan yang lebih kepada para pihak yang
berkepentingan, contohnya saja pada suatu perusahaan, suatu audit sangat diperlukan oleh
para pemegang saham atau pihak yang akan menanam saham guna memantau ataupun
melihat kondisi dan perkembangan perusahaan dimana para pemegang saham mempunyai
hak milik tanpa adanya suatu intervensi dari pihak manapun baik manajemen atau karyawaan
perusahaan tersebut.
Bukti audit merupakan suatu konsep yang mempunyai nilai fundamental dalam hal
audit, dan hal tersebut dinyatakan dalam standar pekerjaan lapangan ketiga. IKA atau ikatan
akuntansi Indonesia mempunyai penilaian tentang bukti bahwa : Bukti audit yang cukup
kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengajuan pernyataan, pengamatan , dan
konfirmasi yang digunakan sebagai dasar yang pantas untuk menyatakan pendapat akan suatu
hasil laporan keuangan auditan. Pekerjaan auditor independen dalam hal memberikan
argumen atau pendapat atas sebuah laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mengevaluasi
dan mendapatkan bukti audit. Jarak untuk informasi ini sangat bermacam-macam
kemampuannya dalam mempengaruhi auditor salah satunya untuk memutuskan apakah
prinsip akuntansi yang berlaku umum telah digunakan untuk menyusun laporan keuangan.
Perbandingan karakteristik bukti eksperimen ilmiah dan audit atas laporan
keuangan:
Dasar Perbandingan
Penggunaan Bukti

Eksperimen Ilmiah
Menentukan pengaruh obat

Audit Laporan Keuangan


Menentukan apakah laporan
keuangan

Sifat bukti yang digunakan

Hasil
eksperimen

Pihak yang mengevaluasi ilmuwan


bukti

telah

disajikan

wajar
pengulangan Berbagai jenis bukti audit
yang dihasilkan oleh auditor,
pihak ketiga, dan klien
Auditor

Kepastian kesimpulan yang Bervariasi dari yang tidak Tingkat


diperoleh dari bukti

pasti sampai hampir pasti

Sifat kesimpulan

Merekomendasikan
tidak

Konsekuensi

umum

atau Menerbitkan salah satu dari

penggunaan obat itu


dari Masyarakat

bukti

tidak

efektif

yang

tinggi

merekomendasikan beberapa

kesimpulan yang salah dari menggunakan

kepastian

alternatif

laporan audit
akan Para
pemakai

jenis
laporan

obatyang mengambil keputusan salah


atau dan auditor dapat dituntut.

membahayakan

Ukuran keabsahan (validity) suatu bukti bertujuan untuk bahan pertimbangan auditor
independen. Sangat bervariasinya bukti audit memberikan pengaruh terhadap kesimpulan
seorang auditor independen pada saat memberikan opini atas hasil audit laporan keuangan.
Ketepatan waktu, relevansi, objektivitas, dan keberadaan bukti audit lain yang menguatkan
dan kesimpulan, keseluruhannya akan mempengaruhi terhadap kompetensi bukti.
Dalam pengumpulan bukti dibutuhkan pendekatan, pengumpulan bukti dilakukan dari (2)
dua arah dengan cara simultan (top-down & bottom-up) dibawah ini akan dijelaskan 2 (dua)
pendekatan, yaitu antara lain :
1. Top-down audit evidence

Bertujuan untuk memperoleh pengetahuan mengenai perusahaan klien dan


mengembangkan keinginan auditor terhadap laporan keuangan

Memberikan fokus kepada perolehan industri klien dan pemahaman bisnis,


penggunaan sumber2 untuk mencapai tujuan, tujuan & sasaran manajemen,
proses bisnis yang utama, keunggulan kompetitif organisasi klien, earnings
dan cash flow yang dihasilkan.

2. Bottom-up audit evidence

Bertujuan memperoleh bukti-bukti yang mendukung transaksi-transaksi serta


saldo-saldo akun dalam suatu laporan keuangan

Memberikan fokus kepada pengujian yang dilakukan secara langsung terhadap


saldo-saldo akun, transaksi2, dan menghasilkan saldo-saldo akun dan system
yang mencatat transaksi.

Keputusan Oleh Auditor Yang Berkaitan dengan Bukti Audit


Sebuah

proses penyatuan bukti audit, seorang auditor melakukan 4 (empat)

pengambilan keputusan hal yang saling berhubungan, antara lain:


1. Menentukan prosedur audit apa yang akan digunakan

Guna mengumpulkan bukti audit, seorang auditor mengunakan prosedur audit.


Misalnya prosedur audit disajikan seperti contoh ini :
a. Hitung penerimaan uang kas yang belum dapat disetor pada tanggal neraca
dan mengawasi uang kas sampai dengan pada saat penyetoran ke bank.
b. Meminta cut-off bank statement yang berasal dari bank dan dikira-kira untuk
jangka waktu sekitar dua minggu setelah tanggal neraca.
c. Melakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik ketersediaan yang
diselenggarakan oleh klien.
2. Menentukan Besarnya Sampel
Keputusan mengenai seberapa banyak unsur yang harus dilakukan pengujian
harus diambil oleh auditor untuk setiap adanya prosedur audit. Besaran sampel
akan berbeda-beda antar audit yang satu lainnya dan dari prosedur yang satu ke
prosedur lainnya.
3. Menentukan Anggota Sampel dengan memilih Unsur Tertentu
Apabila besarnya sampel telah ditentukan untuk suatu prosedur audit tertentu,
maka auditor masih harus memutuskan akan menggunakan unsur mana yang akan
dipilih dan dipilih sebagai anggota sampel yang akan diperiksa.
4. Menentukan Waktu yang Cocok untuk Pelaksanaan Prosedur Audit
Dikarenakan suatu audit terhadap laporan keuangan dilakukan pada suatu jangka
waktu tertentu, misalnya 1 tahun, maka auditor dapat mulai mengumpulkan bukti
audit segera awal tahun. Pada Umumnya, klien menghendaki untuk diselesaikan
dalam jangka waktu satu minggu dan dengan waktu tiga bulan setelah tanggal
neraca.

Jenis Bukti Audit


Dalam memutuskan prosedur audit apa yang akan digunakan, maka auditor dapat
memilihnya dari ke-7 kategori umum bukti audit yang ada di bawah ini. Kategori-kategori
ini, dikenal sebagai jenis-jenis bukti dan disajikan sebagai berikut:
a.

Pengujian fisik (physical examination)


Adalah perhitungan atau inspeksi yang dilakukan oleh seorang auditor atas aktiva
yang berwujud (tangible asset). Jenis ini sering ada kaitannya dengan persediaan
dan kas, melainkan dapat pula diterapkan untuk bermacam-macam verifikasi atas
aktiva tetap yang berwujud surat piutang, serta surat berharga. Pemeriksaan
langsung yang dilakukan auditor secara fisik terhadap aktiva merupakan suatu
cara yang paling objektif guna menentukan kualitas aktiva yang bersangkutan.
Oleh sebab itu, bukti fisik adalah jenis bukti yang paling bisa dipercaya.
Bukti fisik dapat diperoleh melalui prosedur auditing yang berupa observasi,
penghitungan, dan inspeksi. Pada umumnya, biaya untuk memperoleh bukti fisik
sangat tinggi. Bukti fisik berkaitan erat dengan penilaian, atau alokasi asersi
keberadaan dan keterjadian, kelengkapan.

b. Konfirmasi (confirmation)
Konfirmasi menggambarkan suatu penerimaan tanggapan baik secara lisan
maupun tertulis dari pihak ketiga yang independen guna memverifikasikan
keakuratan dari informasi sebagaimana yang diminta oleh seorang auditor.
Permintaan ini ditujukan untuk klien, dan klien juga yang akan meminta pihak
ketiga sebagai independen guna memberikan tanggapan secara langsung kepada
seorang auditor. Konfirmasi-konfirmasi tersebut datang dari berbagai sumber dan
merupakan individu yang independent terhadap klien, oleh karen itu jenis bukti
audit ini sangat dihargai dan merupakan jenis bukti yang sering digunakan,
meskipun banyak menghabiskan waktu dan biaya apabila menggunakan jenis ini.
Terdapat 3 (tiga) jenis konfirmasi antara lain yaitu:
1. Konfirmasi positif, yaitu konfirmasi yang isinya pernyataan tentang
persetujuan atau penolakan terhadap informasi yang ditanyakan kepada
respondennya.

2. Blank confirmation, yaitu konfirmasi yang isinya mengenai saldo atau


informasi lain yang berisi jawaban atas suatu hal yang ditanyakan yang
diberikan oleh respondennya.
3. Konfirmasi negatif, yaitu konfirmasi yang isinya jawaban dari responden
dan hanya jika ia menyatakan ketidak setujuannya pada informasi yang
ditanyakan.
c.

Dokumentasi (documentation)
Dokumentasi dalam audit adalah pengujian auditor atas bermacam-macam
dokumen dan catatan klien guna mendukung informasi yng tersaji atau
seharusnya tersaji dalam sebuah laporan keuangan. Bermacam dokumen yang di
uji oleh auditor adalah catatan yang digunakan klien guna menyediakan informasi
untuk pelaksanaan bisnis yang terorganisasi. dikarenakan pada umumnya setiap
transaksi pada organisasi klien ini biasanya didukung oleh selembar dokumen,
oleh sebab itu jenis bukti audit ini disediakan dalam jumlah yang besar.
Menurut tingkat kepercayaan dan sumber bukti, maka bukti dokumenter dapat
dikelompokkan antara lain sebagai berikut:
1. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar dan setelahnya melalui klien
dikirim kepada auditor.
2. Bukti dokumenter yang disimpan dan dibuat oleh klien.
3. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar dan secara langsung dikirim
kepada auditor.
Dokumentasi merupakan suatu bentuk bukti yang digunakan secara luas pada
setiap dilakukannya penugasan audit dikarenakan pada umumnya jenis bukti ini
telah ada bagi auditor dan dengan biaya perolehan bukti yang biasanya relative
rendah. Jenis bukti ini merupakan satu-satunya dari jenis bukti audit yang siap
pakai dan layak.

d. Prosedur analitis (analytical procedures)


Prosedur Analitis memakai berbagai perbandingan dan hubungan untuk menilai
apakah saldo akun atau data lainnya nampak wajar sesuai dengan prosedur.
e. Wawancara kepada klien (inquiries of the client)

Adalah upaya untuk memperoleh informasi baik secara tertulis maupun lisan dari
klien sebagai tanggapan atas berbagai tanggapan auditor tentang berbagai
pertanyaan yang auditor ajukan. Masalah yang dapat ditanyakan yaitu meliputi
lokasi dokumen, catatan kebijakan akuntansi, dan kemungkinan adanya utang
bersyarat maupun piutang yang lama tidak ditagih, pelaksanaan prosedur
akuntansi yang tidak lazim.
Sekalipun banyak bukti yang diperoleh dari klien dan berasal dari hasil
wawancara ini, maka bukti tersebut tidak dapat dinyatakan sebagai barang bukti
yang meyakinkan dikarenakan tidak diperoleh dari sumber independen atau
barangkali justru cenderung mendukung pihak klien. Oleh sebab itu, saat auditor
memperoleh bukti yang dihasilkan dari wawancara ini, pada dasarnya merupakan
suatu keharusan bagi seorang auditor untuk memperoleh bukti audit yang lainnya
dan lebih meyakinkan melalui berbagai jenis prosedur lainnya.
f.

Hitung uji (reperformance)


Pada hitung uji ini melibatkan akan pengujian kembali dari bermacam
perhitungan dan transfer informasi yang dihasilkan oleh klien pada suatu periode
dan berada dalam periode audit pada jumlah sampel yang diambil oleh seorang
auditor. Pengujian kembali atas bermacam perhitungan ini terdiri dari pengujian
akan keakuratan aritmatis dari klien.

g.

Observasi (observation)
Observasi menggunakan indera perasa untuk menilai suatu aktivitas tertentu.
Sepanjang dilakukan proses audit, terdapat banyak sekali kesempatan bagi auditor
untuk menggunakan indera pendengaran, perasa, penglihatan , dan penciumannya
untuk mengevaluasi berbagai item yang banyak aneka ragamnya. Merupakan
kewajiban auditor untuk menindaklanjuti bermacam-macam kesan pertama yang
didapatnya dan dengan berbagai bentuk bukti audit yang lain dan bersifat nyata.

PERSUASIVITAS BAHAN BUKTI AUDIT


Persuasivitas bahan bukti dapat dilihat dari 2 sisi, yaitu:
1. Ketepatan

Ketepatan bukti adalah adanya ukuran mutu dari bukti yang mempunyai relevansi serta
reliabilitas untuk pemenuhan tujuan audit dalam transaksi, saldo akun dan adanya
pengungkapan yang saling berkaitan. Ketepatan tidak bisa diperbaiki dengan pemilihan
ukuran sampel yang lebih besar, tetapi ketepatan bisa diperbaiki dengan memilih
prosedur audit yang relevan atau yang dapat memberi bukti yang andal. Ketepatan bukti
akan mengacu pada reliabilitas bahan bukti, dan sejauh mana bahan bukti tersebut bisa
diyakini kebenarannya. Terdapat 7 (tujuh) karakteristik ketepatan suatu bukti :
1. Relevansi pada bahan bukti yang dikumpulkan harus sama dengan tujuan audit.
2. Efektifitas Pengendalian Intern yang diperoleh dari suatu perusahaan yang
mempunyai

pengendalian intern yang efektif dan

lebih dapat diandalkan

daripada apabila pengendalian intern lemah.


3. Independensi penyedia data berasal dari sumber lain dan lebih dapat dipercaya
daripada sumber dari dalam perusahaan.
4. Kualifikasi orang yang menyediakan informasi merupakan yang memiliki
kualifikasi lebih dan dapat dipercaya daripada informasi dari orang yang
mempunyai kualitas yang kurang.
5. Pemahaman langsung yang diperoleh auditor merupakan Informasi yang
diperoleh langsung oleh auditor dan lebih dapat diandalkan daripada informasi
tersebut berasal dari orang lain.
6. Ketepatan Waktu ini mengacu kepada kapan bahan bukti tersebut akan
diserahkan, dan mengacu pada periode akuntansi yang dicakup seorang audit.
7. Tingkat Obyektifitas adalah bahan bukti yang bersumber dari luar perusahaan,
seperti faktur pembelian, konfirmasi dll. Bahan bukti subyektif merupakan bahan
bukti yang bersumber dari dalam perusahaan, seperti bentuk dari ayat-ayat jurnal,
salinan faktur penjualan, dll.
2. Kecukupan
Kecukupan dari bahan bukti mengacu pada jumlah bahan bukti yang dikumpulkan,
berapa besar ukuran sampel yang akan diambil. Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi
keputusan ukuran sampel yaitu:
1. Ekspektasi auditor akan kemungkinan salah saji material.
2. Adanya efektifitas pengendalian intern pada perusahaan klien.
Dampak Gabungan

Dengan mempertimbangkan kombinasi antara ketepatan dan kecukupan serta fakfor faktor
yang mempengaruhinya keduanya persuasivitas bukti dapat dievaluasi.
Persuasivitas dan biaya
Penentuan keputusan terkait bukti perlu mempertimbangkan persuasivitas dan biaya. Tujuan
dari auditor adalah memperoleh bukti yang mencukupi dan tepat dengan biaya yang
seminimal mungkin. Tetapi biaya bukan menjadi alasan yang tepat dalam menghilangkan
prosedur yang akan diperlukan atau tidak akan mengumpulkan ukuran dari sampel yang
memadai.
Sifat dan jenis Bukti Audit
1.

Bukti fisik laporan pendukung keuangan


Bukti fisik ini berupa jurnal, buku pembantu, dan buku besar, serta buku pedoman
akuntansi, catatan tidak resmi, dan memorandum, perhitungan dan rekonsiliasi secara
keseluruhan, seperti daftar lembaran kerja yang mendukung alokasi biaya.

Pengendalian Intern Sebagai Bukti


Pengendalian intern yang ada dalam setiap kegiatan perusahaan bisa digunakan
untuk mengecek keandalan data akuntansi dan ketelitian. Seorang auditor harus
mengetahui bahwa kliennya telah mempunyai dan merancang pengendalian intern
dan telah dilaksanakannya dalam kegiatan usahanya sehari-hari, hal tersebut
merupakan bukti yang kuat bagi seorang auditor mengenai keandalan informasi

yang dicantumkan dalam sebuah laporan keuangan.


Catatan Akuntansi Sebagai Bukti
Seorang auditor melakukan verifikasi terhadap suatu jumlah yang tercantum
didalam laporan keuangan, dengan melakukan pengecekan kembali jumlah
tersebut dengan catatan akuntansi. Oleh sebab itu, catatan akuntansi merupakan
bukti audit bagi seorang auditor tentang pengolahan transakasi keuangan yang
dilakukan oleh klien.

2.

Bukti Penguat
Beberapa informasi penguat meliputi segala dokumen misalnya faktur, cek, surat
kontrak, konfirmasi, dan, serta pernyataan dari pihak yang mengetahui berupa

pernyataan tertulis, notulen rapat. Informasi yang diperoleh auditor melalui pengamatan
(observasi), permintaan keterangan/mengajukan pertanyaan (inquiry), pemeriksaan
fisik (physical examination), inspeksi (inspection), serta informasi lain yang
dikembangkan dan ditujukan bagi auditor yang memungkinkan guna menarik
kesimpulan yang berdasarkan dengan alasan yang kuat.
Jenis-jenis dari bukti penguat antara lain :

Bukti fisik diartikan sebagai bukti yang diperoleh dengan cara perhitungan atau
inspeksi aktiva berwujud. Digunakan pada saat mengidentifikasi sesuatu yang akan
atau sedang diperiksa, dan untuk menentukan kuantitas atau eksistensi aktiva serta
untuk menentukan kondisi atau kualitas (penilaian). Mempunyai tingkat keandalan
yang tinggi, misalnya : persediaan aktiva tetap, kas.

Bukti dokumenter yaitu bukti yang berasal dan terbuat dari kertas bertuliskan
angka dan atau huruf atau symbol-symbol dan lainnya yang diperoleh melalui
catatan klien dan pemeriksaan dokumen untuk memperkuat informasi yang akan
disajikan dalam laporan keuangan berdasarkan dengan sumbernya, dan bukti
dokumenter dibagi menjadi 3(tiga) golongan, yaitu:
1.

Bukti yang dibuat pihak luar yang bebas dari tendensi apapun dan yang
dikirimkan langsung pada auditor.

2.

Bukti yang dibuat pihak luar yang bebas dari tendensi apapun yang lalu
disimpan dalam arsip klien.

3.

Bukti yang dibuat dan disimpan dalam file atau organisasi klien.

Bukti yang diperoleh dari pihak luar (eksternal) pada umumnya akan lebih dapat
diandalkan serta dapat dibandingkan dengan yang berasal dari pihak dalam (internal)
perusahaan klien. Tingkat keandalan dari bukti ini akan lebih lagi apabila dikirimkan
secara langsung kepada auditor oleh pihak eksternal.
o Perhitungan Sebagai Bukti (mathemathical evidence)
Auditor melakukan penghitungan kembali dan membandingkannya dengan hasil dari
perhitungan yang dibuat oleh klien. Pada pengecekan kembali ini diartikan untuk
menguji ketelitian dalam perhitungan yang dilakukan oleh klien. Sedangkan untuk
perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor, dapat berupa:

Cross-footing, yaitu dengan pembuktian ketelitian dari penjumlahan horizontal.

Footing, dengan pembuktian ketelitian pada penjumlahan vertikal.

taksiran pajak, penentuan taksiran kerugian piutang usaha, perseroan pembuktian


ketelitian, laba per saham yang beredar, dll.

Pembuktian biaya depresiasi dari ketelitian perhitungan biaya depresiasi.

o Bukti Lisan
Dalam rangka mengumpulkan bukti, maka seorang auditor akan banyak mengajukan
pertanyaan kepada klien dan terutama kepada para manajer. Dari jawaban lisan yang
diperoleh dari wawancara tersebut merupakan tipe dari bukti lisan. Bukti lisan ini
kurang dapat diandalkan sebagai bukti dan masih membutuhkan bukti penguat yang
lain.
o Perbandingan (analitycal evidence)
Untuk menentukan suatu akun atau transaksi yang akan dipecahkan guna
penyelidikan lebih detail dan intensif, maka seorang auditor melakukan analis
terhadap rasio setiap aktiva, penghasilan, biaya dengan saldo, dan utang yang
berkaitan dengan tahun sebelumnya. Dari bukti akan diperoleh melalui penggunaan
rasio dan hubungan guna melihat ada atau tidaknya indikasi akan salah saji material,
tingkat keandalan akan bergantung pada data yang digunakan, misalnya
pembandingan rasio atau saldo dengan data tahun lalu.
Jawaban lisan / tertulis dari pihak luar/ketiga yang independen yang akan
memverifikasi kecermatan sebuah informasi tertentu yang diminta oleh auditor,
informasi yang bersifat faktual, bisanya memiliki tingkat keandalan yang tinggi.
Misalnya : piutang, utang, konfirmasi bank.
o Pernyataan tertulis (written representation)
Pernyataan tertulis (written representations) adalah suatu pernyataan yang dibuat serta
ditanda tangani oleh pihak yang bertanggung jawab dan mengetahui tentang segala
sesuatu hal yang memerlukan penegasan. Untuk jenis bukti ini dapat dibedakan antara
konfirmasi dalam hal bukti tersebut dapat berasal dari internal atau eksternal
perusahaan. Selain itu bukti ini juga lebih bersifat subjektif atau merupakan pendapat
pribadi seseorang tentang sesuatu hal, daripada suatu informasi yang sebenarnya.
Misalnya : surat pernyataan manajemen klien
Ada aturan dari GAAS bahwa auditor harus untuk mendapatkan sebuah pernyataan
tertulis dari manajemen guna memenuhi standar pekerjaan lapangan seorang auditor.
o Bukti dari Spesialis
Spesialis adalah perusahaan atau seorang yang memiliki pengetahuan atau keahlian
khusus dalam bidang selain auditing dan akuntansi. Pada umumnya spesialis yang
digunakan auditor bukan perusahaan atau orang yang mempunyai korelasi dengan
klien.

Jurnal terkait
The role of audit evidence in a strategic audit Oleh Yasuhiro Ohta
Bagaimana risiko suatu audit (kemungkinan kesalahan yang dapat diterima) dan
perubahan komponen ketika auditor telah memperoleh bukti audit dengan model uji
sampling. Risiko inheren dan risiko audit meningkat dengan adanya bukti audit apabila
auditee memiliki motivasi yang cukup kuat untuk melakukan fraud. Risiko deteksi selalu
meningkat ketika bukti audit ditemukan. Jika auditor memiliki motivasi yang cukup kuat
untuk menghindari penolakan, risiko audit juga meningkat dengan bukti audit. Hasil analisis
menunjukkan bahwa membutuhkan auditor untuk memperoleh informasi adalah tidak efektif
dalam mencegah salah saji yang material di beberapa kasus
Model simulasi peneliti sebelumnya yang pernah mengembangkan adalah: Newman
dan Noelss (1989) dengan tujuan untuk menguji kondisi di mana risiko audit meningkat
dengan adanya informasi (kemungkinan kegagalan audit). Patterson (1993) mengembangkan
model simulasi dari Newman dan Noel (1989) untuk model audit dimana seorang auditee
memutuskan apakah akan melakukan fraud dan auditor memilih ukuran sampel, memperoleh
bukti audit dan memutuskan apakah akan menerima pernyataan manajer
Analisa simulasi perbandingan
Model risiko audit
1.

Bagian ini membandingkan risiko audit dan komponen komponennya dalam


dua simulasi. Risiko audit didefinisikan sebagai kemungkinan bahwa auditor
secara tidak sadar gagal mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan.
a. Risiko inheren adalah kemungkinan bahwa pernyataan manajer tunduk
pada salah saji material dengan asumsi bahwa tidak ada pengendalian
terkait.
b. Risiko pengendalian adalah kemungkinan bahwa salah saji tidak dicegah
secara tepat waktu oleh pengendalian internal perusahaan, mengingat
bahwa pernyataan asli manajer mengandung salah saji secara material.
c. Risiko deteksi adalah syarat kemampuan bahwa auditor gagal untuk
mendeteksi salah saji material dimana pengendalian internal perusahaan

2.

gagal untuk mencegahnya.


Risiko inheren

Pertama, perubahan risiko inheren diperiksa. Ketika auditor diperlukan untuk


mendapatkan pemeriksaan bukti, risiko inheren meningkat dengan cukup besar.
Didapat fakta bahwa bukti audit cenderung meningkatkan risiko inheren jika
manajer memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan fraud dan/atau jika
manajer kurang peduli tentang penolakan auditor. Dengan demikian, apakah
bukti audit mengurangi risiko inheren tergantung pada struktur hasil dari
simulasi audit. Mungkin mengejutkan bahwa, dalam beberapa kasus, manajer
3.

melakukan fraud lebih sering ketika auditor memperoleh informasi


Risiko Deteksi
Sehubungan dengan risiko deteksi, proposisi 2 (deteksi risiko) membuktikan
bahwa ketika auditor memperoleh bukti audit, risiko deteksi selalu meningkat.
Hasil ini mungkin terdengar agak berlawanan dengan intuisi, karena informasi
tambahan selalu meningkatkan kemungkinan bahwa auditor akan gagal

4.

mendeteksi kecurangan yang ada.


Risiko Audit
a. Dalam penelitian ini, risiko audit adalah produk dari risiko inheren dan
risiko deteksi. Risiko deteksi meningkat jika auditor memperoleh bukti
audit, risiko audit juga meningkat. Bahkan dalam kasus kasus di mana
risiko inheren menurun, risiko audit dapat meningkat jika efek dari
peningkatan risiko deteksi melebihi efek penurunan risiko inheren. Secara
kasar dapat disimpulkan bahwa dua bagian proposisi menyatakan bahwa
kondisi untuk anomali peningkatan risiko audit kurang parah daripada
kondisi untuk peningkatan anomali risiko inheren.
b. Hal ini karena risiko deteksi selalu meningkat dengan bukti audit dan
peningkatan risiko deteksi mendominasi penurunan risiko inheren dalam
beberapa kasus

Menggunakan simulasi sederhana sampling (simulasi secara simultan yang tidak


memiliki bukti audit).

Masyarakat mengharapkan profesi audit untuk dapat melakukan

pekerjaan yang lebih baik di dalam pencegahan penipuan dan deteksi. Jika semua auditor
secara rutin menggabungkan beberapa unsur ketidakpastian dalam pendekatan audit mereka,
maka profesi audit akan dapat memenuhi harapan ini. Selanjutnya. Jika auditor memiliki
insentif yang cukup kuat untuk menghindari penolakan palsu, maka akan meningkatkan
risiko audit dengan bukti audit. Akibatnya, membutuhkan auditor untuk memperoleh
informasi tambahan dan hal ini tidak efektif untuk mencegah penipuan, setidaknya dalam
beberapa kasus. Namun, ketika bukti audit mengikuti satu atau dua distribusi normal dengan

cara yang berbeda, penemuan bukti audit yang cukup informatif selalu mengurangi risiko
inheren dan risiko audit secara keseluruhan. Artinya peningkatan risiko audit dan komponenkomponennya sebagian disebabkan oleh penemuan bukti audit yang kurang informatif.
Ketepatan Jenis Bukti
Karakteristik untuk menentukan ketepatan adalah reliabilitas dan relevansi. Ketepatan jenis
bukti terdiri dari :
1. Keefektifan pengendalian internal klien berpengaruh terhadap reliabilitas sebagian
besar bukti audit. Dokumen-dokumen internal yang mempunyai pengendalian internal
efektif akan diandalkan karena lebih akurat.
2. Kegiatan pemeriksaan fisik maupun rekalkulasi lebih diandalkan jika pengendalian
internalnya efektif, namun penggunaan kedua bukti itu sangat berbeda, hal ini
membuktikan bahwa penggunaan bukti yang berbeda tapi sama-sama bisa diandalkan.
3. Bukti yang spesifik jarang memberikan bukti audit yang tepat dalam memenuhi
tujuan audit.
Tabel Ketepatan Jenis Bukti
Kriteria untuk menentukan ketepatan
Keefektifan
Jenis Bukti

Independensi

pengendalian

Penyedia

Internal
Klien

Pengetahuan
Langsung
Auditor

Kualifikasi

Objektivitas

Penyedia

Bukti

Bervariasi

Tinggi

Bervariasi
Dokumentasi

(eksternal
lebih

Bervariasi

Rendah

independen)
Bervariasi /
Konfirmasi

Tinggi

Tidak tersedia

Rendah

Umumnya

Tinggi

Tinggi
Bervariasi
Tanya Jawab

Rendah

Tidak Berlaku

Rendah

Bervariasi

(rendah
Tinggi)

Pelaksanaan
Ulang
Rekalkulasi
Pemeriksaan
Fisik
Prosedur

Tinggi

Bervariasi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tingi

Bervariasi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Bervariasi

Tinggi

Tinggi
Umumnya

Tinggi/Rendah

Bervariasi

Rendah

Tinggi
Umumnya

Tinggi
Bervariasi /

Analitis
Observasi

Tinggi
Tinggi

Bervariasi

Tinggi

Umumnya
Tinggi

Umumnya
Rendah
Sedang

DOKUMENTASI AUDIT
Dokumentasi audit didefinisikan sebagai catatan penting yang berisi tentang prosedur
audit yang digunakan, bukti - bukti audit yang diperoleh dan kesimpulan - kesimpulan yang
dicapai oleh auditor dalam pelaksanaan audit. Dokumentasi audit ini termasuk semua
informasi yang dianggap perlu untuk digunakan dalam audit dan untuk mendukung laporan
audit. Dokumentasi audit ini dapat dikatakan juga sebagai kertas kerja audit, meskipun
pendokumentasian audit, sekarang, lebih sering dilakukan dalam bentuk file komputer.

Istilah dan Definisi


Membaca pemeriksaan

Istilah, prosedur audit dan jenis bukti


Prosedur Audit Ilustratif
Dengan cara membaca notulen rapat

yang dilakukan terhadap

dewan direksi serta mengikhtisarkannya

informasi tertulis untuk

semua informasi yang berkaitan dengan

memperoleh fakta yang

laporan keuangan ke dalam file audit

berkaitan dengan audit


Scan kurang terincinya

Scan pada jurnal penjualan dengan cara

pemeriksaan atas catatan dan

mencari transaksi yang tidak biasa dan

dokumen dalam menentukan

dengan nilai nominal besar

Jenis Bukti Audit


Dokumentasi

Prosedur Analitis

hal yang tidak biasa dan


memerlukan investigasi
lanjutan
Memeriksa (examine)

Melakukan pemeriksaan terhadap sampel

Dokumentasi

pemeriksaan secara terperinci faktur suppliers untuk mendapatkan


terhadap dokumen dan

kepastian terhadap barang dan jasa yang

catatan untuk mendapatkan

diterima telah layak dan sudah sesuai

fakta yang spesifik


Menghitung penghitungan

jenisnya sesuai dengan bisnis klien


Melakukan penghitungan terhadap rasio

oleh auditor terhadap klien

perputaran persediaan lalu dibandingkan

Menghitung ulang

dengan rasio pada tahun sebelumnya


Melakukan penghitungan ulang pada

penghitungan yang dilakukan

harga jual per unit dikalikan dengan

Prosedur Analitis

Rekalkulasi

untuk memastikan bahwa

jumlah unit sampel yang terdapat pada

penghitungan klien sudah

salinan faktur penjualan dan

benar

membandingkan dengan nilai yang

Menjumlah penjumlahan

dihitung oleh klien.


Menjumlahkan semua jurnal penjualan

pada kolom angka untuk

selama satu periode dan dibandingkan

menentukan jumlah total

dengan total yang ada di buku besar

Dokumentasi

sesuai dengan nilai yang


diperoleh klien
Menelusuri instruksi yang

Transaksi sampel penjualan ditelusur dari

berkaitan dengan

jurnal penjualan ke faktur penjualan lalu

dokumentasi atau

dibandingkan dengan nama pelanggan,

pelaksanaan reka ulang

tanggal transaksi dan dan total nilai

Pelaksanaan ulang

penjualan. Diperlukan juga penelusuran


posting dari jurnal penjualan ke dalam
Menghitung penentuan

akun buku besar


Melakukan penghitungan pada sampel

aktiva yang dimiliki pada

dari 100 item dalam persediaan dan

periode wakt tertentu. Identik

membandingkan kuatitas dan deskripsi

dengan adanya pemeriksaan

dengan penghitungan yang dilakukan oleh

fisik
Membandingkan

klien
Mengambil sampel faktur penjualan lalu

membandingkan informasi

membandingkan harga jual per unit yang

dari dua lokasi yang berbeda.

tercatat dalam faktur dengan harga jual per

Mengamati pengamatan /

unit yang telah diotorisasi oleh manajemen


Melakukan pengamatan pada tim yang
Observasi

observasi terhadap jenis

melakukan penghitungan persediaan

bukti audit yang

persediaan telah melakukannya dengan

didefinisikan dengan

independen

observasi
Vouch penggunakan

Memvouch sampel pada catatan transaksi

dokumen untuk

akuisisi dengan faktur yang didapat dari

memverifikasi transaksi
Tanya jawab tindakan

suppliers dan laporan penerimaan


Melakukan tanya jawab dengan pihak

Tanya jawab

tanya jawab yang dilakukan

manajemen untuk mengetahu apakah ada

dengan klien

berkaitan dengan bukti audit

persediaan usang pada tanggal neraca

Pemeriksaan fisik

Dokumentasi

Dokumentasi

PROSEDUR DAN DOKUMENTASI AUDIT


Perancangan Pengujian substantif
Auditor harus mengumpulkan bukti yang cukup untuk mendapatkan dasar yang memadai
guna menyatakan pendapat atas hasil laporan keuangan klien. Pada pengujian substantif bukti
mengenai kewajaran asersi laporan keuangan yang signifikan akan disediakan. Perancangan
pengujian substantif meliputi penentuan antara lain :
1. Sifat pengujian
a.Prosedur apa dan bagaimana yang akan dilaksanakan
b.
Berhubungan dengan tujuan spesifik yang akan dicapai auditor
c.Harus relevan
d.
Mempertimbangkan adanya biaya relative serta memperhatikan evektifitas
kaitannya dengan tujuan audit
e.Subtantif test atau pendekatan compliance
2. Waktu dilakukannya pengujian
3. Luas pengujian substantif, dan
4. Jenis Prosedur Substantif
Jurnal Terkait
To What Extent does Internal Kontrol Effectiveness Increase The Value of Internal Evidence
Kompetensi dari karateristik mempengaruhi bagaimana seorang auditor mengevaluasi
tingkat persuasivitas dari tiap-tiap bukti audit. Definisi dari persuasivitas bukti audit adalah
kecukupan dan ketepatan bukti audit yang digunakan auditor untuk menarik kesimpulan dan
menyatakan pendapat. Meskipun demikian, seorang auditor seringkali dipengaruhi oleh
karateristik yang beragam ketika mengevaluasi masing-masing bukti audit. Apabila auditor
tidak tepat dalam menyesuaikan cara mengevaluasi persuasivitas bukti audit yang dipakai
untuk mencerminkan perubahan dalam karateristik yang beragam, maka defisiensi
pertimbangan kemungkinan bisa terjadi.
Penelitian dalam jurnal ini dapat disimpulkan bahwa dampak efektivitas internal
kontrol pada penentuan persuasivitas bukti audit adalah besar untuk bukti internal

dibandingkan bukti audit dari eksternal. Lebih khusus, seorang auditor akan memandang
persuasivitas dari bukti internal yang dihasilkan dari sistem internal kontrol yang kuat
memiliki kesamaan dengan bukti audit dari ekternal. Penelitian dalam jurnal ini memiliki
implikasi yang menarik dalam pelaksanaan audit saat ini dimana terdapat tekanan yang
meningkat kepada auditor untuk mempercayai bukti audit internal daripada bukti eksternal
dalam menetapkan persuasivitas bukti audit.
Kewajiban dan pelanggaran terhadap tugas professional dalam hal ini pemalsuan.
Pemalsuan adalah mekanisme untuk melakukan penipuan dan melibatkan modifikasi
dokumen asli tanpa otorisasi yang sah. ini termasuk proses dalam penyusunan laporan audit
oleh seorang audit. Kemungkinan pemalsuan dapat terjadi dalam kaitannya dengan dokumen
perusahaan yang akan diaudit. Apabila auditor memiliki pengetahuan dan berpartisipasi
dalam pembuatan dokumen dengan memberikan saran atau dengan membuat pernyataan
palsu, maka hal tersebut adalah suatu pelanggaran.
Masalah utama dalam mendeteksi pemalsuan adalah proses audit telah dilakukan
dalam lokasi klien. Hal ini cukup sulit untuk tetap independen dan mampu melakukan proses
audit tanpa kehadiran bias. Apakah atau tidak laporan audit dilakukan secara profesional
tidak masalah tapi soal 'dikendalikan' tampaknya terwujud. Ada prinsip hukum yang
menyatakan 'keadilan harus dilihat dapat dilakukan'. Jika prinsip ini diterapkan dalam proses
audit, dapat dikatakan bahwa, 'tidak terlihat dilakukan secara mandiri'. Dalam masa
kewajiban, auditor dapat bertanggung jawab apabila auditor tersebut memiliki pengetahuan
atas masalah pemalsuan. Ini dapat berupa pidana, pihak ketiga atau pemangku kepentingan
dapat memulai suatu tindakan hukum baik untuk pelanggaran kontrak, dan tugas profesional
dengan alasan kegagalan untuk berlatih due diligence dalam melaksanakan tugasnya dengan
ekspektasi yang wajar.

Manfaat Dokumentasi Audit


Tujuan dilakukannya dokumentasi audit adalah untuk membantu auditor dalam
memberikan keyakinan bahwa audit yang layak dan memadai telah dilakukan sesuai dengan
standar audit yang berlaku. Lebih khusus lagi, dokumentasi audit akan memberikan atau
menyediakan hal-hal sebagai berikut:
1. Kumpulan catatan bukti dan hasil

Dokumentasi audit merupakan sarana untuk mendokumentasikan bahwa audit yang


memadai telah dilaksanakan sesuai dengan standar audit.
2. Sebagai dasar dalam perencanaan audit
File audit merupakan sarana / tempat untuk menyimpan informasi audit dan hal ini
informasi sangat penting sebagai dasar perencanaan
tersebut

antara

lain

berisikan

informasi

audit yang memadai. File

mengenai

pengendalian

internal,

penganggaran waktu untuk area audit individual, audit program dan hasil audit tahun
sebelumnya.
3. Sebagai dasar untuk review yang dilakukan oleh supervisor maupun partner
Dokumentasi audit dapat menjadi acuan bagi supervisor dalam mengawasi dan
mengecek kerja para asistennya. Review yang seksama dari supervisor juga
memberikan bukti bahwa audit telah disupervisi dengan memadai.
4. Data yang digunakan dalam menyatakan jenis laporan audit yang tepat
Dokumentasi audit merupakan sumber informasi yang penting untuk membantu
auditor dalam memutuskan kecukupan dan ketepatan bukti audit yang

sudah

dikumpulkan untuk membuat laporan audit yang memadai. Data yang terdapat dalam
file sebagai sarana untuk mengevaluasi laporan keuangan disajikan secara wajar.

Kerahasiaan File Audit


Kerahasiaan ini di atur dalam aturan kode etik profesional nomor 301 berisikan
tentang kerahasiaan hubungan dengan klien, anggota seharusnya tidak mengungkapkan
segala informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dalam pelaksanaan audit kecuali
dengan seijin klien karena segala yang berhubungan dengan file audit merupakan rahasia
audit.
Syarat Penyimpanan Dokumentasi Audit
Untuk masalah penyimpanan dokumen audit maka Sarbanes-Oxley Act mengeluarkan
aturan minimal 7 tahun (tujuh), dan penghancuran terhadap dokumen tersebut dengan sengaja
dan dalam periode 7 (tujuh) tahun maka akan dikenai denda keuangan dan hukuman penjara
sampai 10 (sepuluh) tahun. Menurut SAS 103 penyimpanan file minimal selama 5 (lima)
tahun. Seperti yang telah disyaratkan oleh SOA, maka dikeluarkanlah aturan yang mengatur
penyimpanan catatan audit dan review oleh SEC dan yang mewajibkan semua auditor
perusahaan publik untuk melakukan dokumentasi sebagai berikut :
- Memo, korespondensi, komunikasi, dokumen biru, dan catatan-catatan, termasuk
didalamnya catatan elektronik yang memenuhi kriteria :

1. Fakta berupa kesimpulan, pendapat, analisis dan data keuangan terkait dengan

review dan audit.


2. Fakta yang dibuat, dikirimkan serta diterima terkait dengan review dan audit.
Kertas kerja dan dokumen lain sebagai dasar dalam proses audit atas laporan
keuangan tahunan perusahaan atau review atas laporan keuangan kwartalan

perusahaan
a. File permanen
Berisi data historis atau berlanjut, berkaitan dengan proses audit yang sedang
berlangsung. File permanen ini merupakan sumber informasi yang sangat penting
dan diperlukan dari tahun ini dan untuk tahun-tahun yang akan datang. File permanen
ini berisi hal hal sebagai berikut :
1. Salinan dokumen yang sangat penting berkaitan dengan perusahaan, seperti
pendirian perusahaan, profile perusahaan, perijinan, struktur organisasi,
susunan Dewan Direksi dan Komisaris, perjanjian-perjanjian dengan pihak
ketiga. Dokumen tersebut selain digunakan dan diperlukan dalam pelaksanaan
audit tahun yang sedang berjalan maupun untuk audit - audit di masa yang
akan datang.
2. Analisis akun dari beberapa tahun sebelumnya yang penting dan masih
diperlukan oleh auditor guna pelaksaanaan audit tahun sekarang.
3. Informasi yang berhubungan dengan pemahaman pengendalian intern
perusahaan dan penentuan risiko pengendalian, merupakan catatan awal
sebagai pemahaman auditor atas pengendalian internal perusahaan.
4. Hasil - hasil prosedur analisis dari tahun - tahun sebelumnya, biasanya disertai
rasio dan persentase.
b. File TahunBerjalan
File tahun berjalan berisi dokumentasi audit sebagai acuan untuk penerapan pada
tahun yang diaudit. File tersebut ada 2 jenis, yaitu satu set file permanen yang
merupakan file untuk klien, dan satu set file tahun berjalan untuk keperluan audit pada
setiap tahun. Jenis informasi yang sering tercakup dalam arsip tahun berjalan yaitu :
1. Informasi-informasi umum, meliputi item yang sifatnya umum. Misalnya
memo dalam perencanaan audit, salinan rapat, salinan perjanjian, catatancatatan pada saat diskusi bersama klien dan kesimpulan yang bersifat umum.
2. Program Audit. Dalam standar audit diwajibkan bahwa dalam setiap kegiatan
audit ada program audit, dimana program tersebut tercatat dalam file terpisah
guna koordinasi dan integrasi antar bagian audit.

3. Reklasifikasi dan Ayat jurnal penyesuaian. Pengkoreksian harus dilakukan jika


ditemukannya catatan akuntansi yang mengandung salah saji yang bersifat
material.
4. Skedul pendukung. Adalah skedul yang disiapkan auditor untuk mendukung
laporan keuangan.
5. Neraca saldo tahun berjalan. Jumlah saldo dalam buku besar digunakan acuan
auditor untuk proses audit karena buku besar merupakan sarana untuk
membuat laporan keuangan.

Jurnal terkait
Enforcement release evidence on the audit confirmation process: Implications for
standard setters (Pelaksanaan Pengungkapan Bukti Audit dalam Proses konfirmasi
Audit: Implikasi bagi pembuat standar)
Oleh : Diane Janvrin a, Paul Caster b, Randy Elder
Proses konfirmasi audit yang melibatkan mendapatkan bukti dari pihak ketiga
mengenai informasi mempengaruhi asersi laporan keuangan. Belakangan ini, proses
konfirmasi memiliki perhatian dari kedua praktisi dan regulator (AICPA, 2007a; IFAC 2006,
2008; PCAOB, 2004) dikarenakan pertanyaan mengenai apakah prosedur audit yang
digunakan secara luas ini memberikan kepercayaan akan bukti audit. Makalah ini membahas
konfirmasi yang terkait bukti yang berasal dari sumber Divisi Accounting and Auditing
Enforcement (AAERs), Security and Exchange Commission (SEC) yang relevan. Temuan
penulis pada jurnal ini mengintegrasikan proses konfirmasi dan penegakan suatu
pengungkapan

dengan hasil-hasil yang memberikan bimbingan kepada peneliti. Secara

khusus, dalam jurnal ini penulis menemukan situasi di mana penipuan mungkin telah
terdeteksi apabila auditor telah mengkonfirmasi item tambahan seperti saldo kas, surat
berharga, dan transaksi yang signifikan. Penulis juga mencatat pertama situasi di mana
manajemen meminta agar auditor tidak mengkonfirmasi rekening tertentu, kedua beberapa
contoh kolusi antara auditee dan baik vendor atau pelanggan,serta pihak terkait, dan yang
ketiga kasus yang melibatkan kegagalan untuk mengidetifikasi tanggapan.
Auditor menggunakan beberapa prosedur guna mengumpulkan dan mengevaluasi
bukti. Salah satu prosedur yang sering digunakan adalah proses konfirmasi pemeriksaan,
yang melibatkan pengumpulan bukti langsung dari ketiga pihak yang menguatkan suatu

pernyataan yang relevan tentang auditee saldo rekening, ungkapan, dan transaksi.
Dikarenakan adanya kemajuan dan perubahan teknologi, maka peningkatan penekanan pada
deteksi penipuan, dan beberapa kegagalan audit yang tinggi dapat melibatkan konfirmas
bukti, seperti Parmalat dan CF Foods, regulator dan praktisi (AICPA, 2007a; IFAC 2006,
2008; PCAOB, 2004)

serta menimbulkan pertanyaan apakah konfirmasi memberikan

kepercayaan sebagai bukti audit.


Pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan beberapa langkah dalam proses
konfirmasi audit dan termasuk isu-isu seperti memperluas item untuk mengkonfirmasi, terkait
konfirmasi pihak terkait, dan tanggapan konfirmasi otentikasi elektronik ( PCAOB, 2004;
Ray 2006 ), serta apakah konfirmasi harus diamanatkan dalam keadaan tertentu (IFAC 2006,
2008). Selanjutnya, perkembangan teknologi seperti pengembangan konfirmasi elektronik
(Aldhizer & Cashell, 2006) dan mandat SEC baru-baru ini (SEC, 2008) untuk meminta
perusahaan untuk menandai nilai-nilai laporan keuangan individu dapat mempengaruhi
proses konfirmasi pemeriksaan (Plumlee & Plumlee, 2008) .Studi bukti konfirmasi yang
dilakukan sampai saat ini umumnya tidak mengatasi masalah ini (Caster, Elder, & Janvrin,
2008; IFAC, 2006). Penulis berkontribusi terhadap perdebatan mengenai efektivitas proses
konfirmasi pemeriksaan dengan memeriksa data yang disediakan oleh regulator, yaitu SEC.
Penulis memilih sampel besar dari Accounting and Auditing Enforcement Releases (AAER)
yang melibatkan proses konfirmasi.
Dengan menganalisis kegagalan pemeriksaan sebelumnya dan mengintegrasikan
pengungkapan hasil dengan proses konfirmasi, penulis memberikan wawasan tentang
perubahan potensi untuk proses konfirmasi audit dan standar yang mengatur proses ini.
Wawasan ini harus membuktikan bahwa ini berguna bagi pembuat standar dan praktisi.
Selain itu, analisis penulis dapat memberikan kesempatan bagi para akademisi dengan
wilayah yang menarik untuk penelitian di masa depan mengenai proses konfirmasi. Proses
konfirmasi audit yang penting sejak konfirmasi secara luas digunakan dalam proses audit dan
sering dianggap salah satu yang lebih persuasif dalam bentuk bukti audit. Namun, literatur
sebelumnya

(yaitu, Caster

et

al.,

2008 )

dan

regulator

saat

ini

(yaitu, IFAC

2006,2008; PCAOB 2004 ) memiliki keterbatasan catatan yang membatasi pada efektivitas
konfirmasi. Caster et al. (2008) dalam tinjauan akademis makalah ini menjawab pertanyaan
yang

diajukan

oleh PCAOB

(2004)

dan

termasuk

analisis

pendukung

dalam

AAERs. Sebaliknya, makalah ini memfokuskan secara eksklusif pada AAERs. Penulis
melakukan rincian analisis setiap diberlakukannya dan mengkategorikan mereka dalam hal

berbagai langkah yang terlibat dalam proses konfirmasi. Melalui penelitian ini, penulis dapat
menyoroti kelemahan dalam praktek audit melibatkan konfirmasi, yang dapat memberikan
bimbingan

berharga

sebagai

regulator

( PCAOB,

2008;

Ray

2006 )

dengan

mempertimbangkan beberapa perubahan substansial untuk proses ini.


Sejarah singkat standar konfirmasi
Standar audit di AS diperlukan auditor untuk mengkonfirmasi rekening saldo piutang
sejak 1939 ( Amerika Institute Accountant ). AS Standart konfirmasi auditnya adalah SAS No
67, yang diterbitkan pada tahun 1991 ( AICPA, 1991 ). SAS No. 67 ada tanggapan bahwa
auditor akan meminta konfirmasi dari rekening piutang '( AICPA 2008 , AU 330,34). Katakata ini, yang mungkin menyiratkan bahwa konfirmasi piutang adalah diperlukan dan diikuti
oleh kualifikasi terbatas di mana konfirmasi piutang adalah tidak dibutuhkan ( AICPA
2008 , AU 330,34). Bagian tambahan dari standar audit AS (AICPA, 2008) menyarankan
atau menyiratkan bahwa auditor mempertimbangkan angsuran pinjaman (AU 330,24), saldo
kas (AU 330,10), hutang (AU 330,13), dan barang-barang yang diadakan konsinyasi dengan
penerima (AU 330,12). ISA 330 berisi daftar serupa situasi konfirmasi mana eksternal dapat
memberikan bukti audit yang relevan untuk menanggapi untuk risiko salah saji material
(IFAC, 2008).
Proses konfirmasi Audit
Untuk mengkaji bagaimana informasi yang terkandung dalam AAERs dapat
meningkatkan pemahaman kita tentang konfirmasi proses pemeriksaan dan isu-isu yang
terkait baru-baru ini dibahas oleh PCAOB dan IAASB, pertama kita menggambarkan
bagaimana konfirmasi audit bekerja Proses konfirmasi Audit terdiri dari beberapa langkah.
Pertama, auditor menentukan apakah konfirmasi sesuai dan item laporan keuangan yang
relevan dengan audit objektifikas

yang salah satu konfirmasinya harus diminta. Untuk

konfirmasi melibatkan piutang, jika auditor menentukan konfirmasi yang tidak tepat, mereka
mendokumentasikan

keputusan mereka dan mempertimbangkan melakukan alternatif

prosedur audit ( AICPA 2008 , AU 330,34-35). Dengan asumsi sesuai konfirmasi, maka
auditor merancang konfirmasi lalu meminta dan mengidentifikasi pihak ketiga yang terkait.
Setelah

permintaan dirancang, maka auditor akan berkomunikasi

tentang permintaan,

konfirmasi tertulis tersebut untuk dikirimkan melalui pos mail, kepada pihak ketiga yang
sesuai.

Penulis memeriksa AAERs terkait dengan proses pemeriksaan konfirmasi. AAERs


menjelaskan penyelidikan SEC terhadap dugaan pelanggaran dalam ketentuan akuntansi dan
audit dari hampir 2500 AAERs dikeluarkan dari tahun 1982 sampai Tahun 2006, penulis
mengidentifikasi 113 konfirmasi AAERs terkait melibatkan 63 masalah dan 50 auditee
menggunakan berikut kata pencarian: 'konfirmasi', 'pemeriksaan konfirmasi', dan 'piutang'.
Berfokus pada tindakan penegakan SEC memiliki kelebihan dan keterbatasan (Bonner,
Palmrose, & Young, 1998; Dechow, Sloan, & Sweeney, 1996; Feroz, Park, & Pastena, 1991).
Sebagai contoh, Program penegakan SEC dirancang untuk berkonsentrasi pada masalah
daerah tertentu dan untuk mengantisipasi masalah yang muncul (SEC 1989, 1); sehingga
memeriksa AAERs menyediakan peneliti dan pembuat standar dengan wawasan yang relevan
untuk kedua praktek yang ada dan pengaturan standar masa depan. Selanjutnya, Beberapa
studi penelitian saat ini meneliti proses konfirmasi audit dan studi ini tidak secara langsung
menjawab banyak masalah diidentifikasi oleh pembuat standar atau dijelaskan di AAERs.
Penulis mengakui bahwa penulis mungkin memiliki sampel disensor karena SEC dapat
bertindak sebagai jaksa, hakim, dan juri dalam peran penegakannya. Selanjutnya, beberapa
masalah dengan proses konfirmasi audit yang mungkin belum ditemukan. Dengan demikian,
hasil penulis harus dilihat dalam konteks ini.
Analisis konfirmasi terkait AAERs
Pemeriksaan penulis terhadap AAERs menemukan beberapa-contoh Prinsip dan isu
yang berkaitan dengan kekhawatiran regulator saat mengenai efektivitas proses konfirmasi
audit. Kita menggambarkan AAERs ini terkait dengan setiap langkah dalam proses
konfirmasi audit. Penulis menyertakan deskripsi kualitatif sehingga pembaca dapat
memperoleh pemahaman tentang kekayaan yang dari kasus yang diperiksa. Auditor menilai
apakah bukti yang diberikan oleh konfirmasi mengurangi risiko audit untuk asersi yang
relevanditerima ke tingkat rendah ( AICPA 2008 , AU 330,09). Jika demikian, maka
memperoleh bukti konfirmasi mungkin tepat, dan Bukti alternatif mungkin tidak
diperlukan. Jika tidak, maka auditor mungkin perlu mempertimbangkan prosedur alternatif
yang baik Selain atau bukan konfirmasi.
Masalah yang paling umum yang diidentifikasi dalam AAERs adalah kolusiantara
auditee dan pelanggan atau vendor. Meskipun Beberapa kasus melibatkan pihak-pihak terkait,
yang paling terlibat non-terkait pelanggan atau vendor. Kolusi seperti mempertanyakan
apakah confirmees benar-benar 'independen' dengan sehubungan dengan auditee. Auditor

harus mempertimbangkan hubungan antara klien dan

konfirmasi responden, dan juga

mungkin bijaksana untuk menambahkan kata-kata kepada manajemen. Surat pernyataan


menangani manajemen Keterlibatan dengan konfirmasi dari pihak ketiga. Auditor harus
mempertimbangkan kebutuhan untuk melengkapi konfirmasi dengan bukti lain dalam
keadaan risiko mana yang spesifik ada atau ada alasan untuk mempertanyakan independensi
yang orang yg dibaptiskan dalam menanggapi permintaan.
Kesimpulan dalam jurnal ini adanya tinjauan diberlakukannya bukti mengenai
konfirmasi pemeriksaan Proses dengan perhatian khusus untuk isu-isu yang PCAOB saat
mengingat diperlukan penggunaan konfirmasi ke saldo selain rekening piutang,
mengidentifikasi

keadaan

saat

berhubungan

konfirmasi

pihak

harus

digunakan,

memungkinkan otentikasi elektronik respon konfirmasi, konfirmasi mandat, dan melarang


konfirmasi negatif). Kita mencatat beberapa masalah laporan keuangan yang mungkin
dicegah atas konfirmasi auditor yang diperluas dari mereka. Proses untuk memasukkan
materi saldo kas , sekuritas berharga, dan hal transaksi yang signifikan. Penulis menemukan
beberapa contoh di mana auditor diikuti auditee permintaan manajemen dan tidak
mengkonfirmasi spesifik account. Mengingat penekanan praktisi dan pembuat standar tempat
di konfirmasi (McConnell & Schweiger, 2008; Ray, 2006) dan bagaimana kemajuan
teknologi baru-baru ini (misalnya, konfirmasi elektronik dan XBRL (Aldhizer & Cashell,
2006; SEC, 2008) dapat mempengaruhi proses konfirmasi, penulis mendorong peneliti untuk
memasukkan isu-isu konfirmasi agenda penelitian mereka. Misalnya, penelitian arsip bisa
mengkaji bagaimana auditor mengotentikasi identitas responden, mengidentifikasi prosedur
apa auditor mengikuti untuk pengecualian, dan bagaimana auditor menentukan kapan untuk
tidak mengirim konfirmasi. Juga, eksperimental Penelitian didorong. Misalnya, peneliti bisa
mengeksplorasi bagaimana seorang auditor menggunakan skeptisisme profesional selama
proses konfirmasi (terutama ketika memeriksa bukti konfirmasi dari pihak terkait).

DAFTAR PUSTAKA

Arens, J.Elder, Beasley. (2008). Auditing dan Jasa Assurance : Pendekatan Terintegrasi. Jilid
1. Edisi 12. Erlangga, Jakarta
Arens, Alvin A., Elder,Randal J., Beasley,Mark S., Auditing and Issurance Service:An
Integrated Approach, Ninth Edition, New Jersey : Prentince Hall, 2003.
Janvrin, Diane. 2008. To what extent does internal control effectiveness increase the value of
internal evidence?. Managerial Auditing Journal, Vol. 23 Iss 3 pp. 262 282.
Abd Hadi, Khairul Anuar., Paino, Halil., Ismail, Zubaidah., and Dhiyauddin, M Haziq.2014.
Forgery in the making of audit report: the liabilities and breach of professional
duties. Procedia - Social and Behavioral Sciences 145 ( 2014 ) 110 115.
Janvrin, Diane., Caster, Paul., Elder, Randy. 2010. Enforcement release evidence on the audit
confirmation process: Implications for standard setters. Research in Accounting
Regulation 22 (2010) 117.
Mohamed Hegazy, Khaled Samaha. 2010. An empirical investigation of the use of ISA 520
analytical procedures among Big 4 versus non-Big 4 audit firms in Egypt.
Managerial Auditing Journal, Vol. 25 Iss 9 pp. 882 911.
Ohta, Yasuhiro.2009. The role of audit evidence in a strategic audit. Journal Account Public
Policy 28 (2009) 5867.
Zakari , Mohamed Abulgasem. 2013. Does Audit Evidence Type Effects on Quality of
Auditor's Opinion?. Tripoli University Economics and political Faculty Aljefarh
Branch.

Artikel

Ekonomi.

2012.

Bukti

Audit

serta

Prosedur

dan

Dokumentasi

Audit.

http://zetzu.blogspot.com/2012/06/bukti-audit-serta-prosedur-dan.html, diakses pda


tanggal 12 Oktober 2015
Nurpitasari, Eva. 2012. Bukti Audit. http://eva-nurpitasari.blogspot.com/2012/06/buktiaudit.html, diakses pada tanggal 12 Oktober 2015

You might also like