You are on page 1of 15

REFERAT

DELIRIUM

DISUSUN OLEH :
Indah Ariyanti (110.2011.124)
Rendi Muflih (110.2011.227)

PEMBIMBING :
dr. Eri Achmad Achdiar, Sp.KJ
Referat ini diajukan sebagai salah satu syarat ujian kepanitraan klinik bagian ilmu
kedokteran jiwa pada

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RSUD ARJAWINANGUN
APRIL 2016
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahNya lah penulis dapat menyelesaikan pembuatan tugas yang berjudul Delirium.

Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada dr. Eri Achmad Achdiar, Sp. KJ
selaku pembimbing dibagian Psikiatri

RSU Jiwa RSUD Arjawinangun yang memberi

banyak masukan serta rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam pembuatan laporan
tugas ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak terdapat
kesalahan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
guna perbaikan dalam pembuatan tugas selanjutnya.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua, khususnya bagi para pembaca dan
rekan-rekan sejawat.

Arjawinangun, 14 April 2016

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Seseorang disebut sadar bila ia sadar terhadap diri dan lingkungannya. Orang normal
dapat berada dalam keadaan sadar, mengantuk atau tidur. Bila ia tidur, ia dapat disadarkan
oleh rangsangan misalnya rangsangan nyeri, bunti atau gerak. Rangsangan ini disampaikan
pada sistem aktivitas retikuler, yang berfungsi mempertahankan kesadaran. Sistem aktifitas
2 | R E F E RAT

retikuler terletak di bagian atas batang otak, terutama di mesensefalon dan hipotalamus. Lesi
di otak, yang terletak diatas hipotalamus tidak akan menyebabkan penurunan kesadaran,
kecuali bila lesinya luas dan bilateral.1
Penyakit dapat merubah tingkat kesadaran ke dua arah, yaitu : meningkatkan atau
menurunkan tingkat kesadaran. Peningkatan tingkat kesadaran dapat pula mendahului
penurunan kesadaran, jadi merupakan suatu siklus.1
Delirium menunjukkan penurunan kesadaran disertai peningkatan abnormal dari
aktifitas psikomotor dan siklus tidur-bangun yang terganggu. Pada keadaan ini pasien tampak
gaduh gelisah, kacau, disorientasi, berteriak, aktifitas motoriknya meningkat, meronta-ronta.
Penyebab delirium beragam, diantaranya ialah kurang tidur oleh berbagai obat dan gangguan
metabolik toksik. Pada manula, delirium kadang didapatkan pada malam hari. Penghentian
mendadak obat antidepresan yang telah lama digunakan dapat menyebabkan deliriumtremens. Demikian juga bila pecandu alkohol mendadak menghentikan minum alkohol dapat
mengalami keadaan delirium dengan keadaan gaduh gelisah.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI
Kata delirium berasal dari bahasa latin yang artinya lepas jalur. Sindrom ini pernah
dilaporkan pada masa Hippocrates dan pada tahun 1813 Sutton mendeskripsikan sebagai
delirium tremens, kemudian Wernicke menyebutnya sebagai Encephalopathy Wernicke.
Delirium adalah sindrom, bukan suatu penyakit dan memiliki banyak kausa, yang
semuanya mengakibatkan pola gejala yang serupa berkaitan dengan tingkat kesadaran dan
3 | R E F E RAT

gangguan kognitif pasien. Delirium tetap merupakan gangguan klinis yang kurang dikenali
dan jarang di diagnosis.1,2
Dalam revisi DSM-IV TR edisi ke-4, delirium ditandai oleh gangguan kesadaran serta
perubahan kognisi yang timbul dalam waktu singkat. Gejala penanda delirium yang utama
adalah hendaya kesadaran, biasanya terjadi pada hendaya fungsi kognitif secara menyeluruh.
Abnormalitas mood, persepsi dan perilaku merupakan gejala psikiatri yang lazim dijumpai.
Tremor, astreksis, nistagmus inkoordinasi dan inkontinensia urin adalah gejala neurologis
yang umum ditemui. Secara klasik, delirium memiiki awitan mendadak ( dalam hitungan ja
atau hari ), perjalanan singkat dan berfluktuasi serta perbaikan cepat bila faktor kausatif
diidentifikasi serta dieliminasi.2
2.2 ANAMNESIS
Delirium ditandai dari perubahan mental akut dari pasien,perubahan fluktuatif pada
kognitif termasuk memori,berbahasa dan organisasi

8, 9

. Dan dari anamnesisnya kita bisa

mendapatkan informasi informasi tersebut bisa dari keterangan keluarga atau orang terdekat
pasien yang mengetahui awal terjadinya penyakit pasien, dan dari pasien langsung untuk
mengetahui secara pasti apa yang dirasakannya dengan berbagai pertanyaan sebagai berikut.
8, 9

1. Gangguan atensi
Pasien dengan delirium mengalami kesulitan untuk memperhatikan. Mereka mudah
melupakan instruksi dan mungkin dapat menanyakan instruksi dan pertanyaan untuk
diulang berkali-kali. Metode untuk mengidentifikasi gangguan atensi yaitu dengan
menyuruh pasien menghitung angka terbalik dari 100 dengan kelipatan 7.
2. Gangguan memori dan disorientasi
Defisit memori, hal yang sering jelas terlihat pada pasien delirium. Disorientasi
waktu,tempat dan situasi juga sering didapatkan pada delirium.
3. Agitasi
Pasien dengan delirium dapat menjadi agitasi sebagai akibat dari disorientasi dan
kebingungan yang mereka alami. Sebagai contoh; pasien yang disorientasi menggangap
mereka dirumah meskipun ada dirumah sakit sehingga staff rumah sakit dianggap
sebagai orang asing yang menerobos kerumahnya.
4. Apatis dan menarik diri terhadap sekitar/withdrawal
Pasien dengan delirium dapat menampilkan apatis dan withdrawal. Mereka dapat terlihat
seperti depresi, penurunan nafsu makan, penurunan motivasi dan gangguan pola tidur.
5. Gangguan tidur
Pada pasien delirium sering tidur pada waktu siang hari tapi bangun pada waktu malam
hari. Pola ini digabungkan dengan disorientasi dan kebingungan yang dapat
4 | R E F E RAT

menimbulkan situasi berbahaya pada pasien, yaitu resiko jatuh dari tempat tidur, menarik
kateter atau IV dan pipa nasogastric.
6. Emosi yang labil
Delirium dapat menyebabkan emosi pasien yang labil seperti gelisah, sedih, menangis
dan kadang kadang gembira yang berlebih. Emosi ini dapat muncul bersamaan ketika
seseorang mengalami delirium.
7. Gangguan persepsi
Terjadi halusinasi visual dan auditori.
8. Tanda tanda neurologis
Pada delirium dapat muncul tanda neurologis antara lain: tremor gait, asterixis
mioklonus, paratonia dari otot terutama leher, sulit untuk menulis dan membaca, dan
gangguan visual.
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik yang hati-hati dan secara lengkap termasuk menilai status mental di
perlukan pada pasien pasien dengan delirium, Mengecek tanda vital seperti suhu tubuh,
tekanan darah, frekuensi nadi dan respirasi adalah wajib. 10
Biasanya pasien mempunyai kesulitan dalam menjaga kesadarannya, seperti
disorientasi mempunyai masalah pada ingatan jangka pendek, dan daya nilai yang jelek.
Elemen-elemen tersebut mepunyai tingkatan yang fluktuatif pada Tingkat kesadaran seorang
pasien dengan delirium. 10
Gangguan kesadaran bisa di nilai dengan bedside test, yaitu dengan memberikan
beberapa test daya ingat seperti, pasien disuruh untuk meneybutkan nama nama hari selama
seminggu, menghitung secara terbalik dari nomer 20. 10
Keparahan dari gejala Delirium ini dapat dinilai dengan menggunakan DRS (
Delirium Rating Scale ) dan CAM ( Confusion Assesment Method ). 10

5 | R E F E RAT

(Gambar Alogaritma diagnostic Delirium (healthgov.au)


2.4 KRITERIA DIAGNOSIS
Secara klinis penegakkan diagnosis delirium dapat menggunakan DSM IV-TR.
Di bawah ini adalah kriteria diagnostik delirium berdasarkan DSM IV TR2
Kriteria diagnostik delirium yang berhubungan dengan kondisi medik umum:

6 | R E F E RAT

1. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadaplingkungan dalam


bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian).
2. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dari jangka pendek
namun daya ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi
terutama visual, hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa waham
sementara, tetapi yang khas terdapat sedikit inkoherensi, disorientasi waktu, tempat
dan orang).
3. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakitnya singkat
dan ada kecenderungan berfluktuasi sepanjang hari.
4. Berdasarkan bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium untuk
menemukan penyebab delirium ini.
Kriteria diagnostik delirium yang disebabkan intoksikasi zat:
1. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadaplingkungan dalam
bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian)
2. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dari jangka pendek
namun daya ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi
terutama visual, hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa waham
sementara, tetapi yang khas terdapat sedikit inkoherensi, disorientasi waktu, tempat
dan orang).
3. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakitnya singkat
dan ada kecenderungan berfluktuasi sepanjang hari.
4. Berdasarkan bukti dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium untuk
menemukan delirium ini (1) atau (2):
(1) Gejala pada kriteria A dan B berkembang selama
intoksikasi zat.
(2) Penggunaan

intoksikasi

disini

untuk

mengatasi

penyebab yang ada hubungan dengan gangguannya.


Kriteria diagnostik delirium yang disebabkan putus zat:
1. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadaplingkungan dalam
bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian)
2. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dari jangka pendek
namun daya ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi
7 | R E F E RAT

terutama visual, hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa waham
sementara, tetapi yang khas terdapat sedikit inkoherensi, disorientasi waktu, tempat
dan orang).
3. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakitnya singkat
dan ada kecenderungan berfluktuasi sepanjang hari.
4. Berdasarkan bukti dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium untuk
menemukan penyakit delirium ini dalam kriteria A dan B. Keadaan ini berkembang
selama atau dalam waktu singkat sesudah sindroma putus zat.
Kriteria diagnostik delirium yang berkaitan dengan berbagai penyebab:
1. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadaplingkungan dalam
bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian)
2. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dari jangka pendek
namun daya ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi
terutama visual, hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa waham
sementara, tetapi yang khas terdapat sedikit inkoherensi, disorientasi waktu, tempat
dan orang).
3. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakitnya singkat
dan ada kecenderungan berfluktuasi sepanjang hari.
4. Berdasarkan bukti dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium untuk
menemukan etiologi delirium ini yang disebabkan oleh lebih dari satu penyebab
kondisi medik umum, disertai intoksikasi zat atau efek samping medikasi.
Pedoman diagnostik
Untuk memastikan diagnosis, maka gejala-gejala baik yang ringan atau yang berat
haruslah ada pada setiap kondisi dibawah ini, yaitu sesuai dengan pedoman diagnostik
menurut PPDGJ-III : 4
1. Gangguan kesadaran dan perhatian :
Dari taraf kesadaran berkabut sampai dengan koma.
Menurunnya kemampuan untuk mengarahkan, memusatkan, mempertahankan dan
mengalihkan perhatian.
2. Gangguan kognitif secara umum :
Distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi (terutama halusinasi visual)
8 | R E F E RAT

Hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa waham yang bersifat
sementara, tetapi sangat khas terdapat inkoherensi yang ringan
Hendaya daya ingat segera dan jangka pendek, namun daya ingat jangka panjang
relatif masih utuh.
Disorientasi waktu, pada kasus yang berat terdapat disorientasi tempat dan orang.
3. Gangguan psikomotor :
Hipoaktivitas atau hiperaktivitas dan pengalihan aktivitas yang tidak terduga dari satu
ke yang lain.
Waktu bereaksi yang lebih panjang
Arus pembicaraan yang bertambah atau berkurang
Reaksi terperanjat meningkat
4. Gangguan siklus tidur-bangun :
Insomnia atau pada kasus yang berat tidak dapat tidur sama sekali atau terbaliknya

siklus tidur-bangun (mengantuk pada siang hari).


Gejala yang memburuk pada malam hari
Mimpi yang mengganggu atau mimpi buruk yang dapat berlanjut menjadi

halusinasi setelah bangun tidur.


5. Gangguan emosional : misalnya depresi, ansietas atau takut, lekas marah, euforia, apatis
atau rasa kehilangan akal.
6. Onset biasanya cepat, perjalanan penyakitnya hilang timbul sepanjang hari, dan keadan
ini berlangsung kurang dari 6 bulan
2.5 DIAGNOSIS BANDING
Banyak gejala yang menyerupai delirium. Demensia dan depresi sering
menunjukkan gejala yang mirip delirium; bahkan kedua penyakit/ kondisi tersebut acap kali
terdapat bersamaan dengan sindrom delirium. Pada keadaan tersebut informasi dari keluarga
dan pelaku rawat menjadi sangat berarti pada anamnesis.3
a. Delirium versus demensia
Yang paling nyata perbedaannya adalah mengenai awitannya, yaitu delirium
awitannya tiba-tiba, sedangkan pada demensia berjalan perlahan. Meskipun kedua kondisi
tersebut mengalami gangguan kognitif, tetapi pada demensia lebih stabil, sedangkan pada
delirium berfluktuasi.2
Tabel 2. Perbandingan Delirium dan Demensia 2
9 | R E F E RAT

Gambaran Klinis

Delirium

Demensia

Gangguan daya ingat

+++

+++

Gangguan proses berpikir

+++

+++

Gangguan daya nilai

+++

+++

Kesadaran berkabut

+++

Major attention deficits

+++

Fluktuasi perjalanan penyakit (1 hari)

+++

Disorientasi

+++

++

Gangguan persepsi jelas

++

Inkoherensi

++

Gangguan siklus tidur- bangun

++

Eksaserbasi nocturnal

++

Insight/tilikan

++

Awitan akut/subakut

++

b. Delirium versus skizofrenia dan depresi


Sindrom delirium dengan gejala yang hiperaktif sering keliru dianggap sebagai
pasien yang cemas (anxietas), sedangkan hipoaktif keliru dianggap sebagai depresi.
Keduanya dapat dibedakan dengan pengamatan yang cermat. Pada depresi terdapat
perubahan yang bertahap dalam beberapa hari atau minggu sedangkan pada delirium
biasanya gejala berkembang dalam beberapa jam.3
Beberapa pasien dengan skizofrenia atau episode manik mungkin pada satu
keadaan menunjukkan perilaku yang sangat kacau yang sulit dibedakan dengan delirium.
Secara umum, halusinasi dan waham pada pasien skizofrenia lebih konstan dan lebih
terorganisasi dibandingkan dengan kondisi pasien delirium.2
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang biasanya mencakup CT-Scan atau MRI, pemeriksaan
penunjang untuk tersangka infeksi (misalnya kultur darah, x-ray dada, dan urinalisis), dan

10 | R E F E R A T

pemeriksaan elektrolit, BUN, kreatinin, glukosa, level darah terhadap obat-obatan yang
diduga memiliki efek toksik, dan pemeriksaan urin terhadap obat-obatan.4
Jika diagnosis masih belum jelas, pemeriksaan lebih lanjut seperti GDA, tes fungsi
hati, pengukuran serum kalsium dan albumin, TSH, vitamin B12, ESR, ANA, dan VLDR.
Dan jika masih belum jelas lagi, pengujian dapat mencakup analisa CSF (terutama untuk
menyingkirkan meningitis, ensefalitis, atau perdarahan subarakhnoid), pengukuran serum
amonia, dan pemeriksaan logam berat.4
2.7 TERAPI
Tujuan utama adalah untuk mengobati gangguan dasar yang menyebabkan
delirium, tujuan lainnya adalah untuk memberikan bantuan fisik sensorik dan lingkungan.
a.

Pengobatan farmakologis
Dua gejala utama delirium yang mungkin memerlukan pengobatan farmakologis
adalah psikosis dan insomnia. Obat yang terpilih untuk psikosis adalah Haloperidol (haldol),
obat antipsikotik golongan butyrophenon. Pemberian tergantung usia, berat badan,dan
kondisi fisik pasien, dosis awal dengan rentang antara 2 sampai 10 mg intramuscular, diulang
dalam satu jam jika pasien teragitasi. Segera setelah pasien tenang, medikasi oral dalam
cairan konsentrat atau bentuk tablet dapat dimulai. Dua dosis oral harian harus mencukupi,
dengan duapertiga dosis diberikan sebelum tidur. Untuk mencapai efek terapeutik yang sama,
dosis oral harus kira-kira 1,5 kali kali lebih tinggi dibandingkan dosis parenteral. Dosis harian
efektif total haloperidol mungkin terentang dari 5 sampai 50 mg untuk sebagian besar pasien
delirium.
Droperidol (inapsine) adalah suatu butyrophenon yang tersedia sebagai suatu
formula intravena alternative, walaupun monitoring elektrokardiogram adalah sangat penting
untuk pengobatan ini. Golongan phenothiazine harus dihindari pada pasien delirium, karena
obat tersebut disertai dengan aktivitas antikolinergik yang bermakna.

11 | R E F E R A T

Insomnia paling baik diobati dengan golongan benzodiazepine dengan waktu


paruh pendek atau hydroxizine (vistaril), 25 sampai 100 mg. Golongan benzodiazepine
dengan waktu paruh panjang dan barbiturate harus dihindari kecuali obat tersebut telah
digunakan sebagai bagian dari pengobatan untuk gangguan dasar (sebagai contohnya, putus
alcohol).1

b. Non-farmakologis (pencegahan)
Berbagai literature menyebutkan bahwa pengobatan sindrom delirium sering
tidak tuntas. 96% pasienyang dirawat karena pulang dengan gejala sisa. Hanya 20% dari
kasus-kasus tersebut yang tuntas dalam 6 bulan setelah pulang. Hal tersebut menunjukkan
bahwa sebenarnya prevalensi sindrom delirium di masyarakat lebih tinggi dari pada yang
diduga sebelumnya. Pemeriksaan penapisan oleh dokter umum atau dokter keluarga di
masyarakat menjadi penting dalam rangka menemukan kasus dini dan mencegah penyulit
yang fatal.

12 | R E F E R A T

Rudolph (2003) melaporkan bahwa separuh dari kasus yang diamatinya mengalami
delirium saat dirawat di rumah sakit. Berarti ada karakteristik pasien tertentu dan
suasana/situasi rumah sakit sedemikian rupa yang dapat mencetuskan delirium. Beberapa
obat juga dapat mencetuskan delirium, terutama yang mempunyai efekanti kolinergik dan
gangguan faal kognitif. Beberapa obat yang diketahui meningkatkan resiko delirium antara
lain: benzodiazepine, kodein, amitriptilin (antidepresan), difenhidramid,ranitidine, tioridazin,
digoksin, amiodaron, metildopa, procainamid, levodopa, fenitoin, siprofloksasin. Beberapa
tindakan sederhana yang dapat dilakukan di rumah sakit (di ruang rawat akut geriatric)
terbukti cukup efektif mampumencegah delirium. Inouye et all (1999) menyarankan beberapa
tindakanyang terbukti dapat mencegah delirium seperti yang tertera pada table:
Panduan intervensi
Reorientasi

Tindakan
Pasang jam dinding

Keluaran

Memulihkan orientasi

0,04

Tidur tanpa obat

0,001

Pulihnya mobilisasi

0,06

Meningkatkan
kemampuan
penglihatan

0,27

Meningkatkan
kemampuan
pendengaran

0,10

BUN/Cr < 18

0,04

Kalender
Memulihkan siklus
tidur

Padamkan lampu
Minum susu hangat
atau the herbal
Musik yang tenang
Pemijata (massage)
punggung

Mobilisasi

Latihan lingkup gerak


sendi
Mobilisasi bertahap
Batasi penggunaan
restrain

Penglihatan

Kenakan kacamata
Menyediakan bacaan
dengan huruf
berukuran besar

Pendengaran

Bersihkan serumen
prop
Alat Bantu dengar

Rehidrasi

Diagnosis dini
rehidrasi
Tingkatkan asupan
cairan oral kalau perlu
per infuse

13 | R E F E R A T

2.8 EDUKASI
Edukasi Keluarga dan pasien mengenai penyebab dan perjalanan dari Delirium ini
sangat penting untuk disampaikan oleh seorang psikiatrik. Mengedukasi terutama pasien dan
keluarga tentang bagaimana cara menjaga factor factor resiko dan predisposisi di masa yang
akan datang seperti Malnutrisi, pemakaian Selang kateter, pemakaian lebih dari 3 obat,
Menghindari terjadinya Infeksi sekunder dari apapun yang bersangkutan oleh pasien. 11
Keluarga pasien juga tentunya akan merasa gelisah jika pasien mempunyai kerusakan
pada otak atau mempunyai penyakit psikiatrik secara permanen, oleh karena itu pentingnya
memberikan penjelasan yang baik tentang Delirium sangat menguntukan untuk pasien dan
keluarga. 11
Memberitahukan kepada keluarga pasien yang sering mengunjungi pasien saat
dirumah sakit untuk membawa foto atau benda atau alat yang sering di pakai pasien untuk
mengembalikan orientasi dan memori pasien. 11
2.9 PROGNOSIS
Angka morbiditas dan mortalitas lebih tinggi pada pasien delirium ketika mereka
dirawat di rumah sakit atau yang mengidap delirium selama rawat inap, 35 sampai 40% dari
pasien rawat inap dengan delirium meninggal dalam waktu 1 tahun. Delirium karena kondisi
tertentu (misalnya, hipoglikemia, keracunan obat atau alkohol, infeksi, faktor iatrogenik,
toksisitas obat, ketidakseimbangan elektrolit) biasanya cepat sembuh dengan pengobatan.5, 6, 7
Pasien delirium dapat sembuh total. Namun, pemulihan mungkin lambat (hari,
minggu, bahkan bulan), terutama pada orang tua, sehingga pasien lebih lama di rumah sakit,
Pasien juga dapat mengalami peningkatan risiko dan tingkat keparahan komplikasi, biaya
meningkat, dan cacat jangka panjang. Dua tahun setelah delirium terjadi, risiko kognitif,
penurunan fungsional, dan kematian meningkat.5,6,7
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, Harold I. Sinopsis Psikiatri; Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.


2010; hal. 519-528
2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Psikiatri. 2010; hal. 99-105
3. Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. 2009; hal. 907-912
4. http://emedicine.medscape.com/article/288890-overview diakses pada tanggal 08
April 2016.
5. Huang J. Delirium. The Merck Manual for Health Care Professional. Merck; 2013
[diunduh tanggal 08 April 2016].
14 | R E F E R A T

Tersedia dari:
http://www.merckmanuals.com/professional/neurologic_disorders/delirium_and_dem
entia/delirium.html.
6. National Institutes of Health. Delirium [document on the Internet]. Medline Plus
Online; 2013 [diperbaharui tanggal 27 Februari 2013; diunduh 08 April 2016].
Tersedia dari: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000740.htm.
7. Australian Government. Complication of Delirium [document on the Internet Perth:
Curtin University; 2009 [diunduh tanggal 08 April 2016]. Tersedia dari:
http://cra.curtin.edu.au/local/docs/delirium_training_package/ManagementOfConfusi
onFinalMarch09/module01/complications-delirium.html.
8. Juliana Bar et al, Clinical Practice Guidelines for the Management of Pain, Agitation,
and Delirium in Adult Patients in the Intensive Care Unit, CCM Journal , hal 283,
2013
9. American Psychiatric Association, Diagnostic and Statistical Manual Of Mental
Disorders, Fifth Edition, Washington DC : American Psychiatric Association; 2013
10. Kannayiram A, Delirium, Medscape Edition American College Of Physicians ; 2013
11. Cole M, Mc CuskerJ, The prognostic significance of subsyndromal delirium in elderly
medical inpatients, Medline, 2003

15 | R E F E R A T

You might also like