You are on page 1of 17

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KEDOKTERAN JIWA


NASKAH LAPORAN KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)

OLEH
Wayan Gede Suradnyana, S.Ked
H1A 010 013
PEMBIMBING
dr. Agung Wiretno Putro, Sp.KJ
.

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT JIWA MUTIARA SUKMA NUSA TENGGARA BARAT
2016

STATUS PSIKIATRI
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Agama
Suku
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Status Pernikahan
Alamat

:
:
:
:
:
:
:
:
:

Tn. H
Laki-laki
35 tahun
Islam
Sasak
SD
Tidak ada
Menikah
Eyat sundare, Praya, Lombok Tengah
0

Tanggal MRS
BPJS / Umum / KIS
II.

:
:

22 Februari 2016
BPJS

RIWAYAT PSIKIATRI
Data diperoleh dari:

Autoanamnesis pada tanggal 5 Maret 2016 di Bangsal Mawar RSJ Mutiara Sukma

pukul 09.00 WITA


Alloanamnesis dilakukan pada tanggal 6 Maret 2016 via telepon pukul 16.00 WITA,
berasal dari
1. Nama Keluarga
Umur
Jenis kelamin
Hubungan
Alamat

: Tn. F
: 37 tahun
: Laki-laki
: Saudara pasien
: Eyat sundare, Praya, Lombok tengah

A. Keluhan Utama
Pasien mengamuk sejak 2 hari sebelum dibawa ke RSJ Mutiara Sukma
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ke IGD RSJ Mutiara Sukma oleh keluarganya dengan keluhan
mengamuk sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien memukul tembok dan
menghancurkan perabotan rumah. Selain itu pasien dikeluhkan pula sering gelisah,
bicara sendiri, dan mudah marah. Pasien mengalami susah tidur, malas mandi dan
sholat, tidak nafsu makan, dan lebih sering keluyuran di jalan. Keluhan terlihat sejak
1 minggu terakhir dan semakin parah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Ini
merupakan kedua kalinya keluarga membawa pasien untuk rawat inap di RSJ Mutiara
Sukma.
Pasien mengatakan bahwa ia tidak tahu mengapa dirinya dibawa ke RSJ
Mutiara Sukma dan menurut pasien dia dibawa saat jalan-jalan. Pasien menyangkal
bahwa dirinya mengamuk dirumah. Pasien menyangkal sekarang terdapat bisikanbisikan yang orangnya tidak terlihat, namun dulu pasien mengakui bahwa terdapat
bisikan-bisikan terutama laki-laki yang sering membicarakan hal jelek tentang pasien
dan setelah itu pasien langsung mengamuk. Pasien juga mengaku bahwa saat muda
pasien sangat yakin bahwa dirinya merupakan arya kamandanu dan merupakan raja
majapahit namun sekarang pasien mengaku sebagai rakyat biasa.
Pasien mengaku perasaannya baik-baik saja dan dalam keadaan sehat. Pasien
tidak mengeluhkan adanya perasaan senang atau sedih berlebih. Pasien mengatakan
tidak ada masalah dikeluarga. Pasien mengaku sekarang dapat tidur pada malam hari.
Aktivitas mandi dan makan tidak terganggu. Ide bunuh diri disangkal oleh pasien.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien mengatakan bahwa ini merupakan rawat inap kedua kalinya di RSJ
Mutiara Sukma. Pasien pertama kali di rawat inap 2 tahun yang lalu karena
kondisi yang sama. Pasien saat itu tiba-tiba mengamuk dan merusak barangbarang dan sering keluyuran. Pasien lalu dibawa ke RSJ Mutiara Sukma, dan
dirawat inap. Pasien jarang bercerita mengenai perasaannya ataupun masalah
yang dihadapinya. Untuk mandi, makan dan minum, pasien dapat lakukan secara
mandiri.
2

2) Riwayat Gangguan Medis


Pasien tidak pernah menderita penyakit medik berat yang mengharuskannya
dirawat di rumah sakit atau yang secara fisiologis berhubungan dengan keadaan
pasien saat ini. Riwayat tekanan darah tinggi (-), sesak napas atau asma (-),
trauma kepala (-), epilepsi (-). Sebelum keluhan yang saat ini, pasien juga tidak
pernah menderita penyakit medis lain yang mengharuskannya di rawat atau
berobat ke pelayanan kesehatan. Tidak ada riwayat kejang, pingsan ataupun
trauma kepala akibat kecelakaan sebelumnya.
3) Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat Lain
Riwayat penggunaan NAPZA disangkal oleh pasien. Pasien mengaku tidak
pernah mengonsumsi alkohol. Pasien juga merupakan seorang perokok.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1) Riwayat prenatal dan perinatal
Selama dalam kandungan, tidak ada masalah berarti baik emosional maupun
fisik yang terjadi pada ibu pasien. Pasien lahir ditolong oleh dukun.
2) Masa kanak-kanak awal (1-3 tahun)
Keluarga pasien mengaku bahwa pasien tumbuh dan berkembang sesuai usia
dan seperti anak lainnya. Pasien tidak pernah mengalami keterlambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya. Tidak pernah ada riwayat kejang dan sakit
yang berat yang dialami pasien. Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya sejak
lahir.
3) Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak pada umumnya sering bergaul
dengan teman-teman sekitarnya. Pasien bergaul dengan teman-temannya seperti
anak pada umumnya namun tidak pernah sampai memiliki teman dekat.
Keluarga pasien mengaku anaknya biasa-biasa saja selama bersekolah dan tidak
terlalu menonjol. Pasien diakui tidak memiliki prestasi tertentu dibidang
akademis ketika masih SD.
4) Masa kanak-kanak akhir (11-19 tahun)
Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak yang lain. Pasien mudah bergaul
dengan teman-teman seusianya. Hubungan pasien dengan ayah dan ibunya serta
saudaranya cukup baik. Menurut keluarga pasien, pasien memang anak yang
3

jarang bercerita mengenai masalahnya kepada orang lain. Pasien diakui tidak
menunjukan sikap menyimpan dendam atau curiga, tidak peduli dengan
perasaan orang lain atau senang menyalahkan orang lain, emosi tidak stabil,
bersandiwara

atau

membesar-besarkan

sesuatu,

perfektionisme,

sering

menghindar atau merasa dirinya tidak mampu dan menghindar, membanggabanggakan diri sendiri, ataupun bergantung pada orang lain.
5) Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah hingga tamat SD. Pasien tidak melanjutkan sekolah lagi
karena terkendala masalah biaya.
b. Riwayat Pekerjaan
Keluarga pasien mengaku pasien sempat bekerja sebagai buruh bangunan,
namun tidak mengingat kapan dan berapa lama bekerja disana.
c. Riwayat Psikoseksual
Pasien saat ini sudah menikah. Istrinya cerai dan pergi ke arab saudi.
d. Riwayat Agama
Pasien beragama Islam dan mengaku jarang menjalankan ibadah sesuai dengan
ajaran agamanya. Menurut keluarga pasien, pasien jarang melaksanakan
ibadah sholat saat dirumah.
e. Aktivitas Sosial
Menurut keluarga, sebelum sakit pasien merupakan orang yang ramah. Pasien
merupakan orang yang mudah bergaul. Pasien memiliki hubungan yang baik
dengan orang-orang di sekitar rumahnya.
f. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien dan keluarganya mengaku pasien tidak pernah melakukan tindakan
yang melanggar hukum

E. Riwayat Pengobatan:
Pasien jarang berobat ke poliklinik RSJ Mutiara Sukma. Di rumah pasien jarang
meminum obat.
F. Riwayat Keluarga:

Pasien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Pasien termasuk orang yang baik
dimata keluarganya. Tidak ada keluarga sebelumnya yang pernah berobat di RSJ
Mutiara Sukma. Hubungan pasien dengan keluarganya yang lain cukup baik. Pasien
tinggal dengan ibunya. Ayah pasien sudah meninggal.
Genogram Keluarga Pasien

Keterangan :
= Laki Laki

= Anggota keluarga laki-laki yang meninggal

= Perempuan

= Anggota keluarga perempuan yang meninggal

= Pasien

= Keluarga tinggal dalam satu rumah

G. Situasi Kehidupan Sekarang:


Saat ini pasien tinggal di sebuah rumah bersama dengan ibu pasien. Untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari berasal dari penghasilan ibu yang merupakan
pedagang dan pasien sendiri.
H. Persepsi dan Harapan Keluarga:
Menurut ibu pasien, keluarga berharap pasien dapat sembuh sehingga pasien
dapat menjalani kehidupannya kembali dan bisa beraktivitas seperti sebelumnya dan
membantu perekonomian keluarga. Keluarga pasien tidak mengetahui penyebab
hingga pasien mengalami gangguan jiwa seperti saat ini.
I. Persepsi dan Harapan Pasien:
Pasien mengetahui bahwa dirinya saat ini berada di Rumah Sakit Jiwa.
Menurut pasien, pasien tidak mengetahui alasan dirinya dibawa ke RSJ Mutiara
Ketika meminum obat pasien mengaku merasa lebih baik. Saat ini pasien merasa
5

bahwa keluarganya kurang memperdulikan dirinya. Pasien memiliki keinginan agar


keluarganya dapat sering menjenguknya.
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Berdasarkan pemeriksaan tanggal 5 Maret 2016 di Bangsal Mawar RSJ Mutiara Sukma
A. Deskripsi Umum
1) Penampilan
Pasien seorang laki-laki, tampak sesuai usia, penampilan cukup rapi, perawatan
diri cukup baik, baju bersih, perawakan sedang.
2) Kesadaran: kompos mentis, jernih
3) Psikomotor
Normoaktif. Saat wawancara, pasien dapat mengikuti wawancara sampai akhir.
Tidak ada gerakan khusus yang dilakukan pasien selama wawancara.
4) Sikap terhadap Pemeriksa
Cukup kooperatif, pasien dapat mengikuti wawancara dengan cukup baik.
5) Pembicaraan
Spontan, lancar, artikulasi jelas, volume suara sedang, intonasi cukup dan
produktivitas cukup. Pasien hanya menjawab pertanyaan yang diberikan dengan
lancar.
B. Alam perasaan dan emosi
Mood
: eutimik
Afek
: luas
Keserasian : serasi
C. Gangguan Persepsi
Riwayat halusinasi auditorik (+) berupa suara yang menjelek-jelekan pasien namun
sekarang sudah tidak terdengar.
D. Pikiran
Bentuk
Arus pikir

: non realistik
: Koheren. Selama wawancara pasien menjawab sesuai dengan

yang ditanyakan oleh pemeriksa.


Hendaya berbahasa : produktivitas cukup.
Isi pikir
: pasien menyangkal adanya perasaan curiga terhadap orang
lain. Ide bunuh diri disangkal pasien. Waham kebesaran (+) yaitu pasien
mengaku sewaktu dulu pas muda merupakan arya kamandanu dan
merupakan raja majapahit
6

E. Fungsi Intelektual
a. Taraf pendidikan pengetahuan dan kecerdaasan
Pasien menempuh pendidikan sampai SD. Taraf pengetahuan dan kecerdasan
pasien sesuai dengan taraf pendidikan.
b. Orientasi :

Orang kesan baik. Pasien mengetahui bahwa yang membawa pasien

saat masuk rumah sakit.


Tempat kesan baik. Pasien mengetahui bahwa saat ini dirinya berada

di RSJ Mutiara Sukma di ruang Mawar.


Waktu kesan kurang. Pasien dapat mengetahui saat dilakukan
wawancara dan saat itu adalah pagi hari, namun pasien tidak mengetahui
tanggal dan bulan. Pasien hanya menyetahui saat wawancara pada tahun
2016.

c. Daya Ingat :

Jangka panjang baik. Pasien dapat menceritakan tentang riwayat

pendidikannya dan nama temannya saat sekolah di SD.


Jangka sedang baik. Pasien mengingat kegiatan, orang dan tempat

saat lebaran kemarin.


Jangka pendek (recent memory) baik. Pasien dapat mengingat menu

sarapan dan jumlah obat yang diminum pagi hari.


Jangka segera baik. Pasien dapat mengingat 3 benda yang disebutkan
oleh pemeriksa.

d. Konsentrasi dan Perhatian


Cukup baik, pasien mampu mengikuti wawancara dengan baik dan
perhatiannya tidak mudah teralih.
e. Kemampuan Berhitung
Kesan kurang. Pasien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan berupa
pengurangan dan penambahan sederhana. Ketika diberikan penjumlahan
yang lebih rumit, perkalian dan pembagian sederhana pasien tidak mampu
menjawab dengan benar. Tingkat kemampuan berhitung pasien tidak sesuai
dengan taraf pendidikannya.
f. Kemampuan Membaca dan Menulis
7

Kesan baik, pasien dapat membaca dengan baik dan lancar buku yang
diberikan. Kemampuan menulis kesan baik, pasien dapat menuliskan
beberapa kalimat walaupun tulisan sedikit tidak beraturan. Tingkat
kemampuan membaca dan menulis sesuai dengan taraf pendidikan.
g. Kemampuan Visuospasial
Kesan cukup, pasien dapat menunjukan perseptif ruang dengan menunjukan
beberapa

tempat dalam ruangannya, namun mengalami kesulitan dalam

perseptif bangun yaitu mengikuti bentuk gambar segilima yang berpotongan


pada satu sisi yang dicontohkan oleh pemeriksa.
h. Pikiran Abstrak
Kesan kurang, pasien tidak dapat menemukan persamaan dari beberapa
benda, misalnya bola dan semangka, pulpen dan penghapus, dan
pesawat dan mobil.
i. Intelegensi dan Kemampuan Menerima Informasi
Kesan kurang, pasien tidak mengetahui Lombok terdiri dari 5 kabupaten
yaitu Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, Lombok Utara, dan
Kota Mataram. Pasien mengetahui nama presiden RI saat ini, yaitu jokowi
namun pasien tidak mengetahui nama presiden RI sebelumnya.
j. Fungsi Eksekutif
Kesan kurang. Pasien tidak mampu menggambar jam beserta angkanya, dan
tidak mampu menggambar jarum panjang dan pendek, sesuai arah jam yang
diminta pemeriksa.
F.

Pengendalian Impuls
Selama wawancara, pasien dapat mengendalikan diri dengan baik.

G. Daya Nilai dan Tilikan


Daya Nilai Sosial : baik.
Uji Daya Nilai
: baik.
Penilaian Daya Realita (RTA) : terganggu dengan waham dan halusinasi
Tilikan
: Derajat 5
H. Taraf Dapat Dipercaya
Secara umum, informasi lain yang disampaikan oleh pasien dapat dipercaya.
III.

Pemeriksaan Fisik
1. Status Internus :
8

2.

Kepala/Leher

: anemis (-), ikterik (-)

Thorax
Abdomen
Extremitas

: cor/pulmo dalam batas normal


: dalam batas normal
: dalam batas normal

Status Neurologis :
Tanda Rangsang Meningeal
Tanda Efek Ekstrapiramidal
o Tremor tangan
o Tremot lidah
o Akatisia
o Bradikinesia
o Cara berjalan
o Keseimbangan
o Rigiditas

: negatif

Motorik

: baik

Sensorik

: baik

IV.

Keadaan
: Baik
Kesadaran
: compos mentis
Tanda Vital
o Tekanan darah
: 110/70 mmHg
o Frekuensi nadi
: 85 x/menit
o Frekuensi napas
: 20 x/menit
o Suhu aksila
: 36,7 oC
Status Gizi
Berat badan
: 58 kg
Tinggi badan
: 168 cm
IMT
: 19,59 (normal)

:
:
:
:
:
:
:

negatif
negatif
negatif
negatif
normal
baik
negatif

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Telah diperiksa seorang laki-laki berusia 35 tahun, agama Islam, suku Sasak, tidak
memiliki pekerjaan, status menikah, pendidikan terakhir tamat SD, dibawa ke IGD RSJ
Mutiara Sukma pada tanggal 22 februari 2016 karena mengamuk sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit. pasien dikeluhkan pula sering gelisah, bicara sendiri, dan mudah
marah. Pasien mengalami susah tidur, malas mandi dan sholat, tidak nafsu makan, dan
lebih sering keluyuran di jalan. Pasien menyangkal sekarang terdapat bisikan-bisikan
yang orangnya tidak terlihat, namun dulu pasien mengakui bahwa terdapat bisikan-bisikan
terutama laki-laki yang sering membicarakan hal jelek tentang pasien dan setelah itu
pasien langsung mengamuk. Pasien juga mengaku bahwa saat muda pasien sangat yakin
9

bahwa dirinya merupakan arya kamandanu dan merupakan raja majapahit namun sekarang
pasien mengaku sebagai rakyat biasa.
Pada pemeriksaan status mental yang dilakukan pada tanggal 5 Maret 2016
didapatkan bahwa penampilan pasien cukup rapi dan sesuai dengan usianya, perawatan
diri cukup baik. Sikap terhadap pemeriksa cukup kooperatif. Bicara spontan, artikulasi
kurang jelas. Psikomotor nampak tenang dan aktif serta mampu mengikuti wawancara
dengan baik. Mood eutimik dengan afek luas dan serasi antara afek dan mood/isi pikir.
Proses pikir koheren, dengan bentuk pikir nonrealistik. Pada isi pikiran didapatkan adanya
waham kebesaran yaitu pas muda yakin menjadi arya kamandanu dan merupakan raja
majapahit. Kesadaran kompos mentis, jernih. Orientasi orang, tempat, baik namun
orientasi waktu terganggu. Kemampuan membaca dan menulis terkesan kurang. Uji daya
nilai baik, RTA terganggu dengan tilikan derajat 5.
V.

FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan fisik serta
status mental, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang
secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya
(disability) dalam berbagai fungsi baik psikososial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
pasien. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini
mengalami suatu gangguan jiwa.1,2,3
Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah mengalami
kejang, trauma kepala, penurunan kesadaran atau penyakit lainnya yang secara fisiologis
dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum munculnya gejala gangguan jiwa pada pasien.
Berdasarkan PPDGJ III, diagnosis F00-F09 yang merupakan gangguan mental organik
dapat disingkirkan.1
Penggunaan zat psikoaktif disangkal pernah digunakan oleh pasien. Pasien mengaku
sebagai perokok. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F1019) dapat disingkirkan karena penggunaan yang lebih darii 2 minggu yang lalu, sehingga
pengaruh pada tubuh sudah dieliminasi.1
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan status mental pada pasien, ditemukan
adanya riwayat halusinasi auditorik. Adanya waham kebesaran tampak pada pasien. Pasien
menyangkal adanya rasa senang maupun sedih yang berlebihan. Hal-hal tersebut
menimbulkan perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior). Dengan demikian pasien
termasuk dalam kriteria diagnosis skizofrenia paranoid (F20.0). Pada pasien, gejala
10

skizofrenia yang ada lebih dominan terhadap waham kebesaran yang timbul sehingga
dapat didiagnosis sebagai skizofrenia paranoid.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, tidak ditemukan adanya gangguan
medis umum pada pasien. Pada pasien ini, untuk stresor penyebab pasien mengalami
gangguan jiwa seperti saat ini tidak diketahui secara pasiti oleh keluarga. Menurut
keluarga pasien kemungkinan besar diakibatkan oleh istri yang lari ke arab Saudi,
sehingga masalah perumahan dapat dijadikan diagnosis pada axis IV. 1
Pada aksis V GAF (Global Assessment of Functioning) scale pada saat dilakukan
pemeriksaan adalah 60-51. 1
VI.

EVALUASI MULTI AKSIAL

VII.

Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V

:
:
:
:
:

Skizofrenia Paranoid
Tidak ada diagnosis
Tidak ada diagnosis
Masalah Keluarga (Perumahan)
GAF Scale saat diperiksa 60-51

DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik :

Tidak ada

B. Psikologi :

Waham kebesaran
Fungsi kognitif yang menurun
RTA terganggu
Tilikan Derajat 5
Sulit tidur

C. Lingkungan dan Sosioekonomi :

VIII.

Adanya permasalahan dengan keluarga

RENCANA PENATALAKSANAAN
A. Psikofarmaka :
Risperidone 2 x 2 mg
Merlopam 1 x 0,5 mg (malam hari)
B. Psikoterapi dan Psikoedukasi :

Psikoterapi Suportif
11

Kepada pasien dilakukan psikoterapi suportif dengan cara mendukung dan


memberikan motivasi kepada pasien. Penting untuk mencari secara lebih jelas
dan dari pasien sendiri mengenai masalah pasien dengan keluarganya sehingga
dapat ditemukan alternatif bagi pasien dalam menghadapi masalahnya. Sistem
care giver pasien harus kuat dan selalu memberi dukungan dan motivasi pasien
dalam menjalani pengobatan dan menjalani hari-hari agar dapat beraktivitas
sebagaimana mestinya. Pasien dan keluarganya juga diberikan edukasi mengenai
penyakitnya, gejala, penyebab, pengobatan, bagaimana dampak bila tidak kontrol
atau tidak minum obat dan bagaimana jika keluhan kembali muncul.

Psikoedukasi
a. Edukasi terhadap pasien :
-

Memberi informasi dan edukasi pada pasien mengenai gangguan yang


diderita,

mulai

gejala,

dampak,

faktor

resiko,

pemicu,

tingkat

kekambuhan, dan tatacara dan manfaat pengobatan agar pasien tetap taat
-

meminum obat, dan segera berobat bila mulai timbul gejala serupa.
Memberi edukasi mengenai keuntungan pengobatan sehingga pasien

termotivasi untuk minum obat secara teratur.


Menjelaskan kepada pasien bahwa obat yang diberikan bisa memberikan
efek samping bagi pasien namun dapat diatasi. Dan memberikan
pemahaman bahwa keuntungan akan efek obat lebih besar dibandingkan
dengan efek samping obat yang ditimbulkan sehingga pasien harus tetap
meminum obat.

b. Edukasi kepada keluarga :


-

Memberikan penjelasan tentang penyakit pasien (penyebab, gejala,


hubungan antara gejala dengan perilaku, perjalanan penyakit, serta
prognosis). Pada akhirnya diharapkan keluarga bisa menerima dan
memahami keadaan pasien serta mendukung proses penyembuhannya dan

mencegah kekambuhan.
Menjelaskan bahwa sakit yang diderita oleh pasien merupakan penyakit
yang membutuhkan dukungan dan peran aktif keluarga dalam membantu

proses penyambuhan penyakit.


Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien
(kegunaan obat terhadap gejala pasien serta efek samping yang mungkin
muncul pada pengobatan).
12

Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat
secara teratur.

IX.

PROGNOSIS
Hal yang meringankan prognosis6 :
1.
2.
3.

Respon yang baik terhadap neuroleptik


Fungsi keseluruhan yang baik sebelumnya
Adanya keinginan dari keluarga untuk pasien kembali ke keadaan normal dan

4.

perhatian keluarga bila pasien kambuh maka cepat dibawa ke RSJ Mutiara Sukma
Adanya keinginan dari pasien untuk rutin kontrol ke RSJ Mutiara Sukma dan
rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan

Hal yang memperburuk prognosis :


1. Fungsi kognitif terganggu
2. Adanya permasalahan di keluarga
3. Tilikan pasien yang masih rendah
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka prognosis pada pasien ini adalah :

X.

Qua ad vitam
: bonam
Qua ad functionam : dubia
Qua ad sanationam : dubia

DISKUSI
Pada pasien Tn. H, ditemukan beberapa gejala yang bermakna sebagai gejala
psikotik. Gejala psikotik yang terdapat pada pasien antara lain adanya riwayat halusinasi
auditorik pada pasien, namun sekarang sudah tidak didengar dan waham kebesaran yang
masih menonjol. Pada pemeriksaan status mental didapatkan gangguan isi pikir, gangguan
fungsi kognitif dan daya nilai pasien. Gejala yang muncul pada pasien ini memenuhi
kriteria untuk skizofrenia paranoid. 1
Berdasarkan PPDGJ III/ICD X, beberapa kemungkinan diagnosis dapat
disingkirkan dari pasien. Dari keterangan yang didapat dari pasien dan keluarganya, pasien
tidak pernah mengalami gangguan neurologis, riwayat kejang, dan riwayat trauma.
Riwayat penggunaan Napza disangkal pasien. Pasien juga tidak pernah mengalami emosi
senang ataupun sedih yang berlebihan. Dengan demikian pada pasien tidak memenuhi
kriteria diagnosis untuk gangguan mental organik, gangguan akibat zat Napza dan
gangguan afektif lainnya.1,3,4
Berdasarkan data yang didapatkan dari pasien dan keluarganya, stresor utama
yang menyebabkan pasien mengalami gangguan jiwa tidak diketahui secara pasti. Namun,
13

dengan gejala yang timbul, permasalahan yang diduga menjadi pencetus pada pasien ini
adalah masalah perumahan yaitu cerai dengan istri dan pergi ke arab saudi.
Di dalam otak manusia terdapat berbagai macam neurotransmitter, yaitu substansi
atau zat kimia yang bertugas menghantarkan impuls-impuls saraf. Ada beberapa
neurotransmitter yang diduga berpengaruh terhadap timbulnya skizofrenia. Beberapa
peneliti berpendapat bahwa serotonin, norepinefrin, glutamate, dan GABA berperan dalam
menimbulkan gejala-gejala skizofrenia. Dua di antaranya yang paling jelas adalah
neurotransmitter dopamine dan serotonin. Pada pasien-pasien dengan skizofrenia
ditemukan peningkatan kadar dopamine dan serotonin di otak secara relative sehingga
menimbulkan gejala positif skizofrenia seperti adanya waham dan halusinasi. Selain itu
pada skizofrenia juga dapat terjadi adanya positif yaitu waham dan halusinasi yang
diakibatkan oelh meningkatnya neurotransmitter dopamin di daerah mesokortikal.
Penggunaan neuroleptik diberikan secara luas untuk mengatasi gejala positif pada
pasien. Sebagian besar antipsikotik bekerja dengan mengantagonis kerja dopamin
sehingga terjadi penurunan dopamin pada mesolimbik. Dengan demikian, obat
antipsikosis diharapkan dapat menurunkan dopamin pada mesolimbik dan menekan gejala
halusinasi pada pasien. Antipiskotik atipikal memiliki kelebihan cara kerja dimana
antipsikotik atipikal bekerja sebagai antagonis parsial sehingga penurunan dopamin di
daerah mesokortikal tidak terjadi secara signifikan sehingga memperbaiki juga gejala
negatif yang ada.7 Pada pasien ini diberikan risperidone dengan dosis 2x2 mg sebagai
pengobatan antipsikotik lini pertama untuk mengatasi gejala positif yang ada pada pasien
dengan resiko efek samping yang lebih ringan. 4,6,7
Terapi non farmakologis yang penting pada pasien selain yang disebutkan di atas,
yakni psikoterapi suportif dan psikoedukasi. Dalam psikoterapi suportif, perlu dilakukan
dengan menunjukkan penerimaan terhadap pasien, dengan cara menunjukkan perilaku
yang hangat, ramah, namun tetap berwibawa. Pasien sesekali eprlu diberikan pujian, dan
diberikan ketentraman agar pasien mau terbuka terhadap terapis dalam menentukan
terapinya kelak. Tujuan dari psikosuportif ini agar pasien merasa aman, diterima, dan
dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien yang mengalami gangguan
proses kognitif, gangguan dalam penilaian realita, gangguan proses pikir, serta adanya
gangguan dalam melakukan hubungan dengan orang lain.2,3
Keluarga memegang peranan penting sebagai primary care-givers atau primary
care-support dalam pengobatan yang dijalani pasien. Pada psikoedukasi keluarga
diberikan penjelasan tentang penyebab, gejala, pentingnya pengobatan, terapi-terapi
14

pendukung lainnya, serta mengenai hubungan keluarga dengan pasien. Keluarga


diharapkan dapat memberikan dukungan penuh kepada pasien dan memberikan kehidupan
selayaknya manusia terhadap pasien sehingga pasien dapat menjalani kehidupan
sebagaimana mestinya dan pasien mau menjalani pengobatan jangka panjang ini dengan
rutin dan teratur. 3

DAFTAR PUSTAKA

1.

Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993. Penggolongan


dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
FK Unika Atma Jaya.

2.

Maramis WF, Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya :
Airlangga University Press.

3.

Kaplan HI, Saddock BJ, et al. 2007. Schizophrenia in Kaplan and Saddock
Comprehensive of Psichiatry 8th Edition. Philadelphia : Lippincott William & Wilkins.

4.

Stahl, Stephen M. 2000. Essential Psychopharmacology. Cambridge: Cambridge


University press.

5.

Maslim R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga.
Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

6.

Lane,

C.

Schizophrenia

Prognosis.

Tersedia

dari

http://www.schizophrenic.com/content/schizophrenia/diagnosis/schizophrenia-prognosis.
Diunduh 2 Februari 2016.
7.

Perhimpunan

Dokter Spesialis

Kedokteran Jiwa Indonesia. 2011.

Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia. Jakarta : PDSKJI.


15

Konsensus

8.

Subotnik KL, Casaus LR, Ventura J, Luo JS, Hellemann GS, Gretchen-Doorly D, et al.
Long-Acting Injectable Risperidone for Relapse Prevention and Control of Breakthrough
Symptoms After a Recent First Episode of Schizophrenia : A Randomized Clinical
Trial. JAMA Psychiatry. 2015 Jun 24.

16

You might also like